SianEng terus melangkah ke depan dengan hati-hati sekali karena di dalam terowongan gua itu amat gelap. Kakinya melangkah dengan pasangan kuda-kuda untuk menjaga segala kemungkinan, pedangnya siap di depan dada. Ia merasa agak lega bahwa lantai yang diinjaknya kering dan tidak licin, juga rata seakan-akan diratakan oleh manusia.

Kkabeh dikenal dengan karya perdananya BKKSK atau Bu Kek Kang Sinkang, suatu cerita silat yang dipublikasikan di Serial Silat dan Indozone. Ada yang menjuluki ia sebagai murid Khu Lung karena rumitnya jalan cerita yang ditulisnya. Saat ini kelanjutan dari BKKSK yaitu Goresan di Sehelai Daun sedang ditulisnya, sembari mengoreksi BKKSK yang diberitakan akan diterbitkan tak lama lagi. Karya original[] Karya-karya original yang telah dan akan ditulisnya, antara lain adalah Bu Kek Kang Sinkang status first draft sedang di re-write Goresan di Sehelai Daun status sedang ditulis Mustika Kemala Pelangi status akan ditulis Artikel[] Sejumlah artikel yang ditulis Kkabeh antara lain adalah Nilai Lebih dan Keindahan Cerita Silat Tokoh Tokoh Dunia Persilatan Bedah Karakter Kreasi Gu Long Kitab Sakti Naga Kuno Gu Long Cin Keng Usia, Faktor Penentu Selera dalam Memilih Cersil Cerita Silat Terbaik yang Pernah Dibaca Subyektif[] Royalti Free picture Karya Tulis Khu Lung Harimau Kemala Putih, Naga Kemala Putih Pendekar Empat Alis Pendekar Binal, Bakti Pendekar Binal, Bahagia Pendekar Binal Pendekar Budiman, Salju Merah, Rahasia Mokau Kaucu, Peristiwa Bulu Merak Pendekar Gelandangan, Golok Bulan Sabit Pendekar Baja Pendekar Harum Misteri Kapal Layar Panca Warna Renjana Pendekar, Himbauan Pendekar Anak Berandalan Karya Chin Yung Kisah Pembunuh Naga Hina Kelana Pendekar Kerajaan Tayli Sin Tiauw Hiap Lu Siau Tiauw Enghiong Karya Kho Ping Hoo Bu Pun Su Lu Kwan Cu Bu Kek Siansu Kasih Diantara Remaja Pendekar Super Sakti, Sepasang dan Jodoh Rajawali Suling Emas dan Naga Siluman Pedang Kayu Harum Pendekar Lembah Naga Karya Mintardja Api di Bukit Menoreh Layar Berkembang Karya Herman Praktikto Bende Mataram Mencari Bende Mataram Bunga Ceplok Ungu Patih Lawa Ijo Jalan Simpang di Atas Bukit Bayar Jiwa Ayahku Lebih tepat dikatakan sebagai penggubah ketimbang Penulis. Walau banyak yang tidak puas dengan karyanya yang dianggap plagiat, bagaimanapun ada usaha beliau untuk memperkaya khasanah dunia cerita silat dalam bahasa. Pengarang Cerita Silat Terbaik Subyektif[] Khu Lung - Kompleksitas cerita, dialog Chin Yung - Penamaan Jurus, Romantika cerita Kho Ping Hoo - Jumlah, kesinambungan cerita Mintardja - Hidupnya narasi suasana, Panjangnya cerita Jasa Penerjemah[] Kebanyakkan pembaca cacad membaca cerita dalam tulisan aslinya. Salut untuk para Locianpwee Can Gan Kl Gan KH Liong OPA Kim Tiauw Weng Wu Proyek keroyokkan[] Kkabeh di sela-sela kesibukannya masih mengharap untuk menggarap suatu proyek keroyokkan Gambar di Langit Kamar Satu - Sebuah Kerangka di Dalam Gua
CeritaSilat; Rasa Lelahku Part 1 (Bullying) Rumah Kedua (Part 1) jika terbawa sulit melihat langit kebijaksanaan dalam pelukan pemilik alam, hanya langit memahami isi hati. Kitab langit serupa kitab air, tak nyata tapi ada. Tioning, mengutarakan isi hatinya kepada Pertapa Daun Salju, mohon ijin untuk menuju Bukit Embun, menemui filsuf
Jilid 18berhenti sejenak, lalu meneruskan"Sebetulnya aku sudah lama menyimpan pedangku, dan tidak sudi tahu menahu tentang perisliwa-peristiwa di kalangan Bu Lim, Sudah hampir dua puluh tahun aku bertapa di pegunungan Tiam Cong San, dan sudah lama aku tak ingin mencari nama lagi di kalangan Bu Lim, Jika kau sudi mencari kitab-kitab tersebut bersama-sama, setelah kita berhasil memper-olehnya, aku akan bakar kitab-kitab itu di hadapanmu, Dengan demikian kita dapat mencegah jago silat yang manapun memiliki lagi kitab-kitab itu."Bee Kun Bu berpikir sebentar, lalu menjawab "Aku pereaya akan kata-katamu. Tapi sayang, aku sebagai murid partai Kun Lun tak dapat membantu kau, Jika kau masih juga ingin mencarinya, kau dapat melakukan sen-diri. "Sia Yun Hong tersenyum dan berkata lagi "Aku melihat dengan kepala mata sendiri bahwa kau telah diusir oleh partai Kun Lun, kini kau tidak terikat lagi dengan partai itu. Di samping itu, bukankah aku telah menjelaskan maksudku untuk membakar kitab-kitab itu? jika kau masih juga menolak, aku terpaksa. " Dengan kesempatan itu ia meloncat maju dan menusuk Bee Kun Bu. Tusukan itu dilakukan dengan tiba-tiba dan secepat kilat, di luar dugaannya Bee Kun Bu. Namun Bee Kun Bu masih dapat menarik Lie Ceng Loan ke samping sambil mengegosi tusukan tersebut Lalu dengan jurus In Bu Kim Kong Sinar terang memancar di awan ia putar pedangnya melindungi Lie Ceng Loan sambil melindungi dirinya sendiri,Tapi betapapun lihaynya ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam, Bee Kun Bu kalah tenaga daripada Sia Yun Dua pedang beradu, dan terlepaslah pedangnya Bee Kun Bu dari cekalannyal Lalu Sia Yun Hong meloncat maju dan mencekal pergelangan tangannya Lie Ceng Loan, sedangkan pedang di tangan kanannya menusuk tiga kali beruntun ke dadanya Bee Kun Bu dengan jurus Sam Seng Tui Gwat atau "Tiga bintang mengejar bulan",Dengan ilmu langkah ajaib Ngo Heng Bi Cong Pu, Bee Kun Bu berkelit diri dari ketiga totokan pedang itu, dan mengangkat tinju menjotos punggungnya Sia Yun Hong, Tapi Sia Yun Hong sudah siap, ia menyabet jotosannya Bee Kun Bu, lalu loncat ke samping sambil membetot Lie Ceng Loan,Lie Ceng Loan telah tereekal tangannya, karena ia terperanjat ketika menyaksikan pedangnya Bee Kun Bu terlepas dari cekalannya, dan Sia Yun Hong yang lihay lebih lihay daripada mereka berdua telah berhasil mencekal pergelangan tangannya secepat kilat Lalu ia loncat ke samping sambil membetot Lie Ceng Loan,Demikianlah pertarungan itu berlangsung dengan seru sekali tanpa ada orang yang terluka, karena maksudnya Sia Yun Hong hanya menangkap Lic Ong Loan untuk dijadikan sandera dan kemudian memaksa Bee Kun Bu."Lepaskan Sumoyku!" Bee Kun Bu Yun Hong yang telah berkali-kali gagal menangkap Bee Kun Bu, sudah mulai mengagumi ilmu silatnya, dan ia pun tak berani melawan dengan acuh tak acuh lgi, ia mengumpulkan tenaga dalamnya, siap menyambut jotosannya Bee Kun saja Bee Kun Bu menjotos, Sia Yun Hong tidak mengegos, Dengan ilmu Lui Kang Kong Kie Hu Sin ilmu tenaga dalam menjaga tubuh ia menerima jotosan tersebut dengan bahunya, sambil terus memegang erat-erat pergelangan tangannya Lie Ceng Loan, Lalu ia meng-ancam "Jika kau masih menyerang aku, aku terpaksa menotok jalan darah Sumoymu untuk melumpuhkan seluruh tubuhnya!""Hm," geram Bee Kun Bu dengan gusar "Mustahil seorang pemimpin partai silat yang terkenal berbuat demikian keji terhadap seorang perempuan yang masih muda dan Icmah, jika peristiwa ini aku umbarkan, di manakah kau dapat menaruh mukamu?"Sia Yun Hong tertawa bergelak-gelak, dan men-jawab "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek besar sekali hubungannya dengan nasib partai-partai silat di kalangan Bu Lim. Soal muka dan sebagainya aku dapat kesam-pingkan." Sambil berkata- kata, ia mencekal makin keras pergelangan tangannya Lie Ceng Loan sehingga gadis itu meringis kesakitan Namun Lie Ceng Loan tidak menjerit ia menahan sakit sampai keringat membasahi pa-kaiannya,Melihat penderitaan itu, Bee Kun Bu sangat pilu hatinya, ia mengumpulkan seluruh tenaga dalamnya, siap melabrak Sia Yun Hong dengan nekad,Sia Yun Hong telah menduga Lie Ceng Loan akan minta pertoongannya Bee Kun Bu. ia tidak perhitungkan bahwa gadis itu rela berkorban untuk Bee Kun Bu itu, Makin keras ia mencekal, makin keras kepala si gadis menahan sakitnya. Sia Yun Hong hanya perlu mengerahkan sedikit tenaga lagi untuk membikin remuk tulang di pergelangan tangan iiu namun Lie Ceng Loan tetap bertahanTiba-tiba dengan suara yang lemah lembut, penuh dengan kerelaan hati, Lie Ceng Loan berkata kepada Bee Kun Bu "Bu Koko, kau dapat berlalu dari sini seorang diri. Tojin ini lebih lihay daripadamu Kau tak dapat mengalahkan dia. Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek adalah miliknya Na Cici, kita tentu tak dapat membantu orang lain pergi mencari kitab-kitab tersebut Selama dua bulan ini, aku telah banyak berpikir... akan tetapi aku tak memperoleh kesempatan untuk memberitahukan Koko. "Bee Kun Bu membentak untuk mencegah Lie Ceng Loan mengeluarkan isi hatinya, ia cabut pedangnya dan berkata dengan suara yang keras "Jika kita harus mati, kita akan mati bersama-sama!" Lalu ia menyerang Sia Yun Yun Hong menangkis tusukan tersebut, dan melangkah mundur dua tindak untuk menusukkan ujung pedangnya di dadanya Lie Ceng Loan. ia mengancam "Jika kau menyerang lagi, aku terpaksa menusuk mati Sumoymu!Baru saja Bee Kun Bu ingin menyerang lagi, tetapi setelah mendengar ancaman itu, ia segera tarik kembali pedangnya, Tiba-tiba Lie Ceng Loan menjerit "Bu Koko, jangan pereaya ancaman Tojin yang licik ini, sedikitpun aku tak takut mati. nia menyeka air matanya dengan tangan kirinya, lalu meneruskan Tojin ini busuk sekali, jika dia yang memiliki kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan telah berlatih, dia pasti akan melakukan banyak perbuatan yang keji! Dia tahu bahwa Bu Koko akan melakukan apa saja untuk membela aku dan dia akan paksa Bu Koko membantu dia mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. ""Siapa bilang aku menipu dia!" kata Sia Yun Hong dengan marah. Lalu ia tekan pedangnya sedikit sehingga menusuk pakaiannya dan juga tubuhnya Lie Ceng Loan sehingga keluar darah menodakan pakaiannya,Totiang, jangan teruskan tusukanmu!" seru Bee Kun Bu. "Bu Koko!" kata Lie Ceng Loan, "Biasanya aku selalu turutperkataan Koko, Kini aku mohon Koko turuti perkataanku!" Hancurlah hatinya Bee Kun Bu mendengar permintaan gadis itu, ia menjawab "Sebutlah!""Tojin yang licik ini ingin mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek," kata Lie Ceng Loan, "Akan tetapi dia takut menjumpai Pek Cici dan Na Cici, Oleh karena itu dia hendak paksa kau membantu dia mencarinya, Jika kau menolak, dia akan mengancam membunuh aku. Jika dia menjumpai Pek Cici atau Na cici, dia akan mengancam membunuh mati Bu Koko, karena aku yakin bahwa Pek Cici, maupun Na Cici akan mengalah untuk menolong Bu Koko, Dengan tipu muslihatnya yang keji itu, dia akan memperoleh kitab-kitab Kui Goan Pit kita ingat, Pek Cici sangat baik terhadap kita, Aku kira jika kita mati, dia akan bebas dari kekhawatirannya, Maka aku minta Bu Koko lekas-lekas berlalu dari tempat ini, dan jangan gubris ancamannya!" ia mengakhiri permintaannya dengan senyuman yang penuh dengan kasih sayang, lalu dengan wajah yang tenang ia menanti Bee Kun Bu melihat bahwa Lie Ceng Loan tak takut mati dan rela berkorban untuk orang-orang yang dicintainya, namun ia tak tega menuruti kehendak nya. ia berdiri terpaku, ia tak berdaya!kesempatan ini digunakan oleh Sia Yun Hong untuk mengancam lagi "Aku sudah lama tidak membunuh orang, sekarang aku memperlihatkan kepadamu! Aku tidak pereaya bahwa Sumoymu tidak takut mati!"Lalu ia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk meremukkan tulang di pergelangan tangannya gadis itu. Tapi setelah melihat wajah yang tenang dari gadis itu, ia terperanjat Tiba-tiba ia melepaskan cengkeramannya, dan loncat mundur tiga langkah sambil berkata "Hayo, kalian enyah dari sini! Aku Sia Yun Hong tak akan membunuh seorang yang masih muda! Lekas enyahlah!"Bee Kun Bu loncat ke sampingnya Lie Ceng Loan, dan mengangkat kedua tangannya menghaturkan hormat seraya berkata "Bu Totiang hari ini, aku Bee Kun Bu tak akan lupakan!"Memang Sia Yun Hong sudah mulai lunak hatinya ketika mendengar kata-kata Lie Ceng Loan, dan ia sangat malu terhadap maksud dan perbuatannya ketika melihat wajah yang tenang dan tak takut mati dari Lie Ceng Loan,Gadis itu mengawasi Sia Yun Hong sejenak, lalu menanyai "Ha! Kau tidak membunuh mati aku??.,., Totiang ternyata masih berperikemanusiaan!"Kata-kata itu bagaikan pisau yang menusuk hatinya Sia Yun Hong, ia sangat malu, ia membalikkan tubuh dan lari pergi!"Terima kasih atas pertolongan Totiang terhadap Bu Koko!" tersenyum Lie Ceng Loan,Bee Kun Bu berkesempatan memandang gadis yang rela berkorban untuknya, Dalam pandangannya, gadis itu sederajat dengan seorang dewi, ia merasa malu akan perbuatannya yang lampau, yang membuat gadis itu menderita,"Bu Koko," kata Lie Ceng Loan, "Suhu dan kedua Supek berlalu dengan berjalan perlahan-lahan, akan tetapi Totiang itu berlalu dengan berlari pesat sekali!"Kata-kata itu membikin Bee Kun Bu berpikir akan nasibnya Liong Giok Pin, dan ia menyatakan pikirannya itu "Loan Moi, aku sedang memikirkan akan nasibnya Liong Cici, Mari kita pergi cari dia!" Dengan kedua mata terbelalak, Lie Ceng Loan menanyai "Di manakah kita mencarinya?"Bee Kun Bu tak dapat menjawabnya, ia menundukkan kepalanya berpikir Ketika ia mengangkat kepalanya lagi, ia menghela napas sebelumnya berkata "Betul, kemanakah aku harus pergi? Aku telah diusir keluar dari partai Kun Lun. Dunia ini meski besar dan luas aku tak melihat ruang yang dapat menempatkan diriku. M "Bu Koko," kala Lie Ceng Loan dengan nada menghibur "Liong Cici adalah seorang yang baik, Jika dia lelah mengetahui sebab musababnya, dia tak akan memper- salahkan kau. Ketika aku menderita sakit di pegunungan Kun Lun, Liong Cicilah yang merawati aku, Kita harus membalas budinya itu!"Bee Kun Bu terharu mendengar penjelasan tersebut yang penuh dengan budi kasih,ia berpikir "Jika Co Hiong tidak mencuri kitab-kitab Kui Goan Pit Cek di kamar Thian Kie Hu ketika aku sedang menderita sakit, aku tentu tak mengalami peris-tiwa-peristiwa yang mengakibatkan pengusiran aku keluar partai Bu kan kah Liong Giok Pin lari keluar karena tertarik oleh Co Hiong?" ia membanting kakinya menyatakan kegusaran nya terhadap manusia yang hina dan keji itu. Lalu ia menjadi reda kembali ketika berpikir bahwa Co Hiong telah jatuh ke dalam jurang membawa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan mungkin telah binasa. ia menggeleng-gelengkan kepalanya,Kemudian di pegunungan yang sunyi senyap itu terdengar suara seruling yang memilukan hati sehingga membikin suasana menjadi makin suram dan seram,Sejenak kemudian Bee Kun Bu berdiri tegak dan berseru "Mengapa dia datang ke pegunungan ini?"Lie Ceng Loanjuga menjadi heran mendengar seruan itu. ia ingin menanya, ketika dari jauh datang menghampiri seorang wanita yang mengenakan pakaian serba hitam sambil meniup seruIing, wajahnya pucat pasi, Lie Ceng Loan pernah melihat wanita itu ketika Bee Kun Bu menderita sakit di dalam goa, dan iapun segera mengena!inya. Hanya di sebelah pipinya ada tanda bekas bacokan, Wanita itu adalah Giok Siu Sian Cu,SeteIah tiba di hadapan Bee Kun Bu, wanita itu berhenti meniup seruIingnya, ia pandang Lie Ceng Loan, lalu memandang Bee Kun Bu. ia hanya tersenyum tidak menanya, Bee Kun Bu masih belum hilang yang lampau kembali lagi. ia tak dapat mengerti mengapa jago silat wanita yang terkenal sebagai iblis ini juga tetah jatuh hati kepada nya,Melihat kedua orang tidak bicara, Lie Ceng Loan menghampiri Giok Siu Sian Cu dan berkata "Cici, kita berjumpa lagi di sini."Giok Siu Sian Cu menghela napas, lalu menjawab "Loan Moi, kau dapat hidup, karena Bu Koko telah dapat dicari olehmu, dan kau tak akan menderita penyakit pikiran lagi!"Tahun yang lalu, Lie Ceng Loan telah menderita sakit hebat di puncak Kim Teng Hong di pegunungan Kun Lun karena merindui Bee Kun Bu, dan Giok Siu Sian Cu pernah menerobos masuk ke daerah pegunungan Kun Lun untuk memenuhi janji mengadu silat melawan Hian Ceng Tojin,Ucapan itu tidak menyinggung perasaannya Lie Ceng Loan. ia menjawab dengan wajan "Betu!, Bu Koko seorang yang baik, Apakah kau juga menyukai aku?"pertanyaan itu membikin Bee Kun Bu terkejut Ketika itu matahari sudah terbenam, Angin meniup sepoi-sepoi, dan dalam suasana demikian, Lie Ceng Loan yang mengenakan pakaian putih nampaknya seperti satu bidadariGiok Siu Sian Cu yang mengenakan pakaian serba hitam, sebaliknya menimbulkan kesan yang sedih,Bee Kun Bu telah melihat bekas bacokan di pipinya wanita itu, ia ingat akan peristiwa wanita itu menolong jiwanya sehingga terluka,"Hengtee, kau tentu merasa heran mengapa menjumpai aku di sini?" kata Giok Siu Sian Cu."Jika aku sampai saat ini masih hidup, aku tak lupa bahwa kaulah yang pernah menolongjiwaku," jawab Bee Kun pertolonganmu mungkin aku sudah dibunuh mati oleh Co Hiong!" Giok Siu Sian Cu tersenyum dan berkata "Hengtee, kau jangan sebut-sebut peristiwa itu, tetapi mengapa kau tak dapat melupakan aku?"pertanyaan itu membikin Bee Kun Bu tereengang, ia tak dapat berkata-kata, ia menundukkan kepalanya, seolah-olah seorang yang menerima salah,"Sudahlah, jika kau tak dapat menjawabnya, Aku akan meniup sebuah lagu untuk kau," kata Giok Siu Sian Cu. Lalu ia meniup serulingnya, Lagu yang ia tiup adalah suatu lagu yang memilukan hati, Baru saja Bee Kun Bu mendengar nada seruling yang makin nyaring itu, ia menutupi kedua kupingnya dan berlari pergi. Lagu seruling itu adalah lagu yang Giok Siu Sian Cu pernah tiup untuknya ketika ia menderita luka parah dan berada di sampingnya wanita itu yang merawatinya dengan tekun, Maksud daripada wanita itu ialah untuk menimbulkan kembali perasaan kasih sayangnya Bee Kun Bu ter-hadapnya,Giok Siu Sian Cu berhenti meniup, dan memanggil "Hengtee! Jika kau tak sudi mendengar lagi, akupun berhenti meniupnya!"peristiwa yang terjadi di hadapannya membikin Lie Ceng Loan bingung, ia yang hatinya sangat polos tak dapat melihat hubungan antara Bu Koko dan wanita itu. Ketika Bee Kun Bu lari, ia mengejar dan menangkapnya, Giok Siu Sian Cu merasa cemburu melihat kekasihnya di dalam pelukan Lie Ceng Loan. ia menjadi gelisah, tapi Lie Ceng Loan berkata dengan ramah "Cici, rupanya Bu Koko tak tahan mendengar lagu yang sedih, Bukankah lebih baik jika Cici meniup lagu yang gembira?"Kata-kala itu menginsyafkan Giok Siu Sian Cu akan kekeliruannya. ia merasa akan perbuatan maupun mak- sudnya, ia menghampiri dan mengusap-usap Ceng Loan seraya berkata "Maaf! Karena aku masih bersedih hati, maka aku selalu meniup lagu-lagu yang sedih. Di kemudian hari, mungkin kau juga akan menaruh simpati terhadap orang-orang yang bersedih hatL,." Kata-kata tersebut masih tetap ditujukan kepada Bee Kun Bu yang masih membungkam terus,"Hengtee," kata Giok Siu Sian Cu kepada Bee Kun Bu, "Lebih baik kau lupakan aku demi kepentinganmu sendiri!"perkataan yang merupakan suatu teguran atau sindiran itu tak dapat diterima oleh Bee Kun Bu yang berbudi luhur Dengan gusar ia menjawab "Siocia! Aku Bee Kun Bu tak akan melupakan budi luhur siapapun!"Dengan senyuman yang menggiurkan Giok Siu Sian Cu berkata lagi "Masih ingatkah kau lagu apa yang aku tiup ketika kau menderita luka parah dan dirawat oleh-ku?""Ketika itu aku masih separuh sadar, namun aku tak akan lupa lagu yang kau tiup untuk aku. justru mendengar lagu itu, aku merasa sedih kembali!""Ketika kau masih di dalam goa, aku telah pergi ke puncak Ngo Houw Leng dan menjumpai Hian Ceng Totiang, guru dan Lie Sumoy untuk minta pertolongan Pada ketika itu, aku tak mengetahui kau telah ditolong orang Iain. Aku kira kau telah tewas di dasar sungai setelah kau dilempar ke dalam sungai itu oleh Co Hiong. "ia berhenti sejenak mengawasi sikapnya Lie Ceng Loan, lalu meneruskan "Aku merasa girang kau ter-toong. Tapi jika aku ingat pada saat kau di dalam goa dengan pakaian berlumuran darah, aku sering-sering lerkenang akan. H iasukar mengakhiri ucapannya"Cici," kata Lie Ceng Loan, "Aku sekarang ingat akan peristiwa ketika kau juga terluka, Kau duduk bersandar di suatu batu dengan pakaian berlumuran darah, Toa Supek menolong membebaskan jalan-jatan darahmu, dan kau pernah mengatakan bahwa pertolongan itu terlambat Tapi Bu Koko yang dilempar ke dalam sungai ternyata telah ditolong oleh Pek CicL Sayang aku tak berkesempatan memberitahukan hal ini kepadamu." "Loan Moi, sudahlah," mohon Bee Kun Bu, "Peris-tiwa lampau yang memilukan hati itu lebih baik jangan ditimbul- timbulkan kembali!""Betul," kata Giok Siu Sian Cu, Tapi peristiwa itu takkan terlupakan Seperti impian Ya, peristiwa itu seperti impian belaka! Aku tidak mengetahui kau ter-tolong, Setelah aku sembuh, aku kembali ke sungai itu dengan maksud mencari mayatmu agar aku dapat menguburnya dengan seksama, Tentu saja aku gagal mencari mayatmu. Kemudian aku mencari keterangan dan mengetahui kau telah dibawa ke pegunungan Koat Cong San untuk diobati Oleh karena itu aku datang ke sini, Tapi aku sekarang seolah-olah tidak diingini. "Ucapan yang menusuk hatinya itu membikin Bee Kun Bu berpikir "GiokSiu Sian Cu terkenal di kalangan Kang-ouw sebagai seorang iblis wanita, Aku tak sangka diapun mempunyai perasaan yang halus, Aku sukar melepaskan diri dari jaringnya, Jika aku betindak salah, aku khawatir dia akan berdendam terhadapku Aku yakin aku tak dapat melawan." Lalu dengan sabar ia berkata "Siocia, hari sudah ma!am. Kita harus lekas-lekas berlalu dari tempat ini. Aku mohon berpisah di sini!" Lalu ia menyeret tangannya Lie Ceng Loan dan berjalan ke lain jurusanDengan satu loncatan GiokSiu Sian Cu menghadang di depan mereka. ia mengancam "Hengtee, kau ingin berlalu begitu saja? Urusan kita belum beres."Bee Kun Bu gentar melihat wajahnya yang beringas, Tapi Lie Ceng Loan berkata sambil tersenyum "Jika kau tak mengijinkan kami berlalu, kaupun boleh turut kami bersama - sama."sebetulnya Giok Siu Sian Cu ingin menghantam gadis itu yang ia anggap sebagai saingannya yang terbesar tetapi setelah melihat sikapnya yang ramah dan mengetahui keluhuran budinya, ia tak sampai hati meng-hantamnya. Lalu ia menanya "Loan Moi, aku ingin kau berpisah dari Bu Kokomu, apakah kau setuju?" Seperti halilintar di tengah hari, Lie Ceng Loan terperanjat mendengar pertanyaan itu. ia terpaku dan menjadi bisulBee Kun Bu menjadi gusar, dan dengan tak terasa ia memegang gagang pedangnya, siap membela Sumoynya,justru pada saat itu yang tegang itu, di malam yang sunyi senyap itu terdengar suara orang meraung. Mereka menoleh ke jurusan suara tersebut, dan di bawah sinarnya rembulan, mereka tampak seorang Hweeshio yang berpakaian jubah abu-abu dan memegang sebuah periuk tembaga tengah mendatangi ke arah mereka,Ketika tiba di hadapan mereka, Hweeshio itu membungkukkan tubuh memberi hormat seraya menegur "Kalian baik-baik saja!""Toa Suhu!" kata Giok Siu Sian Cu, "Aku tidak menduga menjumpai kau di sini. Mengapa kau tidak kembali ke pegunungan Ngo Bi San! Urusan apakah yang menahan kau di sini?"Tio Ceng Taysu menyengir "O Mi To Hut!" pujinya, "Mungkin kau masih ingat bahwa di pegunungan Ngo Bi San aku telah mengatakan aku tak segan membunuh lagi!"Bee Kun Bu terkejut mendengar kata-kata itu. Ia mengerti mengapa Hweeshio ini ingin membunuh, perselisihan apakah yang membuatnya dia demikian ne-kadnya, ia ingin menanya, tetapi Giok Siu Sian Cu bicara lagi "Di pegunungan Ngo Bi San, aku telah dijotos sekali olehmu, itu aku tak lupa, Kebetulan sekali kita berjumpa lagi di sini, dan aku memperoleh kesempatan menghajar hutang jotosan itu!"Segera terlihat Tong Pun Hweeshio mengumpulkan tenaga dalamnya siap sedia bertempur melawan musuhnya, Bee Kun Bu yakin bahwa pertempuran tak dapat dihindar-kan lagi ia ingat ketika di pegunungan Ngo Bi San, karena Giok Siu Sian Cu ingin melindungi ia, wanita itu kena pukulan Tio Hui, ^!eski Tio Hui pun kena disodok oleh serulingnya, akan tetapi Giok Siu Sian Cu kena dipukul punggungnya oleh Tio Ceng sehingga muntah Kun Bu bermaksud meredakan mereka dengan minta Tio Ceng Hweeshio memandang kepadanya sebagai orang dari partai Kun Lun yang pernah menolong Ngo Bi, tetapi ia ingat lagi bahwa ia telah diusir oleh partai Kun Lun. ia tak dapat mencapai maksudnya itu,Kegelisahannya Bee Kun Bu telah diperhatikan oleh Tio Ceng, dan ia berkata "Aku sangat menghormati Hian Ceng Totiang, dan aku tak sudi menyakiti hati kalian berdua, Kau ajaklah Sumoymu pergi dari sini! Aku tak berurusan dengan kau!"Bee Kun Bu terkejut, iapun merasa heran tereampur girang, Untuk sementara waktu ia tak dapat menjawab, Lie Ceng Loan yang tak memikirkan akibalnya, men-jawab "Jika Toa Supek dan Ji Supek masih dapat memaafkan mungkin Bu Koko dan aku sudah kembali ke pegunungan Kun Lun, dan tidak perlu kami berdiam lama di sini. ""Ha!" kata Tong Pun Hweeshio dengan heran, "Apakah partai Kun Lun mengusir dua muridnya yang baik?"Bee Kun Bu merasa sedih dan ma!u, ia cabut pedangnya dan ingin menyerang, Tapi Giok Siu Sian Cu membentak "Hengtee, tahan! ini adalah urusanku, Hu-tang jotosan itu akulah yang harus membikin Hweeshio ini yang membayarnya Ucapan itu ia barengi dengan satu sodokan secepat kilat ke dadanya Tong Pun periuk tembaga Tong Pun Hweeshio sudah siap menahan sodokan seruling maut itu dengan jurus Tay San Ap Teng Gunung Tay San menahan taufan, dan mendorong ke tubuhnya Giok Siu Sian Cu, Periuk tembaga yang berat itu ditambah dengan dorongan tak dapat ditahan oleh Giok Siu Sian Cu. Dengan menjejakkan kedua kakinya, ia loncat ke atas, melalui di atas kepalanya si Hweeshio, dan menyodok lagi punggung lawannya dengan seruling batu Gioknya. Tapi Hweeshio itu bukan lawan yang ringan, Secepat kilat ia berbalik dan menahan lagi sodokan itu dengan periuk tembaganya, Giok Siu Sian Cu tidak menyodok satu kali, Setelah sodokan pertama gagal, ia menyodok lagi beruntun tiga kali!Tiba-tiba Tong Pun Hweeshio menggeram, dan ia meloncat ke kiri dan ke kanan seolah-olah ia sedang berlari- Iari dengan periuk tembaganya, sinar yang memancar dari periuk tembaga itu di bawah sinar rembulan menyilaukan mata! Terdengarlah suara gaduh beradunya seruling dan periuk tembaga itu. Selama beberapa puluh jurus mereka bertempur dengan seru sehingga sukar dilihat mana sebetulnya lebih lihay ilmu silatnya!Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan menyaksikan pertempuran kedua jago silat itu dengan penuh perhatian"Ah, sekarang adalah kesempatan baik bagiku untuk melepaskan diri dari jaring si wanita iblis itu. Tapi dia pernah menolong jiwaku, Jika dia tak menolongnya, mungkin aku telah menjadi abu. Aku tak dapat berlalu setelah melihat dia berada dalam bahaya!"Lie Ceng Loan menyentuh lengannya Bee Kun Bu dan berbisik "Bu Koko, Giok Siu Sian Cu itu rupanya bukan seorang yang baik, Tidak perlu kita bantu, Hayo, kita berlalu!"Bee Kun Bu tidak menjawab, ia gelisah sekali ia tak dapat berlalu begitu saja, Tapi Lie Ceng Loan menyeret padanya, ia terpaksa mengikutiTapi satu bayangan hitam tiba-tiba berada di depan mereka, "Hengtee!" tegUjp bayangan hitam itu. "Kau tak dapat melarikan diri! Apakah kau tidak merasa malu akan perbuatanmu yang tidak layak itu?"Lie Ceng Loan yang belum mengetahui seda!am-dalamnya hubungan antara Bu Kokonya dan wanita itu menjawab dengan suatu senyuman terpaksa "Cici, kau tak dapat mempersa!ahkan Bu Koko. AkuIah yang menyeret dia berlalu dari sini!"Ketika itu Tong Pun Hweeshio juga sudah datang menghampiri dan menegur lagi "Hei, Liehiap! Bukankah kau hendak memaksa aku membayar hutang jotosan?""Aku tidak lari, aku hanya khawatir kedua orang ini melarikan diri,"jawab GiokSiu Sian Cu, "Akutidakgcntar melawan kau!"Bee Kun Bu tak dapat diam lagi ia berkata "Siocia lelah menolong jiwaku, Budi itu aku tak akan lupakan. Tetapi apa maksudmu menahan aku?"Giok Siu Sian Cu tidak berani menyatakan apa yang dikandung di dalam hatinya di depan Tong Pun Hweeshio dan Lie Ceng Loan. ia hanya mengawasi Bec Kun Bu dengan kedua mata terbelalak"Hei, Liehiap! Jika kau tidak mu!ai, aku yang akan mulai menyerang!" bentak Tong Pun Siu Sian Cu habis sabar ia membentak kembali "Hweeshio gadungan! Apakah kiramu aku takut kepada-mu?" Lalu secepat kilat ia menyerang Hweeshio itu dengan jurus Bwee Hua Sam Long Tiga patukan burung ke atas bunga Bwee, dan terlihat serulingnya menotok kepala, lalu dada dan perutnya si Hweeshio sehingga Hweeshio itu menjadi kelabakan! Sodokan-sodokan yang dilancarkan secepat kilat itu dan bertubi-tubi itu sukar dijaga, dan Tong Pun Hweeshio harus menangisnya dengan jurus Pang In Tok Jit Awan gelap menutupi matahari,justru pada saat Tong Pun Hweeshio terdesak itu, dari satu jurusan datang berlari-Iari seorang Nikouw setengah itu adalah Tio Hui, Sumoynya Tong Pun Hweeshio,Bee Kun Bu merasa heran mengapa Tio Hui juga belum berlalu dari pegunungan Koat Cong San, dan dengan pedang terhunus ia menjaga Tio Hui seraya membentak "Unluk maksud apakah kau datang kembali ke sini?" Tio Hui tidak menjawab, ia hanya mengawasi Bee Kun Bu dengan perasaan jemu dan kebencianTong Pun Hweeshio setelah berlalu dari pegunungan Koat Cong San masih tak dapat melupakan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, maka ia kembali pula dengan maksud berusaha mencari lagi kitab-kitab ajaib itu di dalam jurang,Tio Hui telah melihat hubungan yang erat diantara Bee Kun Bu dan Souw Hui Hong, maupun hubungan diantara Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui. Maka setelah ia berlalu dari puncak Pek Yun Siat, ia telah melihat bahwa Bee Kun Bu dan ketiga pemimpin partai Kun Lun masih berada di pegunungan Koat Cong San. Dengan diam-diam iapun kembali dengan harapan ia bisa dapat mendengar sesuatu dari pereakapan mereka. ia tidak menduga dapat menjumpai Tio Ceng, Suhengnya, sedang bertempur melawan Giok Siu Sian Ceng Loan berkata kepada Bee Kun Bu "Bu Koko, mungkin kembalinya Nikouw ini karena hendak membantui Suhengnya, tapi aku kira Giok Siu Sian Cu masih dapat memberi hajaran kepada mereka!"Bee Kun Bu tidak menjawabnya, ia hanya mengawasi gerak-geriknya Tio Hui yang ketika itu ingat akan terbunuhnya seorang muridnya Tio Pan oleh Bee Kun Bu. Dengan penuh kebencian Tio Hui tiba-tiba menusuk Bee Kun Bu dengan jurus Pek Hong Koan Jit pelangi putih mencari surya,Tusukan pedang yang sekonyong-konyong itu mengejutkan semua orang yang melihatnya, dan mungkin Bee Kun Bu tertusuk jika ia tidak lekas-lekas menggunakan ilmu langkah ajaib Ngo Heng Bi Cong Pu. Secepat kilat ia sudah berada di belakangnya Tio Hui yang menusuk angin!-ooo0ooo-Dengan berat hati mengusir saudari seperguruan Tio Hui melihat bahwa ia segera dapat menusuk lawan- nya, tetapi lawan tersebut meloncat secepat kilat, dan ia merasa hembusan angin di belakangnya, ia segera menoleh ke belakang dan tampak Bee Kun Bu sudah berada di belakangnya siap menusuk punggungnya, ia terkejut, ia lekas- lekas berkelit dan menangkis dengan pedangnya, Bee Kun Bu menginsyafi bahwa untuk melawan Tio Hui, ia harus menggunakan langkah ajaib Ngo Heng Bi Cong Pu, karena ilmu pedang rahib wanita itu sedikit lebih tinggi dari dari kelitan-kelitan dan egos-an- egosan ilmu langkah ajaib itu membingungkan Tio Hui. ia tidak mengetahui lagi dengan cara apa ia harus gunakan untuk menyerang lawannya,Giok Siu Sian Cu, yang pernah kena dijotos oleh Tio Hui, ketika mereka bertempur di pegunungan Ngo Bie San, kini memperoleh kesempatan untuk membalas, ia berseru "Hengtee, aku datang membantu!" Dan ia meloncat menyerang Tio Hui!Tong Pun Hweeshio terkejut melihat Sumoynya diserang. ia meloncat dan dengan periuk tembaganya ia tangkis sodokan serulingnya Giok Siu Sian Cu, lalu ia meloncat menerkam Ue Ceng Loan. ia pikir jika ia dapat menyergap Lie Ceng Loan, ia dapat mengancam Bee Kun Bu dan melepaskan Sumoynya melawan Giok Siu Sian Cu. Tetapi Lie Ceng Loan yang pernah ditipu oleh Sia Yun Hong telah waspada dan siap sedia. ia meloncat mundur ketika diterkam oleh Tong Pun Hweeshio dan menjerit "Bu Koko!"Bee Kun Bu menjadi murka, ia meloncat menghadapi Tong Pun Hweeshio seraya membentak "Hei! Apa-kah sebagai salah satu pemimpin partai silat Ngo Bie yang terkenal, kau tidak malu menerkam seorang gadis?"Teguran itu betul-betul membikin Tong Pun Hweeshio menjadi malu, tetapi dalam keadaan yang terdesak itu, ia harus bertempur dengan Bee Kun Bu yang segera menyerang dengan pedangnya, Lie Ceng Loan juga sudah mencabut pedangnya dan bersama-sama Bee Kun Bu memberikan perlawanan kepada si Hweeshio!Meskipun Tong Pun Hweeshio lebih kuat daripada mereka, akan tetapi ia harus mengeluarkan semua kepandaiannya untuk melawan sepasang pemuda-pemudi pihak Giok Siu Sian Cu yang sudah bertekad membalas dendamnya terlihat ia menyerang dan mendesak lawannya dengan jurus Mo In Cap Pwee Cao Mencakar awan dengan delapan belas jurus,Sedianya Tio Hui datang untuk menyerang Bee Kun Bu untuk dipaksanya memberitahukan rahasia tentang Souw Hui Hong, Tetapi di luar dugaannya ia telah ketemu Giok Siu Sian Cu. ia mengetahui bahwa ia tak dapat melawan lagi, pikirnya lebih baik ia mencari jalan untuk melarikan diri,Dan kembalinya Tong Pun Hweeshio dengan maksud mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek di dalam jurang, Tetapi ia telah menjumpai ketiga lawan itu, iapun sukar melaksanakan maksudnya, Untuk keselamatannya sendiri, ia pikir lebih baik lekas-lekas berlalu. Maka ia membentak "Aku ada urusan lain yang penting, kini aku tidak mempunyai waktu melawan kalian berdua!"Tio Hui pun berseru "Giok Siu Sian Cu! Jika kau ingin membalas jotosan yang telah aku persen kepadamu, aku mengundang kau datang ke pegunungan Ngo Bie San!" Lalu dengan satu loncatan ia mengikuti Tong Pun Hweeshio lari dari tempat tersebutTapi Giok Siu Sian Cu segera mengejarnya. Bee Kun Bu hanya mengawasi mereka berlari-Iari. Lie Ceng Loan membetot tangannya dan berkata "Bu Koko, mari kita berlalu dari tempat ini!" Ketika itu Bee Kun Bu baru sadar bahwa ia memperoleh kesempatan untuk melepaskan diri dari gangguan Giok Siu Sian Cu, maka tanpa menyahut lagi iapun mengikuti Sumoynya berIalu. Meskipun mereka berlari-Iari sambil berpegangan langan, namun pikiran mereka masing-masing berlainan, Lie Ceng Loan merasa gembira dapat berlalu, sedangkan Bee Kun Bu masih tetap gelisah. Ketika mereka tiba di suatu lembah yang agak sempit, Bee Kun Bu melepaskan pegangannya Lie Ceng Loan seraya berkata "Sumoy aku minta kau berjalan di belakang."Lalu dengan tidak menunggu jawaban Lie Ceng Loan, ia berjalan lebih dahulu menuju ke suatu gua. Mereka terus masuk ke dalam gua yang gelap, Agaknya Bee Kun Bu telah mengetahui jalan di dalam gua itu, ia dapat berjalan dengan cepat, diikuti terus oleh Sumoynya,sebetulnya Ue Ceng Loan ingin menanya ke mana mereka akan pergi, akan tetapi ia khawatir mengganggu Suhengnyaj maka tak jadilah ia menanya,Lalu dari ujung gua terlihat sinar rembulan, Lie Ceng Loan berlari lebih cepat untuk dapat berjalan ber-damping- dampingan dengan Suhengnya, ia terkejut ketika ia melihat kedua matanya Bee Kun Bu berlinangkan air mata, ia peluk Bee Kun Bu dan menanya "Bu Koko, mengapa kau bersedih hati?" ia teringat akan penderitaan yang lampau - penderitaan jiwa maupun raga, tetapi kesemuanya itu tertolong oleh Pek Yun Kun Bu tersenyum, tapi dengan rupa yang sedih. "Loan Moi, aku mempunyai suatu urusan yang sukar akuucapkan, Tetapi sekarang aku akan menceritakan kepadamuj dan setelah kau mendengarnya, kau akan melihat bahwa aku ini bukannya seorang yang sempurna, banyak sekali perbuatan-perbuatanku yang dapat membikin kau muak dan jemu, Mungkin juga kau akan membenci aku setelah kau mengetahuinya!"Melihat sikap dan nada yang sungguh-sungguh ketika BeeiKun Bu memberitahukan isi hati nya. Lie Ceng Loan hanya tersenyum dan berkata "Bu Koko, apakah Koko kira aku tidak mengctahui! Apakah Koko masih ragu-ragu terhadap kasih sayangku terhadap Koko? Sudahlah, Koko tak usah menceritakan. Aku hanya ingin Koko tetap mencintai aku!"Bee Kun Bu menarik napas, lalu sambil menunjuk ke arah kamar batu di depannya, ia berkata "Apakah kau melihat kamar batu itu?"Lie Ceng Loan dapat lihat kamar batu di dalam gua itu, dan ia menjawab "Mengapa kau menanya? Mari kita periksa?"Bee Kun Bu menuntun Lie Ceng Loan jalan menuju kamar batu itu, dan Lie Ceng Loan mengikuti tanpa banyak bertanya lagi,"Setelah kita mencari Liong Cici, aku akan bicara lagi!" kata Bee Kun Bu. Lalu iapun masuk ke dalam kamar batu di dalam gua itu, Tetapi ia menjadi terperanjat ketika ia menemui kamar batu itu kosong. "Kemana Liong Giok Pin telah pergi?" pikirnya, sikapnya ini membikin Lie Ceng Loan menanya "Bu Koko, apa lagi yang kau pikirkan?"Bee Kun Bu tidak menjawabnya. ia banting satu kakinya dan bicara seorang diri dengan gusar "Tentu jahanam itu telah membunuh mati Liong Cici, lalu membawa mayatnya ke tempat lain!""Siapakah orang yang membunuhnya?" tanya Lie Ceng Loan dengan heran,"Co Hiong, manusia kejam itu." jawab Bee Kun Bu. "Dia telah menotok jalan darahnya Liong Cici, dan menyembunyikannya di kamar batu di dalam gua ini. jahanam itu pun juga telah paksa aku makan bubuk racun Hua Kut Siauw Goan San " ia berhenti sejenak, lalu ia tarik danmenyeret tangannya Lie Ceng Loan s^aya berkata "Mari kita keluar!""Aku kira Co Hiong itu kawan baikmu Koko, Aku tidak menduga dia demikian jahalnya!" kata Lie Ceng Loan. Tapi," kata Bee Kun Bu, "Sebentar lagi kaupun akan mengetahui bahwa Bu Kokomu ini juga seorang yang jahat!"Suasana di luar gua diterangi oleh sinar rembulan Bee Kun Bu mengajak Sumoynya duduk di atas rumput, lalu ia memulai penuturannya "Loan Sumoy, sekarang aku akan menceritakan kepadamu suatu hal yang aku sukar ucapkan, Aku harap setelah kau mendengarnya, kau segera pergi mencari Pek Cici, dan minta kepadanya agar kau dapat dibawa oleh bangau saktinya kembali ke pegunungan Kun Lun. "Dengan tersenyum Lie Ceng Loan menjawab "Suhu pernah mengatakan kepadaku bahwa aku dapat kembali ke pegunungan Kun Lun kapan saja aku suka. Namun aku lebih suka mendampingi Koko. "Sambil menundukkan kepalanya seolah-olah mere-nung, Bee Kun Bu tersenyum."Meskipun aku telah diusir oleh Susiok, tetapi di dalam hatiku aku masih merasa sebagai murid dari partai Kun Lun. Sumoy adalah seorang gadis yang berwatak luhur, berhati murni dan berbudi kasih, sebetulnya aku tak pantas memberitahukan kepadamu soal-soal yang mesum ini. Tetapi jika aku tidak menerangkannya, kau tentu selalu menganggap aku seorang yang baik, dengan demikian aku menjerumuskan kau yang tidak bersalah atau berdosa!""Bu Koko," kata Lie Ceng Loan dengan khidmat, "Aku tak akan menyesal mendengar apa yang kau akan ucapkan, Aku rela berkorban untukmu, Menyesal aku tidak seperti Pek Cici yang memiliki ilmu silat tinggi dan kepandaian menolong dan mengobati orang, Telah ber-kali-kali Pek Cici menolong jiwamu dan juga jiwaku!"Tiba-tiba Bee Kun Bu menanya, suaranya keras "Sumoy, apakah kau masih sukai aku?" Dengan kedua mata terbelalak Lie Ceng Loan berbalik menanya "Apakah Bu Koko masih juga menyangsikan akan cintaku?""Ha! Ha! Ha!" Bee Kun Bu tertawa seperti orang gila, Tetapi aku tidak cinta kepadamu! Lebih cepat kau berlalu lebih baik! Dan aku tak ingin melihat kau lagi!"Seperti halilintar di tengah hari Lie Ceng Loan terpaku mendengar kata-kata yang pahit getir itu, Segera air matanya mengucur dengan derasnya, dan dengan tersedu-sedu ia berkata "Tak,., tak perduli betapa hebat aku dibenci... aku tetap akan mengikuti Koko. "jawaban tersebut menyayat jantungnya Bee Kun Bu. ia merasa berbuat kejam melukai Sumoynya, Tetapi demi kepentingan gadis itu ia membentak lagi "Hayo enyah!"Lie Ceng Loan berbalik dan mulai berjalan pergi,Berkali-kali Bee Kun Bu ingin memanggil kembali, namun perkataannya selalu tertahan di tenggorokannya, ia menahan penderitaan batinnya sampai Lie Ceng Loan tak kelihatan lagi!"Tapi aku harus menjaga keselamatan di sepanjang jalan sampai ia menjumpai Pek Yun Hui!" pikirnya, Lalu ia mengikuti dari belakang tanpa diketahui oleh Lie Ceng Loan. Hatinya sangat sedih melihat gadis itu berjalan sendirian entah kemana!Na Siao Tiap rela menurunkan ilmu silatnya kepada Bee Kun BuEntah beberapa lama Lie Ceng Loan berjalan, ketika ia tiba di bawah sebuah pohon cemara yang besar, ia berhenti dan dudukdi atas rumput sambil bersandardi pohon itu. ia pejamkan kedua matanya dan coba jarak lebih kurang dua tombak jauhnya Bee Kun Bu memperhatikan gerak-geriknya Lie Ceng Loan, ia merasa gelisah sekali ketika melihat gadis itu duduk tidur sambil bersandar di pohon cemara. ia khawatir di dalam pegunungan tersebut gadis itu dapat diserang binatang buas atau ular berbisa, Dengan kekhawatiran tersebut, ia terpaksa mendekati dengan maksud menjagal gadis kemudian dalam tidurnya gadis itu berseru "Bu Koko, betul-betul kau tidak sudi melihat aku lagi?"Bee Kun Bu terkejut, ia lekas loncat sedikit lebih jauh agar tak ketahuan, ia bersembunyi di balik sebuah pohon besar Tapi Lie Ceng Loan tidak bangun, hanya sedang mengigau dengan mengucapkan kata-kata tadi dalam tidurnya!Kemudian Bee Kun Bu di atas pohon cemara, dan dari cabang-cabang pohon itu ia dapat mengawasi gerak-geriknya Lie Ceng Loan, ia sedang memikiri dengan cara apa ia dapat mengantar Sumoynya ke kamar Thian Kie Cok Hu dari Pek Yun ia mendengar suara orang berlari-Iari menghampiri. sejenak kemudian, di bawah sinarnya bu-lan, ia dapat melihat bahwa orang yang mendatangi itu adalah Liong Giok Pin yang ia berusaha mencarinya dengan hampa,Dari atas pohon ia dapat melihat dan mendengar segala sesuatu, ia tampak Liong Giok Pin menghampiri Lie Ceng Loan dan mengawasi gadis yang tidur nyenyak itu lalu menyentuh dan menegur "Loan Sumoy! Loan Sumoy!"Lie Ceng Loan terbangun dan membuka matanya dengan terperanjat lalu ia tersenyum dan menyahut "Ai! Pin Cici, karena kau telah menukar pakaian, hampir saja aku tak dapat mengenal kau!"Liong Giok Pin lalu duduk di sampingnya dan mulai bicara "Aku kelak akan menukar pakaian lagi dengan mengenakan jubah seorang rahib wanita, Tapi... mengapa kau seorang diri di lembah gunung yang sunyi sepi ini? Di manakah Bee Sutee...?" "Bu Koko tak sudi melihat aku lagi! Dia telah mengusir aku!Dan karena aku tidak ingin membikin dia marah, aku hanya menuruti kehendaknya menyuruh aku meninggalkan dia!" jawab Lie Ceng Loan,Dengan perasaan heran Liong Giok Pin menanya pula "Bee Sutee adalah seorang yang berbudi, Dia lebih suka menderita daripada menyusahkan orang lain, Tapi mengapa dia tidak ingin melihat kau lagi?"Dengan senyuman yang sedih Lie Ceng Loan menjawab pula "Akupun tidak mengetahui sebab musabab-nya. Dia menyuruh aku berlalu, Aku hanya menuruti kehendaknya, karena aku tidak mau melukakan hatinya!""Ha!" kata Liong Giok Pin, "Memang kebanyakan pria tak dapat dipereayai Mungkin dia telah jatuh cinta kepada Pek Cicimu!"Kata-kata itu seperti juga sebilah pisau belati telah menusuk hatinya Bee Kun Bu yang dapat mendengarnya cukup tegas,Lie Ceng Loan menggelengkan kepalanya, "Pek Cici seorang yang baik, dan kita tak dapatmembusuki ia.""Kau betul-betul satu malaikat," seru Liong Giok Pin. "Kamu masih dapat mengampuni orang yang merampas kekasihmu. "Lie Ceng Loan menubruk Liong Giok Pin dan sambil menangis terisak-isak ia berkata "Meskipun Bu Koko tak sudi melihat aku lagi, aku tetap memikiri dan mencintai padanya. ""Sekarang dia ada di mana? Mari antarkan aku menjumpai dia, Aku harus menasehatkan padanya?" kata Liong Giok Pin. "Apakah tabiat Bu Kokomu itu sudah berubah?"Sambil menyeka air matanya, Lie Ceng Loan men-jawab "Bu Koko sangat baik,., tetapi dia telah diusir oleh Supek." "Apa?" seru Liong Giok Pin dengan terkejut "Me-ngapa dia diusir?""Halnya aku tidak mengetahui jelas," kata Lie Ceng Loan, "Aku hanya mengetahui bahwa Pek Cici telah bertengkar dengan Supek, dan di dalam murkanya itu, Bu Koko telah diusir oleh Supek!""Apakah kau masih ingin mencari Bee Sutee?" tanya Liong Giok Pin."Bu Koko tidak ingin melihat aku lagi," jawab Lie Ceng Loan, "Jika aku mencari dia, aku hanya akan menimbulkan kegusarannya."Liong Giok Pin berpikir, lalu berkata "Baiklah kau ikuti pergi ke suatu tempat yang terpencil, di sana kita bersama-sama mempelajari catatan-catatan dari kitab Thian Ki Cin Jin yang aku telah peroIeh, Setelah kau dapat pelajari dan berlatih masak, kau dapat mencari Bee Sutee untuk membikin perhitungan terhadapnya!"Dengan membelalakkan mata Lie Ceng Loan berkata "Aku mempelajari ilmu silat untuk memukul Bu Koko? Tidak! Tidak!""Baiklah," kata Liong Giok Pin menghibur, "Jika kau sudah lebih pandai, kau membantu Bu Kokomu.""Juga tak mungkin," kata Lie Ceng Loan. "Dia sudah tak sudi melihat aku pula bagaimanakah aku dapat membantu dia? Sudahlah... Cici pergi sendiri menjumpai dia. Aku tak ingin belajar silat lagi.""Loan Moi, apakah telah terjadi pereideraan antara kalian berdua?" tanya Liong Giok Liong Cici, tadi ia mencari kau di gua itu.,.," "Mengapa kau kelihatannya lesu?" "Aku sangat mengantuk, aku ingin tidur," lalu iapun tidur pula yang dalam tempo sekejap saja telah tertidur dengan nyenyaknya,Harus diketahui bahwa ia yang berhati suci murni dan luhur wataknya telah berpikir banyak setelah Bee Kun Bu diusir keluar dari partai, dan dengan terus menerus berpikir, ia tak tahan akan keletihan otak maupun tubuhnya. Maka akhirnya ia tertidur karena ke-letihannya itu,Sia-sia Liong Giok Pin berusaha Kun Bu yang bersembunyi di sebuah pohon besar telah menyaksikan dan mendengar pembicaraan kedua orang itu, hatinya dirasakan hancur melihat keadaannya Lie Ceng Loan. ia ingin meloncat turun dari pohon dan menyatakan penyesalannya terhadap Lie Ceng mengawasi Lie Ceng Loan yang sedang tidur nyenyak itu. Liong Giok Pin berkata dalam hati "Aku tak dapat membiarkan urusan ini. Aku telah melukai halinya."Tiba-tiba terdengar Lie Ceng Loan berseru dari ngi- gaunya "Bu Koko, bangau putih yang kau tangkap bagus sekali, sama bagusnya seperti bangaunya Pek CicL.."Liong Giok Pin menotok suatu jalan darahnya Lie Ceng Loan, lalu mengangkat dan membawanya pergi entah kemana. Mereka menghilang di tempat yang gelap, Bee Kun Bu loncat turun dari pohon setelah memperhatikan keadaan sekitarnya, talu berjalan gunung meniup sepoi-sepoi. Bee Kun Bu berjalan tanpa tujuan, ia jalan ke mulut gua yang tidak jauh dari lembah itu. ia berusaha keras melupakan penderitaannya Lie Ceng Loan, ia berjalan masuk dan menuju ke dalam kamar batu di mana ia berbaring untuk beristirahat dan merancangkan jalan yang ia harus tempuh seterusnya, Akhirnya tanpa terasa iapun tertidur Entah berapa lama ia telah tidur dengan nyenyaknya, akan kemudian ketika bangun ia merasa tubuhnya menjadi hangat, dan hidungnya membaui harumnya buka matanya dan melihat empat bujang perempuan yang mengenakan pakaian serba putih, Segera ia mengenali bahwa mereka itu adalah bujang-bujangnya Na Siao segera terdengar suaranya Na Siao Tiap yang berkata "Kau sudah bangunkah? Lekas-lekas kerahkan tenaga dalammu, kau segera menjadi segar dan kuat lagi!"Tetapi Bee Kun Bu masih bingung, pikirnya mengapa mereka ketahui ia berada di dalam kamar di dalam gua itu,"Apakah kau tidak mengerti atau mendengar perkataanku Mengapa kau tidak mengerahkan tenaga da-lammu? Jika kau dapat lakukan itu dengan baik sehingga seluruh jalan-jalan darahmu menjadi bebas, maka usaha itu akan bermanfaat sekali bagimu!" seru Na Siao Tiap,Bee Kun Bu segera mengerahkan tenaga dalamnya dan betul saja ia merasakan tubuhnya lebih kuat dan segar Kemudian ia bangun dan menghadapi Na Siao Tiap siapa berkata sambil tersenyum "Aku sangat letih, Biar-lah aku beristirahat sejenak, setelah itu aku akan ber-cakap-cakap dengan kau!"Bee Kun Bu terkejut ia tidak mengerti mengapa gadis itu menjadi !etih. Tapi ia mengangguk dan berkata"Baiklah! Mungkin keletihanmu karena menolong aku, aku menyesal sekali, dan aku menghaturkan diperbanyak terima kasih,"Na Siao Tiap tersenyum, lalu ia merebahkan diri dan memejamkan kedua matanya untuk beristirahat dijaga oleh keempat bujangnya, Me!ihat wajah yang cantik jelita dari gadis itu, Bee Kun Bu tergiur hatinya, ia !ekas-Iekas memalingkan muka untuk membikin tenang pikirannya,Selang beberapa saat kemudian Na Siao Tiap membuka kedua matanya, dan sambil duduk menghadapi Bee Kun Bu ia berkata "Aku sudah tidak letih lagL sekarang kita dapat bereakap-cakap!"Sambil menundukkan kepalanya Bee Kun Bu menyahut "Aku menghaturkan banyak terima kasih atas pertolongan Siocia, sekarang aku minta diri. " Lalu ia berbalik danberjalan keluar,"Kau hendak pergi ke mana?" tanya Na Siao Tiap dengan Kun Bu menghentikan langkah kakinya, ia menoleh ke belakang dan menjawab "Aku hendak pulang menjumpai ayah bundaku, Kemudian aku akan. " ia tidak meneruskankata-katanya, ia hanya menarik napas lalu berjalan lagi,"Bee Siangkong, tunggu du!u! Aku ada sedikit omongan." kata Na Siao Tiap,Bee Kun Bu berhenti dan menoleh ke belakang lagi. ia melihat Na Siao Tiap sedang menghampiri "Apakah kau membenci aku?" tanya gadis itu ketika berada di sampingnya."Tidak! Dia tak membenci kau! Dia mempunyai banyak musuh yang mengacaukan pikirannya!" terdengar jawabannya seorang wanita, dan Bee Kun Bu segera mengenali bahwa wanita itu adalah Pek Yun Hui yang dalam sekejap saja sudah berada di sampingnya!Bee Kun Bu mundur dua langkah, dan sambil merangkap tangan menghaturkan hormat, ia berseru "Pek Siocia!""Mengapa kau masih bersusah hati? Apakah karena kau telah diusir oleh Susiokmu?" tanya Pek Yun Hui."Ha! Apakah kau juga telah menyaksikan ketika aku diusir?" tanya Bee Kun Bu dengan terperanjaL "Tidak," jawab Pek Yun Hui, "Aku hanya menduga, setelah aku mengetahui watak Susiokmu, yang sangat keras aku telah menolong partai Kun Lun beberapa kali, terutama menolong kau, dia menjadi tidak senang, tapi dia tidak berani marah terhadapku, dia hanya mencurigai kau, Tetapi kesalahanmu tidak seberapa be-sar, maka dia hanya mengusir kau dari partai Kun Lun, tidak menghukum mati.""Apakah Pek Siocia sengaja membikin Susiokku marah dan mengusir aku?" tanya Bee Kun Bu."Tidak! Ketika aku bertengkar dengan Susiokmu, aku telah membuatnya gusar terhadap kau. Aku tidak sangka dia sampai mengusir kau," jawab Pek Yun Hui."Jika seorang murid diusir oleh gurunya, itulah suatu hal yang sangat memalukan Soal ini tak dapat dipandang remeh," kata Bee Kun Bu."Tentang hal itu kau jangan buat pikiran, Nanti pada pertengahan bulan delapan lain tahun, partai Thian Liong lelah mengundang semua jago-jago silat dari kesembilan partai silat untuk mengadu silat Partai silat Thian Liong lelah membikin persiapan selama dua puluh tahun untuk maksud tersebutMenurut pandanganku pertarungan pada waktu itu akan merupakan suatu pertempuran yang merusak dan menyedihkan Jago-jago silat dari kesembilan partai silat akan sukar berlalu dari daerah sebelah utara propinsi Kwiciu, Harus diketahui bahwa jago jago silat dari partai Thian Liong memiliki ilmu silat luar biasa dan cerdik pula, yang kesemuanya itu diperoleh partai Thian Liong adalah karena. "Bee Kun Bu mendengari uraian gadis yang hanya baru berusia dua puluh tahun lebih itu dengan penuh kekaguman, karena disamping memiliki ilmu silat yang sakti, pun sangat berpengalaman dan sangat luas penge-tahuannya,Tiap-tiap pemimpin partai Thian Liong dan cabang- cabangnya itu dapat menandingi tiap-tiap pemimpin dari kesembilan partai silat lawannya. Souw Peng Hai yang menjadi ketua umum partai itu memiliki ilmu Kan Goan Cit Jari Sakti yang tak dapat digempur oleh siapapun dari kesembilan partai lawannya. " Pek Yun Hui meneruskanDengan tak dapat menahan napsunya, Bee Kun Bu memotong "Jika demikian, maka pertarungan itu hanya akan membikin semua partai silat lawannya menderita kekalahan!""Segala sesuatu yang belum terjadi sukar ditafsirkan," kala Pek Yun Hui, "Hanya menurut pandanganku jika satu lawan satu, maka tidak seorang lawan dapat menandingi Souw Peng Hai. Meskipun dia telah berusia lanjut, namun tenaganya kuat sekali, aku belum pernah dapatkan orang yang sekuat menurut kabar, untuk menghadapi partai Thian Liong, partai-partai silat Siauw Lim dan Bu tong juga telah membikin persiapan selama sepuluh tahun lebih, Terutama ilmu silat Siauw Lim yang terkenal itu,Di dalam kuil Siauw Lim Si, mereka mempunyai kitab ilmu silat Tat Mo Gie Lit Keng yang tidak kalah hebatnya daripada kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Hanya kitab Tat Mo Gie Lit Keng itu tertulis dalam bahasa Urdu, yang bagi kebanyakan orang sukar dibaca, Sayang sekali di dalam beberapa ratus tahun sedemikian banyaknya Hweeshio-hweeshio di kuil Siauw Lim Si itu belum ada yang dapat membaca kitab tersebutMaka kitab sakti itu hanya disimpan saja, Apabila diantara orang-orang partai Siauw Lim dapat membaca catatan-catatan itu, dan berlatih menurut petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kitab itu, maka akibatnya tentu akan menjadi berlainan sekali!"Seperti orang dungu Bee Kun Bu mendengari uraian itu, dan tak terhingga kekagumannya terhadap gadis yang berpengetahuan demikian luasnya,"Orang-orangnya partai silat Thian Liong dapat dikatakan tersebar di mana-mana dan terdiri dari segala macam sifat dan watak. Tiap-tiap gerak-gerik dari kesembilan partai silat akan diketahui oleh mereka, pertarungan pada pertengahan bulan delapan lain tahun tidak akan berakhir dengan kalah atau menang. Misalnya partai Thian Liong yang menang, maka pertarungan antara partai-partai silat akan berakhir Tetapi jika partai Thian Liong yang kalah, mereka akan berusaha dengan segala tipu muslihat untuk membikin pembalasan!" ia berhenti dan merenung sejenak, lalu sambil menghadapi Bee Kun Bu menanya "Apakah kau masih berniat kembali ke partai Kun Lun?"Bee Kun Bu tak dapat segara menjawab ia berpikir, dan setelah menghela napas ia menjawab "Sekarang aku telah menjadi seorang yang tak berguna, aku bermaksud hendak pulang menengoki ayah bundaku, kemudian aku akan mengasingkan diri dan tinggal berdiam di tempat yang terpencil, melupakan segala sesuatu dan hidup seperti seekor binatang di hutan!"Pek Yun Hui tersenyum dan menanyai "Apakah kau telah pikir masak-masak? Kau telah menceburkan diri ke dalam olahan air kalangan Kang-ouw, dan juga telah menyebarkan budi kasih, maupun dendam benci, kau tak dapat membebaskan diri lagi meski bagaimana keraspun keinginanmu untuk menjauhkan diri tak mudah kau dapat melupakan peristiwa-peristiwa yang lampau. ""Jika mereka masih juga mau mencari aku, aku rela dibunuh mereka," kata Bee Kun Bu yang terus menghela napas. "Aku anggap jiwaku sudah tak berarti lagL,."Dengan nada agak memperingatkan Pek Yun Hui berkata "Kau telah dipelihara, dididik dan dilatih oleh gurumu selama dua belas tahun, apakah kau dapat melupakan budi gurumu yang besar itu? Lagi pula, apakah kau dapat membiarkan Lie Sumoymu yang mencintai kau dengan seluruh jiwa raganya?Di samping itu, masih ada banyak orang yang tak sudi melihat kau bertindak demikian Souw Hui Hong misalnya meskipun keras wataknya, tetapi dia telah menaruh simpati terhadapmu Dia telah menolong kau dari racun Hua Kut Siauw Goan San dengan melupakan kedudukan maupun nama baik kau dapat melupakan budi kasihnya itu? Kini, karena kau, dia telah kehilangan sebelah lengannya dan menjadi seorang cacat, dan terpaksa menjadi seorang rahib wanita. Aku yakin selama hidupnya, dia tak akan melupakan kau! Bila kau menyakiti lagi hatinya, dia tentu akan membunuh diri. Akibatnya??? Souw Peng Hai tentu akan menjadi murka dan mencari kau. Mungkin juga kau tak dapat menjumpai kedua orang tuamu lagi!"Alasan yang diberikan Pek Yun Hui itu telah membuka kedua matanya Bee Kun Bu. Agak lama ia berdiri terpesona. Akhirnya ia hanya dapat berkata "Tapi urus-an-urusan yang sulit dan rumit ini telah membikin aku menempuh jalan buntu, Tak tahu aku sekarang harus berbuat apa!"Pek Yun Hui tersenyum, lalu berkata Terhadap kesemuanya itu aku telah merancangkannya untuk kau. Hanya aku khawatir kau tak sudi mendengarnya.""Aku suka menuruti petunjuk Cici jika petunjuk itu beralasan," jawab Bee Kun Yun Hui memandang Na Siao Tiap sejenak, lalu berkata "Aku telah membicarakan soalmu dengan Tiap Moi mengatakan bahwa kau berbakat dalam ilmu silat, dia rela menurunkan semua kepandaian ilmu silatnya kepadamu, undangan partai Thian Liong masih mempunyai waktu hampir setahun lamanya, jika kau sudi menuruti petunjukku kau dapat belajar dari Tiap MoLAku yakin setelah kau berlatih dan belajar dengan sungguh tunggu h, kau kelak dapat menandingi jago silat yang manapun Kau harus ketahui, bahwa tenaga dalamnya Tiap Moi telah sempurna betuh Dia dapat melatih tenaga dalammu jika kau berhasil, maka tenagamu akan bertambah berlipat ganda, Kau telah menanam benih kasih maupun dendam, dan kau tak dapat membebaskan diri dari jaring atau ikatan kasih atau dendam itu. Jalan yang terbaik bagimu ialah berlatih dan memperdalam ilmu silatmu, agar pada suatu hari kau dapat menjagoi di kalangan Bu Lim untuk membalas dendam atau membalas budi kasih,Mungkin juga pada waktu ilu, kau dapat membayar dosa- dosamu untuk diterima kembali oleh partai Kun Lun. Tentang Loan Moi, diapun memiliki bakat dalam ilmu silau Jika dia berhasil memperoleh guru, diapun dapat memperdalam ilmu silatnya, Soalmu itu kini tak dapat menjadi beres dengan maksudmu untuk mengasingkan atau membunuh diri-W ia berhenti untuk memperhatikan sikap-sikapnya Bee Kun Bu, lalu meneruskan"Cobalah kau pikir masak-masak, apakah kata-kataku ini beralasan?"Bee Kun Bu menundukkan kepala berpikir agak lama sebelumnya ia dapat menjawab "Perhatian dan kasih sayang Cici terhadapku besar sekali, aku tak dapat membalas budimu itu. ""Kau tak usah berpikir yang bukan-bukan," kata Na Siao Tiap memotong, "Aku rela mengajarkan dan menurunkan semua kepandaian silatku kepadamu, Pek Cici akan mengajarkan kau ilmu silat pedang dan puku!an, dan akupun akan mewariskan kau kepandaianku dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Kita bertiga akan bersama-sama mempelajari jurus- jurus silat dari catatan-catatan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, aku yakin kita akan berhasilLalu ia pejamkan kedua matanya, dan sambil kedua tangan diangkat ke atas ia berkata di dalam hatinya "lbu! Bee Siangkong adalah seorang yang baik! Aku rela mengajarkan dia ilmu silat Dia adalah kekasihnya Lie Ceng Loan, dan aku tidak mencintai dia!"Sikap itu membikin Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui terperanjat Lalu Pek Yun Hui menegur Tiap Moi, Bee Siangkong telah setuju, dan siap menghadapi pertarungan nanti pada pertengahan bulan delapan lain tahun, Untuk mengejar waktu, lebih baik kita segera memu!ai-nya. Kau harus ingat, berhasil atau gagalnya usaha kita ini bersandar atas dirimu seorang!"Na Siao Tiap membuka matanya, dan berkata "Baik-lah, mari sekarang kita mulai!"Lalu Pek Yun Hui menanya Bee Kun Bu "Ketika kau diusir dari partai Kun Lun, bagaimanakah sikapnya Lie Sumoymu?""Dia menyertai aku, dia tak sudi mengikuti Suhu dan Susiokku kembali ke pegunungan Kun Lun!" jawab Bee Kun Bu."Mengapa sekarang dia tidak ada bersama kau?" tanya Pek Yun Siu Wie terpaksa menggunakan pasir beracunnyapertanyaan tersebut bagaikan sebilah pisau tajam menusuk hatinya Bee Kun Bu. Tak terasa air matanya mengucur keluar "la membantingkan sebilah kakinya dan berseru dengan gemas "Aku ini betul-betul seorang kejam! Dia yang demikian murah hati dan tak bersalah, aku tak seharusnya mengusir padanya, Aku tak pantas berdiri sejajar dengan seorang malaikat..."Pek Yun Hui terkejut mukanya segera manjadi pucat "Ha! Kau mengusir dia?! Apakah kau tidak pikir akan akibatnya jika dia ditinggalkan seorang diri?"Lalu dengan suara terputus-putus Bee Kun Bu menuturkan halnya bagaimana ia telah mengusir Lie Ceng Loan."Loan Moi betul-betul seperti malaikat!" kata Pek Yun Hui. "Dia sudah dijaga oleh Liong Giok Pin, kau tak usah pikirkan lagi, Kau harus tinggal dengan tenang di kamar Thian Ki Ciok Huku. Tiap Moi akan mengajarkan kau mempertebal tenaga dalammu, Selama itu, aku akan berusaha mencari Loan Moi. Semoga aku berhasil dapat mencari padanya, dan aku bawa dia ke tempatku dan minta Tiap Moi mengajarkan ilmu silat kepadanya, De-ngan demikian nanti pada pertengahan bulan delapan lain tahun, kau dapat tambah satu pembantu yang berkepandaian tinggi."Tiap-tiap kata-kata yang penuh dengan kasih sayang dan untuk kepentingannya membuat Bee Kun Bu sangat terharu, ia hanya dapat menghela napas seraya berseru "Budi Cici aku betul-betul tak dapat membalas, Aku sangat beruntung sekali dapat menjumpai dan mengenal Cici "Pek Yun Hui menggoyang-goyangkan tangannya "Sudahlah, jangan kau sebut-sebut tentang budi pula, Aku merasa gembira sekali kalau dapat berbuat sesuatu untuk- mu!"Tetapi pandangan maupun kata kata Cici seperti seorang nabi. Aku. M Bee Kun Bu tak dapat meneruskan kata-katanya, sehingga Na Siao Tiap dan Pek Yun Hui tersenyum"Lalu kau ingin mengutarakan apa lagi?" tanya Pek Yun HuL"Sudahlah," kata Na Siao Tiap, "Cici tak usah memaksa dia bicara lagi, Aku yakin dia senantiasa menuruti petunjuk Cici.""Belum tentu," kata Pek Yun Hui,"Betulkah?" tanya Na Siao Tiap sambil menoleh dan memandang Bee Kun Bu."Tiap Siocia telah menebak jitu," jawab Bee Kun Bu, "Aku akan senantiasa menuruti petunjuk Pek Cici!"Pek Yun Hui tersenyum, dan setelah memperhatikan keadaan di sekitarnya, ia berkata "Sudah lama kita belum mengisi perut Mari kita pulang ke kamar Thian Kie Ciok Hu, biarlah Tiap Moi membuat hidangan-hidangan yang lezat untuk didaharnya bersama!""Mungkin masakanku tidak disukai oleh Bee Siang Kong!" kata Na Siao Tiap sambil tersenyum, "Tiap Moi, kau jangan merendahkan diri lagi. Aku sudah lapar! Mari kita berangkat sekarang!" kata Pek Yun Hui sambil membetot tangannya Na Siao Tiap, Bee Kun Bu mengikuti mereka dengan penuh pikiran, ia memikirkan kerelaan Na Siao Tiap mengajarkan ia ilmu-ilmu silat dari catatan-catatan kitab Kui Goan Pit Cek, juga kerelaannya Pek Yun Hui mengajarkan ia ilmu silat pedang dan ilmu pukulan untuk kelak dipertunjukkan bahwa tidak pereuma ia menjadi seorang murid dari partai silat Kun Lun di markas besarnya partai Thian Liong di sebelah utara propinsi Kwiciu pada pertengahan bulan delapan lain tahun, jika ia berhasil, pikirnya, mungkin ia dapat kembali terima oleh guru dan Susioknya. Dengan pikiran itu ia merasa sedikit reda, dan berpengharapan terhadap masa depannya!Demikianlah mereka jalan menuju ke kamar Thian Kie Ciok Hu, masing-masing dengan harapan yang berlainanKetika mereka hampir tiba di kamar Thian Kie Ciok Hu, tiba-tiba terdengar suara jeritan yang memilukan hati, Bee Kun Bu terkejut mendengar suara tersebut, dan ia berhenti! Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap yang berjalan di depan diikuti oleh keempal bujangnya, juga berhenti Mereka terperanjat melihat perubahan wajahnya Bee Kun Bu. "Apakah suaranya Giok Siu Sian Cu? Mengapa wanita itu datang ke sini?" kata Pek Yun Hui seorang diri,"Bee Siang Kong! Hayo kita jalan terus!" seru Na Siao Tiap,Bec Kun Bu seolah-olah tidak menghiraukan seruan itu, karena suara jeritan tersebut didengarnya makin lama makin dekat, Dan sejenak kemudian tampaklah seorang wanita yang berpakaian serba hilam datang menghampiri sambil meniup serulingnya,Datangnya Giok Siu Sian Cu membikin semua mereka menjadi heran, Na Siao Tiap yang belum pernah melihat Giok Siu Sian Cu terus mengawasi gerak-geriknya, Ketika Giok Siu Sian Cu berjalan dekat sekali, ia memandang kepada Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap sejenak, lalu berkata kepada Bee Kun Bu "Hengtee, ketika aku tidak berhasil mengejar Tio Hui, aku segera kembali mencari kau. Aku tidak menduga dapat menjumpai kau di sini!"Bee Kun Bu tak dapat menjawab, ia menjadi gelisah, "Hengtee, di manakah Loan Sumoymu!" tanya Giok SiuSian Kun Bu tetap membungkam dan mundur beberapa langkah sambil menundukkan kepatanya,Tiba-tiba Giok Siu Sian Cu loncat menerkam, tapi secepat kilat keempat bujangnya Na Siao Tiap meloncat menjaga Bee Kun Bu setelah memperoleh isyarat dari majikannya!Giok Siu Sian Cu tak dapat mencapai maksudnya, sambil memandang Na Siao Tiap ia menanya "Siocia, apakah maksudmu ini?"Ditanya demikian, Na Siao Tiap pun menjadi gugup, ia bertindak menghampiri dan membungkukkan tubuh memberi hormat seraya berkata "Jika Siocia ada urusan terhadap Bee Siang Kong, lebih baik kita bersama-sama pergi ke kamar Thian Kie Ciok Hu untuk membicarakan-nya."Setelah melihat Pek Yun Hui, Giok Siu Sian Cu menjawab "Sebetulnya pergi mengunjungi kamar Thian Kie Ciok Hu adalah baik jugaj akan tetapi urusanku ini tak dapat orang lain turut campur Atas undanganmu itu aku dapat menghaturkan terima kasih."Dengan nada yang gusar Pek Yun Hui berkata "Jika kau menolak datang ke kamar Thian Kie Ciok Hu, aku minta kau segera berlalu dari pegunungan Koat Cong San ini!"Giok Siu Sian Cu yang terkenal sebagai seorang jago silat kenamaan belum pernah dihina sedemikian rupa. Dengan mengejek ia menjawab "Pegunungan Koat Cong San ini bukannya milikmu, Aku dapat datang atau berlalu sesukaku, kau tak dapat melarang atau mencegahnya!" Lalu ia siap menyerang Tapi Bee Kun Bu berseru "Aku tak akan lupa budimu yang pernah menolong jiwa ku, tapi jika Siocia terus- menerus mengikuti aku, aku tidak dapat melayani!""Hengtee," kata Giok Siu Sian Cu, "Aku ingin mengetahui kau hendak pergi ke mana?"sebetulnya Bee Kun Bu hendak pergi ke kamar Thian Kie Ciok Hu untuk belajar silat dari Na Siao Tiap dan Pek Yun Hui menurut petunjuk-petunjuk dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, tetapi ia tak sudi memberitahukan hal tersebut, bahkan ia tidak menjawabnya,Kegelisahan itu telah dilihat oleh Giok Siu Sian Cu, ia berkata lagi "Hengtee, aku datang untuk suatu permintaan Apakah kau dapat mengabulkan?""Jika permintaanmu itu beralasan, aku tentu dapat menyanggupinya!" jawab Bee Kun Bu."Aku ingin menyertai kau keluar dari pegunungan Koat Cong San ini mencari Lie Sumoymu!" kata Giok Siu Sian Cu yang segera membetot tangannya Bee Kun Bu. Betotan itu dilakukan secepat kilat sehingga Bee Kun Bu tidak berkesempatan menghindarkan diri,Giok Siu Sian Cu mengawasi semua orang di sekitar-nya, lalu ia berkata "Jika kalian tidak suka aku berdiam di pegunungan Koat Cong San ini, sekarangpun aku hendak berlalu bersama-sama Bee Siang Kong, aku tidak mengganggu kalian lagi!" Sambil berkata-kata ia memijat jalan darah di tangannya Bee Kun Bu sehingga keringat membasahi tubuhnya."Mari sekarang kita pergi mencari Lie Sumoymu!" katanya lalu ia membetot tangannya Bee Kun Yun Hui meloncat ke atas dan melayang seperti seekor burung akan kemudian turun di depan mereka! Giok Siu Sian Cu terkejut, dan ia menegur "Pek Siocia, apakah artinya ini?!" Dan teguran itu ia barengi dengan satu sodokan Yun Hui mengegos, lalu mengirim satu jotosan ke dada lawannya, sebetulnya Giok Siu Sian Cu segera dapat menggunakan jurus Mo In Cap Pwee Cao menangkis dan menyerang lawannya, akan tetapi dengan satu tangan mencekal pergelangan tangannya Bee Kun Bu, ia tak dapat melakukan jurusnya yang lihay itu. ia hanya dapat menangkis jotosan lawan dengan seruling-nya. Hembusan angin dari sabetan seruling itu men-dampas lawannya ke belakang, lalu ia menyerang dengan sodokan bertubi-tubi sambil menyeret Bee Kun Siao Tiap menyaksikan pertempuran itu segera melihat bahwa ia harus membebaskan Bee Kun Bu dari cekalannya Giok Siu Sian Cu. Lalu ia meloncat ke atas kepalanya Giok Siu Sian Cu dan mengirim satu jotosan,Giok Siu Sian Cu yang baru saja berhasil mendesak mundur Pek Yun Hui harus cepat-cepat menangkis jotosan ilu. Segera terdengar hembusan angin dari beradunya jotosan dan tangkisan, dan terlihat Giok Siu Sian Cu terdorong mundur selagi Na Siao Tiap melonjak makin tinggi dengan jurus Shin Hong Teng Kong Burung Hong sakti terbang ke langit untuk kemudian turun di belakangnya Giok Siu Sian Cu!Beium lagi Giok Siu Sian Cu berdiri jejak, ketika Pek Yun Hui maju ke sebelah kanannya dan melancarkan jotosan pula. Dalam kedudukan yang terdesak itu, ia terpaksa membuat Bee Kun Bu sebagai perisai Pek Yun Hui terpaksa lekas-lekas menarik kembali itu digunakan Giok Siu Sian Cu untuk melarikan diri sambil menyeret-nyeret Bee Kun Bu, Tapi ketika Pang Sui Wie telah keburu datang dengan kantong kulit menjangan yang berisi pasir beracun, ia dapat menyambit Giok Siu Sian Cu dengan pasir beracunnya, akan tetapi ia khawatir melukakan juga kepada Bee Kun Bu, Keadaan yang membikin Pek Yun Hui, Na Siao Tiap dan Pang Sui Wie sukar bertindak itu digunakan oleh Giok Siu Sian Cu untuk mengancam, ia membentak "Jika kalian masih juga menyerang aku, aku terpaksa memijit putus pergelangan tangannya Bee Kun Bu!" Ketika itu juga terlihat Bee Kun Bu meringis kesakitan, dan keringatnya mengucur menahan sakitiPek Yun Hui dan Na Siao Tiap tidak tega melihat penderitaan Bee Kun Bu, dan Pek Yun Hui yang telah mengetahui kekejamannya iblis wanita itu terpaksa ber-kata "Giok Siu Sian Cu, jangan menyiksa Bee Siang Kong. Kau boleh berlalu!"Giok Siu Sian Cu menyengir, dan tanpa berkata-kata lagi ia tarik tangannya Bee Kun Bu dan berlalu,Na Siao Tiap hanya mengawasi mereka berlalu, dan ia mengeluh "Pek Cici, apakah kita membiarkan iblis wanita itu membawa Bee Siang Kong begitu saja?"Dengan cemas Pek Yun Hui menahan amarahnya, ia tidak menjawab, ia mendongak dan bersiul Sejenak kemudian bangau saktinya terlihat terbang mendatangi dan turun di sampingnya,"Tiap Moi," kata ia, "Hayo, kita menaiki bangau ini!" Lalu ia naik ke atas punggung bangau itu dituruti oleh Na Siao sakti itu yang telah berusia seribu tahun lebih dan bertubuh besar dapat membawa kedua gadis itu. Betapapun cepatnya Giok Siu Sian Cu lari, dia masih dapat dikejarnya, Dalam waktu sekejap saja bangau sakti tersebut sudah berada di atas kepalanya Giok Siu Sian bangau sakti itu telah paham akan maksud majikannya ia berbunyi lama dan nyaring, Bunyi bangau itu membikin Giok Siu Sian Cu terperanjat ia mendongak dan melihat Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap menunggangi bangau itu, Ketika bangau itu terbang rendah, Pek Yun Hui segera meloncat turun, diturut oleh Na Siao Tiap, "Untuk melayani satu Pek Yun Hui saja, aku sudah terdesak Aku tak dapat melawan mereka berdua!" pikir Giok Siu Sian Cu, lalu ia betot tangannya Bee Kun Bu untuk dijadikan perisai pula, Betotan itu hebat sekali, Bee Kun Bu menjerit kesakitan Satu pijatan lagi saja mungkin lengannya itu bisa putus!"Hei!" bentak Giok Siu Sian Cu. "Jika kalian masih juga merintangi aku, aku tak dapat menjamin lagi jiwanya Bee Kun Bu.""Kau yang terkenal sebagai pendekar wanita, tidak malukah berbuat sekeji ini? Apakah perbuatanmu ini tidak melanggar perbuatan yang lazim dari kalangan Kang-ouw?"Teguran itu menusuk hatinya Giok Siu Sian Cu, ia insyaf bahwa perbuatannya itu betul-betul keji, ia tak dapat menjawabnya,Dengan tersenyum Na Siao Tiap menanya Bee Kun Bu "Bee Siang Kong, apakah kau telah dianiaya?""Tidak," jawab Bee Kun Bu sambil meringis, "Aku hanya merasa sakit dicekal keras olehnya, Terima kasih atas pertolongan ini."Lalu di luar dugaan semua, Giok Siu Sian Cu berkata "Hengtee, kau boleh tinggal bersama-sama kedua wanitayang cantik ini di pegunungan Koat Cong San. Kelak, jika ada kesempatan, aku akan datang pula mencari kau!" Kata- katanya itu belum lagi habis diucapkan, ia telah melepas cekalannya dan hendak meloncat keluar dari kepungan untuk turun dari pegunungan Koat Cong San Yun Hui berkata dengan suara keras "Giok Siu Sian Cu! janganlah kau anggap aku takut dengan ancamanmu itu!" Lalu ia menjotos ke arah Giok Siu Sian Cu siapa harus lekas- lekas menangkis dengan seruling-nya. Baru saja mereka hendak bertempur ketika terlihat mendatangi dua orang dari lereng gunung!Dengan kedua matanya yang tajam, Pek Yun Hui segera dapat mengenali bahwa kedua orang itu adalah Si Tian Houw dan saudara angkatnya, Ciu Kong Liang!Sambil berlari-lari menghampiri Si Tian Houw bersemi "Pek Siocia, kita beruntung sekali berjumpa pula!"Tetapi Pek Yun Hui menjawab dengan ejekannya "Si Tian Houw, aku tidak menduga dapat menjumpai kalian di sini!Maksud apakah sebenarnya kalian datang lagi ke pegunungan Koat Cong San?"Dengan gusar Si Tian Houw menjawab "Pegunung-an Koat Cong San ini bukan milikmu! Apakah kami tidak boleh datang ke sini?"Ketika Pek Yun Hui berada di puncak Ngo Houw Leng untuk menangkap kura sakti Ban Lian Hwee Kwi, karena ia harus menolong jiwanya Bee Kun Bu, ia terpaksa menelan hinaan dan menuruti petunjuknya Si Tian Houw, Kini ia berjumpa lagi dengan manusia yang keji itu, ia merasa girang untuk membalas dendamnya, ia berkata "Jika kalian tidak menjelaskan maksud kedatanganmu ke pegunungan Koat Cong San ini, kalian jangan harap dapat keluar dengan mudah!""Umpama kami tidak menjelaskan maksud kami, apa yang kau dapat perbuat terhadap kami?" jawab Si Tian Houw yang tidak senang dipandang remeh oleh seorang gadis."Jika kalian tidak sudi menjelaskan terserah! Tetapi aku merasa heran, kalian berani datang ke sini, tapi tak berani menjelaskan maksud kedatanganmu! Bukankah ini ganjil sekali?"Tiap-tiap kata-kata itu sangat menusuk hatinya Si Tian Houw, dan ia tak sabar lagi, ia ingin menyerang, Lalu Ciu Kong Liang bertindak maju dan berkata, suaranya agak keras "Kita tidak mempunyai dendam terhadap satu sama lain, Ucapan Pek Siocia tadi sebetulnya keterlaluan!"Pek Yun Hui tidak menjawab, ia hanya mengawasi gerak- gerik mereka."Aku sangat tidak beruntung!" pikir Si Tian Houw, Baru saja kita dapat lolos dari orang-orangnya partai Thian Liong, sekarang bertemu Liehiap-Liehtap ini sebetulnya kita bermaksud mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, jika kita berhasil menemukannya, kita akan mempelajari dan berlatih ilmu-ilmu silat yang tereatat di dalam kitab-kitab mujizat itu agar dapat memberikan hajaran yang setimpal kepada Souw Peng Hai! Kita betuI-betul sial!" Baru saja ia ingin berlalu, ketika terlihat seorang meloncat di hadapannya seraya menegur "Hei! Si Tian Houw, apakah kau masih mengenali aku?"Teguran itu mengejutkan pada nya. Dengan kedua mata terbelalak ia tampak Kui Pang Sui Wie berdiri di hadapannya dengan sikap mengancam. ia hanya berseru "Pang Siocia, aku beruntung menjumpai kau!""Hm!" Pang Sui Wie mengeluarkan suara di hidung."Kita masih ada urusan yang harus dibereskan Hari ini kita dapat membereskan perhitungan itu!" Lalu dengan kantong pasir beracunnya ia siap menyerang,Pek Yun Hui segera insyaf bahwa Pang Sui Wie betuI- betul akan melaksanakan niatnya membalas dendang maka iapun mundur beberapa langkah seraya berkata "Pang Siocia, kau dapat membereskan urusanmu itu sendiri, aku tidak campur tangan!"Terima kasih," kata Pang Sui Wie. "Aku pasti membereskan urusan ini sekarang juga! Wajahku menjadi begini jeleknya karena dia!"Si Tian Houw bersikap waspada, tetapi ia tak tahu harus berbuat apa! Dengan menunggangi bangau sakti pergi ke lembah yang berbahayaDalam saat yang tegang itu, Ciu Kong Liang lekas-lekas loncat maju dan berdiri di depannya Si Tian Houw, ia berkata "Pang Sui Wie, kau berani melawan kami karena kau sekarang mempunyai kawan, Kau kira dengan pasir beracunmu itu, kau dapat berbuat sesukamu! Bagiku, pasir itu tidak terhitung lihay!"Bukan main marahnya Pang Sui Wie, ia membentak "Ciu Kong Liang! Urusan ini kau tak dapat turut campuri Lebih baik kau diam!" Lalu ia meloncat dan menerkam Si Tian Houw siapa harus lekas-Ickas mengegos dan siap melawan dengan pedangnya, Tapi Pang Sui Wie lelah menyambitnya dengan pasir beracunnya, Dengan kedua tinjunya Si Tian Houw berusaha menjotos keluar sehingga hembusan angin dari kedua tinjunya itu dapat mendampar mundur pasir beracun itu,Pang Sui Wie yang telah bertekad membalas dendam lalu melepaskan anak panah beracun belirang, Secepat kilat Sia Yun Hong mencabut pedangnya dan menangkis anak panah itu. Trang! Anak panah itu tertangkis jatuh di tanah sambil mengeluarkan asap belirangyang beracun dan membakar rumput di sekitarnya! Di dalam sekejap saja mereka semua diselubungi oleh asap belirang berhasil menangkis anak panah, Si Tian Houw menusuk Pang Sui Wie tiga kali beruntun dengan jurus "Ouw Liong Cu Tong" Naga hitam keluar dari gua sehingga Pang Sui Wie terpaksa mundur, Dengan me-ngertek gigi, Pang Sui Wie menyerang lagi, Tapi Ciu Kong Liang datang menangkis jotosan Pang Sui Wie memang lebih rendah daripada Si Tian Houw, Dengan bantuan Ciu Kong Liang, Pang Sui Wie tak dapat menggempur lawan Siao Tiap telah melihat kedudukannya Pang Sui Wie, Bagaikan kilat cepatnya, ia meloncat dan mengirim jotosan, Kedua lawan itu terpaksa mundur Giok Siu Sian Cu yang berdiri terpesona menyaksikan pertempuran antara jago-jago silat itu telah lupa akan dirinya, dan kesempatan ini digunakan oleh Pek Yun Hui untuk menjagai Bee Kun Bu. Dan ketika Giok Siu Sian Cu ingin menerkam Bee Kun Bu lagi, Bee Kun Bu sudah sadar untuk melakukan ilmu Ngo Heng Bi Cong punya mengegosi dan mengelaki segala serangan, Meski Giok Siu Sian Cu telah menyerang dengan sodokan serulingnya berkali-kali, akan tetapi tiap-tiap serangannya tidak menemui sasaran lagi sehingga ia merasa heran akan ilmu lawannya itu!Pek Yun Hui merasa tidak perlu datang membantui, karena dengan Ngo Heng Bi Cong Pu saja Bee Kun Bu sudah dapat menolong dirinya dari segala serangan,Ketika itu pertempuran telah berlangsung dengan serunya, Si Tian Houw dan Ciu Kong Liang tak dapat menandingi Na Siao Tiap, dan untuk keselamatan jiwa-nya, mereka lari menuju ke luar lembahPang Sui Wie masih penasaran ia mengejar dan siap menyambit mereka dengan pasir beracunnya lagi, Tetapi secepat kilat Na Siao Tiap telah meloncat dan berdiri di depan kedua lawan itu. Pang Sui Wie tak dapat menyambit dengan pasir beracun nya!Dengan mengejek Na Siao Tiap berkata "Kalian tak usah terburu-buru lari, Aku tidak ingin menganiaya kalian Aku hanya ingin kalian menjawab pertanyaan Pek Cici, Kalian datang ke sini dengan maksud apa?"Dengan wajah yang pucat kedua orang itu berdiri gemetaran, dan mereka lebih ketakutan lagi ketika melihat Pek Yun Hui datang menghampiri Kesempatan ini digunakan oleh Pang Sui Wie untuk menghadapi Si Tian Houw, Dengan tertawa seperti orang gila Pang Sui Wie mengancam Si Tian Houw,"Pang Cici," hibur Pek Yun Hui, "Kau tak usah terlalu sedih hati! Tetapi Pang Sui Wie terus tertawa, lalu menjotos, Si Tian Houw mengegosi jotosan maut itu, dan Ciu Kong Liang yang khawatir pasir beracun dilontarkan lagi, segera menjotos pundaknya Pang Sui Wie. Pang Sui Wie tak dapat mengegos lagi, tapi Pek Yun Hui secepat kilat menggeprak tinju itu dan menghindarkan padanya dari jotosan yang dahsyat itu!Ciu Kong Liang insyaf bahwa ia tak dapat melawan Pek Yun Hui, ia mundur beberapa langkah,"Hei! Ciu Kong Liang!" kata Pek Yun Hui, "Aku dan kalian tidak mempunyai dendam, aku tidak bermaksud menganiaya kalian, Apakah kedatanganmu ini dengan maksud mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang jatuh ke dalam jurang bersama-sama Co Hiong?"Ciu Kong Liang tak dapat menyangkal lagi, ia mengangguk "Selainnya kalian berdua, apakah ada juga orang-orangnya partai Thian Liong yang datang kembali dengan maksud itu?" tanya Pek Yun Ciu Kong Liang menuturkan maksudnya, dan Pek Yun Hui agar mereka dapat mempelajari ilmu silat sebagai modal untuk membalas dendam terhadap Souw Peng Hai, musuh besarnya,Setelah mengetahui maksudnya, Pek Yun Hui berkata dengan ramah tamah "Jika kalian berlalu dari pegunungan Koat Cong San ini, akupun tak akan menaruh dendam terhadap kalian!"Ciu Kong Uang, merasa lega hatinya dengan anjuran itu, dan baru saja ia ingin mengajak Si Tian Houw berlalu, ketika Pang Sui Wie lekas-Iekas mencegahnya, Kesem-patan itu segera digunakan oleh mereka untuk lekas-Iekas berlalu, Pang Sui Wie masih juga ingin mengejarT tapi Pek Yun Hui menasehatkan "Sudahlah, Mereka dengan diam-diam telah datang kembali ke pegunungan Koat Cong San dengan maksud mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. jika perbuatan mereka itu diketahui oleh orang-orangnya partai Thian Liong, mereka pasti akan dibasmi oleh orang-orangnya partai Thian Liong, Maka menurut pendapatku, kau tak usah mengejar mereka lagi-"Nasehat yang beralasan itu dapat diterima oleh Pang Sui Wie, ia tidak mengejar lain pihak Bee Kun Bu dan Giok Siu Sian Cu, masih terus bertempur, dan ketika Si Tian Houw dan Ciu Kong Liang telah berlalu, mereka berhenti bertempur"Hengtee," kata Giok Siu Sian Cu, "Kali ini aku lepas kau. Tetapi lain kali jika kita berjumpa lagi, kau takdapat lolos lagi!" Lalu iapun berlalu dengan satu loncatan entah kemana!Dengan memandang Bee Kun Bu, Pek Yun Hui memikiri hubungan antara Giok Siu Sian Cu dan pemuda itu, Ketika itu hujan mulai turun, dan Na Siao Tiap mengajak cicinya berlalu,Kedua gadis itu berjalan paling depan diikuti oleh Bee Kun Bu dan lain-lainnya. Di sepanjang jalan Bee Kun Bu diajak bereakap-cakap oleh keempat bujang perempuannya Na Siao Tiap, akan tetapi Bee Kun Bu hanya tersenyum saja,Di sepanjang jalan Pek Yun Hui berpikir "Aku suka merasa sukar membereskan hubungan-hu bunga n nya terhadap Souw Hui Hong dan Lie Ceng Loan, Kini ternyata bahwa Giok Siu Sian Cu pun tergila-gila terhadapnya, Mungkin juga Na Siao Tiap telah jatuh hati padanya-"Sikap tersebut juga diperhatikan oleh Na Siao Tiap,"Pek Cici, apakah yang kau sedang pikiri?" tanya gadis orang yang tersadar dari tidurnya, Pek Yun Hui menjawabnya dengan terkejut "Oh! Tidak apa-apa!""Cici," kata Na Siao Tiap, "Aku tahu apa yang kau sedang pikirkan,""Coba sebut apa yang aku sedang pikirkan," kata Pek Yun Hui dengan tersenyum, "Tapi Cici tak usah khawatir bahwa aku akan membikin Cici bersedih hatL." kata Na Siao Tiap, "Sekarang aku tidak mau sebut apa yang sedang dipikir oleh Cici,"Demikianlah mereka berjalan sambil bereakap-ca-kap, kemudian mereka tiba di kamar Thian Kie Ciok Hu. Ketika itu juga terdengar suaranya bangau sakti yang terbang turun dan berdiri di sampingnya Pek Yun Hui, Lalu Pek Yun Hui berkata kepada Na Siao Tiap."Tiap Moi, mari kau ikut aku!""Apakah aku dapat ikut juga?" tanya Bee Kun Bu,Na Siao Tiap mendahului Pek Yun Hui menjawab "Baik, kita pergi bersama-sama!""Apakah Cici ingin menghadapi orang-orang yang akan berusaha pergi ke jurang untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" tanya Bee Kun Bu."Betul!" jawab Pek Yun Hui, "Bangau ini memberitahukan aku bahwa mereka tidak menghiraukan per-ingatanku, Mereka telah datang kembali pula, Oieh karena itu, dengan bantuannya Tiap Moi, aku ingin membasmi mereka!""Aku yakin bahwa ilmu silatku tidak lihay, tetapi akupun ingin membantu...H kata Bee Kun Bu berterus terang."Baiklah," kata Na Siao Tiap, "Aku dapat menjaga kau jika kau terdesak,"Pek Yun Hui tertawa dan berkata "Baiklah, mari kita berangkat sekarang, Kalian berdua dapat menunggangi bangau sakti ini dan terbang ke dalam jurang yang berbahaya itu. jika kalian menjumpai orang-orang yang berada di dalam jurang itu, tidak perduli siapapun, kalian harus basmi mereka, dan aku akan mencegat lari keluarnya mereka."Dengan tersenyum manis Na Siao Tiap mengangguk, lalu ia loncat ke atas punggungnya bangau dan memanggil Bee Kun Bij untuk menunggangi bangau itu di menghadapi Pang Sui Wie, Pek Yun Hui memberi perintahnya "Setelah kami pergi, mungkin ada orang datang ke kamar Thian Kie Ciok Hu. sebelumnya kami kembali, kau tidak boleh membuka pintu melawan orang atau orang-orang yang datang menyerbu Kau harus menjaga di dalam kamar, dan jaga baik-baik jangan sampai ada orang dapat masuk ke dalam kamar!"Pang Sui Wie menundukkan kepala seraya menjawab "Aku akan mentaati perintah itu!"Lalu Pek Yun Hui menyuruh Na Siao Tiap segera berangkat sedangkan ia sendiripun berlalu dengan cepat, meninggalkan Pang Sui Wie dan keempat bujang perempuannya Na Siao Tiap!Dengan cepat sekali bangau sakti itu telah membawa Na Siao Tiap dan Bee Kun Bu ke atas jurang yang diselubungi oleh kabutTiba-tiba Na Siao Tiap menanya "Bee Siang Kong, kau memikirkan apa?"Bee Kun Bu tak dapat segera menjawab, karena sebetulnya ia sedang memikiri nasibnya yang selalu diganggu oleh wanita-wanita yang cantik jelita dan muda belia. Lie Ceng Loan, Pek Yun Hui, Souw Hui Hong, Giok Siu Sian Cu dan sekarang Na Siao Tiap. ia insyaf dan yakin bahwa mereka semua telah jatuh hati ter-hadapnya, dan karena merekalah, ia selalu mengalami kesulitan Lalu ia menjawab "Aku sedang memikiri Loan Sumoyku, Dia selalu gemar menunggangi bangau ini, dan jika dia dapat menungganginya, dia pasti merasa girang dan senang!""Lie Sumoymu itu sangat cantik, semua orang suka dan bersimpati terhadapnya, Pek Cici sayang dia, akupun sayang dia," kala Na Siao Tiap,"Betul.""Apakah kau pun sayang Lie Sumoymu?" "Terhadap saudari seperguruanku, aku harus sayang dan menjagal dia.""Apakah kau juga sayang Pek Cici?""Pek Cici memiliki ilmu silat yang tinggi, berpengetahuan luas, Berwatak luhur dan pemurah hati, siapapun yang mengenal dia, akan menghormati dan menyayangi padanya.""Apakah kau membenci aku?""Dahulu aku pernah bermusuhan terhadapmu tetapi itulah karena salah paham, Tetapi kemudian berulang kali kau telah menolong jiwaku, dan budi kasihmu ini aku tak akan lupa, Bagaimanakah kau bilang aku membenci kau? Ha! Ha! Ha...!"ia menjawab semua pertanyaan itu dengan memalingkan muka ke Iain jurusan ia tak berani memandangi gadis bangau itu berbunyi nyaring dan terbang turun ke bawah jurang yang berbahaya dan dalam itu. Bee Kun Bu memperhatikan keadaan di sekitar jurang itu, dan mengenali bahwa ke dalam jurang itulah Co Hiong yang keji dan kejam telah tergelincirTiba-tiba Na Siau Tiap menanya lagi "Jika di kaki jurang kita menjumpai Suhu dan Susiokmu, apakah kita juga harus mentaati pesan Pek Cici dan membasmi mereka ?nBee Kun Bu terkejut dan ia menjawab "Suhu dan Susiokku adalah orang-orang yang agung dan luhur Mereka tak akan berbuat yang demikian itu.""Ya, jika mereka tidak pergi ke dalam jurang, itu memang baik sekali, Tetapi... jika mereka pergi, kita harus berbuat apa terhadap mereka????"Bee Kun Bu menjadi gugup, ia tak dapat segera menjawabnya,Kemudian bangau itu turun dan berdiri di atas satu batu gunung yang besar Na Siao Tiap loncat turun, Bee Kun Bu memperhatikan bahwa dari punggung bangau ke atas tanah jauhnya lebih dari dua tombak, akan tetapi Na Siao Tiap dapat meloncat turun dengan mudah sekali ia merasa kagum. iapun terpaksa menuruti meloncat turun,sekonyong-konyong Na Siao Tiap bersem "Lekas-lekas tutup kedua matamu! Anggap saja kau tidak melihat mereka!"-ooo0ooo-Bertempur merebut kitab-kitab KuI Goan Pit CekBee Kun Bu terperanjat dan menanya "Mengapa aku harus memejamkan mata?""Suhu dan kedua susiokmu telah datang!" menjelaskan Na Siao Kun Bu melihat di sekitamya, dan dari belokan lereng gunung itu betul-betul melihat tiga bayangan orang yang jalan berbaris, Karena jaraknya agak jauh, ia tak dapat melihat tegas ketiga orang itu, Hanya tertampak ketiga orang tersebut berjubah, dan ia sangat khawatir jika ketiga orang itu betul- betul Suhu dan kedua Susiok-nya."Mari kita bersembunyi di belakang batu yang besar itu!" seru Na Siao Tiap, Saran tersebut dapat disetujui oleh Bee Kun Bu, karena ia tak ingin terlihat oleh Suhu dan Susioknya,Lalu Na Siao Tiap meloncat ke atas batu, dan sambil menepuk-nepuk bangau yang berdiri di atas batu ia berkata "Aku dan Bee Siang Kong bersembunyi di belakang batu, Kau boleh pergi terbang!"Agaknya bangau itu sangat mengerti, dia segera terbang pergi, Na Siao Tiap meloncat turun lagi dan bersembunyi di belakang batu bersama-sama Bee Kun tindakan kaki dari ketiga orang itu makin lama makin dekat terdengarnya, Bee Kun Bu berusaha mengintip dari belakang batu, dan alangkah terkejutnya ia menyaksikan dengan kepala mata sendiri bahwa ketiga orang itu benar- benar ketiga pemimpin dari partai silat Kun Lun, Ketika itu mereka sedang merundingkan se-suatu, dan tidak memperhatikan jika di balik batu yang besar, Bee Kun Bu dan Na Siao Tiap sedang yang besar itu terletak tepat di kaki jurang, rumput dan alang-alang tumbuh di sekitarnya sehingga merupakan suatu tempat yang baik sekali untuk bersembunyi Hanya batu tersebut terlalu dekat dinding jurang, dan bagi dua orang rupanya agak sempit Bee Kun Bu terpaksa berdiri rapat-rapat dengan Na Siao Tiap yang merasa nikmat berada di sampingnya Bee Kun Bu dengan memejamkan kedua matanya,Dalam suasana yang sunyi senyap itu terdengar oleh mereka seorang berkata "Di balik batu yang besar itu kita dapat bersembunyi Bee Kun Bu terkejut, karena suara itu adalah suara gurunya yang pernah memelihara, mendidik dan mengajarkan ilmu silat selama dua belas tahun kepadanya! "Apakah yang aku harus berbuat jika datang ke sini?" pikirnya,Belum lagi hilang terkejutnya ketika terdengar suara orang tertawa gelak-gelak seraya berseru Tidak diduga ketiga Tojin telah tiba di sini lebih dulu, Rupanya aku terbelakang sedetik!"Suara tersebut dikenal betul oleh Bee Kun Bu, karena orang itu adalah Tu Wee Seng, pemimpin partai silat Hua Tong Leng Tojin berkata "Meskipun kami telah datang lebih dulu, akan tetapi Tu-heng juga tidak datang terlambat Kami belum melakukan apapun di sini!""Partai Hua San dan partai Kun Lun sebetulnya harus berserikat," kata Tu Wee Seng. "Jika ketiga Tojin rela menunjukkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang telah dapat dteari, aku tentu merahasiakan hal ini. "Lalu terdengar seorang berseru sambil berlari-Iari "Aha! Rupanya kalian telah datang lebih dulu, aku hanya harap aku tidak di!upakan.... Suara itu adalah suaranya Sia Yun Hong, dan Bee Kun Bu berkata di dalam hatinya "Celaka! Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong telah menyangka Suhu dan kedua Susiokku berhasil mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek! Mungkin mereka akan bertempur karena salah paham itu!"Wajah yang cemas itu telah dilihat oleh Na Siao Tiap yang segera menanyai "Kita harus berbuat apa sekarang? Rupanya Tu Wee Seng maupun Sia Yun Hong menduga Suhu dan susiokmu telah memiliki kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!"Bee Kun Bu mengerutkan kening, lalu menjawab, suaranya rendah "Untuk sementara waktu kita dapat berdiam di sini dan memperhatikan perkembangannya lebih lanjut!"Na Siao Tiap tersenyum dan memejamkan kedua matanya terdengar lagi Tu Wee Seng berkata "Menurut pandanganku, tempat ini adalah tempat jatuhnya Co Hiong, Mungkin ketiga Tojin telah menjumpai mayat-nya!"Giok Cin Cu menjawab "Kami hanya sedetik lebih dulu tiba di tempat ini. t""Kami ingin memeriksa!" seru Sia Yun Hong, dan terdengar lagi suara kakinya orang Kun Bu mengintip dan tampak beberapa orang itu sedang memeriksa keadaan diantara rumput dan alang-alang,"Tidak salah, ini darah manusia!" seru Tu Wee Seng setelah ia mencium tanah yang ia periksa, Lalu ia menghadapi ketiga pemimpin partai Kun Lun dan berkata "Buktinya sudah terang, Ketiga Tojin tak dapat menyangkal lagi!""Tu-heng anggap kami ini orang-orang macam apa?" berkata Tong Leng Tojin sambil tertawa, "Pereayalah, bahwa kami tidak melihat mayatnya Co Hiong atau kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Kami tak akan berdusta!"Tu Wee Seng mengawasi Sia Yun Hong dan menanyai "Bagaimanakah pendapat Sia-heng?" Sia Yun Hong memperhatikan keadaan di sekitarnya, lalu menjawab "Menurut pandanganku lebih baik ketiga Tojin mengeluarkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, lalu dibagi menjadi tiga bagian, yakni untuk partai Kun Lun, partai Hua San dan partai Tian Cong, Karena, kitab-kitab tersebut telah diperoleh oleh partai Kun Lun, maka partai Kun Lunlah berhak memilih paling dulu dari ketiga kitab termaksud, Tiga tahun kemudian aku dari Tu-heng akan membawa kitab-kitab lainnya pergi ke kuil San Ceng Kiong di puncak Kim Teng Hong di pegunungan Kun Lunj dan setelah kami tukar membaca, k^i akan mengembalikan kitab-kitab itu kepada partai Kun Lun.""Usul itu baik sekali!" seru Tu Wee Seng sambil menepuk tangan, "Dan bagaimanakah pendapat ketiga pemimpin Kun Lun?"Tong Leng Tojin tak tahan sabar lagi. ia cabut pedangnya dan mengancam "Kalian rupanya masih juga tidak pereaya keterangan kami. Lagi sekali aku katakan bahwa kami belum mencari dapat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu. jika kalian masih juga tidak pereaya, terserahlah!"Sia Yun Hong tersenyum, dan berkata "Baik! Rupa-nya kalian ingin kami merebut kitab-kitab tersebut dengan kekerasan Aku hanya ingin mengetahui apakah ketiga Tojin melawan aku sendiri, atau satu lawan satu? Jika dikehendaki aku dan Tu-heng akan melawan kalian bertiga!"Tong Leng Tojin membentak "Sia-heng, kau tak usah banyak bicara, aku siap melawan kau!"Sia Yun Hong pun lantas mencabut pedangnya siap bertempur, dan berkata "Pedang ini tidak mempunyai mata, mungkin juga salah satu dari kita akan terluka atau tewas dalam pertempuran Nah! Kau boleh mulai menyerang!"Kata-kata yang kasar itu membikin gusar Hian Ceng Tojin, dan ia telah mengetahui bahwa ilmu silat pedang Sia Yun Hong lihay sekali. Jika Tong Leng Tojin kalah, maka jatuhlah pamornya partai Kun Lun, karena Tong Leng Tojin memegang pemimpin partai, Maka ia cabut pedangnya dan mencegah suteenya dengan berkata "Su-tee memegang pemimpin partai, soal ini kau serahkan kepadaku!"Lalu secepat kilat ia menyabet Sia Yun Hong dengan pedangnya!Tapi Sia Yun Hong telah siap sedia, dan iapun beranggapan urusan ini harus dibereskan lekas-lekas, Jika orangorangnya partai Thian Liong telah datang, maka Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap juga tentu akan datangi dan ia tak dapat menghadapi banyak lawan, Maka sabetan pedangnya Hian Ceng Tojin ia tangkis dengan pedangnya yang dikerahkan dengan tenaga dalam! Terdengar dua senjata beradu dengan memuncratkan lelatu api, dan dua-duanya terdampar mundur beberapa cepat Sia Yun Hong sudah loncat menyerang lagi dengan jurus Tiang Hong Keng Thian Pelangi melintasi angkasa, dan terlihat pedangnya menyabet pinggangnya Hian Ceng Ceng Tojin harus meloncat mundur lagi mengelaki sabetan pedang maut itu, dan maju menyerang dengan jurus Wa Hun Keng Wie Sinar Surya membuyarkan uap dengan memutar-mutar pedangnya, salah satu jurus yang lihay dari ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam Hoat khas dari partai Kun Lun, dan jurus itu adalah untuk melindungi diri dari serangan sambit mencari lowongan untuk menyerang satu ketika pedangnya itu beradu hebat sekali dengan pedangnya Sia Vun Hong, demikian kerasnya sehingga pedang itu putus! Hian Ceng Tojin terus melancarkan jurus Wa Hun Keng Wie untuk melindungi dirinya, dan demikianlah pertarungan berjalan dengan serunya selama tiga puluh jurus,"Berhenti!" berteriak Tu Wee Seng, dan Sia Yun Hong meloncat ke belakang sambil menarik pulang pedangnya, begitu pun Hian Ceng Tojin berhenti tidak menyerang lawannya, Dengan khidmat Tu Wee Seng berkata "Pada pertengahan bulan delapan lain tahun, kita semua harus pergi ke markas besarnya partai Thian Liong di sebelah utara propinsi Kwiciu, Kini jika dua macan saling bertempur bukankah kita akan kehilangan satu macan untuk menggempur partai Thian Liong? Sekarang kita anggap saja pertempuran ini seri! sembilan partai harus berserikat menggempur partai Thian Liong, dan kita bertindak salah jika kita saling cakar sekarang!"Sia Yun Hong terperanjat mendengar penjelasan Tu Wee Seng. ia kira Tu Wee Seng tentu membantu ia untuk memperoleh kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari tangannya ketiga pemimpim partai Kun Lun itu. ia yakin bahwa tanpa bantuannya Tu Wee Seng, ia tak dapat melawan ketiga pemimpin partai Kun Lun itu. ia menjadi gusar, dan ia menegur "Tu-heng! Apakah artinya ini? Jika kau juga ingin membantu mereka, aku tidak berkeberatan?"Tu Wee Seng tersenyum, dan menjelaskan "Sia-heng, janganlah kau salah mengcrti," kata ia. "Maksudku ialah untuk memperingatkan janji kita terhadap partai Thian Liong, Jika kita dapat berserikat, bukankah tenaga kita akan lebih kuat untuk menggempur partai Thian Liong? Coba pikir, apakah manfaatnya jika kita saling cakar sekarang?" Ketika itu kedua matanya melirik ke arah batu besar yang penuh rumput dan alang-alang itu, yang tergoyang-goyang dan mencurigakanSia Yun Hong juga menoleh ke arah batu yang besar itu, dan iapun rupanya mengerti akan maksud kawannya, Lalu Hian Ceng Tojin berkata kepada mereka "Sia-heng, Tu-heng, kalian masih juga mencurigai kami telah menemui mayatnya Co Hiong, dan memperoleh kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Tu- heng menyangkanya kami menyembunyikan mayat dan kitab- kitab tersebut di belakang batu yang besar itu, Aku persilahkan kalian pergi memeriksanya!" Tu Wee Seng agak kemalu-maluan, karena Hian Ceng Tojin telah dapat membaca isi hatinya, Dengan tertawa gelak- gelak ia berkata "Tojin betul-betul mempunyai mata yang tajam Jika diijinkan, kami akan periksa di belakang batu yang besar itu."Baru saja ia berjalan menghampiri batu itu, tiba-tiba dari balik batu tersebut berjalan keluar seorang gadis yang mengenakan pakaian putih dan berselendang biru,Bukan main terkejutnya Tu Wee Seng menampak munculnya Na Siao Tiap itu, ia lekas-lekas mundur lagi! Munculnya Na Siao Tiap bukan saja mengejutkan Tu Wee Seng, juga Sia Yun Hongdan ketiga pemimpin partai Kun Lun tak terkecualiTanpa menegur lagi, Na Siao Tiap meloncat dan menyerang Tu Wee Seng, Lekas-lekas Tu Wee Seng melindungi dirinya dengan toya bambunya dengan jurus Om Im Pik Gwat Awan hitam menutupi bulan, Tapi Na Siao Tiap terus melancarkan jotosan-jotosannya yang dapat merobohkan tembok,Meskipun Tu Wee Seng berusaha keras melindungi diri, akan tetapi ia tak luput menerima beberapa jotosan sehingga mukanya menjadi bengkak dan matang biru, Ketiga pemimpin partai Kun Lun dan Sia Yun Hong tidak datang membantu Mereka berdiri menyaksikan ilmu silat yang luar biasa dari seorang gadis yang masih sangat muda usianya, Mereka semuanya sebagai jago-jago silat yang sudah berpengalaman dan lama berkecimpung di kalangan Kang-ouw, mereka insyaf akan kehebatan jotosan-jotosan yang dilancarkan Na Siao Tiap Tu Wee Seng menjerit keras sekali, dan ia mengambil beberapa biji besi ke arah Na Siao Tiap sambit melarikan diri ke arah lain dari kaki jurang yang dalam dan berbahaya itu!Gema jeritannya terdengar seperti jeritan setan yang membikin bulu roma bangun berdiri! Hanya dengan kebutan selendangnya, Na Siao Tiap berhasil menyanv pok semua biji- biji besi jatuh di tanah! Lalu secepat kilat ia pungut satu biji besi yang segera disambitkan ke arah Sia Yun Hong. jurus itu adalah jurus To Im Kiat Yo Menggunakan tenaga lawan menyerang musuh yang sering digunakan oleh Pek Yun Hui, dan serangan demikian sukar ditangkis, karena tak terduga Yun Hong yang memiliki ilmu silat yang tinggi dan banyak pengalaman tidak berani menangkis biji besi itu, karena ia yakin, bahwa sambitan itu dikerahkan dengan tenaga dalam yang besar tiada tandingan! ia lekas-lekas loncat ke samping,"Ha! Ha! Ha!" tertawa Na Siao Tiap, "Mengapa Tu Wee Seng lari! Dan sekarang aku akan memberi hajaran kepada kau!" Baru saja ia hendak menyerang pu!a, tiba-tiba ia ingat akan ketiga pemimpin partai Kun Lun yang ia hormati ia menjadi serba salah, Pek Cici telah perintahkan padanya untuk membasmi segala orang yang ia jumpai di kaki jurang, dan kini ia harus membasmi ketiga pemimpin partai Kun Lun yang ia hormati itu. Pada saat itu ia hanya dapat tersenyum terhadap ketiga pemimpin partai Kun Lun itu,Lalu secepat kilat ia meloncat menyerang Sia Yun Hong! Ketiga pemimpin partai Kun Lun tak berani bergerak, Mereka yakin bahwa Na Siao Tiap itu memiliki ilmu silat yang jauh lebih tinggi daripada mereka bertiga. Merekapun sangat khawatir bahwa gadis itu menganggapnya mereka datang untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit besi memperlihatkan kelihayannyaKetika Sia Yun Hong memperhatikan lagi, entah dengan ilmu apa, ia telah melihat Na Siao Tiap sudah berdiri jejak beberapa langkah di sampingnya, maka ia harus segera putar pedangnya untuk melindungi dirinya, Dengan satu sodokan tangan kirinya yang dikerahkan dengan tenaga dalam, Na Siao Tiap berusaha memukul lawannya, Sia Yun Hong terkejut, ia meloncat ke belakang setombak jauhnya, Tetapi Na Siao Tiap dengan gesit terus mengejarnya dan secepat kilat menjotos pipi kanan lawannya,"Pipi kiri belum kuhajar!" seru Na Siao Tiap, dan secepat kilat menjotos pipi kiri lawannya,Betapapun cepatnya Sia Yun Hong berdaya mengegosi jotosan itu, namun tak luput jotosan yang kedua kali itu, mampir juga di pipi kirinya, Kepalanya menjadi pusing, dan ia memuntahkan darah!pertempuran tersebut disaksikan oleh ketiga pemimpin partai Kun Lun dengan perasaan kagum, Cara-caranya Na Siao Tiap menyerang dan memukul kedua pipinya Sia Yun Hong itu mereka belum pernah lihat sebelum nya. Dari lima orang itu, sudah dua yang telah dihajar Mungkin akan menjadi gilirannya mereka untuk dihajar Mereka tak dapat melarikan diri. Mereka hanya saling mengawasi dalam keadaan yang serba sulit terdengar Sia Yun Hong berseru "Sudahlah!" dan ia segera lari pergi,Dengan senyuman terpaksa Tong Leng Tojin berkata kepada Hian Ceng Tojin dan Giok Cin Cu "Kita sebagai pemimpin partai Kun Lun tak dapat dihina! Kita harus menggempur dia. jika kita bertiga masih juga tak dapat menandinginya, kita tak ada muka lagi untuk menjumpai jago- jago silat lainnya!"Dengan pedang terhunus Hian Ceng Tojin menjawab "Kau dan Sumoy saksikan aku yang akan menggempur dia lebih duIu!"Sambil tertawa Na Siao Tiap berkata "Lebih baik kalian bertiga berlalu dari sini, Aku tak bermaksud menghajar kalian."Ketiga pemimpin partai Kun Lun tak dapat segera menyahut sejenak kemudian, dengan mengayun pedangnya Tong Leng Tojin berkata "Kami sungkan untuk minta ampuni siocia dapat menyerang kami, Silahkah!" Lalu ia meloncat maju dan menusuk Na Siao Tiap!Dengan lincah sekali Na Siao Tiap mengegosi tusukan maut itu seraya berseru "Sabar! Kapankah kalian minta ampun? Aku sendiri yang sungkan bertempur melawan kalian!"Na Siao Tiap mencelat ke atas untuk menghindarkan sabetan pedang, ia melayang-Iayang di udara seolah-olah seekor Tong Leng Tojin dengan jurus Heng Toan Bo San Menyabet pinggang iblis menyapu pinggang gadis itu dengan pedangnya seraya membentak "Siapa-kah yang menyuruh kau bermurah hati?"Na Siao Tiap mencelat ke atas untuk menghindarkan sabetan pedang, ia melayang-Iayang di udara seolah-olah seekor kupu-kupu."llmu meringankan tubuh sedemikian rupa belum pernah aku menyaksikannya," pikir Hian Ceng Tojin, dan ia lalu berkata kepada Sutee dan Sumoynya "Sudahlah! Hayo kita berlalu dari sini!"Giok Cin Cu segera ikut berlalu, Tong Leng Tojin terpaksa mengikuti berlalu mereka berlalu, Na Siao Tiap baru turun ke tanah dan berseru "Baik-baik jalan! Jika kalian menjumpai Pek Ciciku, katakan saja bahwa Bee Siang Kong memohon kalian datang ke sini untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cekku, Aku yakin dia tak akan menjadi gusar."Bukan main terperanjatnya Bee Kun Bu mendengar ucapan itu."Celaka! Mengapa dia mengatakan demikian?" katanya di dalam hati, Betul saja ketiga pemimpin partai Kun Lun itu berhenti setelah mendengar anjuran tersebut Mereka berbalik, dan dengan wajah yang cemas Hian Ceng Tojin menanyai "Di manakah Bee Kun Bu sekarang?"Sedianya Na Siao Tiap mengatakan demikian dengan maksud baik, ia khawatir jika ketiga pemimpin itu menjumpai Pek Yun Hui, mereka akan dihajar oleh gadis itu, yang telah bertekad menghajar siapapun yang datang ke lembah itu, Tetapi di luar dugaannya, anjurannya itu telah berakibat sebaliknya. Karena melihat Hian Ceng Tojin menjadi gusar, iapun menjadi murka pula. ia membentak "Mengapa kalian demikian gusarnya? Jika aku tidak memandang Bee Siang Kong, kalian tak luput dari hajaranku!"Hian Ceng Tojin melirik ke arah Tong Leng Tojin yang sudah sudah menjadi sangat gusar "Gadis ini sangat lihay ilmu silatnya, Aku yakin kita bertiga tak dapat menggempur aku tidak bersikap sabar kali ini, kami pasti menjumpai bahaya yang lebih besar-besar," pikirnya, lalu dengan senyum yang dipaksa ia berkata kepada Na Siao Tiap "Kami menanya di manakah Bee Kun Bu sekarang berada karena kami ingin bicara ke-padanya."jawaban itu meredakan kegusaran Na Siao Tiap yang setelah menghela napas berkata dengan khidmat "Bee Siang Kong adalah seorang yang luhur budi pekertinya. Tetapi kalian telah dengan kejam mengusirnya sehingga dia ingin membunuh diri di pegunungan ini. "Memang sebetulnya Hian Ceng Tojin tidak berdaya untuk mencegah pengusiran Bee Kun Bu dari partai Kun Lun, karena ia telah menyerahkan urusan partai kepada Suteenya, ia yang telah memelihara, mendidik dan mencintai muridnya itu selama dua belas tahun, telah mengetahui betul bahwa muridnya itu adalah seorang yang setia, jujur, luhur dan berbudi Maka ketika mendengar muridnya itu ingin membunuh diri karena telah diusir, ia tak tahan lagi menyatakan kecemasannya. "... beruntung sekali dia dapat ditolong oleh Pek Ciciku, dan dirawat di kamar Thian Kie Ciok Hu," meneruskan Na Siao Tiap,"Apakah Siocia telah menjumpai juga seorang gadis mengenakan pakaian putih yang berjalan bersama-sama dia?" tanya Hian Ceng Tojin."Apakah gadis itu bernama Lie Ceng Loan?" tanya Na Siao Tiap."Betul," jawab Hian Ceng Tojin."Aku tidak menjumpai dia. Tetapi aku yakin dia tak menjumpai haJ-hal yang tak diinginkan karena dia adalah seorang gadis yang berbudi Tuhan selalu melindungi padanya!" kata Na Siao Tiap,Hian Ceng Tojin masih juga merasa khawatir akan keselamatannya Lie Ceng Loan. Bagaimana ia harus menjawabnya bila ia menjumpai kawan karibnya, Ngo Kong Taysu, dan ia tak dapat memberitahukan di mana Lie Ceng Loan sekarang berada. ia menghela napas, lalu sambil menghadapi Giok Cin Cu ia menanyai "Sumoy, apakah kau membawa barang pusaka dari orang tuanya Loan Jie?"Dengan perasaan heran Giok Cin Cu berbalik menanyai "Mengapa? Apakah Toako juga ingin mengusir Loan Jie keluar dari partai Kun Lun?"Sambil menundukkan kepala Hian Ceng Tojin ber-kata "Lain tahun kesembilan partai silat akan mengadu silat melawan partai Thian Liong, Pihak manakah yang akan menang sukar diramalkan, Ngo Kong Taysu telah menyerahkan Loan Jie kepada kita dengan maksud mempergunakan tenaga partai Kun Lun kita untuk membalas dendang Menurut pendapatku, tenaga kita tak akan dapat melaksanakan maksud Ngo Kong Taysu itu. Lebih baik kita serahkan barang pusaka orang tuanya Loan Jie kepada Na Siocia untuk diserahkan lebih jauh kepadanya pernyataan tersebut penuh artinya, karena Giok Cin Cu telah mengetahui bahwa Toakonya itu berpemandangan luas, ia tak membantah lagi, ia segera keluarkan barang pusaka peninggalan orang tuanya Lie Ceng Loan dari saku di d ada nya, dan sambil menyerahkan barang tersebut ia berkata "Barang pusaka ini masih utuh."Setelah menerima barang itu, Hian Ceng Tojin jalan menghampiri Na Siao Tiap dan berkata dengan khidmat "Aku mempunyai satu urusan yang hendak memohon pertolongan Siocia, Apakah Siocia sudi menolongnya?" Na Siao Tiap memandang sejenak, lalu menyahut "Urusan apakah?""Benda di dalam bungkusan ini adalah barang pusaka peninggalan orang tuanya Lie Ceng Loan. Aku mohon Siocia menyerahkan barang ini kepadanya!" jawab Hian Ceng Tojin,"Aku tak tahu dia sekarang ada di mana," kata Na Siao Tiap, "Kemanakah aku harus mencarinya?""Meskipun barang ini penting," kata Hian Ceng Tojin, "Tetapi Siocia tak usah repot untuk segera menyerahkan kepadanya, Jika Siocia kebetulan menjumpai dia, sudi sekiranya berikan kepadanya.""Bagaimanakah jika aku serahkan kepada Bee suhengnya?" tanya Na Siao Tiap,"Begitupun baik!" jawabnya kemudian, Sambil tersenyum Na Siao Tiap menyambuti barang itu dan terus dimasukkan ke dalam saku di dadanya,Giok Cin Cu segera mengerti akan maksud suhengnya yang hendak mempergunakan tenaganya Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap untuk membantu Lie Ceng Loan membalas dendam,Tong Leng Tojin hanya berdiri menyaksikan ia merasa heran mengapa suhengnya segera melupakan permusuhan terhadap gadis itu, Na Siao Tiap yang sebetulnya tidak bermaksud bermusuhan terhadap ketiga pemimpin partai Kun Lun itu demi kepentingannya Bee Kun Bu, lalu mengangkat kedua tangannya memberikan hormat seraya berkata "Ketiga angkatan tua dapat bertalu dari sini. Maaf jika aku tak mengantar!"Ketiga pemimpin partai Kun Lun mengerti bahwa Na Siao Tiap menghendaki mereka lekas-lekas meninggalkan lembah itu, maka setelah mengucapkan terima kasih, merekapun segera ber! Siao Tiap mengawasi ketiga orang itu berlalu sampai tak kelihatan Iagi. Lalu ia berseru "Bee Siang Kong! Keluar. Mereka sudah berlalu!"Tetapi tiada suara jawaban, ia merasa heran. ia lari menghampiri batu yang besar di mana Bee Kun Bu sedang tersembunyi ia menyingkap daun-daun semak belukar, dan alangkah terkejutnya ketika ia melihat seorang tua yang berjubah dan bersenjata kipas besi sedang mencekal lehernya Bee Kun Kun Bu sudah tak berdaya, Rupanya ia telah ditotok jalan darahnya, wajahnya pucat pasi, Orang yang mencekal lehernya Bee Kun Bu adalah Ong Han Siong, pemimpin cabang bendera kuning dari partai silat Thian Liong!Sambil berdiri diam Na Siao Tiap mengasah otaknya berusaha mencari akal untuk menolong Bee Kun Bu. ia dapat segera menerkam Ong Han Siong dan membunuhnya jika mau, akan tetapi dalam keadaan itu, iapun dapat memaksa Ong Han Siong membunuh Bee Kun Bu!ia menjadi gelisah melihat keadaannya Bee Kun Bu yang sudah memejamkan matanya seo!ah-oleh menerima nasib,"Mundur!" bentak Ong Han Siong, "Atau aku segera menghabisi jiwanya!"Ong Han Siong yang sangat berpengalaman di kalangan Kang-ouw telah berhasil mencekal Bee Kun Bu untuk dijadikan sandera, dan betul saja Na Siao Tiap mundur beberapa langkah setelah digertak, "Kau jangan lukakan dia!" kata Na Siao Tiap. "Jika ada urusan, kita dapat berdamai."Ong Han Siong yang sangat merasa khawatir jika ia diserang tiba-tiba oleh Na Siao Tiap, telah mengumpulkan tenaga dalamnya siap sedia menghadapi segala sesuatu sambil mencekal lehernya Bee Kun Bu dengan tangan kirinya, dan memegang kipas besi di tangan ka-nannya, Setelah menampak Na Siao Tiap sangat cemas akan keselamatan Bee Kun Bu, ia merasa girang, Dengan sikap yang sengaja dibikin tegang, ia berkata "Jika kau menghendaki dia tak terluka, aku dapat mengabulkan permintaanmu Tetapi " iasengaja menahan harga untuk melihat akibatnya, karena ia khawatir jika permintaannya terasa terlalu berat lagi bagi si gadis itu,"Sebutlah permintaanmu itu!" kata Na Siao Tiap dengan bernafsu."Aku minta kau serahkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek untuk ditukar dengan jiwanya!" kata Ong Han Siong,"Tetapi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu telah dibawa oleh orang partai Thian Liong yang bernama Co Hiong dan yang telah jatuh tergelincir ke dalam lembah yang dalam ini!Tentang hal itu kau sendiripun telah me-nyaksikannya! sekarang kitab-kitab tersebut tidak berada di tanganku!" jawab Na Siao Tiap,"Tetapi kau jangan harap aku lepaskan orang ini tanpa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu!" kata Ong Han Siong mengancam,"Aku telah memberitahukan kau dengan sejujurnya!" kata Na Siao Tiap dengan beringas,Ong Han Siong berpikir sejenak, lalu berkata "Kau dapat menukar jiwanya dengan ilmu-ilmu silat yang telah tereatat di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu!"Na Siao Tiap terperanjat dan menanya "Cara bagaimanakah kita menukarnya?" "Pada dewasa ini ada beberapa jago silat yang paham akan ilmu-ilmu silat yang tereatat di dalam kitab-kitab itu! Kau harus beritahukan kepadaku, jangan kau ber-dusta, karena akupun telah mengetahui sedikit!" kata Ong Han Siong."Baik," jawab Na Siao Tiap. Tetapi kau harus lepaskan dahulu cekalan mu pada lehernya dia."Ong Han Siong melepaskan cekalannya, akan tetapi kipas besinya sudah siap untuk memukul mati bila perlu,Lalu Na Siao Tiap berkata pula "Menurut pengetahuanku pada dewasa ini hanya ada tiga orang yang paham akan ilmu- ilmu silat di dalam kitab-kitab tersebut!"Hm. " Ong Han Siong mengeluarkan suara di hidung"Mustahil hanya tiga orang?""Sebetulnya ada empat orang," kata Na Siao Tiap, "Tetapi ibuku telah meninggal dunia, maka kini tertinggal tiga orang saja!""Baik! Sebutlah nama-nama dari ketiga orang itu," Ong Han Siong menuntut"Yang ke satu adalah ayahku, yang ke dua adalah aku sendiri dan yang ke tiga adalah Pek Ciciku!" kata Na Siao lelah mempersu!it urusanSetelah mendengar keterangan itu, Ong Han Siong berpikir sejenak, lalu ia menanya "Sekarang ayahmu berada di mana?""Kemana dia telah pergi akupun tidak mengetahui nya. Kau tentu tak dapat menjumpai dia," jawab Na Siao Ong Han Siong mengancam lagi dengan lagak seolah-olah ia mau pukul Bee Kun Bu dengan kipas besinya "Aku akan menukar jiwanya dengan ilmu-ilmu silat yang tereatat di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!" "Aku tak mengerti maksudmu dengan cara bagaimana harus ditukarnya!"Ong Han Siong tersenyum, lalu berkata "Aku yakin kau dapat melakukannya dengan cara, ke satu Kau harus menulis semua catatan-catatan yang terdapat di dalam Kui Goan Pit Cek itu, Ke dua Kau harus membunuh mati semua orang yang telah memahami ilmu-ilmu silat yang tereatat di dalam kitab-kitab tersebut!"permintaan yang berat dan yang bukan-bukan itu membikin Na Siao Tiap sangat marah. ia membentak "Sudahlah! jangan banyak bicara lagi. Aku sekarang memejamkan kedua mataku, kau boleh bunuh mati aku, dan kemudian kau dapat membunuh mati dia!" Lalu ia betul-betul memejamkan kedua matanya,Ong Han Siong tertawa gelak-gelak dan berkata "Ha! Ha! Ha! Kau tak dapat menipu aku. Aku ini bukan anak kemarin dulu!"Na Siao Tiap membuka lagi matanya dan mengejek "Hm! Kau takut aku menipu padamu? jika aku menghendakinya, tak mungkin kau dapat lari dari sini! Aku hanya segan melihat kau mati konyol!"Ancaman si gadis itu memperingatkan Ong Han Siong akan hajaran yang gadis itu telah berikan kepada Sia Yun Hong, ia terkejut, dan ia insyaf bahwa permintaannya melampaui tersenyum si gadis berkata lagi "Aku menghendaki kau membunuh mati aku, karena aku tak dapat melaksanakan permintaanmu dan aku tak tega melihat dia terbunuh oleh kipas besimu!"Kata-kata itu telah membikin Ong Han Siong mengetahui bahwa betapa besar cintanya gadis itu terhadap Bee Kun Bu. Dia rela berkorban untuk pemuda itu. Dan ia mempergunakan perasaan si gadis itu untuk melaksanakan maksudnya. ia berkata "Jika kau mati, kau tidak akan melihat bagaimana dia mati,Aku akan membebaskan totokanku agar dia menjadi sadar untuk merasakan sakit yang dia akan rasai dari hajaran- hajaran yang aku segera akan lancarkan bilamana kau tidak memenuhi permintaanku Hayo! Apakah kau berjanji melaksanakan permintaanku?"Dengan mata yang beringas Na Siao Tiap menatap wajahnya Ong Han Siong, Kemudian ia berkata "Aku dapat menulis semua catatan-catatan tentang ilmu silat dari kitab- kitab Kui Goan Pit Cek itu, tetapi aku tak dapat membunuh ayahku dan Pek Ciciku! Hm! Kau betu-betul kejam! sebetulnya kau tak berkesempatan membebaskan totokannya dan membikin dia sadari Awas! jika kau melukai atau membunuh mati dia, aku segera mematahkan semua sambungan-sambungan tulang yang berjumlah tiga ratus enam puluh lima di dalam tubuhmu, dan kau akan rasai betapa sakitnya itu!"Tetapi Ong Han Siong yang berpengalaman itu tak mudah digertak ia berkata "Kau boleh coba-coba...! Aku ingin menyaksikannya ," Lalu ia mengangkat kipas besinyahendak mengetok kepalanya Bee Kun Bu, tiba-tiba ia merasakan pergelangan tangannya yang memegang kipas besi itu dicekal orang, dan hembusan angin menerjang dadanya!Segera ia merasakan lengan kanannya itu menjadi lumpuh, dan secepat kilat ia meloncat ke belakang untuk mengegosi serangan di d ada nya. Tetapi betapapun lihay silatnya dan seribu satu macam akalnya, ia rupanya tak dapat menghindari serangan di dadanya itu, Namun ia masih berkesempatan mencekal tubuhnya Bee Kun Bu dengan tangan kirinya dan menyeretnya ketika ia meloncat ke belakang,Ketika itu terdengar suara seorang wanita yang mengejek "Kau ingin belajar ilmu-ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!? Kau harus menangkis serangan Gie Sing Cwan Tao Memindahkan bintang di langit ini!"Ong Han Siong hanya berhasil menyeret Bee Kun Bu, tapi kipas besinya telah terlepas dari cekalan tangan kanannya, Secepat kilat Bee Kun Bu pun dirampas oleh lawannya, Dengan lengan kiri dan kedua kaki yang masih bebas, sambil menjerit ia menyerang dengan jurus Sin Lui Hia Kit Geledek menyamber dari langit dengan seluruh tenaga dalamnya,Untung baginya bahwa lawannya hanya bermaksud menolong Bee Kun Bu, serangannya itu hanya diegosi saja!Ong Han Siong menyerang angin, dan ketika ia berbalik, ia tampak bahwa lawannya tak lain daripada Pek Yun Huilah yang telah datang menolong Bee Kun Bu yang masih juga belum sadarkan diri dari totokan, Seperti seekor banteng yang mengamuk, ia menerkam lagi! Tiba-tiba terlihat Na Siao Tiap meloncat dan mengirim jotosan dengan jurus-jurus Gie San Tin Hai Memindahkan gunung dan membalikkan samudera, Ong Han Siong tak berani menangkis jotosan maut itu, ia lekas-lekas menahan diri. Akan tetapi hembusan angin dari jurus Gie San Tin Hai itu sudah cukup untuk merobohkan ia! ia terdampar ke belakang dan jatuh duduk di tanah dengan muka yang pucat dan seluruh tubuh basah dengan peluhnya!Sambil berpaling kepada Pek Yun Hui, Na Siao Tiap menanyai "Cici, apakah aku harus bunuh mati dia?"Ketika itu Pek Yun Hui sedang berusaha membebaskan dan menolong Bee Kun Bu dari totokan, dan tanpa menoleh lagi, ia menjawab "Bunuh dia dengan kipas besinya!"Na Siao Tiap pungut kipas besinya Ong Han Siong, dan datang menghampiri sambil berkata "Tadi kau mengancam hendak membunuh mati Bee Siang Kong dengan kipas besimu ini. sekarang aku akan membunuh mati kau dengan kipas besi ini juga!"Ong Han Siong yang sudah tak berdaya, itu dengan kedua mata terbelalak menunggu mati! Tetapi dengan sikap seorang ksatria ia berkata "Segala pelajaran atau ilmu di dunia ini tak terbatas, kita tak dapat mempelajari semuanya, Dalam hal ilmu silat, kau lebih unggul daripada aku. sekarang aku kalah, akupun tak menyesal jika harus dibunuh mati!"Kata-kata yang diucapkan dengan tenang itu membikin Na Siao Tiap cemas, dan ia menanyai "Di samping ilmu silat, apakah kau kira kau lebih unggul dalam kepandaian lain- lainnya daripadaku?"Dengan tenang Ong Han Siong menjawab Tentang ilmu silat, aku Ong Han Siong hanya mengerti sedikit saja, akan tetapi tentang ilmu pengobatan dan ilmu falak, aku telah mempelajarinya dengan tekun dan telah mencurahkan banyak tenaga dan pikiran, Jika kau tidak pereaya, kau dapat menyaksikan dengan kepala mata sendiri nanti pada pertengahan bulan delapan ketika para jago silat akan bertemu untuk mengadu silat, Kau akan menyaksikan cara aku mengatur siasat, dan akupun dapat meramalkan nasibnya dari tiap-tiap jago silat sebagai akibat dari pertandingan silat tersebut!" Lalu ia tertawa gelak-gelak seolah-olah ia yakin benar akan akibat keterangannya itu, Pek Yun Hui telah berhasil menolong dan menyadarkan Bee Kun Bu, dan iapun telah mendengar keterangan Ong Han Siong, ia mengejek "0rang-orang yang paham akan ilmu pengobatan dan ilmu falak banyak sekali jumlahnya di kalangan Bu Lim, kau tak usah menyombongkan diri!"Ong Han Siong bangkit sambil membentak "Sia-pakah mereka yang lihay dalam ilmu-ilmu itu? Sebutlah nama orang- orangnya!" Tetapi ia jatuh lagi karena hajaran dari Na Siao Tiap tadi,Sambil berdiri menghadapi Ong Han Siong, Na Siao Tiap yang belum pernah membunuh orang tidak sampai hati memukul lawannya dengan kipas besi itu, ia memejamkan kedua matanya, lalu mengangkat kipas besi tersebut untuk memukul kepalanya Ong Han Siong, Tiba-tiba Bee Kun Bu berseru "Jangan bunuh dia mati!"Na Siao Tiap terkejut dan menahan turunnya tangannya, ia menoleh ke belakang sambil menanyai "Apa-kah kau ingin memberi ampun kepadanya? Apakah kau tidak mengetahui betapa kejamnya dia terhadapmu? Jika Pek Cici tidak keburu datang menolong, akupun dipaksa olehnya berkorban untuk kau!""Ha!" tanya Bee Kun Bu dengan terperanjat "Apa-kah kau tak dapat melawan dia?"Segera wajahnya Na Siao Tiap menjadi merah, ia tak dapat menjawabnya, Pek Yun Hui tersenyum dan berkata kepada Bee Kun Bu "Aku melihat kau makin lama makin ganjil Bangsat itu telah menerkam kau untuk dijadikan sandera untuk memaksa Tiap Moi menulis semua ilmu-ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sehingga Tiap Moi terpaksa mengalah. "Sekonyong-konyong Na Siao Tiap berseru "Cici!"Pek Yun Hui menangguhkan kata-katanya, dan berbalik menanya Na Siao Tiap "Mengapa? Apakah aku salah bicara? sebetulnya jika kau ingin menolong, kau bisa berhasil menolongnya, karena aku yakin bahwa bangsat itu tidak bermaksud membunuh ""Siapa bilang aku tak bermaksud membunuh?" Ong Han Siong memotong. "Jika sedikit saja dia bergerak, Bee Kun Bu pasti mati dari ketokan kipas besiku!"Tetapi, setelah membunuh mati dia, kau tak dapat lolos dari tanganku, kaupun pasti mati!" bentak Pek Yun Hui."Ha! Ha! Ha!" Ong Han Siong tertawa, "Orang yang berani datang ke dalam lembah ini untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek tentu tak memikirkan tentang meloloskan diri!"Bee Kun Bu menghela napas dan berkata "Dia pernah menolong aku di pegunungan Ngo Bie San ketika aku berada di kuil Ban Hut Teng, dan karena itu aku masih berhutang budi kepadanya. Aku mohon kalian membebaskan dia."Pek Yun Hui berpikir sejenak"Baiklah, Kita bebaskan dia!" katanya kemudianNa Siao Tiap menanya " Apakah kita tidak mau mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?""Aku pernah mencarinya, akan tetapi selainnya melihat bekas darah, aku tak menemui kitab-kitab tersebut maupun mayatnya Co Hiong," jawab Pek Yun Hui."Di dasar lembah yang dalam ini," kata Na Siao Tiap. "Mungkin mayatnya Co Hiong telah dimakan binatangbuas, Cici tak mungkin dapat melihat bekas-bekasnya.""Aku hanya harap demikian Lebih baik kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu berada di dalam perutnya binatang buas," kata Pek Yun Na Siao Tiap lempar kipas besi di sampingnya Ong Han Siong dan membentak "Apakah kau telah mendengarnya? Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sudah berada di dalam perut macan?"Ong Han Siong yang masih merasa kesakitan dari hajarannya Na Siao Tiap, dan menganggap dirinya sudah sampai pada ajalnya, masih tetap bersikap ksatria dan tak gentar jika ia dibunuh, ia duduk memulihkan tenaganya dan berusaha meringankan sakit di dalam tubuhnya,Lalu Pek Yun Hui bersiul, dan dalam beberapa detik saja terlihat seekor bangau putih yang besar terbang datang menghampiri dengan cepat, sebelumnya ia ber-!alu, ia berkata kepada Na Siao Tiap "Kalian berdua dapat menunggangi bangau ini, dan aku akan jalan melalui jalan tadi, Kita akan bertemu lagi di kamar Thian Kie Ciok Hu!" Lalu iapun ber!a!u. Tetapi Na Siao Tiap menahannya dan berkata "Cici dan Bee Siang Kong dapat menunggangi bangau ini, karena aku ingin menguji ilmu mendaki jurang yang curam ini." Pek Yun Hui mengawasi dan meneliti jurang yang curam itu, dan sambil menggelengkan kepalanya ia berkata "jurang yang curam ini sangat berbahaya dan licin, aku khawatir sukar di mendaki Lebih baik kau kembali dengan menunggangi bangau saja!""Bagaimana jika kita bertiga menunggangi bangau itu? Aku dapat meringankan tubuhku," kata Na Siao Tiap."Baiklah," jawab Pek Yun Hui, Tapi jika bangau ini tak dapat menahan beban seberat kita, mungkin kita bertiga akan jatuh dan binasa semua."Lalu bertiga mereka menunggangi bangau yang besar itu yang segera membuka kedua sayapnya dan membawa ketiga orang itu terbang ke atas, meninggalkan Ong Han Siong sendirian di dasar jurang yang curam Kun Bu yang diapit oleh kedua gadis itu tiba-tiba berkata "Jika Lie Sumoy juga berada bersama-sama kita, aku yakin dia akan merasa gembira sekali.""Kau jangan terlampau khawatir Aku akan berdaya mencari dia," kata Na Siao Tiap,Entah berapa lama mereka dibawa terbang oleh bangau sakti itu di angkasa, melalui awan-awan dan puncak-puncak gunung, Tiba-tiba bangau itu berbunyi dan terbang turun, Ketika Bee Kun Bu memperhatikan lagi, bangau itu telah tiba di atas tanah, tepat di puncak di mana kamar Thian Kie Ciok Hu terletak"Hayo kita turun, dan kita dapat makan dulu, karena aku sudah lapar," kata Pek Yun Hui."Jika tadi kita jatuh dari atas, aku pasti sudah menjadi mayat, dan dapat menjumpai ibuku di tanah baka!" kata Na Siao Moi!" kata Pek Yun Hui, "Aku yakin ibumu tak sudi kau mati, Aku pereayadia senantiasa melindungi kau!" Tiba-tiba air matanya Na Siao Tiap mengalir keluar, entah mengapa ia menjadi sedih hatiBee Kun Bu yang telah mendengar dan menyaksikan hal itu hanya dapat berdiri tertegun, Kemudian iapun menjadi sedih juga. Na Siao Tiap menghampiri dan menegur kepadanya "Aku hanya mengenangkan ibuku, janganlah kau turut berduka."-ooo0ooo-Jaring asmara menjerat mangsanyaBee Kun Bu yang sangat berhutang budi terhadap kedua gadis itu tak dapat bersikap acuh tak acuh, ia berkata dengan hati yang gugup "Tetapi... tetapL." ia tak dapat mengutarakan isi hatinya,"Sudahlah, kau tak usah meneruskan kata-katamu," kata Na Siao Tiap. "Mari kita pergi ke kamar untuk makan!"Bee Kun Bu hanya dapat mengikuti berjalan di belakang kedua gadis itu menuju ke kamar Thian Kie Ciok Sui Wie yang disuruh menjaga kamar itu segera datang menyambut dengan gembira,Na Siao Tiap pegang tangannya Bee Kun Bu dan berkata "Apa yang aku telah katakan kepadamu tadi kau tak usah buat pikiran. " Lalu ia lari keluar dari kamarPek Yun Hui yang memperhatikan sikapnya Na Siao Tiap berkata kepada Bee Kun Bu "Rupanya Tiap Moi sudah banyak berubah sekarang, Dia tak membenci kau lagi."Bee Kun Bu mengangguk dan menjawab "Betul! Aku khawatir akan perubahan sikap yang begitu tegas!""Akupun khawatir untuk kepentingannya," kata Pek Yun Hui. "Aku minta kau senantiasa bersikap ramah terhadapnya dan berada di sampingnya sebanyak mungkin. " "Tetapi, tetapi... aku harus berbuat apakah ter-hadapnya?" tanya Bee Kun Bu."Aku sudah memperhatikan sikapnya dan juga sikapmu Hubungan antara kalian berdua sudah mendalam, dan aku hanya khawatir satu kekeliruan atau salah paham dapat mencelakakan kalian berdua," kata Pek Yun berhenti sejenak, lalu melanjutkan "Sebetulnya dan dengan sejujurnya, akupun telah jatuh cinta kepadamu Dahulu aku berpendapat bahwa jika aku tak bisa memperoleh kau sebagai suamiku, aku tak akan hidup bahagia, Namun akhirnya aku dapat mengatasi kekeliruan itu, Aku tak pereaya bahwa diantara laki-laki dan perempuan, kebahagiaan hanya timbul bila mereka menjadi suami isteri, Aku sendiri sedang menguji, Berhasil atau gagal, akupun tak dapat meramalkan sekarang, Namun aku masih berusaha keras, Apakah kau juga dapat berbuat demikian?Bee Kun Bu terkejut mendengar pengakuan yang jujur dan terus terang itu. ia tak dapat menjawab, ia harus mengakui bahwa iapun telah jatuh cinta terhadap gadis yang mu!ia, luhur berbudi serta gagah itu, Tetapi iapun sangat mencintai Sumoynya, Lie Ceng Loan,Tiba-tiba ia ditegur "Bee Siang Kong, Pek Cici sangat menaruh perhatian terhadapmu apakah kau tidak mempunyai perasaan?"Seperti orang yang baru terbangun dari tidurnya, Bee Kun Bu membelalakkan matanya lebar-lebar dan melihat Na Siao Tiap seperti Sumoynya yang sangat polos dan jujur ia merasa malu terhadap dirinya sendiri, karena ia anggap bahwa imannya kurang kuat untuk mencegah segala godaan. ia merasa berdosa, karena menurut ang-gapannya, telah membikin Souw Hui Hong kehilangan satu lengannya dan harus berkorban seumur hidupnya menjadi seorang rahib, Tiba-tiba ia mengangkat tangan kanannya, dan baru saja ia hendak memukul kepalanya sendiri, tiba-tiba lengannya ditepuk oleh Na Siao Tiap, Pek Yun Hui membentak "Bee Siang Kong, mengapa kau berbuat demikian? Apakah kau kira dengan membunuh diri kau dapat membereskan segala sesuatu? Kau harus bersikap berani menghadapi semua itu, membereskannya dengan semestinya! itulah baru satu laki-laki sejati!"wajahnya Bee Kun Bu menjadi merah, ia menundukkan kepalanya menerima salah, Ketika ia mengangkat kepalanya lagi, ia berkata "Pek Cici, kau terlalu baik terhadapku Budi sebesar itu, aku khawatir aku tak dapat membalasnya,.,."Na Siao Tiap memotong pembicaraannya "Bee Siang Kong, jika kau telah mengetahui bahwa Pek Cici sangat baik terhadapmu, kau harus hidup, jangan mencari mati! Selama kau tinggal berdiam di sini, aku rela mengajarkan kau ilmu- ilmu silat yang tereatat di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, agar kau dapat membereskan segala sesuatu nanti pada pertengahan bulan delapan tahun depan di markas besarnya partai silat Thian Liong. "Belum lagi pembicaraan itu selesai ketika mereka dibikin terkejut oleh suara gaduh yang rupanya tidak jauh dari tempat mereka, Kemudian terlihat berkelebatnya bayangan tiga orang berlari-lari masuk ke dalam Sui Wie segera lari mengejar, dan Pek Yun Hui segera mengetahui, bahwa ketiga orang tersebut telah berada di luar guanya, Karena ia khawatir Pang Sui Wie tak dapat menahan ketiga orang itu, Pek Yun Hui mengajak Na Siao Tiap pergi mengejar,"Biarlah aku jalan dulu," jawab Na Siao Tiap, dan segera diikuti oleh Pek Yun Hui yang meninggalkan Bee Kun Bu berdiri terpaku di belakang!Setelah lenyap kebingungannya, Bee Kun Bu lari mengejar Suara gaduh tadi makin nyata terdengarnya, karena di luargua Pang Sui Wie tengah melawan Sia Yun Hong denganpedangnya dan Tu Wee Seng dengan toya bambunya. Pang Sui Wie sedang mencari kesempatan untuk menyambit lawan- lawannya dengan pasir beracun, karena ia sangat sibuk mengegosi atau mengelit senjata-senjata kedua lawannya, Tepat pada waktu yang sangat berbahaya bagi Pang Sui Wie, Na Siao Tiap telah tiba sambil membentak"Kalian berdua hentikanlah penyerangan-mu! Apakah kalian tidak malu mengerubuti seorang wanita? Di manakah kalian harus buang muka bila hal ini diketahui oleh jago-jago silat lainnya?"Sia Yun Hong dan Tu Wee Seng terpaksa berhenti menyerang dan mereka sangat terkejut ketika dibentak oleh Na Siao Tiap. Mereka menjadi makin takut lagi ketika melihat Pek Yun Hui pun datang juga, Mereka tak lupa akan hajaran yang mereka terima dari gadis itu. Tetapi dengan kesempatan itu, mereka tiba-tiba menyerang Na Siao Tiap yang tak bersenjata! Mereka menyerang dengan menggunakan seluruh kepandaiannya karena mereka bermaksud membalas dendam dan mencuci malu,Secepat kilat Na Siao Tiap menjotoskan sepasang tinjunya, hembusan anginnya sudah cukup mendampar kedua jago silat itu, Seolah-olah digulung ombak, mereka terdampar dan jatuh terguling tujuh-delapan langkah ke belakang!"Jika kalian masih juga menyerang, aku terpaksa menghajar kalian lagi!" Na Siao Tiap Sui Wie hendak menyambit mereka dengan pasir beracunnya, tetapi Na Siao Tiap mencegah "Pang Siocia, jangan sambit mereka! Kita ingin lihat apa yang mereka akan perbuat!"Dengan senyuman terpaksa, Sia Yun Hong berkata kepada Tu Wee Seng "Tu-heng, apakah kita harus berlalu dari pegunungan Koat Cong San ini setelah dihina serupa ini?""Aku lebih suka mati jika aku tak berhasil mencari kitab- kitab Kui Goan Pit Cek itu! Aku rela binasa di sini!" seru Tu Wee Seng sambil bangun berdiri Pek Yun Hui tampil ke muka dan berkata "Jika kalian tak sudi keluar dari pegunungan Koat Cong San ini, apakah kalian bermaksud bertempur dengan kami?" ia berdiri tegak menghadapi mereka!Mau tidak mau, mereka menjadi gentar Dengan menghadapi satu Na Siao Tiap saja, mereka sudah tak sanggup bagaimanakah mereka dapat menghadapi Pek Yun Hui seorang lagi? Untuk sementara waktu mereka berdiri terpaku dan membisu, Lalu Pek Yun Hui menegur lagi "Sebetulnya kalian kembali pula ke sini dengan maksud apakah?"Tu Wee Seng yang sudah kenyang makan garam di kalangan Kang-ouw masih juga dapat menjawab "Pek Siocia, pegunungan Koat Cong San ini bukan milikmu, Apakah kami tidak boleh datang ke sini? Lagi pula kini telah banyak jago- jago silat yang dapat berkumpul di sekitar pegunungan ini, dan maksud mereka itu semuanya untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Menurut pandanganku, kalian berdua sukar melawan semua jago-jago silat itu!""Kau pandai bicara," kata Pek Yun Hui. "Betul kami tak dapat melawan semua jago-jago silat, tetapi kami dapat memberi hajaran kepada kalian berdua.""Pek Siocia," kata Tu Wee Seng, "Kau ternyata salah paham, sebetulnya kedatanganku bersama Sia-heng dengan maksud membantu kalian berdua mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, kau tentunya telah yakin betapa besar artinya kitab-kitab tersebut bagi para jago silat. "Na Siao Tiap yang dibesarkan di lembah Pek Hua Kiok dan lama tinggal di pegunungan, tidak berpengalaman dan tidak mengetahui seluk beluknya kalangan Kang-ouw. jawaban Tu Wee Seng itu tidak dimengerti olehnya, dan ia menanyai "Bukankah kembalinya kalian ini untuk mencari dan memiliki kitab-kitab itu?" "Ha! Ha! Ha!" Tu Wee Seng tertawa, "Na Siocia, maksudku ialah jangan sampai kitab-kitab tersebut terjatuh ke dalam tangannya partai Thian Liong. Dapat digambarkan betapa besar bahayanya jika orang-orang partai Thian Liong dapat memiliki kitab-kitab itu, mereka akan membuat kita tak ada tempat untuk berdiri lagi di kalangan Kang-ouw!""Tiap Moi, jangan pereaya obrolannya! Aku yakin bahwa mereka itu akan berbuat seperti dikatakan me-reka, Mereka ingin memiliki kitab-kitab tersebut!" kata Pek Yun Hui."Pek Siocia!" bentak Tu Wee Seng, "Jika kau tidak pereaya, lantas kau mau apa?"Pang Sui Wie segera loncat dan siap menyerang si kakek itu, tetapi Na Siao Tiap pun mencegah sambil berkata "Mereka belum dapat dibasmi sekarang! Kalau mau, aku dapat membinasakan mereka dengan hanya kedua tanganku, pasir beracunmu itu kau simpan dahulu untuk maksud lain."Ancaman itu membikin kedua orang itu cemas, tetapi mereka sudah tiada jalan keluar lagi, Sedianya mereka datang kembali ke gua itu dengan maksud membokong Na Siao Tiap, tetapi maksud mereka yang busuk itu telah diketahui oleh Pang Sui Wie. Ketika itu mereka hanya menanti nasib saja,Tetapi Na Siao Tiap yang belum pernah membunuh orang masih berkata "Aku tidak mau membunuh kalian, sekarang kalian enyahlah dari pegunungan Koat Cong San, dan janganlah berpikir datang kembali mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek pula!"Nasehat itu menggirangkan Tu Wee Seng dan kawannya, Mereka sengaja berdebat untuk mengulur waktu dengan harapan jago-jago silat lainnya datang ke situ, Kini, setelah mereka disuruh lekas-lekas enyah, mereka menyahut "Baik! Baik! Kami berlalu! Tetapi kami akan berjumpa pula lain waktu!" Lalu mereka lari pergi dari mulut gua itu! Na Siao Tiap, Pek Yun Hui, Bee Kun Bu dan Pang Sui Wie tidak mengejar mereka dan balik kembali ke kamar Thian Kie Ciok Siao Tiap segera pergi ke dapur untuk membuat hidangan-hidangan, dibantu oleh Pang Sui Wie. Pek Yun Hui dan Bee Kun Bu kembali ke kamar Thian Kie Ciok Hu."Pek Cici selalu berpemandangan luas. Tiap-tiap tindakan telah diperhitungkan betuL Aku merasa kata Bee Kun Yun ,Hui tersenyum. "Sudahlah! jangan kau memuji- muji aku. Masih banyak urusan yang aku tak dapat membereskannya dengan seksama, Tentang urusanku sendiri, aku dapat mengurusnya, Tapi Tiap Moi yang baru keluar dari pegunungan dan yang hanya mengenal ibunya dan keempat bujang perempuannya, jarang sekali berurusan dengan orang lain. Mula-mula aku lihat dia mirip Loan Moi yang jujur, wajar, berbudi dan luhur, tidak mendendam, dan mudah merasa puas. sebetulnya sifat dan wataknya jauh berlainan jika kau berada di sampingnya, dia senantiasa gembira. "Tetapi, tetapi aku tidak pernah melukai hatinya!" kata Bee Kun Bu."Betul!" Pek Yun Hui mengangguk lalu meneruskan. "Kau sebetulnya tak dapat terlalu dipersalahkan jika dia terlampau memperhatikan kau. Dan banyak peristiwa-peristiwa buruk yang kau dapat hindarkan Misalnya, aku telah berulang kali memperingatkan kau terhadap Co Hiong yang busuk dan keji itu, tetapi kau hanya pereaya omongannya yang manis, Aku terpaksa menanti tibanya saat kau dapat melihat dengan mata kepala sendiri betapa kejam dan jahatnya manusia keji itu, dan hampir saja kau menjadi korban,Nah, sekarang kau sudah mengetahui kebusukannya, aku kira saatnya telah tiba untuk memberitahukan soal Lie Sumoymu, Lie Sumoymu itu yang juga pereaya Co Hiong seorang baik karena ia anggap Co Hiong adalah kawanmu, telah menyerahkan seluruh jiwa raganya ke dalam tangan manusia jahanam itu. " "Apa!" seru Bee Kun Bu denganterperanjat "Sabar," hibur Pek Yun Hui, "Sampai sekarangpun Lie Sumoymu masih suci murni dan belum diganggu oleh manusia jahanam itu. Ketika Co Hiong hendak memperkosanya, mungkin aku dituntun oleh Tuhan, aku kebetulan tiba dan telah berhasil menotok urat punggungnya,Totokan itu sebetulnya kejam dan keji dan lambat laun dia akan binasa karenanya, Aku terpaksa melakukan itu, karena manusia itu terlampau keji dan hina, Tetapi di luar dugaanku, entah siapa yang menolong membebaskan totokan maut itu, dan ketika aku menjumpai dia lagi, dia telah memiliki ilmu silat yang lebih !ihay, yang mirip dengan ilmu-ilmu silatnya San Im Shin Ni dari pegunungan Altai, Aku yakin betul dia telah mempelajari ilmu-ilmu silat yang lihay itu. AL. jika orang semacam dia itu dapat hidup lama di dunia ini, tentu banyak sekali orang yang akan menjadi korban atau mangsanya..."Bukankah dia telah dihajar dan jatuh tergelincir ke dalam jurang? Apakah dia belum binasa?" tanya Bee Kun Yun Hui menarik napas panjang menyatakan kekecewaannya, dan berkata "Aku telah menghajar dia, akan tetapi dia sendiri yang menjatuhkan diri ke dalam jurang, Dia telah menduganya bahwa aku pasti membunuh mati dia, dan kesempatan satu-satunya untuk lolos ialah menjatuhkan tubuhnya, dengan harapan dapat menolong diri menjambret cabang-cabang pohong yang tumbuh di lereng jurang, Ia...mungkin juga dia belum mati Yang kita ketahui hanya bekas- bekas darah di dalam jurang."ia berhenti sejenak merenungkan yang lampau itu, lalu melanjutkan pula "Sudahlah! peristiwa ini kita tak usah pikiri untuk sementara waktu, Jika dia masih hidup, aku pasti akan mencarinya untuk membikin perhitungan yang penting sekarang ini adalah urusannya Tiap Moi yang telah terjerat oleh jaring asmara dan yang ber-sangkut paut dengan Lie Sumoymu." Bee Kun Bu mengerutkan kening dan menanyai "Dan apa yang aku harus perbuat? Pada dewasa ini, ilmu silatnya tak ada taranya, Dia selalu mendengar dan menuruti perkataan Cici, aku kira Cicilah yang harus menasehatkan dia.""Betul," kata Pek Yun Hui, Tetapi kau tidak mengetahui betul-betul hatinya seorang gadis, Aku dapat menasehatkan dia dalam urusan-urusan ia iri, tetapi tak dapat berbuat apa- apa dalam urusan asmara, Dia dan Lie Sumoymu sangat berlainan sifat dan wataknya, Lie Su-moymu tak dapat berbuat sesuatu yang dapat menyakiti hati orang lain, Misalnya kau yang tak membalas cintanya, dia hanya akan menyiksa diri sendiri dan rela mati tanpa berbuat tetapi Tiap Moi akan tak bersikap demikian ia dapat berbaik hati, dan juga berlaku kejam Menurut pendapatku, dia hanya dapat mendengari nasehat Guruku atau ayahnya, dan ibunya jika masih hidup, Jika aku sekarang menasehatkan pada nya, aku khawatir dia menjadi salah paham, dan berbalik merasa cemburu terhadap aku. Jika terjadi demikian, kau dapat bayangkan akibatnya yang kita tak seorang yang sangat pintar dan cerdas, dan orang yang demikian mudah salah paham, Co Hiong adalah seorang yang keji dan rendah, Dengan pengalamannya di kalangan Kang-ouw dia dapat melakukan banyak kejahatan, akan tetapi aku pereaya dia tidak sepintar Tiap Moi. Ya, di dalam beberapa hari ini perilakunya telah berubah hebat sekali itulah yang membuat aku cemas!""Bukankah lebih baik aku berlalu dari sini dan tidak menjumpai dia lagi?" usul Bee Kun Bu."Hm...W sahut Pek Yun Hui, "Dunia yang luas ini mungkin tak ada tempat untuk kau bersembunyi Dia pasti dapat mencari kau.""Menurut pendapat Cici, aku tak akan luput dari kejarannya?" kata Bee Kun Bu. "Untuk kebaikan semua pihak yang bersangkutan apakah yang aku harus buat? jalan yang terbaik ialah aku membunuh diri Setelah aku meninggal dunia, semua orang akan bersedih hati untuk sementara waktu, dan seterusnya aku akan tedupa. Tetapi aku tidak membikin mereka saling benci Aku tak takut mati untuk kepentingan semua!"Dengan senyuman yang pahit getir, Pek Yun Hui berkata "Pengorbanan itu memang dapat dipuji Tetapi orang yang membunuh diri dianggapnya sebagai pengecut Dia tak berani menghadapi kesulitan dan tak berani mencari jalan untuk membereskan kesulitan itu. Bukankah kau masih harus membalas budinya banyak orang?"Kata-kata yang pedas getir itu membikin Bee Kun Bu menundukkan kepalanya karena terlampau malu, dan Pek Yun Hui segera insyaf bahwa kata-katanya telah menusuk hati orang, Dengan tersenyum dan nada yang halus ia berkata lagi "Kau pikir dengan kematianmu kau dapat membikin beres semua urusan, Tetapi hal yang sebenarnya dengan matinya kau, kau akan menghancurkan hatinya Lie Sumoymu, juga Souw Siocia yang pernah berkorban untukmu, Maka janganlah kau meikiri soal membunuh diri lagi. Pereayalah, aku senantiasa berdaya menolong kau membereskan segala se-suatu!""Pek CicL." kata Bee Kun Bu, dan ia tak dapat meneruskan karena terlampau terharu."Mengapa?" tanya Pek Yun Hui. "Bukankah aku juga mempunyai perasaan? Aku akan membantu kau menjadi seorang jago silat untuk mengangkat nama partai Suhu dan Susiokmu, dan membereskan semua kesulitan-kesulitanmu, Tetapi aku mempunyai satu syarat, yakni kau harus turut apa yang aku katakan!"Bee Kun Bu menatap wajahnya Pek Yun Hui dan berkata "Cici! Kau demikian sayang kepadaku, jika aku masih tidak mau turut kata-kata Cici, aku ini bukannya manusia lagi!"-ooo0ooo-Bee Kun Bu mempelajari ilmu silat yang sakti "Kau tak usah bersumpah," kata Pek Yun Hui, "Sekarang yang penting ialah kita harus menjaga Tiap Moi. Dalam masa remajanya, perasaannya mudah tersinggung. Dia baru saja bereampur gaul dengan banyak orang, dia mudah salah paham, Tiap-tiap hal yang menusuk hatinya akan berakibat hebat sekali. Dari itu kita harus menyesuaikan diri untuk menyenangkan dia. Kau akan berada di sampingnya agak tama, selama itu kau dapat belajar ilmu silat daripadanya, Tetapi kau mungkin juga bisa terjerumus dalam jurang asmara, Dari itu, aku berpesan supaya kau bertindak hati- hati dan selalu mencari kesempatan membikin dia insyaf akan segala tindak tanduknya yang keliru. ""Pek Cici, tentang ini aku masih kurang jelas. " kata BeeKun Yun Hui tersenyum, lalu ia menjelaskan lebih lanjut "Lie Sumoymu sangat mencintai kau, harus dijaga jangan membikin dia mati mereras. Souw Hui Hong telah berkorban untuk menolong kau di hadapannya jago-jago silat dari kelima partai silat yang ternama sehingga dia menjadi seorang yang bereacad, Apakah kau akan melupakannya, Ya, nasi sudah menjadi bubur, dan kau tak dapat merubah lagi-lagi Lie Ceng Loan yang berjiwa besar, dia rela menjadi isteri kedua atau ketiga, asal saja kau tetap mencintainya. ""Cici, kata-katamu itu agaknya di luar garis," protes Bee Kun Bu. "Cici dapat tetap berhati suci murni terhadap orang lain, akupun dapat berbuat seperti Cici!"Pek Yun Hui tersenyum, seraya berkata "Aku tahu kau menghormati dan mungkin juga mencintai aku. Nah, dengarlah, aku beri kau petunjuk bagaimana kau harus memperlakukan Tiap Moi. Asalkan kau dapat menuruti petunjuk-petunjukku, aku jamin hasilnya akan memuas-kan!""Aku yakin aku dapat membereskan urusanku terhadap Lie Sumoy dan Souw Siocia. Tetapi Tiap Moi, aku khawatir aku akan gagal Jika Cici dapat memberi petunjuk, aku sangat berterima kasih." Tiba-tiba Bee Kun Bu ingat kepada Giok Siu Sian Cu yang telah mencuri buah Sie Can Ko untuk menolong jiwanya, ia menjadi Yun Hui tak dapat membaca isi hati orang, ia berkat a "Kau jangan banyak pusing lagi! Kau akan tinggal bersama- sama Tiap Moi agak lama, kau harus selalu melayani dia agar dia dapat kesimpulan bahwa kau adalah seorang pria yang dapat dipereayaiTetapi jika aku berbuat demikian, bukankah akan mempersulit urusan?" kata Bee Kun Bu,"Tidak," jawab Pek Yun Hui, "Aku telah memikir lama dan aku telah mengetahui betul sifat dan wataknya, Dia sangat pintar dan cerdas, Di dalam dunia ini agaknya tidak ada hal yang dia tak dapat lakukan. Tetapi ada hal-hal yang dia tak dapat lakukan karena dia sudi me-lakukannya, Jika kau memperhatikan padanya, dia akan berdaya menolong kau, dengan demikian kau akan menjadi kawan antara asmara dan setia kawan sangat kecil perbedaannya, karenanya kau harus senantiasa bersikap seperti kakak terhadap adiknya, jangan sekali-kali menimbulkan asmara terhadapnya, Dapatkah kau tahan menghadapi seorang gadis yang cantik jelita tanpa jatuh cinta terhadapnya? Apakah imanmu cukup teguh?""Ini... ini, jika aku sudah bersedia, aku yakin aku dapat menghadapinya!" jawab Bee Kun Yun Hui tersenyum, dan berkata pula "Baiklah, Untuk sementara ini, kau berbuat sebagaimana petunjukku sewaktu- waktu aku akan memberi petunjuk lagi. Nah, sekarang kita pergi ke kamar dapur menengok Tiap Moi apakah dia sudah selesai menyediakan santapan." Lalu ia bangun dan berjalan ke kamar dapur"Bolehkah aku membantumu?" seru Pek Yun Hui. "Boleh saja," jawab Na Siao Tiap. "Hari ini kita harus makan hidangan-hidangan yang lezat, dan juga minum arak yang harum." Iahendak memasuki gua itu. Tiba diambang mulut gua, sehembus angin dingin meniup sehingga ia menggigil. Teringat akan pesan gurunya, ia bergegas hendak keluar. Tetapi ia tertegun ketika melihat kedua sisi pintu gua terdapat beberapa ukiran huruf, berbunyi: "Laut dendam, sukar ditimbuni. Siapa masuk tentu mati". Jilid 19" pernahkah kau minum arak sebelumnya?" tanya Pek Yun Hui."Belum, Tetapi hari ini aku ingin mencobanya," jawab Na Siao Tiap,"Sebetulnya arak kita seberapa enaknya, Arak hanya dapat membikin kita mabok. Lebih baik kita tidak minum arak," kata Bee Kun Bu."Aku sering mendengar orang mengatakan bahwa arak itu dapat membikin orang lupa akan penderitaannya. Aku ingin mencoba meminumnya agar dapat melupakan segala sesuatu!" kata Na Siao Tiap,Sambil tersenyum Bee Kun Bu menanyai "Apakah ada suatu hal yang membikin kau bersusah hati? Arak itu hanya dapat membikin kau lebih kesal lagi setelah kau sadar kembali, Lebih baik kita tidak minum arak,"Na Siao Tiap terperanjat mendengar bujukan yang ramah dari Bee Kun merubah suasana, Bee Kun Bu berkata pula "Tiap Moi, bukankah kau pernah berjanji hendak mengajarkan aku ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek? Apakah janji itu masih berlaku?""Janjiku selalu berlaku," jawab Na Siao Tiap. "Aku hanya khawatir kau belajar tidak dengan sungguh-sungguh hati!""llmu silat yang sakti itu diidam-idamkan oleh para jago silat Bukankah aku ini tolol jika tidak belajar sungguh-sungguh hati bila kau sudi mengajarkannya?"Na Siao Tiap mengawasi Pek Yun Hui sejenak, lalu berkata sambil tersenyum "Mempelajari mengerahkan tenaga dalam harus dilakukan dengan tekun, Jika kau tidak dapat mencurahkan perhatian, maka ilmu itu tak akan berhasil dipelajarinya. Aku hanya khawatir kau selalu memikiri Lie Sumoymu selagi mempelajari ilmu tenaga dalam itu!"sindiran itu membikin wajahnya Bee Kun Bu menjadi merah, dan ia terpaksa menjawab "Tetapi dengan kau menjagai aku, aku tak khawatir tidak berhasil!"jawaban yang tepat itu berbalik membikin Na Siao Tiap menjadi merah padam wajahnya, ia tak menduga bahwa Bee Kun Bu juga bisa bersenda gurau terhadap-nya. ia berkata "Hm! Kau pandai bicara, Jika kau betul-betul ingin belajar, kau harus senantiasa mendengar petunjuk-petunjukku dengan khidmat!""Jangan khawatir, Suhu!" jawab Bee Kun Bu dengan senyumnya yang menawan hati. "Di waktu belajar, aku akan selalu pandang kau sebagai guruku yang sakti, aku tentu memperhatikan segala petunjuk-petunjuk. "Mendadak ia menangguhkan kata-katanya, karena ia insyaf bahwa pereakapannya sedang diperhatikan oleh keempat bujang perempuan Na Siao Tiap dan Pang Siu Yun Hui segera memotong pembicaraannya kedua orang itu dengan berseru "Aku sudah lapar Apakah hidangan- hidangan sudah siap?"Bee Kun Bu mengerti saran itu, ia lalu keluar dari kamar dapur menanti hidangan-hidangan yang sedang disiapkanPada keesokan harinya Bee Kun Bu mulai belajar silat dari Na Siao Tiap dengan penuh perhatian, dan ia berusaha melupakan Lie Ceng Loan, Tiga bulan telah berselang, ia telah dapat memahami berbagai-bagai macam ilmu silat yang tereatat di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dengan petunjuk dan penjelasan yang teliti dan cermat dari NaSiao Tiap. Demikian tekunnya Bee Kun Bu mempelajari dan memahami ilmu-ilmu silat tersebut, demikian pun Na Siao Tiap mengajarnya dengan sungguh-s unggun pula, sehingga dalam jangka waktu tiga bulan saja, Bee Kun Bu telah dapat menghafal di luar kepala semua catatan-catatan kitab-kitab Pek Yun Hui juga turut serta mempelajari dan melatih ilmu-ilmu silat tersebut, dan dengan kecerdasannya iapun telah memperoleh manfaatnya, setaraf dengan apa yang telah diperoleh oleh Bee Kun suatu hari baru saja Bee Kun Bu berlatih silat, dan ketika ia membuka matanya yang ia pejamkan selama beristirahat, ia tampak Na Siao Tiap berdiri di depannya dengan sikap yang rindu, ia menanyai "Tiap Moi, mengapa kau nampaknya cemas?"Na Siao Tiap menghela napas, "Mulai hari ini, setelah kau memahami semua catatan-catatan ilmu silat dari Kui Goan Pit Cek, kau harus mulai mempraktekkan teori-teorinya karena banyak jurus-jurus yang kau harus pergunakan dengan baik dan mahir Menurut perhitunganku jangka waktunya enam- tujuh bulan lamanya, Meski kau telah memahami teori- teorinya, namun kau belum ada kesempatan untuk kau menjumpai lawan yang memiliki ilmu tenaga dalam yang lihay, kau bukan saja masih belum dapat menaklukkan lawan itu, malah kau dapat dilukai karena kau belum dapat mempergunakan tenaga dalammu dengan sempurna, Oleh karena itu, aku harus membantu kau mempraktekkan mempergunakan tenaga dalammu.""Ha! Ha! Hai!" tertawa Bee Kun Bu, "Jika cuma itu saja, kau tak usah menjadi cemas, Aku siap sedia menerima petunjuk-petunjukmu."Na Siao Tiap lalu duduk di sampingnya Bee Kun Bu dan berkata lagi "Apakah kau mengetahui mengapa aku dapat melayang-layang di udara seperti seekor kupu-kupu dalam jangka waktu yang agak lama?""Kau telah memahami dan berlatih ilmu Toa Pan Yok Hian Kong llmu meringankan tubuh yang sakti dengan mengerahkan urat-urat syaraf dan tenaga dalam mu, serentak mempergunakan tenaga luar untuk menekan hawa Dan apakah akupun dapat belajar ilmu tersebut dari kau?"Na Siao Tiap berbangkit dan sambil tersenyum ia berkata "Kau telah menebak separuh jitu, ilmu Toa Pan Yok Hian Kong dapat dipergunakan dengan sempurna jika kita sudah berlatih lama dan kita sudah berusia tiga puluh tahun ke atas, Aku kini belum berusia dua puluh tahun, ilmu tersebut belum aku dapat mempergunakan dengan sempurna.""Sungguh mengagumkan!" seru Bee Kun Bu dengan kagum, "Belum berusia dua puluh tahun, kau sudah demikian lihaynya, Jika kau sudah dua puluh tahun lebih, kau,., kau. "Na Siao Tiap menjadi merah mukanya karena pujian mereka berlatih silat lagi,Di dalam beberapa bulan mereka berada bersama-sama, Na Siao Tiap telah meluap-luap asmaranya seolah-oleh tak tertahan lagi, akan tetapi Bee Kun Bu senantiasa mempertahankan batas demarkasinya dengan sungguh- sungguh, ia tetap menghormati keluhuran gadis itu, dan mencintainya sebagai adiknya,"Meskipun aku rela mengajarkan dan membantu kau berlatih Toa Pan Yok Hian Kong," kata Na Siao Tiap, "Akan tetapi aku masih merasa khawatir."Bee Kun Bu terkejut dan berkata "Jika kau anggap berbahaya bagiku, lebih baik pelajaran itu ditangguhkan saja dahulu, Aku dapat mempelajarinya setapak demi setapak."Dengan tak terasa air matanya Na Siao Tiap mengalir keluar, dan dengan terisak-isak ia berkata lagi "Aku anggap tak ada gunanya bagi seorang gadis memiliki ilmu silat yang sakti, Jika aku dapat menurunkan kepandaianku kepadamu, aku kira ada lebih baik!" "Mengapa kau senantiasa berpendapat demikian? Kau pasti akan menyesal jika kau kehilangan kepandaian silatmu yang sakti itu," kata Bee Kun Bu, menghibur"Aku tidak akan menyesali kata Na Siao Tiap. "Aku lebih suka diam di rumah mengurus rumah tangga seperti lain-lain wanita umumnya. ""Sudahlah!" kata Bee Kun Bu dengan senyuman yang menghibur "Mari kita berlatih silat pula!""Akupun heran," meneruskan Na Siao Tiap, "Aku tiba-tiba tak berpikir untuk menjagoi di kalangan Kang-ouw. Aku rela menjadi seorang wanita biasa mengerjakan semua pekerjaan wanita, Bahkan akupun tak mau dibantu oleh seorang bujang. "Tetapi dengan demikian banyaknya pekerjaan yang kau harus kerjakan, kau akan lekas menjadi muak!" kata Bee Kun Bu."Tidak! Tidak!" jawab si gadis. "Aku tak akan menjadi jemu!Aku yakin aku akan berbahagia mengurus rumah tangga untuk orang yang aku segani. "Berdebar-debar hatinya Bee Kun Bu, ia berusaha sekuat tenaga memperkokoh imannya dari serangan-serangan asmara yang sedang dilancarkan oleh gadis yang cantik jelita itu, ia tak lupa akan pesannya Pek Yun Hui, dan dalam usahanya mempertahankan napsunya itu, ia menjadi berdiri tertegun."Bee Siang Kong, apakah aku telah salah bicara?" tanya Na Siao Tiap setelah melihat sikapnya Bee Kun Bu yang tiba- tiba berubah,"Tidak," jawab Bee Kun Bu, "Kau mengatakan bahwa kau dapat mengajarkan aku ilmu Toa Pan Yok Hian Kong dengan cara yang cepat Bagaimanakah itu?"Na Siao Tiap menatap Bee Kun Bu sejenak, lalu berkata "Urat-urat syaratku betul sudah aku dapat mengendalikannya dengan sempurna, tetapi jika aku belum berusia tiga puluh tahun atau lebih, aku tak dapat mempergunakan ilmu Toa Pan Yok Hian Kong itu dengan sempurna jika aku tidak makan Leng Tan pil mustajab yang dibuat dari Ban Lian Hwee Kwi kura sakti dari ayahku, Sayang Leng Tan itu telah aku makan habis, karenanya aku tak dapat membagi kau! jika kau makan Leng Tan itu, mungkin juga pada pertengahan bulan delapan lain tahun kau dapat menunjukkan gigi di markas besarnya partai Thian Liong, Tapi masih ada akal agar kau dapat mempelajari ilmu itu lebih cepat ""Bagaimanakah caranya?" tanya Bee Kun Bu dengan Siao Tiap tidak segera menjawabnya, ia menatap Bee Kun Bu dengan wajah yang penuh kaSih sayang, Lalu ia berkata "Jika aku memikirkan hal ini, aku menjadi cemas, Cara itu adalah usul dari Pek Cici."Bee Kun Bu terkejut dan berkata "Aku tahu, Kau harus berkorban dengan membuang-buang banyak tenaga dalammu untuk membantu aku melatih mengendalikan semua urat-urat syarafku, BetuIkah?""Jika hanya demikian, aku tak akan menjadi cemas," jawab Na Siao Kun Bu mengerutkan dahi dan berkata "Jika masih ada cara yang lain, akupun tak mengetahuinya.""Nah, dengar baik-baik!" kata Na Siao Tiap. "Setelah aku makan Leng Tan yang terkenal dari Ban Lian Hwee Kwi, maka darahku menjadi berlainan daripada darahnya orang umumnya. Bila aku dapat berhasil menyalurkan darahku ke dalam tubuhmu dengan dibantu Pek Cici yang mendorong kau mengeluarkan tenaga dalammu, maka dalam jangka waktu hanya enam bulan, hasil latihanmu akan sama dengan hasil latihan selama sepuluh tahun lebih, Dan setelah kau berhasil, kau dapat mengendalikan semua urat-urat syaraf mu dan melancarkan jurus-jurus ilmu silat yang kau telah pelajari dan dapat menjagoi di kalangan Kang-ouw!" "Tetapi... tetapi cara itu adalah cara yang tak mungkin dilakukan!" bantah Bee Kun Bu. "Janganlah kau berpikir demikian!""Aku akan mendesaknya, aku tak merasa puas jika aku tak melaksanakan cara tersebut untuk menolong kau!" mendesak Na Siao Tiap."Tidak!" bentak Bee Kun Bu dengan berlagak marah, "Kau terlalu berkeras kepala! Jika demikian, aku harus siang-siang berlalu dari sini!" Dan iapun berjalan keluarTetapi Na Siao Tiap meloncat menghalangi dan berkata dengan sabar "Aku bermaksud baik, Apakah aku telah salah bicara?""Tetapi kau sangat keras kepala," jawab Bee Kun Bu. "Orang harus selalu menuruti kehendakmu tapi kau sebaliknya segan menerima pendapat orang lain, Aku khawatir jika aku berdiam lama-lama di sini, kita akan sering-sering berselisih Lebih baik aku berlalu sekarang?"Air mata mengucur keluar dari kedua belah matanya Na Siao Tiap dan sambil memegangi tangannya Bee Kun Bu ia berkata "Jangan gusar, aku tak akan memaksa kau lagi, Lain kali aku akan berunding untuk mengetahui keputusanmu. ""Celaka!" pikir Bee Kun Bu. "Agaknya dia tidak mau melepaskan aku lagi. Dia ingin selalu menyertai aku!"Dalam keadaan yang serba salah itu, sekonyong-konyong terdengar suaranya Pek Yun Hui yang ia tidak tampak sudah sepuluh hari Siao Tiap mendongak dan berseru "Pek Cici, kau sudah kembali?"Pek Yun Hui menghampiri mereka seraya berkata "Ya, aku sudah kembali, dan bagaimanakah kalian ber-dua?Apakah kalian berselisih?" ia menanya demikian karena melihat Na Siao Tiap berlinangkan air mata, "Aku tidak berselisih, aku telah membikin dia gusar!" jawab Na Siao Tiap,Setelah menatapi Bee Kun Bu sekian lama, Pek Yun Hui berkata "Sudahlah, kau jangan marah, Kau harus terus belajar dan berlatih, sekarang berita tentang ke-sembilan partai silat akan mengadu kepandaian di markas besar partai Thian Liong tahun depan sudah tersiar luas, pertandingan silat pada waktu itu tak dapat dianggap remeh silat dari partai-partai silat Kun Lun, Ngo Bi, Siat San, Tiam Cong dan Hua San, setelah mereka datang ke pegunungan Koat Cong San ini untuk merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, mungkin sudah mengetahui tenaga dari partai Thian Liong, dan mungkin pula sudah memperhitungkan masak-masak untuk menghadapi pikir, semua jago-jago silat dari kelima partai silat itu telah bergabung menggempur jago-jago dari partai Thian Liong, mereka masih tak mampu menggempurnya, Karena itulah kita harus membikin persiapan yang semestinya untuk menghadapi peristiwa lain tahun, sekarang jangka waktunya masih lima-enam bulan lagi, waktu sesingkat ini sangat berharga, Jika kau tidak bertekun belajar, kau akan menyesal seumur hidupmu!"Bee Kun Bu menundukkan kepalanya dan berkata "Aku tidak marah."Dengan wajah yang cemas,-Na Siao Tiap berkata "Cici, jika jangka waktunya sudah sedemikian singkat nya, bagaimanakah kita dapat mendesak Bee Siang Kong memahami ilmu Toa Pan Yok Hian Kong? Ya, cara-cara melancarkan jurus-jurus, mengelit mengegos, menangkis dan melabrak lawan, dapat dia melatih diri dengan memuaskan dengan dibantu oleh Cici, Tetapi untuk dapat memiliki ilmu Toa Pan Yok Hian Kong waktunya terlalu sempit!" Pek Yun Hui tersenyum dan berkata "Tentang ini kita tak dapat berbuat lain. Kita hanya dapat mengajar dan memberi petunjuk sedapat mungkin. Namun jika dia tekun belajar dan berlatih, hasilnya akan diluar dugaan, dia dapat mengimbangkan kekuatannya partai Thian Liong dan kesembilan partai-partai silat lainnya.""Tetapi kita masih ada cara lain yang lebih cepat," kata Na Siao Tiap, "Hanya Bee Siang Kong tak sudi inilah kami tadi telah bertengkar!"Pek Yun Hui berpikir setelah mendengar penjelasan itu, Kemudian sambil tersenyum ia berkata "Betul, cara itu adalah cara satu-satunya untuk mempereepat hasiU nya!"Bee Kun Bu membungkam. Agaknya ia terpaksa menerima saran tersebut yang membikin Na Siao Tiap berkorban lebih besar lagi. Menampak sikap itu, Na Siao Tiap menggoda dengan ejekannya "Pek Cici, agaknya Bee Siang Kong membenci aku!""Tiap Moi ini betul-betul pandai menggoda!" pikir Pek Yun Hui. Lalu ia berkata "Tiap Moi, cobalah beritahukan aku tentang cara yang dapat mempereepat itu."Dengan sikap kemalu-maluan Na Siao Tiap menjawab Tak usah aku menyebut lagi cara itu. Bukankah Cicipun telah mengetahuinya?"Tanpa disuruh Bee Kun Bu berjalan keluar dari kamar itu. Di luar suasana sangat tenang dan sunyi, Awan putih terlihat terapung-apung diantara puncak-puncak gunung Koat Cong San itu, Namun hatinya tak tenang, seolah-oleh air yang deras mengalir ke muara!"Bee Siang Kong!" tiba-tiba terdengar Pek Yun Hui memanggil "Mengapa kau tidak kembali untuk berlatih silat? Lupakah kau akan tugasmu?"Seperti orang yang baru sadar dari lamunannya, Bee Kun Bu berbalik dan berjalan masuk ke dalam kamar lagi, Setelah mereka berada lagi di dalam kamar, Na Siao Tiap menanya Pek Yun Hui "Pek Cici, aku tiba-tiba ingat akan adik Lie Ceng Loan, Cici pernah berjanji mencari dia, apakah sudah ada kabar tentang dia?"pertanyaan itu mengejutkan Bee Kun Bu, dan segera terbayang roman bentuknya Lie Sumoynya yang ia sangat cintai, ia teringat akan kasihnya yang tak terhingga, keluhurannya yang tiada taranya, Baginya Lie Sumoynya adalah pujaan nya. Gadis yang masih sangat muda itu belum pernah membenci atau menyakiti hatinya, iapun merasa berdosa jika mengingat sikap atau perbuatannya terhadap Sumoynya itu. Dengan tak terasa ia menghela napas dan berdiri termenung lagi."Bee Siang Kong," tegur Pek Yun Hui, "Kau tengah memikirkan Lie Sumoymu?"Dengan mata berlinang Bee Kun Bu berkata "Pek Cici, apa gunanya aku memikirkan padanya? Dunia yang luas dan lebar ini, di manakah aku dapat menjumpai dia lagi.,.?""Dengan tekad Bee Kun Bu pergi mengangkat namanya Kun LunKata-kata Bee Kun Bu itu menusuk hatinya Na Siao Tiap, siapapun harus memuji Lie Ceng Loan yang polos itu. Entah apa alasannya Na Siao Tiap merasa cemburu terhadapnya, Malah ia berkata dengan simpati "Pek Cici, Saudari Li itu betul-betul harus dikasihani Aku khawatir akan keselamatannya jika dia berkelana seorang diri di kalangan Kang-ouw yang penuh dengan tipu-tipu muslihat busuk. Pek Cici, akupun mohon Cici mencari dia "Bee Kun Bu mencengkeram dadanya sendiri menahan pedih dan sakit hatinya memikiri nasib Lie Sumoynya yang malang itu, Tiba-tiba ia berseru "Na Siocia, mulai saat ini, aku tak akan belajar ilmu silat dari kau lagi!" Kedua gadis yang mendengar kata-kata itu bukan main terkejutnya dan menanya dengan berbareng "Bee Siang Kong, kau kenapakah?"Teguran itu membikin Bee Kun Bu menjadi sadar akan pesan Pek Yun Hui, bahwa ia jangan menyinggung perasaannya Na Siao Tiap yang dapat melakukan perbuatan yang tidak diingini jika gadis itu menjadi kalap atau meredakan suasana, Pek Yun Hui yang lebih berpengalaman berkata kepada Na Siao Tiap "Bee Siang Kong akan belajar terus darimu, Hanya ketika kau sebut-sebut Lie Ceng Loan, dia tiba-tiba tergerak hatinya untuk mencari Lie Sumoynya yang dia sangat khawatirkan akan keselamatannya berkelana seorang diri. ""Akupun tak seharusnya menahan Bee Siang Kong terlampau lama di sini," memotong Na Siao Tiap. "Dia harus pergi mencari Lie Sumoynya "Bee Kun Bu terharu mendengar kata-kata dari ketulusan hati menghadapi Bee Kun Bu, Na Siao Tiap berkata lagi "Bee Siang Kong, aku tahu kau selalu memikiri Lie Sumoymu. ketika aku sebut-sebut Lie Sumoymu kau segera terperanjat Apakah kau takut aku dan Pek Cici tersinggung?""Sudahlah, Tiap Moi!" kata Pek Yun Hui. "Jangan menyiksa dia lagi! Dia sedang menderita, kita tidak seharusnya menambah siksaan kepadanya!" Lalu kedua gadis itu tertawa gelak-gelak, sehingga Bee Kun Bu menjadi lebih terperanjat Lalu tanpa ada yang menyuruh mereka berjalan keluar dari kamarSuasana di luar masih tetap sunyi dan tenang, Angin gunung meniup sepoi-sepoi, Mereka berhenti dan berdiri di bawah sebuah pohon cemara, Dalam suasana sunyi senyap itu, tiba-tiba mereka dibikin terkejut oleh suara derap kaki manusia, Yun Hui mengawasi keadaan disekitarnya dan melihat berkelebatnya sesosok tubuh tidak jauh dari tempat dimana mereka berdiri, yang lari masuk ke belakang semak belukar Pek Yun Hui mengejar untuk segera tertawa setelah dapat kenyataan, bahwa orang itu adalah Pang Siu Wie."Pang Siocia, mengapa kau lari kesini?" tanyanya,Pang Siu Wie memberi isyarat untuk bersikap tenang, Lalu dengan suara perlahan ia berkata "Tadi selagi aku berada di luar mulut gua, aku melihat di dekat semak belukar ini berkelebat bayangan orang, Lalu aku datang mengejar...""BetuIkah kau melihat orang datang ke daerah ini?" tanya Pek Yun Siu Wie mengangguk Lalu dengan hati-hati mereka mencari orang yang dicurigai itu, tetapi mereka tak berhasil mencarinya. sekonyong-konyong terdengar Na Siao Tiap memanggil "Pek Cici, apakah kau melihat orang menerobos masuk ke kamar Thian Kie Ciok Hu?"Tadi Pang Siocia melihat ada orang lari ke belakang semak belukar sekarang kau bilang kau melihat orang masuk ke kamar," jawab Pek Yun Hui, "Tetapi aku tidak melihat orang itu!""Aku lihat betul ada orang menerobos masuk ke kamar!" kata Na Siao Tiap,Dengan cemas Pek Yun Hui mengertek giginya, ia berpikir "Agaknya banyak jago-jago silat telah datang kembali untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu.,."Bee Kun Bu yang juga menyertai Na Siao Tiap mengejar tidak sabar lagi menanyai "Pek Cici, aku hanya membawa malapetaka kepada kalian, Karena aku berada disini, telah banyak orang datang mengganggu keten-teraman pegunungan Koat Cong San ini!" "Bee Siang-kong," kata Pek Yun Hui, "mengapa kau selalu menyalahkan diri sendiri? Bukankah kami berdua telah berjanji menolong kau membereskan semua urusan-mu? Bukankah janji tersebut dilaksanakan dengan jalan Tiap Moi mengajarkan kau ilmu-ilmu silat yang tereatat didalam kitab- kitab Kui Goan Pit Cek?"Bee Kun Bu menundukkan kepalanya karena merasa malu, kemudian ia berkata "Aku sangat berterima kasih kepada Tiap Moi yang rela mengajarkan aku. Dan aku menerima salah atas sikapku yang keliru."Nyata membuktikan bahwa kedua gadis itu disamping kasih sayangnya terhadap ia, mereka pun memikiri akan keselamatan Lie Sumoynya,Disaat itu tiba-tiba terdengar suara seruling yang ditiup demikian memilukan hati Bee Kun Bu terkejut"Apakah iblis wanita itu datang pula ke pegunungan Koat Cong San mengganggu aku lagi?" pikirnya,Lalu Pek Yun Hui menanya Pang Siu Wie "Pang Siocia, apakah orang yang kau lihat menerobos masuk itu mengenakan pakaian serba hitam?"Pang Siu Wie mengangguk "Betul! Dan dia sangat lincah dan sukar dikejarnya!" jawabnya,sementara itu suara seruling tersebut terdengarnya semakin dekat Segera dari lembah terlihat mendatanginya seorang wanita yang mengenakan pakaian serba hitam sambil meniup serulingnya, Wanita itu adalah Giok Siu Sian wanita itu datang dekat sekali ketempat mereka, ia berhenti meniup serulingnya, dan tertawa ge!ak-gelak. Suara tertawanya itu menggetarkan hatinya Bee Kun Bu. "Bee siang- kong, apakah kau masih ingat kepada aku?" tanya Giok Siu Sian Cu. Bee Kun Bu terpaku dan menatap wanita itu, siapa berkata kepada Pek Yun Hui "Pek Siocia, urusan ini tak bersangkut paut dengan kau. Aku minta kau tidak turut campur."Ditegur secara demikian, Pek Yun Hui merasa tersinggung "Giok Siu Sian Cu, menurut kata-katamu seolah-olah kautidak mengetahui bahwa daerah pegunungan Koat Cong San ini tak dapat diganggu oleh sembarangan orang!" kata Pek Yun Hui agak mendongkolGiok Siu Sian Cu segera insyaf akan kesalahannya, tetapi dalam keadaan terdesak itu, ia berkata "Pek Siocia, maafkan aku. Tetapi kedatanganku ini adalah untuk menjumpai aku heran mengapa kau menahan dia di dalam kamarmu demikian lamanya?"pertanyaan yang kasar itu membikin Pek Yun Hui, juga Na Siao Tiap dan Bee Kun Bu, merasa agak malu, Pang Siu Wie tak sabar Iagi. ia mendamprat "Hei! Halnya Bee Siang-kong berada disini adalah urusan Pek Siocia, kau tak perlu tahu seluk beluknya!"Giok Siu Sian Cu menjawab dengan ejekannya "Dari manakah datangnya wanita yang jelek ini ke pegunungan Koat Cong San? Aku menasehatkan jangan kau turut campur urusannya orang lain, Lebih baik kau mencari Si Tian Hauw yang telah merusak wajahmu!"Ejekan yang menusuk hati itu tak dapat diterima begitu saja oleh Pang Siu Wie, karena hatinya yang telah terluka bertambah dilukai lagi, Dengan memegangi pasir beracun ia mengancam "Siapakah yang kasih izin kepadamu berbuat sewenang-wenang di pegunungan Koat Cong San ini? Lekas kau enyah dari sini sebelum aku sambit kau dengan pasir beracun ini!"Giok Siu Sian Cu tidak gentar digertak Dengan tenang ia menjawab "Pang Siu Wie, janganlah kau menggertak aku dengan pasir yang tiada gunanya itu, Aku Giok Siu Sian Cu tidak takut!" Lalu ia berdiri jejak menghadapi lawannya seolah- olah menantang Siu Wie yang dianggap sepi menjadi makin panas hatinya, ia siap menyambit lawannya dengan pasir beracunnya, tetapi Pek Yun Hui segera mencegah seraya berkata "Kalian jangan turun tangan! Aku melarang kalian bertempur dihadapanku!"Dengan tersenyum Giok Siu Sian Cu berkata "Pek Siocia, itulah caranya menghadapi tamu, Lagi sekali aku ingin memberitahukan kepadamu bahwa kau tidak mempunyai alasan untuk menahan Bee Siangkong di pegunungan Koat Cong San!"Na Siao Tiap juga merasa tersinggung, ia menghampiri Giok Siu Sian Cu dan sambil menuding ia berkata "Bee Siangkong berada di pegunungan Koat Cong San ini adalah kehendaknya sendiri Kami tak ada maksud menahan dia disini. Jika kau anggap kami yang menahannya, perbuatan kami itu adalah demi kepentingan-nya. Lain tidak!"Giok Siu Sian Cu mengawasi Na Siao Tiap dari kepala sampai kekaki, lalu ia berkata "Siocia, aku tidak menduga seorang gadis yang tidak lebih berusia tujuh belas atau delapan belas tahun dapat mengucapkan kata kata demikian Kau menahan seorang pemuda yang tampan dengan mengatakan untuk kepentingannya, apakah orang dapat pereaya?"Kata-kata tajam bagaikan pisau itu menyayat hatinya Na Siao Tiap, Bee Kun Bu yang mendengar kata-kata itupun menjadi merah mukanya,Dengan beringas Na Siao Tiap membentak "Hei! HatUhati kau menggoyangkan lidahmu! jangan sembarangan menyinggung orang!"Giok Siu Sian Cu yang berpengalaman tak melayani gadis yang muda belia itu, ia berpaling kepada Bee Kun Bu dan menegur "Hengtee, apakah kau telah lupa peristiwa di kuil Toa Ciok Sie? siapakah yang telah mengambil resiko yang besar pergi mencuri buah Sie-can-ko untuk menolong jiwamu?"Seperti cacing kena abu, Bee Kun Bu menjadi gelisah dan tak dapat berkata,"Hengtee." Giok Siu Sian Cu meneruskan, "aku ada suatu permintaan Aku minta kau meninggalkan Koat Cong San ini bersama-sama aku. Apakah kau dapat mengabulkan permintaanku itu?"Dengan gugup Bee Kun Bu menjawab "Permintaanmu itu, aku... aku... tak dapat turuti."Belum lagi kata-kata itu selesai, tiba-tiba Giok Siu Sian Cu yang sudah tak sabar lagi menotok dadanya Bee Kun Bu dengan ujung seruling batu Kun Bu lekas-lekas berkelit, tetapi Pek Yun Hui sudah berhasil mendorong Bee Kun Bu ke belakang seraya berkata "Bee Siangkong, kau mundurlah! Biarlah aku yang membereskan urusan ini!" Tanpa berbalik lagi ia menjotoskan tinju kanannya ke arah Giok Siu Sian Cu sehingga wanita itu terdampar mundur oleh hembusan dapat berdiri jejak lagi, Giok Siu Sian Cu agaknya hendak menyerang lagi, Tapi Pek Yun Hui mengancam "Giok Siu Sian Cu, kau jangan mengganggu dia lagi!""Tapi, Pek Siocia, jika kau tidak mempunyai sangkut paut dengan dia, mengapa kau masih juga menahan dia di kamar Tian Kie Ciok Hu-mu? Apakah kau tidak malu ditertawai oleh orang-orang Kang Ouw jika berita ini tersiar?" kata Giok Siu Sian Cu menyindirPek Yun Hui yang telah mengenal Giok Siu Sian Cu sebagai satu iblis wanita di kalangan Kang-ouw, menjadi khawatir jika iblis itu membalas dendam terhadap Bee Kun Bu yang tidak membalas cintanya. Maka ia terpaksa menjelaskan mengapa Bee Kun Bu berdiam di pegunungan Koat Cong mendengar penjelasan itu, Giok Siu Sian Cu menghela napas dan berkata "Jika kalian betul-betul dan dengan sungguh-sunggun hati ingin mengajarkan kepadanya ilmu-ilmu silat untuk maksud menghadapi jago-jago silat di markas besar partai Thian Liong nanti pada pertengahan bulan delapan tahun depan itu, beradanya dia disini lebih lama lagipun tak akan menjadi keberatan bagiku, Aku datang kesini karena tidak puas akan sikapnya terhadap telah meninggalkan aku tanpa mengucapkan sepatah kata, Dari itu jika kelak ternyata bahwa keteranganmu ini dusta belaka, aku terpaksa..." tiba-tiba ia menatap Bee Kun Bu sejenak, lalu dengan tidak mengakhiri kata-katanya, ia segera berlalu pergi,Bee Kun Bu tetap berdiri terpaku, sikapnya ini dilihat oleh Na Siao Tiap yang menegur "Bee Siangkong dia sudah berlalu! Apa lagi yang kau pikiri?"Seperti juga baru sadar dari mimpinya, dengan menundukkan kepala Bee Kun Bu berjalan kembali ke kamar Tian Kie Ciok berada di dalam kamar, Pek Yun Hui me-nanya Na Siao Tiap tentang cara mengajarkan Bee Kun Bu ilmu Toa Pan Yok Hian Kong dengan jalan tereepat "Cici pernah melihat aku melayang-layang di angkasa seperti seekor kupu- kupu. Apakah Cici mengetahui dengan ilmu apa aku melakukannya?""Kau telah dapat mengendalikan semua urat-urat syrafmu, aku tak akan merasa heran kalau kaupun dapat berjalan di angkasa!" jawab Pek Yun tersenyum Na Siao Tiap berkata lagi "Jika ilmu Toa Pan Yok Hian Kong telah dapat dilancarkan dengan mahir, maka berjalan di angkasa dapat aku lakukan dengan mudah, Akan tetapi aku belum dapat menguasai ilmu tersebut sepenuhnya. Aku dapat melakukan itu hanya berkat Leng-tan dari Ban Lian Hwee Kwi yang ayahku berikan aku merasa sekarang, setelah aku makan Leng-tan itu, jika aku mengerahkan tenaga dalamku sedikit saja, segera aku merasa tubuhku menjadi ringan, dan aku dapat terbang ke atas, Oleh karena itu, aku yakin bahwa darahku berlainan daripada darahnya orang lain, Jika darahku ini disalurkan ke dalam tubuhnya orang lain, aku pereaya orang itu dapat memahami dan melancarkan ilmu Toa Pan Yok Hian Kong dalam jangka waktu yang singkat!"penjelasan itu membikin Pek Yun Hui terpesona, Lama juga ia menjadi bisu, "Aku belum mendengar penjelasan sedemikian rupa!" kata Pek Yun Hui. "Lagi pula penyaluran darah belum pernah kita lakukan, Ba-gaimanakah jika akibatnya berlainan daripada tafsiran-mu? Bukankah itu, hanya membawa bahaya bagimu?""Aku yakin tak akan gagal! Tapi jika tidak bermanfaat baginya, tentang itu aku belum berani pastikan," kata Na Siao Tiap,"Cara itu hanya suatu cara pereobaan, dan hasilnya belum kita ketahui Lebih baik kau mengajarkan nya secara yang lazim!" kata Pek Yun Hui,Demikianlah kedua gadis tersebut dengan bergiliran mengajarkan Bee Kun Bu macam-macam ilmu silat yang sakti dengan tekun berbu!an-bu!an tanpa mengenal letih dan jerih payah sehingga hasilnya melampaui perhitungan kedua guru silat yang muda belia itu,Pada suatu hari setelah Pek Yun Hui habis mengajar, ia berkata "Di dalam beberapa bulan saja, kau telah berhasil mempelajari dan melakukan segala jurus, sodok-an, jotosan, totokan maupun egosan dan kelitan dengan baik sekali Meskipun belum dapat dikatakan sempurna, akan tetapi aku yakin kau sudah dapat menjatuhkan banyak jago-jago silat, karena semua ilmu-ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu adalah ilmu-ilmu silat yang sakti Ilmu-ilmu tersebut bahkan dapat mempergunakan tenaga lawan untuk membasmi lawan, Kau hanya perlu berlatih dua atau tiga bulan lagi, dan kau sudah siap menghadapi jago-jago silat yang manapun dari semua partai-partai silat pada dewasa ini! Tetapi sekarang sudah bulan ke tujuh, tinggal lagi dua puluh hari kau sudah harus pergi ke markas besarnya partai Thian pertemuan tersebut, kau harus lebih dulu berada di bagian utara dari propinsi Kwiciu, dan bangauku dapat membawa kau kesana, Tetapi sekarang aku mengambil keputusan lain. Aku minta kau pergi kesana dengan menunggang kuda seorang diri.""Bila aku harus berangkat?" tanya Bee Kun Yun Hui berpikir sejenak, lalu berkata "Lebih lekas lebih baik, Jika kau dapat berangkat sekarang, akupun setuju!"Lalu dengan wajah yang khidmat ia memandang Bee pandangan mata yang agung itu, Bee Kun Bumenundukkan kepalanya, lalu berkata "Baiklah, sekarangpun aku bersiap untuk berangkat!"ia membalikkan tubuhnya dan berlalu, Tapi tiba-tiba ia berhenti dan sambil menoleh ke belakang ia menanya "Cici, jika kita berpisah sekarang, apakah ada kesempatan bagi kita untuk dapat berjumpa puIa?"Pek Yun Hui menyahut "Ong Han Siong yang mahir tentang ilmu siasat dan ilmu falak, aku yakin dia mengatur siasatnya di markas besarnya partai Thian Liong, Sedia-nya akupun hendak mengajarkan kepadamu ilmu siasat dan ilmu falak itu. Tetapi karena waktunya sudah demikian mendesak, aku tak berani memusingkan kau dengan ilmu-ilmu yang agak ruwet dan sulit itu.,."Lalu sambil mengambil satu buku kecil dari kantong di dadanya, ia berkata "Siasat pertempuran dan langkah penyerbuan maupun cara menghalaukan jaring perangkap aku telah catat di dalam kitab kecil ini. Meskipun siasat inipun tertera di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, akan tetapi aku telah perbaiki banyak Bahkan Tiap Moi pun tak dapat menandingi aku dalam siasat tersebut, Kau hanya harus mempelajarinya dengan kedua halaman terakhir dari kitab kecil ini, akupun telah menggambar sebuah rencana siasat pertempuran dan penjagaan. Siasat tersebut adalah yang diciptakan oleh Tian Kie Cin Jin bersama San Im Shin Ni untuk menjaga diri dari gangguan luar, Aku dapat menyombongkan diri bahwa ilmu siasat itu tak ada orang yang mengetahuinya kecuali kau dapat memahaminya, kau akan membuktikan betapa kegunaannya. Dan ingat pesanku, jika kau sudah dapat memahaminya, kau harus bakar musnah kitab ini."Bee Kun Bu mengambil kitab sakti itu dengan ber-kata "Budi Cici sebesar ini, aku Bee Kun Bu tak akan lupakan, Tapi apakah perpisahan kita kali ini juga menjadi yang terakhir???"Dengan senyuman yang sedih, Pek Yun Hui menjawab "Apakah kau betul-betul ingin menjumpai aku lagi?" ."Cici adalah serupa dewi, aku... aku.,." karena terharunya Bee Kun Bu tak dapat meneruskan kata-katanya."Aku bukannya dewi, akupun seorang manusia," kata Pek Yun Hui. "Namun aku hanya memiliki kepandaian dan otak yang agak lebih baik daripada kebanyakan orang, Lekaslah kau menyiapkan barangmu, jangan lupa minta diri kepada Tiap Moi, dan ingat kau harus bersikap ramah terhadapnya, Keberangkatanmu yang mendadak ini mungkin menghancurkan hatinya, Kau harus hati-hati...Bee Kun Bu mengangkat kedua tangannya memberi hormat seraya berkata "Terima kasih, Aku mengerti!" Lalu ia terus pergi menemui Na Siao Siao Tiap berada di kamar Tian Kie Cok Hu dan sedang duduk termenung. Begitu melihat Bee Kun Bu masuk, ia berkata "Kau kebetulan sekali datang kesini, Mari duduk disampingku. Aku sedang memikirkan suatu urusan yang sulit, aku tak tahu bagaimana memecahkan soalnya." ia bangun dan membetot tangannya Bee Kun Bu untuk diajak duduk bersama-sama di atas sebuah bangku,Bee Kun Bu terpaksa harus menuruti kehendaknya dan duduk diam mendengari pembicaraannya."Di dalam beberapa bulan ini, aku merasa berbahagia sekali," kata Na Siao Tiap, "karena aku selalu dapat melihat kau.""Akupun merasa senang," kata Bee Kun Bu menimpalinya, "Tetapi disamping itu akupun mengetahui ada orang yangmerasa sedih. Apakah kau tahu sebabnya?" tanya Na Siao Tiap."Siapakah gerangan?" tanya Bee Kun Bu."Lie Sumoy-mu," jawab Na Siao Tiap, "Aku sekarang mengerti mengapa dia bersedih hati, Dulu aku tidak mengerti mengapa orang bersedih hati,""Dia adalah seorang yang berbudi, berhati suci murni," kata Bee Kun Bu sambil menundukkan kepala dan memikiri Lie Sumoynya,"Dan aku bermaksud mengajak kau mencari dia untuk diajak tinggal bersama-sama disini," kata Na Siao Tiap,Bee Kun Bu terharu mendengar usul itu, dan ia berkata dengan nada yang gemetar "Tapi,., janji untuk aku pergi ke markas besarnya partai Thian Liong aku harus segera penuhi Kau dan Pek Cici telah dengan susah payah mengajarkan aku ilmu-ilmu silat, jika aku tidak memenuhi janji itu, jerih payah kalian berdua akan menjadi sia-sia belaka! Akupun merasa bersalah membikin kecewa harapannya Pek Cici.""Dan bila kau akan berangkat?" tanya Na Siao Tiap. "Sekarang juga!" "Mengapa demikian tergesa-gesa7" tanya si gadis dengan terperanjatDengan nada yang menghibur, Bee Kun Bu menjelaskan "Meskipun aku sudah diusir keluar oleh Susiokku, tetapi aku belum membalas budi kasih guruku, Aku pergi ke markas besar partai Thian Liong kali ini adalah untuk membela partai Kun Lun. Dan aku hendak berangkat sekarang mencari guruku agar aku dapat berangkat bersama-sama, karena aku akan bertempur sebagai murid partai silat Kun Lun.""Apakah kau sudah memberitahukan maksud keberangkatanmu yang mendadak ini kepada Pek Cici?"Bee Kun Bu berlagak gelisah, ia berkata "Aku bermaksud mengajak kau menghadap Pek Cici dan memberitahukan hal ini."Na Siao Tiap tidak berkata-kata lagi, ia betot tangannya Bee Kun Bu dan pergi mencari Pek Yun di dalam beberapa bulan itu, sikap maupun kelakuan Na Siao Tiap terhadap Bee Kun Bu sudah diketahui oleh keempat bujang perempuannya maupun oleh Pang Siu Yun Hui tersenyum ketika melihat kedua orang itu datang kepadanya. ia berlagak tak tahu menahu akan persoalan nya."Cici," kata Na Siao Tiap, "Bee Siangkong tiba-tiba memberitahukan kepadaku bahwa dia harus segera berangkat Aku sendiri takdapat mengatakansesuatu, maka aku datang menanya pendapat Cici."Pek Yun Hui berlagak terperanjat dan ia menatap Kun Bu berkata "Meskipun aku telah diusir keluar dari partai Kun Lun, tetapi aku belum membalas budi kasih Suhu dan Susiokku, Oleh karena itu aku bermaksud berangkat sekarang untuk mencari Suhu dan Susiokku dan minta perkenan mereka agar aku bertempur sebagai murid partai silat Kun Lun, dan mudah-mudahan aku berhasil menegakkan namanya partai Kun Lun!""Di kalangan Bu Lim, menghormati dan menghargai guru adalah sangat penting, Jika kau mempunyai pikiran yang mulia itu, akupun tak dapat mencegah keberangkatanmu." kata Pek Yun Hui,"Hatiku sudah berdebar-debar ingin menjumpai Suhu dan Susiokku." kata Bee Kun Bu, "dan aku sekarang hendak minta diri kepada Cici berdua!"Pek Yun Hui tersenyum seraya berkata "Sedianya aku menginginkan kau pergi dengan menunggangi bangauku, Tetapi aku tahu bahwa partai Kun Lun sangat benci Tiap MoU maka aku terpaksa mengurungkan maksud itu."Lalu sambil mengangkat kedua tangannya memberi hormat, Bee Kun Bu berkata dengan khidmat "Selama setengah tahun ini, aku telah menerima banyak sekali zbudi Cici berdua, Aku Bee Kun Bu bersumpah, gunung dan sungai dapat berubah, tetapi tekadku tak akan berubah Aku tak akan lupakan budi sebesar itu. Sampai berjumpa pula!"Lalu ia berbalik dan keluar dari kamar Tetapi seolah-olah ingat sesuatu, Pek Yun Hui memanggil "Bee Siang-kong, tunggul Masih ada satu barangyang kau lupa bawa!" Lalu ia lekas-lekas lari masuk ke kamar tidurnya untuk mengambil barang yang dimaksud ia kembali lagi dengan membawa satu kotak kecil seraya berkata "Barang ini aku kembalikan kepadamu."Bee Kun Bu menyambuti kotak kecil itu, dan dengan perasaan heran ia menanya "Barang apakah di dalam kota kecil ini?"Sambil tersenyum Pek Yun Hui menjelaskan "Di dalam kotak itu berisi kulit ular sakti yang diperoleh oleh Susiokmu, Giok Cin Cu. Aku telah potong dijadikan dua kutang untukmu, Pakailah dan kau dapat buktikan bahwa kutang itu akan banyak menolong kau.""Terima kasih," kata Bee Kun Bu, dan dengan berdiri tegak ia berbalik dan berjalan keluarLalu ia menghampiri Na Siao Tiap seraya berkata Tiap Moi, jaga diri baik-baik. Aku sekarang minta diri darimu!"Air matanya Na Siao Tiap mengucur keluar dengan tak tertahankan, dan sambil menangis terisak-isak ia berkata "Terima kasih, Dan kau juga harus menjaga diri baik-baik!"Bee Kun Bu menarik napas panjang, lalu bertindak keluar, diikuti oleh Na Siao langkah yang gagah Bee Kun Bu keluar dari gua diawasi dari belakang oleh Na Siao Tiap dengan hati hancur dan air mata bereucuranUntuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki Bee Kun Bu berkeras hati tidak menoleh ke belakang, ia terus bertindak maju dengan langkah yang gagah,Angin gunung yang sepoi-sepoi meniup pakaian sutera dari Na Siao Tiap seolah-olah menghibur si gadis jauh Bee Kun Bu terpisah dari ia, makin ia rasakan hatinya terbetot ia mengharap-harap pemuda itu menoleh ke belakang, tetapi harapannya itu hampa belaka,ia tak tahan kehancuran hatinya, ia menjatuhkan diri di atas sebuah batu gunung yang besar dan menangis tersedu- sedu seperti anak dara yang ditinggal mati oleh orang tuanya, Entah berapa lama ia menangis, dan ia dihibur oleh Pek Yun Hui yang telah datang menghampiri Tiap Moi, sudahlah jangan kau menangisi Langit sudah menggelap, kita harus pulang makan..."Hiburan itu hanya menambah kesedihan hatinya Na Siao Tiap, ia bangun dan merangkul dan memeluk saudari angkatnya itu seraya mengeluh "Ai, mengapa dia begitu kejam sampai tidak menoleh lagi, Apakah dia lupa akan kasih sayangku selama beberapa bulan aku disampingnya???"Seperti seorang ibu, sambil mengusap-usap rambutnya, Pek Yun Hui menghibur "Kau keliru menyang-kanya, Dia adalah orang yang mengenal budi, Dia tak menoleh ke belakang, karena diapun sedang menahan kehancuran hatinya, Bagaimanakah kau akan merasa jika kau melihat dia menangis, karena berat meninggalkan kau...? Tiap Moi, coba pandanglah aku, apakah aku juga tidak sayang padanya?""Sudah tentu sayang juga," jawab Na Siao Tiap seperti anak kecil."Untuk membantu dia menunaikan janjinya, kita sewaktu- waktu harus berkorban, bukan? Sudahlah, jangan menangisi kata Pek Yun Hui sambil memeluki saudari angkatnya dan berjalan kembali ke kamar Tian Kie Ciok ke markas besar partai silat Thian LiongPek Yun Hui berkata "Kita kaum wanita lebih mudah tersinggung daripada kaum pria, Hari ini aku memberitahukan kau dengan sejujurnya, bahwa akupun telah jatuh cinta kepadanya, Mungkin juga cintaku terhadap dia lebih dalam daripada cintamu, Akan tetapi setelah aku mempertimbangkan selama beberapa bulan ini, aku baru dapat mengerti betul akan soal asmara ini Jika kita betul-betul cinta dia, kita tak harus mempersulit atau mengganggu kepada nya. Kau baru saja keluar dari tempat yang pendapatmu jika kau sudah lama bergaul dengan seorang pemuda dan telah jatuh cinta, kau harus menjadi suami istri Jika semua gadis-gadis berpendapat seperti kau, maka di dunia ini wanita-wanitanya yang menderita tak akan terhitung jumlahnya, Bee Siangkong berada dalam kedudukan yang sulit sekali Lie Ceng Loan, misalnya, dia akan sukar hidup di dunia ini, jika cintanya tidak dibalas oleh Bee Siangkong. Souw Hui Hong boleh dikatakan sudah pernah hidup seperti suami isteri dengan Bee Siangkong, Jika kita juga melibatkan diri di antara mereka, bukankah soalnya akan menjadi bertambah sulit?"ia berhenti sejenak untuk melihat akibat nasehatnya, lalu ia meneruskan "Kau adalah seorang yang pintar dan yakin kau dapat mengerti akan jika kau tak menjadi muak, aku rela tinggal bersama sa ma kau seumur hidup..Na Siao Tiap menghela napas, lalu menjawab "Aku-pun mengetahui bahwa Cici sangat sayang aku. Aku hanya khawatir imanku tidak sekuat imanmu, Namun, aku akan mencoba mengatasinya,"Mendengar jawaban itu, Pek Yun Hui menjadi gi-rang. Tiap Moi, mari kita berpegang tangan meloncat turun dari batu yang besar ini," katanya dengan gembira, "aku ingin lihat apakah kau dapat membawa aku me-layang-layang di udara.""Aku sedang cemas," jawab Na Siao Tiap, "dalam keadaanku seperti ini, aku tak dapat mempergunakan ilmu Toa Pan Yok Hian Kong, Jika aku membawa Cici, aku khawatir kita akan jatuh tergelincir bersama.""Aku tidak takut," kata Pek Yun Hui, "misalnya kita benar- benar jatuh dan binasa, bukankah kesulitan kitapun akan berakhir pula?"Demikianlah Na Siao Tiap lalu memegang erat-erat tangannya Pek Yun Hui dan meloncat turun. Memang keduanya adalah jago-jago silat yang dapat mempergunakan ilmu meringankan tubuh dan loncatan tersebut telah dilakukan dengan mudah sekali, seolah-olah kupu-kupu melayang- layang dengan perlahan turun ke bawah."Ai.." seru Na Siao Tiap dengan heran, "llmu meringankan tubuh Cici lihay betul Jika Cici mempelajari dan melatih dengan tekun, aku yakin bahwa ilmu Toa Pan Yok Hian Kong dapat Cici kuasai dengan mahir Cici hanya memerlukan jangka waktu tiga tahun untuk dapat mempelajarinya sehingga mahir."Dengan khidmat Pek Yun Hui berkata lagi sambil menatap saudari angkatnya itu "Tiap Moi, kita sudah seperti saudari sekandung, Jika aku telah mengatakan sesuatu yang salah, aku harap kau tidak tersinggung atau menjadi salah faham.""Sudah tentu tidak," jawab Na Siao Tiap, "Jika Cici ingin memberitahukan sesuatu yang penting atau rahasia, aku tak akan tersinggung atau membenci Cici"Pek Yun Hui tersenyum, hatinya girang, ia berkata "Semenjak aku menjumpai kau, aku selalu berhasrat memperdalam ilmu silatku, karena aku merasa ilmu silatku belum dapat dikatakan baik, Kau telah memahami semua catatan-catatan di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, pada dewasa ini tiada seorang jago silat yang setaraf dengan kau dalam hal ilmu silat Jika kau sudi membantu aku memperdalam ilmu silatku, aku sangat berterima kasih.""Cici adalah seorang yang bijaksana, sangat pintar dan cerdas, Tentang permintaan Cici itu, aku rela membantu dengan sekuat tenaga."Dengan girang Pek Yun Hui berkata "Jika kau sudi membantu, keyakinanku menjadi lebih tebal lagi, Sore ini aku akan membentangkan semua catatan-catatanku selama beberapa tahun dan merundingkannya dengan kau. Dapatkah kita mulai sore ini?"Demikianlah mereka bereakap-cakap sambil berjalan menuju ke kamar Tian Kie Ciok Hu. Pang Siu Wie mengajak Tan Pao, Song Yu dan keempat bujang perempuannya Na Siao Tiap menyambut mereka di depan beberapa bulan belakangan ini Na Siao Tiap tenggelam di dalam gelombang asmara, selama itu ia tidak memperhatikan ke empat bujang perempuannya, Kali ini ia baru memperhatikan, bahwa mereka sudah jauh lebih besar dan bertambah cantik, "Tiap Moi," kata Pek Yun Hui sambil tersenyum, "Setelah urusan kita beres, kita akan ajak mereka bersama bangauku pergi ke suatu tempat yang terpencil dan sepi, tetapi indah pemandangan nya. Kita akan hidup tenteram sambil menikmati keindahan alam dan berlatih ilmu-ilmu silat."Kata-kata itu telah membangunkan semangatnya Na Siao Tiap, "Betul!" sahutnya, "kita kumpulkan anak-anak perempuan yang yatim piatu dan mengajarkan mereka ilmu silat Cici menjadi ratu dan aku menjadi perdana menteri, bersama-sama membentuk suatu negara wanita, Laki-laki yang tanpa ijin berani datang ke negara kita itu, kita bunuh mati!"Pereakapan mereka itu membingungkan semua orang yang mendengarnya, Lalu Song Yun berkata "Jika Kong-cu puteri ingin membentuk satu negara kaum hawa,Tan Pao-lah orang pertama yang akan dibunuh mati, karena ia adalah seorang laki-laki!"Na Siao Tiap tertawa gelak-gelak dan berkata "Di dunia ini ada dua orang laki-Iaki yang dapat dikecualikan yakni ayahku dan Tan Pao!"Tan Pao yang sangat menghormati majikannya, Pek Yun Hui, juga menghormati Na Siao Tiap, saudari angkat majikannya, ia membungkukkan tubuh menghaturkan hormat seraya berkata "Terima kasih atas perhatian kedua Siocia!"Dengan wajah yang sungguh-sungguh Na Siao Tiap berkata lagi "Jika Cici betul-betul hendak membentuk suatu negara wanita, aku setuju sekali...""Soal itu dapat kita rundingkan dilain hari," jawab Pek Yun Hui, "waktunya masih banyak, kita tidak pergi tergesa-gesa." ia betot tangannya Na Siao Tiap dan masuk ke dalam kamar Tian Kie Ciok kita menengok kepada Bee Kun Bu yang meninggalkan kamar Tian Ciok Hu. Setelah melalui jalan sejauh empat-Iima belas lie baru ia berhenti ia menoleh dan tampak puncak-puncak dari pegunungan Koat Cong San yang terselubungi awan-awan telah terpisah jauh di belakangnya, ia merasa seperti bermimpi Sudah setengah tahun ia hidup bereampur gaul dengan kedua gadis itu dan hampir setiap hari ia berada disampingnya Na Siao Tiap, ia merasa bahwa, betapa kuat imannya, namun ia telah tertarik oleh gadis yang cantik itu, ia duduk disisi jalan mengenangkan peristiwa yang lampau, Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teguran "Tidak terduga kau berada di sini!"Bee Kun Bu segera bangkit, siap sedia menghadapi orang yang menegur itu. ia terperanjat ketika melihat, bahwa orang itu adalah Giok Siu Sian Cu. ia berbalik menegur "Mengapa kau datang kesini?""Kemanapun kau pergi, aku pasti dapat mencari kau!" kata Giok Siu Sian kasih untuk perhatianmu Di kuil Ban Hut Teng di pegunungan Ngo Bie San kau pernah menolong aku. Dua kali kau datang menengoki aku di pegunungan Koat Cong berterima kasih, Tetapi aku mohon kau jangan mengganggu aku lagi, Untuk membalas budi-mu, aku rela mengajarkan kau tiga jurus ilmu silat yang luar biasa," kata Bee Kun Siu Sian Cu tersenyum, lalu ia berkata puIa "Aku selalu rela menolong kau dengan tak mengharap balasanmu, Kini aku hanya ada satu permintaan Apakah kau dapat mengabu!kannya?"Bee Kun Bu berpikir sejenak, lalu berkata "Sebutkanlah dengan jelas permintaanmu itu, jika kurasa pantas dan yang mungkin dilakukan, aku tak akan menolaknya!" Sambil tertawa Giok Siu Sian Cu berkata "Permintaanku tidak sukar Aku telah merasa, bahwa aku tak dapat selamanya hidup disampingmu, Kau telah mempunyai beberapa gadis yang cantik-cantik dan kau tentu tak akan memperhatikan aku yang sudah tua dan terkenal jahat..." "Sudahlah! Kau jangan sebut-sebut urusan yang tak ada artinya itu," kata Bee Kun Bu, "sebutlah apa permintaanmu. Aku tak mempunyai banyak waktu lagi, karena aku harus lekas-lekas pergi ke sebelah utara propinsi Kwiciu!""Hengtee!" kata Giok Siu Sian Cu. "Kau jangan salah paham, Aku hanya minta kau memperkenankan aku untuk dapat membantu kau sekali lagi!""Terima kasih," jawab Bee Kun Bu, "tetapi aku tak perlu bantuanmu lagi," La!u ia berbalik dan ingin berlalu."Berhenti dahulu," bentak Giok Siu Sian Cu. "Apa-kah kau hanya seorang diri pergi ke markas besar partai Thian Liong untuk turut serta dalam perlombaan ilmu silat?"Bee Kun Bu berhenti dan menjawabnya "Betul! Perlu apa kau menanya demikian?"Sambil tertawa Giok Siu Sian Cu berkata pula "Letaknya markas besar partai Thian Liong jauh sekali, jika kau pergi tidak dengan aku, mungkin kau tak dapat mencari tempat itu selama dua bulan!""Betul juga," pikir Bee Kun Bu. "Aku tidak tahu jalan, Lagi pula aku tak mengenal betul keadaan di kalangan Kang-ouw. Aku harus sudah tiba di markas besarnya partai Thian Liong di dalam jangka waktu setengah bulan, Jika kedatanganku terlambat aku akan membikin kecewa Suhu dan Susiokku, juga Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap."Sambil tersenyum, seolah-olah mengetahui isi hati Bee Kun Bu, Giok Siu Sian Cu berkata lagi "Semua orang mengetahui, bahwa markas besar partai silat Thian Liong berada di sebelah utara dari propinsi Kwiciu, Tetapi dimana letaknya, hanya beberapa orang saja yang menge-tahuinya, Apakah kiramu mudah dicarinya?""Apakah kau tahu dimana letaknya?" tanya Bee Kun Bu. "Tentu aku tahu," jawab Giok Siu Sian Cu. "Di kalangan Kang-ouw jago silat yang manakah yang tidak jeri terhadap aku? Tetapi di matamu, aku seolah-olah tak ada harganya. Soal ini akupun menginsyafinya bahwa aku sendirilah yang membikin diriku rendah..."Dengan tak menghiraukan pengakuan wanita itu, Bee Kun Bu berkata "Jika demikian halnya, maka markas besar partai Thian Liong tentu sangat tersembunyi"Pada tahun yang lalu, pemimpin partai Thian Liong ingin aku turut serta dan menggabungkan diri ke dalam partai Thian Liong, Aku telah dicari dan dibujuk Aku meno!ak, tetapi dengan diam-diam aku telah menyelidiki letaknya markas mereka yang diatur demikian rupa sehingga merupakan suatu jebakan atau perangkap, Ya, tak mudah kau dapat mencarinya."Dengan terpaksa Bee Kun Bu berkata "Jika kau tak ada urusan yang penting, aku minta kau sudi mengantarkan Siu Sian Cu tersenyum girang, "Jika kau menghendakinya, aku suka mengikuti atau menyertai kau kemana saja kau pergi. Mungkin kini jago-jago silat dari kesembilan partai silat sudah pada berangkat menuju ke markas besar partai Thian Liong, Kita harus berangkat sekarang!""Baiklah!" jawab Bee Kun Bu, lalu dengan langkah yang gagah ia berjalan maju. Latihannya selama berada di kamar Tian Kie Ciok Hu kini ia telah menjadi seorang jago silat yang lihay sekali, Dengan ilmu meringankan tubuh mereka telah keluar dari pegunungan Koat Cong San pada waktu senja,Cuaca di daerah sebelah selatan sungai sangat panasnya pada bulan ke tujuh, Mereka basah kuyup dengan keringat menempuh perjalanan yang jauh itu,Pada suatu hari ketika mereka masuk di daerah sebelah utara propinsi Kwiciu, sambil menunjuk ke puncak gunung dihadapannya, Giok Siu Sian Cu berkata "Jika kita jalan kira lima-enam puluh lie lagi, kita akan tiba di daerah terlarang partai silat Thian Liong, Pada waktu biasa, orang-orangnya partai silat itu selalu meng-intai-intai orang yang masuk ke daerah pereaya kali ini karena Souw Peng Hai telah mengundang jago-jago silat dari kesembilan partai silat lainnya, mungkin mereka tidak memasang perangkap atau membokong lawan-lawan mereka.,."Belum lagi kata-katanya itu habis diucapkan, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang datang mengejar dan dalam sekejap saja empat orang penunggang kuda telah tiba di belakang mereka!penunggang kuda yang-tertua, seorang pria bertubuh tinggi besar dan berusia setengah abad, setelah menahan les kudanya, berkata sambit tersenyum "Apakah kalian ini juga hendak turut serta di dalam pertandingan adu silat yang diselenggarakan oleh partai Thian Liong?""Betul!" jawab Giok Siu Sian Cu."Kalian dari partai silat manakah?" tanya penunggang kudaitu,"Aku sendiri dari partai silat Kun Lun dan Siocia ini adalahGiok Siu Sian Cu," jawab Bee Kun Bu, "dan saudara-saudara semuanya apakah dari partai silat Thian Liong?""Ya, kami dapat perintah untuk minta kalian berdua menunggangi kuda.""Naik kuda tidak sukar," kata Giok Siu Sian Cu, "tetapi kalian hendak membawa kami kemana?"Sambil tertawa orang itu berkata "Siocia tak usah khawatir Untuk menyambut para jago silat, partai kami telah mendirikan pos-pos di pelbagai tempat di pegunungan ini. Kami ditugaskan menyambut tamu dengan seksama dan minta kalian segera menunggang kuda." Melihat sikap yang sungguh-sungguh dari orang-orang itu, Giok Siu Sian Cu berpendapat tidak guna menanya lagi, ia mengawasi Bee Kun Bu sambil Kun Bu masih juga mencurigai keempat orang itu, yang dua diantaranya telah turun dari kudanya, Dengan sikap yang hormat ia berkata "Kami tak dapat menolak sambutan yang baik ini." Dan dengan ringannya ia telah meloncat naik ke atas satu kuda,Orang yang menjadi pemimpin lalu minta Giok Siu Sian Cu naik kuda juga seraya berkata "Harap Siociapun menunggang kuda dan aku akan berjalan di depan memimpin ja!an!" Lalu ia kaburkan kudanya, diikuti di belakang oleh Bee Kun Bu dan Giok Siu Sian Cu. Tetapi ketika Bee Kun Bu menoleh ke belakang, seorang yang menunggang kuda dan dua kawannya yang telah menyerahkan kuda-kudanya tidak ikut serta dengan mereka,"Apakah maksudnya mereka ini?" berbisik Giok Siu Sian Kun Bu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Entahlah, Mustahil mereka akan membokong kita?"Tentang dilakukannya pembokongan atau tidak, kita belum dapat memastikan," kata Giok Siu Sian Cu, "tetapi beruntung sekali aku menyertai kau datang ke-sini!""Ha! Apakah mereka akan mengajak kita ke tempat yang terlarang, dan kemudian menyerang kita?" tanya Bee Kun belum dapat dikatakan sekarang," jawab Giok Siu Sian Cu, "tetapi aku tidak khawatir segala serangan, Kita hanya harus waspada!""Baiklah," kata Bee Kun Bu, lalu ia tarikan kudanya mengejar orang yang memimpin jalan itu,Setelah melalui beberapa belas lie, mereka tiba di kaki satu puncak gunung. Orang itu berhenti dan berkata "Setelah kita melalui lembah gunung yang agak sempit ini, kita akan tiba di salah satu pos dan disitu akan ada dua orang lagi yang akan menyambut kalian,"Bee Kun Bu mengawasi keadaan di sekitarnya dan juga tingginya puncak dihadapannya, jalan yang mereka harus lalui hanya tiga kaki lebarnya, dan pembokongan di jalan yang sempit itu dapat dilakukan dengan sempurna, Maka ketika mereka mulai masuk ke dalam lembah yang sempit itu, Giok Siu Sian Cu berbisik "Hengtee, jangan lengah!"Giok Siu Sian Cu sudah siap menerkam orang di depannya itu jika terjadi mereka menunggang kuda melalui jalan lembah yang sempit itu, dan setelah menempuh dua-tiga lie, jalannya makin curam dan makin berbahaya. Lalu setelah menempuh satu-dua lie lagi, jalannya mulai agak lebar "jalan selebar dua-tiga tombak ini, aku tidak khawatir diserang!" pikir Bee Kun Bu."Sebentar lagi kita harus menyeberangi sungai yang deras," kata orang yang memimpin itu, "Biarlah aku berjalan di depan!" Lalu ia melarikan kudanya,Giok Siu Sian Cu juga melarikan kudanya, diikuti oleh Bee Kun Bu, Tetapi mereka merasa bahwa kuda-kuda yang mereka tunggangi seolah-olah tak dapat lari lagi,Tidak kusangka, bahwa partai Thian Liong yang besar dan terkenal itu mempersulit perjalanan kita ke markas besarnya," kata Bee Kun ia mempergunakan ilmu silat yang ia dapat belajar dari Na Siao Tiap dan Pek Yun Hui. ia berdiri di punggung kuda dan meloncat menerkam orang yang memimpin jalan di depannya, Terlihat bagaikan terbang ia melayang ke depan, dan segera terdengar jeritannya orang itu karena dicekal batang lehernya,"Hm! Apakah kau kira kau dapat menjalankan tipu muslihatmu yang keji?" bentak Bee Kun Bu. Orang tersebut meronta-ronta, sementara itu kudanya seolah-olah tenggelam ke dalam tanah yang empuk itu, sebetulnya tanah itu adalah rawa yang hanya ditutupi oleh tanah dan rumput, dan orang itu sengaja memimpin mereka ke tempat itu yang merupakan suatu perangkap. "Pukul mati padanya! Lekas-lekas loncat keluar!" seru Giok Siu Sian Kun Bu mengerahkan tenaga dalamnya dan memukul punggungnya orang itu. Satu jeritan yang ngeri terdengar, tetapi orang itu masih dapat merangkul tubuh Bee Kun Bu dengan maksud menyeretnya untuk ber-sama-sama mati di dalam rawa! Tetapi Bee Kun Bu lekas-lekas mendorong tubuhnya orang itu sepenuh tenaga dan dengan kedua kakinya ia mengenjot keluar dari perangkap maut itu. Segera orang itu tenggelam didalam rawa dan tak kelihatan lagi!Tetapi Bee Kun Bu tidak jatuh di atas tanah yang keras. i telah jatuh lagi di atas rawa yang ditutupu dengan tanah dan rumput! ia berdaya mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk keluar dari rawa yang merupakan perangkap itu,Giok Siu Sian Cu turun dari kudanya dan datang menolong. "Lekas kerahkan tenaga dalammu! Aku membantu kau keluar dari rumput ini!" seru Giok Siu Sian Cu. Bee Kun Bu sudah tenggelam di dalam lumpur sebatas pinggangnya, Makin ia berdaya untuk dapat keluar, makin tenggelam tubuhnya, Sambil berlutut Giok Siu Sian Cu menariknya keluar sambil memegangi kedua pundaknya, Tiba-tiba ia berseru "Ah, celaka!" dan iapun turut tenggelam, karena tanah dimana ia berlutut adalah pinggiran rawa,"Hengtee! jangan bergerak lagi sebelumnya kita mencari daya," kata Giok Siu Sian itu bersama kuda yang ditungganginya telah tak kelihatan lagi di dalam lumpur ketika Bee Kun Bu melihat ke arah rawa perangkap di depannya, ia terkejut "Jika aku tidak lekas-lekas keluar dari rawa ini, aku pasti akan mati konyol terbenam di dalam lumpur Mungkin Giok Siu Sian Cu akan ikut mati konyol juga," pikirnya, "Jika sekarang kita diserang oleh musuh, kitapun tak berdaya lagi!"ia mengawasi Giok Siu Sian Cu yang masih bersikap tenang, ia merasa kagum atas ketenangannya itu."Apakah kita harus menanti mati dengan tidak berbuat apa-apa?" tanya Bee Kun Bu dengan cemas."Ha! Bukankah kau tak takut mati? Mengapa sekarang menjadi takut mati?" tanya Giok Siu Sian Cu bersenda gurau."Aku tidak takut mati! Tetapi dengan begini bukankah kita akan mati konyol?""Aku bukannya tidak memikirkan daya," kata Giok Siu Sian Cu, "aku khawatir jika kita salah bertindak lagi, kita akan bertambah tenggelam, sekarang kita harus berdaya mencegah jangan sampai kita makin tenggelam,Bee Kun Bu tidak menyahutinya, ia memperhatikan rumput yang tumbuh disekitarnya, "Jika aku dapat memegang erat- erat rumput yang berakar dalam, mungkin aku dapat menarik keluar tubuhku dari lumpur ini," pikirnya,Rupanya Giok Siu Sian Cu dapat menduga maksudnya. ia berkata "Jika kau dapat menjambret rumput yang berakar dalam, mungkin kau dapat keluar dari lumpur ini, Aku akan membantu mendorong kau! Jika aku mendorong, kau harus mengerahkan tenaga dalam dan mempergunakan ilmu meringankan tubuhmu, Hayo, kita mulai Satu... dua... tiga!"Dengan mengerahkan tenaga dalamnya Giok Siu Sian Cu menjotos ke arah punggungnya Bee Kun Bu yang juga mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk loncat keluar dari lumpur rawa itu dan menjambret rumput yang berakar di tepi rawa, ia berhasil menjambret rumput, dan dengan secepat kila ia membetot tubuhnya keluar dari lumpur rawa yang berbahaya itu! Tetapi Giok Siu Sian Cu menjadi makin tenggelam setelah membantu mendorong Bee Kun Bu dengan mempergunakan hembusan angin kedua tinjunya!Bee Kun Bu terkejut melihat keadaan Giok Siu Sian Cu yang sudah tenggelam sampai sebatas lehernya. Na-mun wanita itu tersenyum puas, seolah-olah ia merasa bahagia dapat menolong kekasihnya!"Cici!" teriak Bee Kun Bu. "Kau sabarlah! Aku akan menolong kau keluar!""Jangan cemas," jawab Giok Siu Sian Cu dengan tenang, "seumur hidupku, baru kali ini aku merasa senang dan puas, karena aku dapat berkorban untukmu!""Tidak!" teriak Bee Kun Bu. "Aku harus menolong kau. Aku rela mati daripada menyaksikan kau mati konyol di dalam lumpur rawa itu." Lalu ia siap sedia terjun kedalam rawa untuk menolong wanita itu, atau mati bersama-sama!Pedang yang dilancarkan dengan ilmu silat yang sakti menolong jiwaMelihat kenekatannya Bee Kun Bu, Giok Siu Sian Cu membentak "Tahan! itulah bukan caranya kau menolong aku! Dengarlah petunjuk-petunjukku bagaimana harus menolongnya!"Segera Bee Kun Bu insyaf akan kekeliruannya. Jika ia bertindak dengan sembrono, ia hanya akan mati konyol bersama-sama."Coba lihat batu-batu gunung di lereng gunung itu," kata Giok Siu Sian Cu. "Bukankah di dekat batu-batu gunung itu tumbuh banyak pohon-pohon yang rambat? Kau ambil dan sambung batang-batang pohon-pohon itu, yang kuat seperti rotan, ikatkan salah satu ujungnya ke suatu batu yang besar, dan ujung lainnya kau melemparkan kepadaku."Bee Kun Bu tampak bahwa betul dilereng gunung banyak tumbuh pohon-pohon rambat yang batangnya kuat seperti rotan, Tanpa menanti lagi, ia lari dan potong batang-batang pohon tersebut untuk disambung dan diikat satu ujungnya ke suatu batu gunung yang besar, dan ujung lainnya ia lemparkan kepada Giok Siu Sian Cu yang segera menjambret dan memegang erat-erat dengan tangannya, Lalu dengan membetot rotan-rotan yang telah tersambung itu, Giok Siu Sian Cu menarik tubuhnya keluar dari lumpur terdengar suara gemuruh! Giok Siu Sian Cu menjerit "Hengtee, awas!"Bee Kun Bu menoleh ke belakang, dan melihat batu gunung yang diikatkan rotan itu sedang menggelinding ke arahnya! Dengan pedangnya ia menabas putus ikatan-nya, lalu dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya ia menusuk ke arah batu besar yang tengah menggelinding ke arah itu!Giok Siu Sian Cu yang sudah berada di tepi rawa memperhatikan dengan cemas, tereampur kagum akan tenaga dalamnya Bee Kun Bu yang berhasil menahan menggelindingnya batu sebesar itu. Bee Kun Bu merasa heran akan kelihayannya, "Baru setengah tahun aku mempelajari dan melatih ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dengan mudahnya aku sudah dapat melakukan sesuatu yang menolong jiwaku dan Giok Siu Sian Cu!" Lalu ia berjalan menghampiri Giok Siu Sian Cu yang sudah berlepotan lumpur"Hari ini kau tidak ingin aku mati," kata Giok Siu Sian Cu sambil tersenyum "kelak jika aku menggangu kau lagi, aku tak dapat dipersalahkan."Baru saja Bee Kun Bu hendak menentangnya, ketika Giok Siu Sian Cu menoleh ke atas jurang, iapun ikut menoleh dan mengawasi ke arah tersebut Mereka melihat dua orang laki- laki yang bertubuh tinggi besar sedang berdiri di atas puncak,"Untung kita sudah keluar dari rawa maut tadi," kata Giok Siu Sian Cu, suaranya rendah, "jika terlambat sedikit saja, maka tamat lah riwayat kita berdua!" Lalu tanpa memberi isyarat, ia berlari-lari mendaki lereng gunung yang curam itu menuju ke atas puncak,Bee Kun Bu segera mengikuti dan iapun dapat mendaki lereng gunung yang curam itu dengan mudah-nya. Sebentar saja mereka sudah berhadap-hadapan dengan kedua orang yang berdiri di atas puncak itu, Mereka menjadi heran menampak kedua orang itu berdiri diam seperti patung, Setelah diperhatikan ternyata bahwa orang tersebut telah ditotok jalan darahnya dan telah menjadi tak berdaya dan berdiri diam seperti patung!Di belakang kedua orang itu telah tertumpuk banyak balok- balok yang besar, balok-balok tersebut adalah untuk digelindingkan ke Siu Sian Cu dan Bee Kun Bu pasti akan binasa atau celaka jika kedua orang itu melakukan perbuatan yang keji itu, Untung bagi mereka, kedua orang itu entah oleh siapa telah ditotok jalan darahnya dan tak dapat berbuat jahatTiba-tiba Giok Siu Sian Cu berseru sambil menunjuk dengan seruling batu Gioknya ke suatu jurusan "Siapakah gerangan mereka itu?"Bee Kun Bu menoleh, dan tampak dua orang yang berjubah dan bersenjatakan pedang sedang menjaga satu jalan sambil bertempur melawan serombongan orang, Kedua orang tersebut lihay sekali ilmu silatnya, karena mereka dapat melawan musuh yang jauh lebih besar jumlahnya,Tidak peduli siapa mereka, kita harus membantunya!" seru Bee Kun Bu, dan iapun segera berlari dengan maksud memberi bantuannya, diikuti oleh Giok Siu Sian yang di sebelah kiri, melihat Bee Kun Bu datang membantu, berseru dengan tegurannya setelah ia menyabet lawan-lawannya mundur "Mengapa Pek cicimu tidak turut?"Bee Kun Bu terkejut, lalu iapun berseru "Liong Cici! Kau ada disini?!" Lalu terdengar orang yang di sebelah kanan berseru "Liong Cici, betullah katamu, bahwa Bu Koko tentu akan dapat dijumpai disini!" Suara yang lemah lembut dan manis itu tak asing lagi bagi Bee Kun Bu, yang segera menghajar lawan- lawannya kedua Suci dan Sumoy itu dan berhasil membunuh dua orang dan mengusir lain-Iainnya. Lalu ia loncat di samping Lie Ceng Loan,"Kalian berdua dapat bicara dengan tenang, Biarlah aku yang menghajar bangsat-bangsat ini!" seru Giok Siu Sian Cu, yang juga berhasil melukai dua orang dan mengusir Iain- wajah yang berseri-seri Lie Ceng Loan berkata "Bu Koko, akhirnya aku berhasil menjumpai kau lagi! aku menyesal berpisah dari Koko, sehingga aku selalu memikirkannya, Aku tak akan berpisah lagi dari Koko meskipun dimaki atau dipukul."Bee Kun Bu berdiri dengan bengong. ia sedih melihat Lie Ceng Loan yang sudah menjadi kurus kering karena menderita rindu, ia menyesal telah melukakan hatinya gadis yang menyintai ia dengan segenap jiwa raganya,Air mata mengucur keluar dari sepasang matanya Lie Ceng Loan,Dengan terharu Bee Kun Bu berkata "Loan moi, aku telah bersalah, berdosa! Dan dosaku ini aku belum pernah memberitahukan kepadamu,.,""Koko tak usah memberitahukan kepadaku," jawab Lie Ceng Loan, "aku pasti memaafkannya.,."Tiba-tiba terdengar bentaknya Giok Siu Sian Cu dari tempat jauh "Apakah kiramu kau dapat lari!?"semuanya menoleh ke jurusan suara itu dan menyaksikan Giok Siu Sian Cu sedang sibuk membunuh dan menghajar lawan-lawannya, Lalu Lie Ceng Loan berkata "Bu Koko, kita harus mengubur mayat-mayat orang itu."Bee Kun Bu mengangguk, dan dengan dibantu oleh Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin, ia mengubur tiga mayat Tiba- tiba Liong Giok Pin berkata sambil menuding Bee Kun Bu dengan ujung pedangnya "Untuk menanti kedatanganmu kami telah berada di daerah ini satu bulan lamanya, Akhirnya Lie Sumoymu menjumpai kau lagi disini, Tetapi aku tidak menduga bahwa kau sudah tergila-gila terhadap Giok Siu Sian Cu.""Liong Cici, kau salah paham! Aku..." bantah Bee Kun Bu, tapi ia tak dapat menjelaskan lebih lanjut, karena Liong Giok Pin telah berkata lagi "Aku tidak mempersalahkan kau. Tetapi buktinya aku telah mengalaminya sendiri, aku telah menjadi korban laki-laki, Aku benci tiap-tiap laki-Iaki yang tidak setia terhadap kekasihnya, sekarang aku serahkan kembali Lie Sumoy kepada mu, aku harap kau dapat menjaga dan memperlakukan dia dengan baik, atau..." ia berbalik dan berlalu tetapi ia berhenti dan menanyai "Apakah Co Hiong itu betul-betuI sudah tewas?""Dia telah jatuh dari atas jurang. Mungkin dia telah binasa di dasar jurang, hanya..."Lie Ceng Loan menghampiri Liong Giok Pin seraya menghibur "Liong Cici, jangan kau membenci Bu Koko. Dia selalu baik terhadap aku."Liong Giok Pin ingin menyahutinya ketika mereka mendengar suara jeritan, mereka terkejut"Mongkin juga Giok Siu Sian Cu menjumpai lawan yang lihay," kata Bee Kun Bu. "Aku harus membantu." Lalu secepat kilat ia berlari menuju ke tempat dari mana jeritan tadi terdengar Lie Ceng Loan segera mengikuti, disusul oleh Liong Giok Pin. Setelah melalui pengkolan lereng gunung, mereka menyaksikan Giok Siu Sian Cu sedang dikerubuti oleh sepuluh orang lebih. Giok Siu Sian Cu tidak menjadi gentar melawan musuh-musuhnya yang banyak itu, akan tetapi ia sangat terdesak meskipun ia telah mengeluarkan semua kepandaiannya,Lalu sambil menjerit Bee Kun Bu maju menyerang dengan pedang terhunus, Terlihat pedangnya berkelebat, disusul jeritannya seorang lawan yang tertabas oleh pe-dangnya, Terbunuhnya lawan itu segera terlihat akibat-nya, Lawan- Iawan yang lain merasa heran menyaksikan Bee Kun Bu dapat membunuh dengan tanpa kesukaran. Giok Siu Sian Cu juga merasa heran mengapa Bee Kun Bu yang baru datang membantu telah berhasil membunuh mati seorang lawan demikian cepatnya, Bahkan Liong Giok Pin dan Lie Ceng Loan menjadi terpesona, karena jurus ilmu silat pedang yang dilancarkan oleh Bee Kun Bu bukan lagi jurus silat pedang Kun Lun!Tentu Pek Yun Hui yang telah mengajarkan pada-nya," pikir Liong Giok Pin yang mengawasi Lie Ceng Loan dan merasa cemas akan nasib Sumoynya itu! Tetapi Lie Ceng Loan yang berbudi itu sedikitpun tidak berpikir demikian ia hanya mengagumi ilmu silat Bu Kokonya yang luar biasa itu, Dan pada saat itu juga terlihat Bee Kun Bu meloncat masuk kedalam gelanggang pertempuran membantu Giok Siu Sian Cu melawan beberapa detik saja dua dari musuh-musuhnya itu terlukai pula. Kesempatan itu digunakan oleh Giok Siu Sian Cu untuk melancarkan jurus Mo In Cap Pwee Cao. ia menotok musuh-musuhnya dengan ujung serulingnya dan dalam jangka waktu seperempat jam kemudian, delapan musuh- musuhnya dapat dilukai dan terbunuh mati, Hanya dua orang dapat melarikan diri!Giok Siu Sian Cu mengejar, tetapi setelah kedua orang itu menjerit dan terlihat asap putih mengepul jauh didepannya, ia berhenti karena ia yang banyak pengalaman yakin, bahwa asap itu adalah isyarat-isyarat minta bantuan, ia kembali dan berkata "Hengtee, isyaraUsya-rat itu akan terbukti dengan datangnya banyak musuh-musuh kita lagi Kita menanti kedatangan mereka!"Bee Kun Bu yang merasakan akan kelihayan ilmu silatnya dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, berkata dengan gembira "Betul, kita basmi mereka semua!"Liong Giok Pin yang ingin menanya lagi tentang nasibnya Co Hiong menjadi terkejut ketika mendengar dan melihat beberapa belas orang dengan senjata terhunus datang menerjang, Tanpa menunggu lagi Bee Kun Bu maju, menyambuti dengan pedangnya, Giok Siu Sian Cu tak ingin ketinggalan iapun loncat maju dan berusaha menotok musuh- musuhnya dengan ujung serulingnya, segera juga tiga-empat musuh-musuhnya telah terluka oleh pedangnya Bee Kun Bu atau serulingnya Giok Siu Sian Cu."Kita harus menerobos dari kepungan mereka ini," seru Bee Kun Bu kepada Giok Siu Sian Cu."Loan Moi, kau ikut Bee Siang-kong bersama Liong Sucimu, Biarlah aku yang menahan bangsat-bangsat ini!" seru Giok Siu Sian silat maupun tenaganya Bee Kun Bu bukanlah Bee Kun Bu pada setengah tahun yang Ialu. ia memutar-mutar pedangnya bagaikan dtiran cepatnya, kelincahan maupun keganasannya melebihi seekor serigala atau harimau, Beberapa belas orang-orangnya partai Thian Liong itu tak dapat melawannya, justru pada saat itu terlihat seorang meloncat datang entah dari mana dan orang itu adalah Kiok Goan Hoat! ia mengangkat satu tangan ke atas, dan orang- orangnya berhenti menyerang untuk mundur beberapa tertawa Kiok Goan Hoat berkata "Maafkan kami jika penyambutan kami ini dilakukan dengan tak menuruti rencana." Bee Kun Bu membentak "Kiok Piauw-touw, apakah maksudnya penyambutan serupa ini? partai Thian Liong yang terkenal besar dan telah mengundang jago-jago silat dari kesembilan partai untuk datang ke markas besarnya untuk mengadu ilmu silat, tetapi telah memasang banyak perangkap atau membokong tamu-tamunya. Apakah perbuatan ini tidak keji?"sebetulnya kedatangan Kiok Goan Hoat itu kebetulan saja. Tugasnya hanya mengintai-intai daerah di dekat markas besar partainya, Setelah melihat murid-muridnya dihajar babak belur oleh Bee Kun Bu dan Giok Siu Sian Cu, ia terpaksa datang membantu Ketika Bee Kun Bu menelanjangi maksud busuk dari partai Thian Liong, ia menjadi malu, Untuk menutupi malunya itu, ia berbalik menuduh "Bee-heng, orang-orang kami ini ditugaskan menyambut kalian, tak kuduga mereka telah diserang dan dihajar oleh kalian, sekarang kalian telah membunuh mati dua orang kami, dan masih ingin mengejar yang lain. Apakah maksud kalian ini?"Bee Kun Bu yang balik dituduh demikian menjadi panas, "Dia betul-betul pandai bicara, Dia berbalik menimpakan kesalahan kepada orang lain," pikirnya, Giok Siu Sian Cu juga menjadi gusar ia mengejek "Kiok Piauw-touw, orang lain kau dapat abui, tetapi kau tak dapat berdusta dihadapan telah coba membokong kami, kau masih berlagak tidak tahu, bahkan balik menuduh kami!"Kiok Goan Hoat tak dapat menjawab, ia bungkam untuk sementara waktu, Tetapi untuk membela diri ia berbalik menanya "Giok Siu Sian Cu, kau bukan anggota dari kesembilan partai yang diundang oleh partai Thian Liong kami, Dengan alasan apa kau datang ke daerah kami?""Ha! Ha! Ha!" Giok Siu Sian Cu tertawa mengejek "pertandingan adu silat yang diselenggarakan oleh par-taimu bukankah untuk umum? Apakah partaimu takut melawan aku?"Kiok Goan Hoat menjadi gusar mendengar ejekan yang pedas itu, tetapi ia tak dapat menyangkal kebenarannya kata- kata wanita itu, Dengan senyuman terpaksa ia menjawab "Pertandingan silat yang diselenggarakan oleh partai kami mengundang tiap-tiap jago silat jika Siocia juga ingin turut serta, aku rela memimpin jalan kepada kalian pergi ke markas besar kami." Lalu ia berjalan sebagai penunjuk jalan,Mula-muIa Bee Kun Bu masih curiga akan sikap Kiok Goan Hoat itu. ia khawatir kalau-kalau menjumpai perangkap atau pembokongan lagi Tetapi Giok Siu Sian Cu berkata "Hengtee, jangan takut, kita ikuti dekat di belakangnya." Maka Bee Kun Bu mengikuti dengan pedang terhunus Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin di belakangnya, sedangkan Giok Siu Sian Cu berjalan paling belakang menjaga segala sesuatu!Setelah mereka berjalan lebih kurang seratus tombak lebih, lagi-lagi mereka harus melalui lembah gunung yang sempit pu!a. Berjalan di lembah itu mereka tak dapat melihat ke kanan atau ke kiri karena lereng gunung yang curam mencegah penglihatan mereka, Bee Kun Bu merasa khawatir, tetapi Giok Siu Sian Cu berkata "Hengtee, dampingi terus pada nya, jangan sampai dia kabur."Bee Kun Bu selalu mendekati Kiok Goan Hoat seolah-olah menjadi sanderanya, Tetapi mereka mem-belok, secepat kilat Kiok Goan Hoat berlari dan meloncat entah kemana, Bee Kun Bu tak mengetahui kemana Kiok Goan Hoat itu melenyapkan diri,Giok Siu Sian Cu datang memburu dan menanya "Hengtee, mengapa kau lengah? Kemana larinya dia?"Dengan amat kecewa Bee Kun Bu menghela napas, kemudian jawabnya "Aku benar-benar tolol! Aku tak dapat menjaga dia, dia telah lenyap entah kemana!""Sudahlah," menghibur Giok Siu Sian Cu. "Sekarang kita harus lekas lekas keluar dari sini! Mari kita maju terus dan berusaha menerjang keluar!" Lalu semuanya dengan senjata terhunus lari menerjang maju, Entah berapa lama mereka beriari-lari tanpa dapat gangguan, tetapi mereka masih juga belum dapat keluar dari lembah yang sempit itu. Rupanya Lie Ceng Loan sudah menjadi letih, karena terus menerus berlari-lari, maka Giok Siu Sian Cu berkata kepada Bee Kun Bu "Hengtee, biarlah aku yang jalan di depan menyelidiki jalan ini!"Lalu ia meloncat dan lari cepat. Kesempatan itu digunakan oleh Liong Giok Pin untuk menanyakan nasib Co Hiong,"Dia telah jatuh ke dalam jurang, akan tetapi." menerangkan Bee Kun Bu."Tetapi apa?" bentak Liong Giok Pin yang sudah berubah sekali sifat dan wataknya"Liong Cici telah menangis karena memikiri nasib Co Hiong," kata Lie Ceng Loan, "Bu Koko harus memberitahukannya dengan betul."Bee Kun Bu berkata "Co Hiong telah jatuh ke dalam jurang yang dalam, akan tetapi di bawah jurang itu, orang tak dapat menemukan mayatnya!"Liong Giok Pin berubah wajahnya, dari cemas menjadi agak gembira mendengar pemberitahuan itu, Dari Lie Ceng Loan ia pun pernah dengar, bahwa Co Hiong telah jatuh ke dalam jurang, dan ia anggap Co Hiong telah binasa, Setelah mendengar dari Bee Kun Bu, bahwa mayatnya Co Hiong tak dapat diketemukan, ia menjadi terharu, Apakah ia harus bergembira atau bersedih hati? Apakah itu cinta atau benci? ia menjadi bisu sejenak sebelumnya menanya lagi "Jika demikian halnya, dia belum mati!"Bee Kun Bu segera ketahui betapa hebatnya Liong Giok Pin mencintai Co Hiong yang telah menyiksa dan menganiaya Sucinya itu, "Dia telah tewas atau belum, akupun tak berani memastikan," kata Bee Kun Bu, "tetapi jika jatuh dari jurang yang demikian tingginya, sukar sekali orang dapat lolos dari kebinasaan..." "Sudahlah, jangan sebut-sebut tentang dia lagi, Hayo kita jalan," kata Liong Giok Pin."Liong Cici, aku masih ada omongan," kata Bee Kun Giok Pin berhenti dan menanyai "Omongan apa lagi?"Dengan menatap kepada Sucinya, Bee Kun Bu ber-kata "Aku telah diusir keluar dari partai Kun Lun oleh Susiok!""O, aku sudah mengetahuinya. Loan Moi yang memberitahukan hal itu kepadaku," kata Liong Giok Pin, "aku kabur keluar dari partai Kun Lun, dan kau diusir keluar dari partai Kun Lun, sebetulnya kita ini tidak pantas menjumpai orang lain lagi!"Bee Kun Bu menanyai "Suci ingin pergi kemanakah?" "Dunia ini luas sekali," jawab Liong Giok Pin. "Di-manapunkita dapat berlindung. Aku tak perlu mencari tempat tinggalyang tetap."Bee Kun Bu terperanjat mendengar keputusan Suci-nya itu, lalu ia berkata "Suci telah dipelihara, dididik dan disayang oleh Suhu dan Susiok semenjak kecil Kini semua jago-jago silat sedang menuju ke markas besarnya partai Thian Liong untuk mengadu silat Suci berpengalaman dan meskipun tak dapat menjagoi, namun sedikitnya Suci harus berusaha membantu partai Kun Lun. Dengan demikian dapat juga membalas budi Suhu dan Susiok."Tetapi bukankah kita sudah diusir keluar dan dianggap sebagai pemberontak Kita tidak ada muka lagi untuk membela partai Kun Lun.,." kata Liong Giok Kun Bu menghela napas, selang sesaat barulah ia dapat berkata "Meskipun kita telah diusir, akan tetapi budi kasihnya Suhu dan Susiok, kita belum balas, Pertandingan ilmu silat kali ini adalah suatu kesempatan untuk kita dapat membalas budi kasihnya Suhu dan Susiok kita." Liong Giok Pin berpikir agak lama, kemudian ia berkata dengan ketus "Aku mempunyai cara sendiri untuk membalas budi kasih itu, aku tak perlu petunjuk atau nasehatmu!" Lalu ia berbalik dan berjalan pergi,Lie Ceng Loan mengejar, dan menarik pergelangan tangan kanan Sucinya seraya berkata "Liong Cici."Liong Giok Pin berhenti dan dengan wajah yang penuh dengan kasih sayang ia berkata "Loan Moi, kau jangan khawatir Jika dia menyiksa kau, aku tentu tak dapat memberi ampun kepada nya." Lalu ia terus berjalan, meninggalkan Lie Ceng Loan berdiri mengawasi dari belakang Kemudian Lie Ceng Loan berbalik menghampiri Bee Kun Bu."Bu Koko," katanya, "tersinggungkah kau karena diperlakukan demikian oleh Liong Cici?"Sambil menggeleng-geleng kepalanya Bee Kun Bu menjawab "Adatnya Liong Cici berubah banyak sekali! Sudahlah, mari kita jalan terusl"Lie Ceng Loan mengikuti, dan setelah berjalan kira-kira seperempat jam, mereka tiba di suatu gundukan tanah yang menghalangi penglihatan mereka, Di balik gundukan tanah itu terdengar suara gaduh dari orang-orang yang serang bertempur Mereka berlari-lari untuk segera menyaksikan Giok Siu Sian Cu sedang dikerubuti oleh banyak orang,Dengan seruling batu Gioknya, Giok Siu Sian Cu melawan dengan gigih, dan ia telah membunuh mati tujuh-delapan lawan-lawannya, akan tetapi ia masih juga belum dapat memukul mundur mereka, Dengan tidak membuang tempo lagi, Bee Kun Bu meloncat majuDengan satu sabetan saja tiga lawan-lawannya telah luka dan binasa, lalu dengan jurus-jurus Beng Houw Keng Lok atau Harlmau galak menerkam menjangan, ia menusuk seraya menendang mati dua musuhnya lagi dengan pedang terhunus,Harus diketahui bahwa Bee Kun Bu sekarang bukanlah Bee Kun Bu pada setengah tahun yang lalu, Tenaganya tambah kuat dan ilmu silatnya lihay sekali Dengan satu sabetan saja tiga lawan-lawannya telah luka dan binasa, lalu dengan jurus-jurus Beng Houw Keng Lok atau Harimau galak menerkam menjangan, ia menusuk seraya menendang mati dua musuhnya lagi,Giok Siu Sian Cu menjadi gembira sekali mendapat bantuan itu, iapun segera melancarkan jurus-jurus Tok Coa Tui Kim atau Ular berbisa menyengat unggas, Beberapa musuh - musuhnya telah tertotok oleh ujung serulingnya, ada yang tewas seketika atau menjadi cacat jika masih dapat hidup,Lie Ceng Loan berdiri terpaku melihat kelihayan Bee Kun Bu membasmi musuh-musuhnya, sebetulnya iapun ingin membantu, akan tetapi ia merasa bahwa bantuannya tak perlu lagi Bahkan ia menolong musuh-musuh yang terluka,perbuatannya itu telah membikin seorang pemimpin partai Thian Liong yang melihatnya menjadi terharu, dan segera memberi isyarat menghentikan pertempuranKetika itu lebih dari separuh orang-orangnya partai Thian Liong yang telah tewas atau terluka, tiba-tiba mereka mendengar suara perintah "Berhenti." yang keras sekali, mereka segera mundur dan berhenti Kun Bu menoleh ke arah suara perintah itu, dan tampak disatu jalan pegunungan berdiri seorang yang berusia lebih kurang lima puluh tahun dan bersenjata martil bereagak tiga, Orang itu adalah pemimpin bendera hitam dari partai Thian Liong dan bernama Kiok Goan Hoat,Kiok Goan Hoat yang tadi lenyap dari kejarannya Bee Kun Bu telah berhasil lari ke markas besarnya untuk memberi laporan, Dan setelah ia dapat petunjuk lebih lanjut dari Souw Peng Hai, ia segera kembali Goan Hoat maju menghampiri dan menyuruh orang- orangnya untuk mengumpulkan mayat-mayat orang-orangnya yang telah tewas untuk dikubur sebagaimana layaknya dan mengobati mereka yang terluka, Kemudian dengan mengangkat kedua tangannya memberi hormat ia berkata kepada Giok Siu Sian Cu daa Bee Kun Bu "Kalian mengunjungi markas besar kami dengan tidak mengambil jalan yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan salah faham kepada orang-orang kami, dan banyak dari mereka telah membayar dengan mahal sekali, Na, jika partai Thian Liong telah bersalah, aku minta jangan ditarik panjang lagi!"Giok Siu Sian Cu membereskan rambutnya yang telah kusut terurai, lalu ia menjawabnya "Partai Thian Liong telah mengundang para jago silat dari kesembilah partai silat untuk mengadu silat di markas besarmu, tetapi kalian telah memasang perangkap atau merintang-rintangi para jago silat yang datang berkunjung itu. Per^i buatan itu baguskah?Maksud apakah sebenarnya kalian" ini? Apakah kalian tidak malu akan perbuatan yang rendah itu?"Kiok Goan Hoat tak berdaya membela nama partai-nya, dan ia terpaksa menjawab dengan ramah "Kami dari partai Thian Liong memang betul telah mengundang para jago silat dari kesembilan partai silat yang terkenal pada dewasa tidak mengundang sembarangan jago-jago silat untuk mengadu silat! Aku ingin menanyai "Siocia ini mewakili partai silat yang manakah?"Ejekannya itu seperti juga satu hinaan terhadap Giok Siu Sian Cu. ia menjadi gusar sekali, dan dengan menuding- nuding ia berkata "Hei! Kiok Goan Hoat! Kau jangan menjual lagak disini, Jika aku turut mengadu silat, kau tak akan dapat menjadi pemimpin cabang bendera hitam lagi! Jika kau masih juga ingin mengetahui aku mewakili partai silat mana, kau dapat menyaksikan sendiri bahwa aku dapat menerobos melalui semua rintangan-rintanganmu!"Kiok Goan Hoat tertawa dan berkata "Jika kau ingin bertempur melawan aku, kau dapat melawannya sebentar lagi dihadapannya para jago silat, Aku sekarang hanya ditugaskan untuk mengantar kalian." Giok Siu Sian Cu melirik kepada Bee Kun Bu seraya berkata "Hengtee, diantara lima pemimpin cabang dari partai silat Thian Liong, pemimpin cabang bendera hitam inilah yang paling licik. Kita harus waspada menghadapi padanya!""Kiok Piauw-touw pernah menjumpai aku beberapa kali," jawab Bee Kun Goan Hoat berkata sambil tertawa "llmu silat pedang, watak serta sifat saudara Bee, aku sudah mengetahui juga, Aku yakin nanti kau dapat membuktikan dihadapan para jago silat, dan mungkin dapat mengangkat namanya partai silat Kun Lun, Kita sudah tidak jauh dari markas besar partai Thian Liong, Kita tak usah harus diingat pula bahwa hari ini baru tanggal sebelas bulan delapan, masih ada waktu tiga hati pada waktunya kalian boleh memilih lawan yang mana dari jago-jago silat partai Thian Liong yang kalian ingin gempur, pun diperbolehkan melawan jago-jago silat dari antara kesembilan partai lainnya, Mungkin juga jago-jago silat dari kesembilan partai itu sudah tiba di markas besar. Oleh karena itu kalian dapat menggunakan waktu tiga hari ini untuk beristirahat mengumpulkan tenaga."-ooo0ooo-Berjumpa lagi dengan Souw Hui HongBee Kun Bu menatap Giok Siu Sian Cu sambil berpikir "Wanita ini terkenal sebagai iblis wanita di kalangan Kang- ouw. Jika aku terus menerus mendampinginya, akan menarik perhatiannya para jago silat Dan jika Suhu dan Susiokku melihatnya, maka soalnya akan makin rumit lagi. Namun dia pernah menolong jiwaku beberapa kali, Tidak mudah aku mengusir dia..."Giok Siu Sian Cu segera dapat menerka pikirannya Bee Kun Bu, dan ia berkata sambil tersenyum "Hengtee tak usah cemas terhadap aku. Hengtee dapat hersamasa ma Sumoymu turut Kiok Goan Hoat pergi ke markas besar partai Thian Liong, Aku yakin dia tak akan menipu atau membokong kau berdua, Aku telah mengantar kau sampai di daerah partai Thian Liong, aku telah memenuhi janji Nah, kita berpisah disini saja!" Lalu ia meloncat ke atas, dan dengan ilmu meringankan tubuh ia berlari secepat kilat yang dalam sekejap saja sudah tak tampak pula, justru sikap yang terus terang dan mulia dari wanita itu membikin Bee Kun Bu makin cemas, ia merasa seolah-olah ia tak mengenal budi,Kemudian Kiok Goan Hoat mengangkat sebelah tangannya da di atas suatu puncak gunung yang hanya sepuluh tombak lebih jauhnya terlihat menonjol keluar satu bendera merah, Lalu ia berjalan maju, diikuti oleh Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan,Ketika mereka melalui suatu tempat yang sunyi senyap, tiba-tiba terdengar suara orang menghela napas dan mengeluh, Mereka memburu, tetapi mereka tak dapat lihat apa-apa. Mereka mendengar lebih teliti, dan merasa bahwa suara helaan napas itu seolah-olah tak asing lagi bagi mereka. Lalu dari belakang semak belukar keluar satu orang yang berseru "Bee Siangkong! Tidak terduga kita berjumpa lagi di sini!"Bee Kun Bu terkejut dan lari menuju ke semak belukar itu, ia segera mengenali orang itu dan berseru "Souw Siocia kau baikkah?"Souw Hui Hong tidak menjawab, bahkan mengajukan pertanyaan "Mengapa hanya kau dan Lie Sumoymu yang datang kesini, Apakah Suhu dan susiokmu tidak datang?"pertanyaan tersebut sukar dijawab oleh Bee Kun Bu. ia gelisah dan menoleh ke belakang,Kiok Goan Hoat lalu berkata "Souw Siocia, sudah-lah!Mari sama-sama ikut kami pulang!" Souw Hui Hong menjadi gusar dan membentak "Kiok Piauw-touw, kau boleh pulang dulu, Aku ingin bicara kepada Bee Siangkong dan Lie Sumoynya!"Kiok Goan Hoat pun merasa gusar dibentak demi-kian, tetapi ia menahan amarahnya karena memikir, bahwa gadis itu adalah puteri satu-satunya dari pemimpin nya, Souw Peng hanya berkata "Souw Siocia, aku mendapat perintah dari ayahmu untuk mengantar mereka, tugas itu tak dapat dipandang remeh!"Lie Ceng Loan maju setindak dan berkata kepada Kiok Goan Hoat "Kiok Piauw-touw, sebetulnya kedatangan kami ini adalah untuk menengoki Souw Cici, aku mohon kau dapat memberi kesempatan untuk kami bereakap-cakap sebentar."Kiok Goan Hoat tetap menolaknya dengan berkata "Lie Siocia, jangan salah paham, Aku bukannya kejam, tetapi perintah dari Souw Cong Piauw aku harus melaksanakan segera.""Kiok Piauw-touw, kau jangan mempergunakan nama ayahku untuk mencari alasan, jika ayahku menyalahkan kau, aku yang tanggung jawab!"sementara itu Bee Kun Bu memperhatikan wajah dan sikapnya Souw Hui Hong yang ia telah tidak melihatnya setengah tahun. Meskipun gadis itu masih tetap congkak, akan tetapi air mukanya agak pucat Lengannya yang telah buntung membikin ia ingat lagi akan kekejamannya Co Hiong, ia juga berkata "Kiok Piauw-touw, Souw Siocia dapat mengantar kami ke markas besar setelah kami selesai bicara."Kiole Goan Hoat terpaksa mengalah dan mengawasi ketiga orang itu bereakap-cakap dengan gembira dan ramah tamah dari tempat yang agak jauh,"Bee Siangkong," kata Souw Hui Hong dengan nada yang sedih, "kita sudah berpisah lama juga, Apakah kau masih ingat padaku?" Bee Kun Bu tereengang pertanyaan itu sangat memilukan hatinya itu. Segera terkenanglah ia kepada pe-ristiwa- peristiwa yang lampau menerjang berangsur-ang-sur di dalam otaknya,"SudahIah. Bee Siangkong! Kau tak usah pikir peris-tiwa- peristiwa yang lampau," kata Souw Hui Hong menghiburTetapi Bee Kun Bu tak dapat melupakan peristiwa- peristiwa tersebut ia membayangkan ketika ia diracuni oleh Co Hiong, jika bukannya Souw Hui Hong yang menolong pada nya, ia pasti mati konyol! Budi yang amat besar itu ia tak dapat lupakan,Lie Ceng Loan yang sementara itu mengawasi kepalanya Souw Hui Hong yang telah dicukur gunduI, dengan hati sejujurnya menanyai "Souw Cici, mengapa kau tidak memakai kerudung kain sutera, Dengan tak berkerudung kau kelihatannya tak pantas sekali!"Pertanyaan Lie Ceng Loan itu membuat Bee Kun Bu tambah gelisah, ia menjelaskan "Lie Sumoy, janganlah kau sebut-sebut soal itu. Kata-katamu itu akan membuat Souw Cici bertambah kesedihannya!"Tetapi Souw Hui Hong berkata kepada Lie Ceng Loan dengan penuh kasih sayang "Adikku, kau masih muda, kau belum mengetahui betul nasib manusia, Agak-nya aku telah berdosa, dan kini harus menjalankan hu-kuman...""Souw Siocia, akulah yang berdosa sehingga kau menjadi seorang yang cacat.,." kata Bee Kun Bu sambil menundukkan kepala."Tidak!" Souw Hui Hong memotong perkataan itu. "ltu semua adalah salahku, dosaku, Lagi pula kita tidak perlu menimbul-nimbulkan peristiwa-peristiwa yang lampau.,." ia tak dapat meneruskannya karena kata-katanya itu tertahan di tenggorokannya agaknya,"Souw Siocia," kata Bee Kun Bu. "Budimu yang telah menolong jiwaku tak dapat aku lupakan, aku tak akan merasa puas, jika belum tak dibalasnya... Kau telah mengembalikan nyawaku.,."Dengan senyum yang sedih Souw Hui Hong berkata "Sudahlah, makin kau bicara makin sedih hatiku..."Kepergiannya Bee Kun Bu ke markas besarnya partai silat Thian Liong dengan maksud membantu Suhu dan Susioknya, bila ia menang, ia dapat menebus dosanya, bila ia kalah, ia rela tewas dalam pertempuran ia tak menduga di dalam perjalanannya itu, ia telah menjumpai Giok Siu Sian Cu, kemudian Lie Ceng Loan dan kini Souw Hui Hong yang telah melepas budi demikian besar seorang pria yang bertubuh tinggi besar berlari- lari datang dan berhenti dihadapannya Souw Hui Hong, Setelah membungkukkan tubuhnya memberi hormat dia berkata "Aku diperintahkan untuk minta Souw siocia segera pulang!"Souw Hui Hong hanya tertawa gelak-gelak seolah-olah tak menghiraukan pesuruh itu. ia tertawa terus bagaikan orang yang tak beres tngatan,Kelakuan tersebut mengejutkan Lie Ceng Loan yang segera menegur "Souw Cici, mengapa kau terus menerus tertawa?"Tetapi Souw Hui Hong terus tertawa, bahkan makin keras suaranya. Lie Ceng Loan sangat terharu, dan ia menangis,Bee Kun Bu menjadi bingung tak berdaya menghadapi Souw Hui Hong yang terus tertawa, dan Lie Ceng Loan yang terus menangis,Kiok Goan Hoat datang menghampiri dan berkata "Bee- heng mari kita jalan!" Dan setelah itu terlihat dua orang wanita datang dan menggotong Souw Hui Hong. Bee Kun Bu juga membetot tangannya Lie Ceng Loan mengikuti Kiok Goan Hoat Di tengah jalan Kiok Goan Hoat berkata kepada Bee Kun Bu Tempat yang kita tuju masih ada lima-enam lie jauhnya, Jika kita dapat berjalan lebih cepat, maka sebentar saja kita akan tiba di tempat itu!" Lalu dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya ia berlari-laii"Bee Kun Bu mengerti, bahwa Kiok Goan Hoat hendak menguji kepadanya, ia tertawa di dalam hatinya, tetapi ia khawatir Lie Ceng Loan tak dapat meren-denginya, Tetapi setelah ia berlari-lari ia dapat kenyataan, bahwa Lie Ceng Loan dapat merendengi ia yang mem-bayangi Kiok Goan Bee Kun Bu mencekal pergelangan tangan kanannya Lie Ceng Loan dan membantu mengejar Kiok Goan Hoat ia terperanjat ketika ia merasa bahwa Lie Ceng Loan tak perlu dibantu, karena ilmu meringankan tubuhnya tidak lebih bawah daripada ia sendiri ia mengawasi Sumoynya yang hanya tersenyum, ia berkata "Lie Sumoy, didalam setengah tahun ini, ilmu silatmu telah bertambah maju sekali!"Harus diketahui bahwa pada setengah tahun se-belumnya, ilmu silatnya Lie Ceng Loan sangat dibawah kepandaiannya Bee Kun Bu, akan tetapi selama mereka berpisahan setengah tahun itu, meskipun Bee Kun Bu telah belajar banyak dari Na Siao Tiap dan Pek Yun Hui, Lie Ceng Loan pun memperoleh kemajuan,Maka atas kata-kata Bee Kun Bu itu, Lie Ceng Loan menyahut "Liong Cici telah menasehatkan bahwa aku harus tekun mempelajari dan berlatih silat agar aku dapat membantu Koko, Lalu kami bersama belajar dan berlatih silat dengan giat, Liong Cici mempunyai satu buku yang catat segala macam ilmu silat, ilmu meringan tubuh dan sebagai nya. Liong Cici juga mengatakan bahwa aku dapat mempelajarinya dengan mudah dan cepat karena aku pintar dan cerdas, Disamping itu, karena aku bertekad membantu Koko, maka aku telah mempelajarinya dengan tekun dan giat." Sambil tersenyum Bee Kun Bu berkata "Pendapat Liong Cici jitu sekali, Kau memang cerdas dan pintar, hasil latihanmu tentu akan bermanfaat sekali bagimu!sementara itu Kiok Goan Hoat berlari lebih cepat lagi, Bee Kun Bu pun terpaksa mengejar pula, Demikianlah mereka berlari-lari berkejar-kejaran cepat sekali dan telah melalui empat-lima puncak gunung sebelumnya mereka tiba di suatu lembah yang dikitari oleh lereng gunung,"Di depan kita adalah bangunan-bangunan untuk menerima tamu, dan semua jago-jago dari kesembilan partai menempati bangunan-bangunan itu." menerangkan Kiok Goan Hoat, "Lagi setengah lie, kalian akan mencapai tempat itu, dan disitu akan ada orang yang menyambutnya lagi, Maaf jika aku tak dapat mengantar lebih jauh!" Lalu ia memberi hormat dan segera berlalu,Bee Kun Bu memandang ke depan dan melihat bangunan- bangunan yang bertingkat di antara pohon-pohon yang tumbuh dengan segarnya, Dengan menuntun Sumoynya ia berjalan terus, Ketika hampir tiba di suatu bangunan, dari antara dua pohon cemara yang besar berjalan keluar dua anak tanggung yang berusia lebih kurang enam belas tahun menyambut mereka seraya berkata "Kongcu, Siocia, apakah kalian pun tamu yang diundang untuk turut serta di dalam pertandingan ilmu silat?""Betul!" jawab Bee Kun seorang diantaranya menanya lagi "Dari partai silat manakah?""Kami dari partai silat Kun Lun!" jawab Bee Kun yang lain berkata "Sudilah kalian ikut kami." Lalu ia memimpin jalan masuk ke dalam bangunan yang bertingkatBee Kun Bu dan Lie Ceng Loan mengikuti mereka melalui kelompok-kelompok pohon, dan tiba di dalam pekarangan bangunan bertingkat itu, Seorang anak berkata "Jago-jago silat partai Kun Lun berada di bangunan ini. silahkan masuk!" Lie Ceng Loan menanya dalam hatinya "Apakah Suhu dan Supek sudah berada disini?"Bee Kun Bu memperhatikan keadaan disekitarnya, dan melihat bahwa di lembah yang dikitari oleh lereng gunung seluas lebih kurang tiga ratus tombak persegi, dan dengan pohon-pohon bunga yang beraneka warna terdapat pula sepuluh bangunan yang bertingkat terpencar di lembah itu."Partai Thian Liong telah membikin persiapan yang baik sekali untuk menampung jago-jago dari kesembilan partai dengan masing-masing partai telah disediakan satu bangunan tersendiri Tetapi pikimya, merekapun mengintai-ngintai gerak- gerik jago-jago kesembilan partai silat yang telah diundang!"Lalu ia mengikuti Lie Ceng Loan masuk ke dalam bangunan tersebut Ruang depan bangunan itu sangat indah dan mewah, Seorang pemuda dengan pedang di pinggang menyambut mereka dengan wajah berseri-seri!Bee Kun Bu yang belum pernah datang ke kuil San Ceng Kiong di puncak Kim Teng Hong di pegunungan Kun Lun tidak mengenal pemuda itu, tetapi Lie Ceng Loan tersenyum seraya memanggil "Suheng!"pemuda itu setelah memberi hormat setayaknya terus mengawasi Bee Kun Bu. Dan ia menanya "Lie Sumoy, apakah pemuda ini juga murid dari partai Kun Lun kita?"Bee Kun Bu mendahului Lie Ceng Loan menjawab "Siauw tee bernama Bee Kun Bu, dan Hengtee ini siapakah?""Aku bernama Oey Ci Eng, murid dari Suhu yang memegang pimpinan partai!" jawab orang itu,Lie Ceng Loan menambahkan "Oey Suheng adalah Suheng tertua dari partai Kun Lun kita, dan sangat disegani oleh Supek!"Dengan menundukkan kepalanya, Bee Kun Bu mengaku "Aku Bee Kun Bu tidak beruntung telah diusir oleh Susiok yang memegang pimpinan!" Oey Ci Eng menghela napas, lalu berkata "Meskipun kita belum pernah berjumpa, akan tetapi dari Toa Supek dan Lie Sumoy aku telah mendengar tentang riwayat dan jejak Bee Sutee, Hari ini kita dapat berternu, aku girang sekali Toa Supek dan Suhu sangat gelisah terhadap peristiwa pengusiran Sutee, Aku yakin jika Sutee dapat menghormati Suhu, Supek dan Susiok, mungkin mereka akan menerima Sutee kembali!"Bee Kun Bu mengangkat kedua tangannya memberi hormat seraya berkata "Terima kasih atas nasehat Su-heng yang berharga itu. jika Siauwtee dapat diterima kembali oleh Suhu dan Susiok, aku tak lupa budi Suheng inL." Belum lagi ia bicara habis, tiba-tiba ia melihat Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu berdiri di depan pintu ruang tersebut. ia lekas-lekas berlutut memberi hormat dan berseru "Bee Kun Bu yang telah diusir datang menjumpai kedua Susiok!"Tong Leng Tojin tidak menghiraukan ia hanya berjalan mundar mandir didalam ruang itu."Loan Jie, mari sini!" memanggil Giok Cin Cu kepada Lie Ceng Ceng Loan juga sudah berlutut di hadapan Suhu dan Supeknya, segera berbangkit dan jalan menghampiri seraya berkata "Aku dan Bu Koko telah belajar dan berlatih banyak ilmu silat, dan kini datang untuk turut serta di dalam pertandingan adu silal.,."Dengan terperanjat Giok Cin Cu menanyai "Kemanakah kau pergi selama setengah tahun yang lalu?""Aku tinggal bersama Liong Cici, jawab Lie Ceng Loan. "Ha!" seru Giok Cin Cu. "Apakah Liong Giok Pin belummati?"Lie Ceng Loan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Liong Cici sangat pandai Dia mempunyai satu buku yang mencatat banyak ilmu-ilmu silat, Akupun dapat belajar dari dia." "Hm!" kata Giok Cin Cu. "Sekarang dia ada dimana?Mengapa dia tidak datang menjumpai aku?!""Dia sebetulnya tinggal dan berkelana bersama-sama aku, tetapi setelah menjumpai Bu Koko, ia pergi berlalu memisahkan diri.""Dia pergi kemana?" tanya Giok Cin Cu dengan gusar Lie Ceng Loan menyahut "la tidak memberitahukanmeskipun Bu Koko menanyanya, Aku tidak berani ber-dusta, Jika Liong Cici ketahui aku memberitahukan hal-hal yang bersangkut paut dengan dia, dia pasti akan menjadi marah terhadap aku." Dalam keadaan demikian ia jadi bersangsl Meski ia sangat menghormati gurunya, tetapi iapun sangat sayangi Liong Sucinya, ia menjadi bungkam dan menundukkan kepalanya. Entah kapan Suhunya telah berlalu, dan ia terkejut ketika pergelangan tangan kirinya dipegang oleh seorang laki-Iaki, ia mengangkat kepala dan mengawasi orang itu."Sumoy, maafkan aku jika aku telah berlaku lancang!" kata orang laki-laki Ceng Loan tersenyum, karena laki-laki itu adalah Oey Ci Eng. ia berkata sambil tersenyum "Aku kira Bu Koko yang memegang aku!"pemuda itu pucat pasi wajahnya dan seluruh tubuhnya bergemetaran."Kau mengapa bersikap demikian? Apakah kau sakit?" tanya Lie Ceng Loan."Ada urusan yang aku hendak bicarakan dengan Sumoy," kata Oey Ci Eng."Aku siap mendengarnya," jawab Lie Ceng Loan, lalu ia mengikuti Oey Ci Eng berjalan ke ruang belakang, meninggalkan Bee Kun Bu di ruang itu seorang diri sendirian. Ketika mereka tiba di ruangan belakang, Oey Ci Eng menanya "Sumoy, apakah kau betul-betuI telah melihat Liong Sucimu?"Lie Ceng Loan mengangguk dan berkata "Bukan saja aku telah melihatnya, bahkan pernah tinggal bersama-sama dia lama sekaIi... Liong cici pandai sekali, dan aku belajar banyak ilmu silat dari dia.,."Dengan menatap Lie Ceng Loan, Oey Ci Eng berkata lagi "Sumoy harus memberitahukan dengan jujur, janganlah kau berdusta!"Lie Ceng Loan tersinggung karena kejujurannya diragukan ia berkata dengan sungguh-sungguh "Kita adalah murid partai Kun Lun, di antara kita dilarang keras berdusta, Tadi ketika Suhu menanya akupun menjawab demikian Mengapa Suheng tidak pereaya omonganku?"wajahnya Oey Ci Eng menjadi merah, ia malu karena mencurigai Sumoynya yang jujur dan sangat mulia hatinya itu. ia berkata "Maafkan aku. Jika aku tidak pereaya Sumoy yang jujur, siapa lagi yang aku dapat pereaya?" ia berhenti sejenak, lalu meneruskan "Sumoy, aku ada urusan yang sangat mengharap Sumoy memberitahu kan-nya.,.""Sebutlah, aku siap menjawab!" sahut Lie Ceng Loan,Oey Ci Eng mulai menanya "Apakah kau mengetahui sekarang Liong Sucimu berada dimana?""lni aku betul-betul tidak tahu," jawab Lie Ceng Loan. "Meskipun aku pernah tinggal bersama-sama dia selama setengah tahun, dikala dipepergian aku belum pernah menanyakan kemana dia pergi. Benar tolol aku ini!""Sudahlah," kata Oey Ci Eng. "Sumoy telah tinggal bersama-sama dia setengah tahun lamanya, Bagaimanakah penghidupannya? Apakah...""Apakah mengapa?" tanya Lie Ceng Loan. "Apakah dia sering menceritakan kepadamu urusan pribadinya?" meneruskan Oey Ci Ceng Loan berpikir sejenak lalu ia menjawabnya "Liong Cici telah berubah adat nya. Kadang-kadang ia bergembira dan tertawa-tawa, kadang-kadang dia bermuram durja, dia menangis dengan sedihnya. Aku menanya mengapa ia bersikap demikian, tetapi dia selalu tidak mau menjelaskannya, Dia hanya berkata Di dunia ini banyak dosa dan banyak orang-orang jahat!Tapi dia bilang aku ini seorang yang suci, dan dia tak ingin menceritakan soal-soal kejahatan dan dosa kepadaku, dan aku, katanya, tak dapat menginsyafi soal-soal tersebut Lebih baik aku belajar dan berlatih silat agar aku dapat membantu Bu Koko membasmi orang-orang yang jahat dan keji!"Oey Ci Eng pereaya bahwa Lie Ceng Loan telah memberitahukan segala sesuatu berkenaan dengan Liong Giok Pin dengan jujur, dan iapun tak dapat keterangan lebih lanjut tentang jejak Liong Sumoynya yang ia sangat cintai, Maka setelah mengucapkan terima kasih, ia lalu berjalan perlahan-lahan berlalu dari hadapannya Lie Ceng Loan,Selama berkecimpung di kalangan Kang-ouw. Lie Ceng Loan telah banyak melihat dan mendengar Sikap Oey Ci Eng yang muram itu membikin ia menjadi cemas, "Ai!" pikirnya, "Dia ingin sekali mengetahui jejaknya Liong Cici! cintanya terhadap Liong Cici sama hebatnya seperti cintaku terhadap Bu Koko!"Tiba-tiba ia bertekad menolong Suhengnya, dan ia memanggil "Oey Suheng, tunggul Aku ingin bicara lagi!"-ooo0ooo-Para jago silat turut serta di dalam pertandingan adu silat Oey Ci Eng berhenti, ia berbalik dan menanya "Sumoy,ada omongan apa? Sebutlah!" "Apakah Suheng memikiri nasibnya Liong Cici?" tanya Lie Ceng Loan."Jika aku mengetahui bahwa dia hidup dengan se-lamat, tenteramlah hatiku," jawab Oey Ci Eng, "melihat atau tidak melihat dia adalah urusan kecil!"Setelah menarik napas panjang, Lie Ceng Loan berkata "Kau berdusta! Kau sebenarnya ingin menjumpai Liong Cici, jika aku bertemu dia lagi, aku akan menarik dia untuk menjumpai kauf"Oey Ci Eng tak dapat berkata-kata karena menahan kesedihan hatinya,Lie Ceng Loan menambahkan "Liong cici bilang, bahwa dia akan menjumpai aku lagi, dia tentu tak ber-dusta, pereayalah bahwa aku akan berdaya mempertemukan kalian satu kepada lain!"Oey Ci Eng tersenyum dan berkata Terima kasih. Apakah kau juga mengetahui soal Bee Sutee diusir keluar dari partai kita?""Menurut penuturan partai Kun Lun kita," kata Oey Ci Eng, "tiap-tjap orang yang telah diusir keluar tak dapat menginjak lagi kuil Sam Goan Kiong di puncak Kim Teng Hong. Tetapi rupanya ketiga pemimpin partai kita menghargai kau yang berbudi luhur dan mulia, mereka tak akan menarik panjang urusan yang bersangkutan dengan kau. Kini dari pihak partai kita, disamping ketiga pemimpin kita, hanya aku seorang yang turut serta didalam pertandingan adu silat ini diperuntukkan partai Kun Lun, dan aku kira kau dan Bee Sutee dapat bersama tinggal disini, Aku hendak minta ijin dulu dari ketiga pemimpin kita, dan nanti aku segera memberitahukan kau seterusnya, sekarang kalian jangan masuk ke kamar lain, karena aku khawatir menyinggung ketiga pemimpin kita." Lalu ia pergi menemui ketiga pemim- pinnya, Lie Ceng Loan mengawasi Bee Kun Bu yang masih juga termenung-menung, ia menghampirinya dan mengajak duduk di ruang tersebut menanti kabar dari Oey Ci Eng, "Baiklah kita duduk menunggu kabar disini," kata Lie Ceng Loan,Bee Kun Bu menuruti saja, karena ia berpendapat bahwa ia dapat menunggu dimanapun asal saja ia tidak diusir keluarDemikianlah jago-jago silat dari kesembilan partai telah berturut-turut datang ke markas besarnya partai Thian Bee Kun Bu menukar pakaiannya yang sudah kotor dengan lumpur dan diam-diam ia mengenakan kulit ular yang dihadiahkan oleh Pek Yun Hui. Kulit ular tersebut dapat menahan tusukan atau bacokan senjata berselang kurang lebih seperempat jam, Oey Ci Eng kembali dengan wajah yang tegang, Dengan hati berdebar-debar Bee Kun Bu menanya "Suheng, apakah ketiga pemimpin memperkenankan aku.,."Oey Ci Eng menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata "Urusannya diluar dugaan ruwetnya, Ketiga pemimpin kita sukar ditebak maksudnya!""Apakah yang mereka katakan ?" tanya Bee Kun Bu. "Aku telah memmberi tahu kan maksud kedatangannyaberkata Oey Ci Eng, "tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa!"Menampak hal itu, Lie Ceng Loan hanya dapat menarik napas menunjukkan kekecewaannya,"Menurut pendapatku," kata Oey Ci Eng, "Sutee dapat tinggal di kamar itu. Untuk sementara waktu jangan menemui ketiga pemimpin kita. Nanti aku akan berdaya mencari kesempatan mengajukan permohonan lagi untukmu."Tetapi," kata Bee Kun Bu, "tanggal untuk kita mengadu silat tinggal hanya dua hari lagi, waktunya demikian singkatnya, Jika Suhu dan Susiok tidak memperkenankan aku mengadu silat atas nama partai Kun Lun, aku khawatir aku terlambat,.,""Supek dan Susiok tidak berani mengambil keputusan," kata Oey Ci Eng, "hanya Suhuku yang harus menetapkan Meski dia belum sudi menerima kau, namun nampaknya dia tak akan mengusir kau.""Terima kasih," kata Bee Kun Bu, "menurut katanya Lie Sumoy, Suheng adalah kesayangannya Susiok, oleh karena itu aku berpengharapan besar akan daya usaha Suheng.""Aku pasti akan berdaya sedapat mungkin," kata Oey Ci Eng menghibur, "untuk sementara ini aku minta kau bersabar saja.""Baiklah," jawab Bee Kun Ci Eng lalu keluar dari ruang Ceng Loan dapat membaca isi hati Bee Kun Bu ketika itu, dan ia menghibur "Biarlah aku yang pergi menjumpai Supelt"Bee Kun Bu segera menahan "Jangan! Oey Suheng bertindak cepat Ketiga pemimpin tak akan mengusir aku lagi, Hanya sekarang mereka sedang berunding apakah aku dapat diterima kembali, Kita harus bersabar"Lie Ceng Loan pergi ke ruang lain, dan kembali setelah berselang lebih kurang seperempat jam. Sambil terseyum ia berkata kepada Bee Kun Bu "Ketiga pemimpin sedang bereakap-cakap, Aku dan Oey Suheng coba mencuri dengar dari luar, akan tetapi mereka hanya membicarakan ilmu-ilmu silat saja, Aku belum berani masuk menanyakan soal Koko. Karena aku khawatir Koko kesepian, maka aku segera kembali."Bee Kun Bu berkata "Adu kepandaian silat kali ini bukan saja merupakan pertandingan terhadap partai Thian Liong, tetapi juga terhadap partai-partai silat lainnya. Tidak heran jika Suhu dan Susiok merundingkan soal itu." Demikianlah satu hari satu malam telah lewat, dan pada keesokan harinya diwaktu lohor Oey Ci Eng datang dengan hati berdebar-debar, ia berkata "Agaknya Suhu, Supek dan Susiok telah merundingkannya, Aku belum lagi mempunyai kesempatan mengajukan soal Sutee!"Bee Kun Bu terseyum dan berkata "Terima kasih, Aku masih dapat menunggu."Hari ketiga telah tiba, dan hari itu adalah hari untuk mengadu ilmu silat, Fajar baru saja menyingsing ketika Ouw Lam Peng memimpin delapan orang-orangnya yang mengenakan pakaian serba hitam datang mengunjungi bangunan dimana orang-orang dari partai Kun Lun di- tampung,Teng Leng Tojin dengan disertai oleh Hian Ceng Tojin, Giok Cin Cu dan Oey Ci Eng menyambut di depan pintu, Bee Kun Bu tidak berani mengikuti terlampau dekat, ia berdiri jauh di belakang, didampingi oleh Lie Ceng Loan,Ouw Lam Peng yang mengenakan pakaian serba biru mengangkat kedua tangannya memberi hormat seraya berkata "Aku datang atas perintah pemimpin besar partai Thian Liong kami untuk mengundang ketiga pemimpin partai Kun Lun dan para muridnya datang ke tanah dataran tinggi Twan Hun Ya untuk mengadu silat orang-orang partai Thian Liong kami sudah menunggu!"Tong Leng Tojin membalas hormat tersebut dan menjawab "Sebetulnya partai Thian Liong dapat mengirim satu orang saja untuk memberitahukan kami, tetapi Piau-touw Pemimpin cabang telah sudi datang sendiri.""Pemimpin-pemimpin partai Kun Lun sangat terkenal di kalangan Kang-ouw," kata Ouw Lam Peng. "Jika ada kekurangan tentang penyambutan dan sebagainya, kami dari partai Thian Liong mohon dimaafkan!"Tong Leg Tojin seraya berkata "Baiklah kita berangkat sekarang!" Ouw Lam Peng berkata lagi "Kami telah sediakan kuda untuk kalian bertiga.""Terima kasih," jawab Tong Leng Tojin, "lebih baik kami berjalan saja!"Ouw Lam Peng tertawa dan berkata To-heng bersemangat besar, aku sangat mengagumi semangat itu! Tetapi letaknya tyaah dataran tinggi Twan Hu Ya ada lebih kurang sepuluh lie jauhnya dari sini, Lebih baik kalian naik kuda saja!""Kami yang telah biasa tinggal di pegunungan, lebih cocok berjalan kaki,""Baiklah, akupun turut berjalan kaki!" kata Ouw Lam Peng yang lalu berbalik dan memimpin jalan, diikuti oleh orang- orangnya, ketiga pemimpin partai Kun Lun dan Oey Ci Eng. Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan mengikuti paling be!akang,Ouw Lam Peng yang berjalan paling depan dapat berjalan cepat sekali, dan yang lain-lainnya terpaksa mengikuti dengan cepat juga, sehingga keadaan disekitar-nya tak dapat ingat diperhatikan dengan telitiHiang Ceng Tojin berbisik kepada Tong Leng Tojin "Mereka berjalan sangat pesat sekali, apakah maksud-nya? Mungkin mereka sengaja agar kita tak dapat ingat perjalanan yang kita telah tempuh.""Kata-kata Toa Suheng beralasan," jawab Tong Leng Tojin, Toa Suheng dapat memperhatikan jalan didepan, aku dan Sumoy dapat memperhatikan keadaan di kanan-kiri!"Betul saja sepanjang jalan mereka memperhatikan segala sesuatu sangat mencurigakan, dan jalan yang ditempuh itu rupanya tidak dilalui oleh jago-jago silat dari partai lainnya,Hian Ceng Tojin mengejar Ouw Lam Peng dan menanya "Ouw-heng, Twan Hun Ya masih berapa jauh dari sini?"Sambil berjalan terus Ouw Lam Peng menjawab "Jika kita telah melalui dua lereng gunung lagi, kita segera tiba di tempat itu!"Lalu mereka harus berjalan melalui satu gua yang gelap, Ouw Lam Peng menyalakan sebuah obor, dan memimpin masuk ke dalam gua yang gelap itu. ia berseru "Gua ini hanya dua ratus tombak lebih panjangnya, kalian mengikuti obor ini, dan tak usah khawatir!"Tong Leng Tojin memperhatikan bahwa jalan di dalam gua tersebut adalah buatan orang, dan betul saja berjalan belum lama mereka sudah keluar dari gua yang gelap melalui dua lereng gunung, Ouw Lam Peng berkata sambil tersenyum "Di depan kita adalah tanah dataran tinggi Twan Hun Ya!"Ketiga pemimpin partai Kun Lun dan juga lain-lainnya mengangkat kepala melihat ke tempat yang ditunjuk oleh Ouw Lam Peng. Tanah dataran tinggi Twan Hun Ya itu terletak di atas satu puncak gunung. Lapangan di tengah yang luas dikitari oleh rumput hijau dan bunga-bunga yang beraneka warna, Sangat indah permai dipandangnya !Sambil tertawa gelak-gelak Tong Leng Tojin berkata "Aha!Namanya Twan Hun Ya Jurang mengakhiri roh, tetapi tempatnya indah sekali!"Ouw Lam Peng berkata To-heng terlampau siang menyatakan pendapat tentang Twan Hun Ya. sebentar jika sudah berada disitu, To-heng mungkin berpendapat lain!""Hm! jangankan Twan Hun Ya, meskipun namanya Liong Tam Houw Siat Gua Naga dan Sarang Harimau pun kami tak gentar!"Baru saja kata-katanya habis diucapkan, tiba-tiba terlihat berkelebatnya bayangan orang di hadapan me-reka, dan ketika mereka melihat dengan tegas, Orang itu adalah Souw Hui Hong, puteri kesayangan Souw Peng Hai, pemimpin dari partai Thian Lam Peng terperanjat melihat datangnya Souw Hui Hong, ia menegur Twan Hun Ya bukannya tempat untuk kau! Tanpa ijin dari Souw Cong Piauw, siapapun tak dapat datang kesini, Meskipun kau puterinya Souw Cong Piauw, akan tetapi peraturan partai kita harus ditaati, Apakah kau sudah memperoleh ijin dari ayahmu ?"Souw Hui Hong yang sudah cacat kehilangan satu lengannya masih tetap berkepala batu dan manja di markas besar ayahnya, ia menjawab "Di daerah partai Thian Liong, siapapun tak dapat melarang aku, Aku dapat datang atau pergi ke tempat manapun sesukaku. Kau tak berhak melarang aku!"Ouw Lam Peng merasa tersinggung dengan jawaban yang kasar itu, tetapi ia menahan amarahnya karena memikir bahwa yang ia hadapi adalah puteri pemimpin-nya. Dengan senyuman terpaksa ia berkata "Kata-kata-mu itu memang betul, Tetapi hari ini adalah hari istimewa dimana telah datang banyak jago-jago silat dari kesem-bilan partai O!eh karena itu daerah partai kita pada hari ini harus dijaga dengan tertib, dan kau tak bisa sembarangan datang tanpa ijin dari ayahmu!"Dengan mata melotot Souw Hui Hong membentak "Ouw Piauw-touw, kau boleh mempersalahkan aku, aku rela dihukum ayahku! Kau tak usah ikut campur tangan lagi! Kau dapat mengajak ketiga pemimpin partai Kun Lun berjalan terus, karena aku hanya ingin bicara sejenak dengan Bee Siangkong, sebentar aku dapat membawa dia ke Twan Hun Ya!"Bentakan Souw Hui Hong itu membikin ketiga pemimpin partai Kun Lun terperanjat, demikianpun Ouw Lam Peng, Tetapi yang paling gelisah adalah Bee Kun Bu sendiri, karena turut serta dan iapun belum diterima kembali ke partai Kun Lun. sikapnya itu dilihat oleh Lie Ceng Loan yang membetot lengan bajunya dan menegur "Bu Koko, Souw Cici ingin bicara dengan kau sebentar saja, apakah kau sudi?"Bee Kun Bu hanya mengangguk dan melihat Suhu dan susioknya berjalan mengikuti Ouw Lam Peng,Souw Hui Hong tak segera menanya Bee Kun Bu. ia menatap lama sehingga Bee Kun Bu menjadi makin gclisah,"Souw Siocia," katanya, "Aku harus mengikuti guru-ku, aku minta Siocia jangan menahan aku !agi!""Bee Siangkong," kata Souw Hui Hong dengan ramah sekali, "Aku hanya ingin bicara sebentar saja!""Tetapi... tetapi..." kata Bee Kun Bu Ceng Loan maju seraya menyambungkan Te-tapi Bu Koko harus menunaikan janjinya terhadap Suhu dan Susioknya, Lebih baik Souw Cici menunggu sampai dia sudah mengadu silat di Twan Hun Ya, barulah Cici dapat bicara panjang Iebar..."Souw Hui Hong terharu mendengar pembelaan Lie Ceng Loan itu, ia menghela napas dan berkata "Baiklah, aku rela menunggu demi kepentingan kalian berdua!" Lalu iapun berbalik dan berjalan Lam Peng dilain pihak terus memimpin ketiga pemimpin partai Kun Lun pergi ke tanah dataran tinggi Twan Hun Ya. Mereka harus mendaki suatu jurang yang curam,Hian Ceng Tojin berkata kepada Sutee dan Sumoy-nya "Jurang itu agak berbahaya, Sutee dan Sumoy ikuti aku di belakang, biarlah aku mendaki dulu!"Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh semua jago-jago silat tersebut dapat mendaki jurang yang curam itu tanpa mendapat kesukaran, dengan mudah mereka tiba di atas puncak, Dari puncak gunung itu terlihat satu jembatan gantung untuk tiba di tanah dataran tinggi Twan Hun Ya yang terletak di puncak seberang, Mereka melihat bahwa di Twan Hun Ya itu telah berkumpul banyak orang dan banyak bendera berkibar kibar!Ouw Lam Peng menghadapi ketiga pemimpin partai Kun Lun dan berkata "Setelah kita menyeberangi jembatan gantung ini, kita akan tiba di Twan Hun Ya dimana Souw Cong Piauw telah menanti kedatangan kalian!"Tong Leng Tojin melongok ke bawah jurang dan berkata kepada Ouw Lam Peng sambil berkelakar "lika jembatan ini putus, kita pasti mati hancur di dalam jurang yang dalam itu!""Harap kalian jangan khawatir! Semua pemimpin cabang dan semua jago-jago silat dari kesembilan partai sudah berada disini. Kita tak akan berbuat keji memutuskan jembatan gantung inil" jawab Ouw Lam Peng,jembatan gantung itu panjangnya dua ratus tombak dan sangat kuat dibuatnya. Jika orang berdiri di tengah-tengah jembatan tersebut, maka semua pemandangan di dalam jurang dapat terlihat dengan nyata diwaktu siang hari Ketiga pemimpin partai Kun Lun merasa kagum atas pembuatan jembatan yang demikian kuatnya Lam Peng lalu berjalan di depan diikuti oleh yang di tanah dataran tinggi Twan Hun Ya telah dilakukan dengan sempurna. Tempat dari tiap-tiap partai silat telah diatur demikian rapi nya. Ketiga pemimpin partai Kun Lun disambut oleh empat anak yang mengenakan pakaian serba hijau dan memegang bendera warna-warni, Mereka diajak ke tempat yang sudah ditetapkanSementara itu Ouw Lam Peng juga berjalan menuju ke tempatnya sendiriTiba-tiba terdengar suara musik menyambut kedatangan mereka, dan sejenak kemudian terlihat dari jembatan gantung itu berturut-turut datang orang-orang dari partai silat lain- lainnya. Memang partai Kun Lunlah yang paling dulu diajak ke Twan Hun Ya itu, mereka hanya melihat orang-orangnya partai Thian Liong, tak tampak jago-jago silat dari partai lainnya,Hian Ceng Tojin berbisik kepada Tong Leng Tojin "Mengapa partai Thian Liong mengajak partai kita masuk paling dulu ke Twan Hun Ya? Apaicah maksud nya?""Akupun tak dapat menjelaskan," jawab Tong Leng Tojin dengan suara perlahan... "Apakah karena Souw Peng Hai ingin menyatakan terima kasihnya kepada kita karena kita telah berulang kali menolong puterinya...Tiba-tiba Hian Ceng Tojin berseru dengan wajah berseri- seri Tu-heng, sudah lama kita tak berjumpa!"Tu Wee Seng yang baru saja tiba membalasnya dengan gembira "Ya, sudah lamakah Totiang sampai? Kali ini rupanya tempat-tempat partai Kun Lun dan Hua San berdampingan Baik seka li !MTong Leng Tojin juga berkata "Ya, beruntung sekali tempat kita berdekatan!"Tetapi ketiga pemimpin partai Kun Lun adalah orang-orang pertama yang tiba disini, Kehormatan itu luar biasa!" kata Tu Wee Seng yang senantiasa mencurigai orang lain dan merasa iri hati terhadap penerimaan yang diberikan kepada partai Kun janganlah bereuriga terhadap kami. Adu silat kali ini bukannya main-main, pertandingan ini, disamping mempertahankan partai masing-masing, juga merupakan pertempuran mati hidupnya kita sendiri!"Tu Wee Seng masih juga menyindir "Kali ini pedang dari ketiga pemimpin partai Kun Lun sudah dapat membereskan urusan kita bersama terhadap partai Thian Liong!"iapun segera mengajak orang-orangnya dari partai Hua San ke tempat yang sudah disediakan Bee Kun Bu dan Ue Ceng Loan mencari tempat duduk belakang di tempat yang diperuntukkan partai Kun Lun, Mereka mengagumi keadaan di tempat yang segera akan menjadi medan pertempuran yang maha dahsyat pertandingan adu silat yang baru diselenggarakan lagi setelah tiga ratus tahun berselang! Semua jago-jago silat dari partai- partai silat yang terkenal telah datang untuk membela nama partainya masing-masing, mungkin juga nama pribadinya, Bendera beraneka warna dan yang berkibar-kibar diangkasa menambah pula kemeriahannya suasana,Tetapi jago-jago silat yang sudah datang tidak banyak. Bee Kun Bu memperhatikan bahwa tiap-tiap partai silat hanya membawa murid-murid yang dapat dipereayai Hanya partai silat Siauw Lim yang paling banyak jumlah nya t namun seluruhnya tidak melebihi sembilan belas orang. Orang-orang dari partai lain masing-masing hanya membawa lima atau enam orang saja, dan partai Tiam Cong hanya Sia Yun Hong sendiri yang datang, Oleh karena itu banyak tempat duduk terlihat kosong,Setelah semua orang berada di tempatnya masing-masing, lalu terdengar suara tambur berbunyi tiga kali, dan anak-anak yang mengenakan pakaian warna hijau dari partai Thian Liong yang sibuk melayani para undangan segera berlari-lari kembali berdiri di tempat partai Thian Liong sambil memegangi bendera,Setelah tambur berhenti dipukul, dari tempat partai Thian Liong berjalan keluar Souw Peng Hai, pemimpin partai Ouw Lam Peng. jenggotnya yang putih menutupi dadanya, ia berjalan perlahan-Iahan dengan congkaknya memegangi toya yang ujungnya berbentuk kepala naga, Keempat iblis dari propinsi Sucoan yang selalu mengawal padanya membuka jalan di depannya, dan pemimpin-pemimpin dari kelima cabangnya mengikuti di belakangnyasetibanya di tengah-tengah gelanggang pertempuran ia berhenti dan mengangkat tangan yang bebas ke atas seraya menancapkan toyanya di tanah, lalu ia ber-pidato dengan suara yang keras "Kami dari partai Thian Liong adalah sisa dari kalangan Kang-ouw yang telah berserikat membentuk partai silat ini. Kali ini para jago silat yang terhormat telah datang atas undangan kami, maka dengan jalan ini, kami atas nama partai Thian Liong menghaturkan diperbanyak terima kasih!" Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan pula"Pada tiga ratus tahun berselang, sembilan partai silat di kalangan Bu Lim, karena berebut nama dan kedudukan, telah mengadu silat di atas puncak gunung Sao Sit Hong, pertempuran tersebut telah menjadi perhatian para jago silat sehingga dewasa int. Sayang sekali ketika itu, Tian Kie Cin Jin dengan ilmu silatnya yang sakti, telah membubarkan pertandingan silat tersebut Banyak orang anggap bahwa perbuatan Tian Kie Cin Jin itu sangat bijaksana, karena dia telah berhasil mencegah pembunuhan, dan dengan demikian banyak jago-jago silat dapat hidup mewariskan ilmu-ilmu silatnya kepada angkatan belakanganNamun, menurut pendapatku, perbuatan Tian Kie Cin Jin tidak menghasilkan akibat yang baik, jika Tian Kie Cin Jin tidak mencegah pertempuran atau pertandingan silat itu, mungkin kini keadaan di kalangan Bu Lim akan berlainan karena nama dan kedudukan masing-masing partai silat mungkin sudah teratur, dan partai-partai silat tak akan berlomba dan bermusuhan lagi, Sayang maksud yang baik dari Tian Kie Cin Jin itu hanya menambah iri hati dan persaingan lebih hebat di antara partai-partai silat belaka!"Pidato pembukaan tersebut telah menggemparkan suasana, Mata Souw Peng Hai menyapu keadaan di sekitarnya, lalu melanjutkan pidatonya "Kali ini partai Thian Liong telah mengundang selain jago-jago silat dari kesembilan partai silat, juga para jago silat yang tak termasuk partai atau golongan di kalangan Kang-ouw, untuk datang berkumpul disini dengan maksud saling mengenal, dan mengatur nama dan kedudukan yang masih dibuat perebutan selama beberapa ratus tahun ini. Kami dari partai Thian Liong pun akan menggunakan kesempatan ini untuk menguji kepandangai kami. Para hadirin dengan tidak menghiraukan perjalanan yang jauh dan waktu yang berharga telah memenuhi undangan kami, kami atas nama partai Thian Liong menghaturkan diperbanyak terima kasih!" demikian ia mengakhiri pidatonya, ia memberi hormat kepada para hadirin dan berjalan kembali ke dua anak yang berpakaian serba kuning mengibar- ngibarkan bendera merah, Segera terdengar suara terompet berbunyi suara terompet berhenti, Souw Peng Hai bangun dari tempat duduknya dan mengangkat cangkir tehnya, dan sambil tersenyum lebar ia berseru "Atas kunjungan para hadirin ke tempat kami yang terpencil ini, kami yang terdiri dari sisa kalangan Kang-ouw mungkin kurang hormat menyambut atau melayaninya. Maka atas nama partai Thian Liong kami minta dimaafkan!" Lalu ia minum tehnya dan duduk kembaliTerdengar Tu Wee Seng berkata "Souw Cong Piauw terlalu merendahkan diri Kata-katamu itu hanya dapat diucapkan kepada jago-jago silat yang memiliki ilmu silat sakti, kami jago-jago silat gadungan tak berani menerima pujian itu!" Lalu ia tertawa gelak-gelak sambil memandangi ke arah ketiga pemimpin partai Kun Peng Hai bangun lagi dan berkata Tu-heng salah menduga maksudku Aku sudah lanjut usianya, Mungkin aku hanya dapat memimpin partai Thian Liong beberapa tahun lagi. Meski betul partai Thian Liong baru berdiri lebih kurang dua puluh tahun, dan telah berhasil menggabungkan sisa dari kalangan Kang-ouw, tetapi orang-orang partai Thian Liong masih harus belajar dari kalian."Tu Wee Seng rupanya tak dapat menjawab sindiran itu, maka Sia Yun Hong bangun dari tempat duduknya, dan minta bicara, ia membungkukkan tubuh memberi hormat kepada para hadirin sebelum ia mulai bicara "SebetuInya para jago silat yang dipimpin Souw Cong Piauw semuanya memiliki ilmu silat yang maha tinggi sehingga partai Thian Liong yang hanya baru berdiri dua puluh tahun saja sudah menjadi terkenal di kolong langit sangat mengagumi Souw Cong Piauw dan para pemimpinnya, Akan tetapi dalam hal menerima atau menyambut tamu, kami tampak ada keganjilan. Ada yang disambut dengan kemewahan, ada pula yang disambutnya dengan sikap yang dingin, Oleh karena ini, kami mohon penjelasan!"Souw Peng Hai tertawa gelak-gelak dan berkata "Sia Totiang, aku situa bangka mengira Totiang akan memberikan kami petunjuk yang bermanfaat bagi pertemuan ini, tetapi ternyata Totiang hanya mengejek dan menyindir seperti Tu- heng dari partai silat Hua San. Ah, sayang sekali jiwa yang besar rupanya tidak dimiliki oleh tiap-tiap jago silat!"Ejekan yang pedas itu membikin Sia Yun Hong gusar sekali, dan ia ingin mendamprat kembali ketika Tu Wee Seng bangun dari tempat duduknya dan berkata "Souw Cong Piauw agaknya menganggap partai Hua San dan partai Thian Cong dapat dibuat permainan Kini tidak perlu kita mengadu Kdah, kita jangan membuang-buang waktu lagi, aku minta Souw Cong Piauw segera mengatur acara pertempuran!"Segera terdengar suata gaduh di antara para hadirin, karena semuanya telah mulai mengeluh atau saling memberi komentar Tiba-tiba pemimpin partai Siat San, Teng Lee bangun dari tempat duduknya dan berteriak "Souw Cong Piauw, kata-kata Tu-heng betuI! sekarang bukan waktunya kita mengadu lidah, Kila mengadu ilmu silat! Umumkanlah segera acara pertempuran!"Souw Peng Hai tetap tenang, bahkan ia tertawa gelak- gelak, ia berkata, suaranya keras Teng-heng, mengapa kau tergesa-gesa? sekarang masih pagi. Aku situa bangka akan memperlihatkan daerah di sekitar Twan Hun Ya ini sebelum kita mulai mengadu ilmu silat Aku kira acara demikian lebih bagus, Bagaimanakah pendapat kalian?"Hian Ceng Tojin berpikir "Maksud apakah dia mengajak melihat-Iihat keadaan tempat ini? Apakah dia memasang perangkap lagi?" ia ingin menyatakan pikirannya agar pertandingan silat segera dimulai tetapi Tu Wee Seng sudah bicara lagi "Maksud Souw Cong Piauw mengajak kami melihat-Iihat Twan Hun Ya ini memang bagus, tetapi tempat ini bukannya tempat yang luar biasa, kami segan melihat lagi, Acara itu dihapuskan saja!""Kata-kata Tu-heng itu seolah-olah merasa curiga terhadap partai Thian Liong," jawab Souw Peng Hai. "Meskipun kami ini sisa kalangan Kang-ouw, tetapi kami mengerti dan mentaati peraturan yang lazim di kalangan Kang-ouw, Tu-heng tak usah khawatir kami akan melakukan sesuatu yang keji!" Lalu ia bertindak keluar, dikawal oleh keempat iblis dari propinsi Sucoan,ia berjalan mengitari tempat-tempat dari kesembilan partai silat itu, dan minta para jago silat turut padanya agar ia dapat tunjukkan keadaan di sekitar tanah dataran tinggi Twan Hun Ya itu, Entah mengapa, semua jago-jago silat bangun dari tempat duduknya masing-masing dan berjalan mengikuti dengan sikap yang waspada,Tanah dataran tinggi Twan Hun Ya tersebut terletak di antara banyak puncak-puncak gunung, dan di waktu pagi hari diselubungi oleh awan-awan yang putih, Di bawah adalah jurang yang curam, dan siapa saja yang jatuh ke bawah tak akan tertolong lagi, Para jago silat baru mengerti mengapa tempat itu dinamakan Twan Hun Ya tanah dataran tinggi yang mencabut nyawa,Setelah Souw Peng Hai mempertunjukkan keadaan di sekitar tempat itu, ia berseru "Kalian telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri keadaan di sekitar Twan Hun Ya ini, segala kesan kalian akan kami terima dengan senang hati!" "Aku tak mempunyai kesan!" Sia Yun Hong menjawab dengan ketus,Souw Peng Hai mengurut-ngumt jenggotnya yang panjang, ia meraung seperti seekor naga sehingga suasana menjadi seram sekali, Lalu ia berkata Tu-heng tak usah mendesak Acara mengadu silat segera dimulai Kami berani mengundang semua jago-jago silat datang kesini, tentu saja kami ingin melihat kepandaian silat kalian, terutama dari partai Hua San..."sekonyong-konyong terdengar suara orang mendoa, dan Souw Peng Hai berhenti bicara untuk mendengari suara tersebut. Tiap-tiap perkataan diucapkan dengan tegas terang menarik perhatiannya para hadirin!Semua orang menoleh ke arah suara tersebut, dan mereka dapatkan bahwa suara itu datangnya dari tempatnya partai silat Siauw Lim. Seorang Hweeshio tua yang berjubah warna kuning bangun dari tempat duduknya, ia menyoja dan sambil memejamkan kedua matanya berkata "Kami Hweeshio- hweeshio dari Siauw Lim Pay jarang keluar dari lingkungan kampung halaman kami, terhadap soal batas membalas dendam atau pertandingan silat yang merupakan bunuh membunuh ini, kami tak harus turut serta, Akan tetapi kali ini undangannya Souw Cong Piauw, kami telah datang dengan tak menghiraukan akibatnya..."Terima kasih atas perhatian terhadap undangan partai Thian Liong kami!" sambutnya Souw Peng Hweeshio itu membuka matanya mengawasi Souw Peng Hai, ia meneruskan "Kami sebagai pemimpin partai silat Siauw Lim mesti memenuhi undangan Kami datang bukan untuk berebut nama atau kedudukan, tapi semata-mata untuk meredakan perselisihan di antara para hadirin!""Tetapi dengan cara apakah Taysu dapat meredakan- nya?" tanya Souw Peng Hai, Hweeshio itu menghela napas, lalu menjawabnya "Pada tiga ratus tahun yang lalu, peristiwa mengadu silat di atas puncak Sao Sit Hong mungkin masih diingat jelas oleh kalian. Kalian juga telah mengetahui berapa banyak korban telah runtuh di dalam pertempuran yang maha dahsyat itu! Hari ini Souw Cong Piauw, pemimpin partai silat Thian Liong, telah mengundang kalian dari kesembilan partai silat datang ke Twan Hun Ya juga untuk mengadu silatDan kali ini jago-jago silat yang datang untuk maksud tersebut jumlahnya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah jago-jago silat yang datang ke puncak gunung Sao Sit Hong pada tiga ratus tahun yang lalu, Aku yakin bahwa adu silat kali ini akan lebih dahsyat dan hebat, mungkin akan mengambil lebih banyak korban! Tetapi, bagaimanakah akibatnya nanti???"ia berhenti dan mengawasi jago-jago silat di sekitarnya, seolah-olah menanti jawaban atas pertanyaan itu,Tetapi semua orang membungkam. Mereka semuanya sedang memikiri peristiwa di puncak gunung Sao Sit Hong pada tiga ratus tahun yang lalu, dan nasib mereka masing- masing dalam pertandingan silat yang segara akan dilangsungkanPemimpin partai silat Siauw Lim itu meneruskan "Oleh karena itu, kami dari partai silat Siauw Lim inginmengajukan usul tentang pertandingan silat kali ini, dan mintapendapatnya kalian jika usul kami ini dapat diterima demi kepentingan semua!"Usul yang akan diajukan oleh pemimpin partai silat Siauw Lim itu menarik perhatiannya semua hadirin, terutama karena usul tersebut katanya untuk kepentingan mereka silat Siauw Lim ajukan usul Setelah mendengar pemimpin partai silat Siauw Lim bicara, Souw Peng Hai menyambut dengan kata-katanya "Jika Taysu ada usul, sudilah segera menjelaskan nya. Kami akan berusaha menerimanya jika beralasan!""Nama Souw Cong Piauw sudah terkenal dimana-mana, dan aku si Hweeshio tua ini menghormati Souw Cong Piauw yang pandai memimpin. Ilmu-ilmu silat dari berbagai-bagai partai silat atau golongan banyak sekali, akan tetapi jika kita menyelidiki lebih mendalam, dasar daripada ilmu-ilmu silat itu hampir serupa, Betul ilmu silat ada yang dikerahkan dengan tenaga luar, dan ada yang dikerahkan dengan tenaga dalam, ada yang kelihatannya keras, dan ada juga yang kelihatannya lemah dasarnya ialah menyerang dan membunuh lawan, dan mengegosi atau mengelit serangan-serangan lawan, Aku si Hweeshio tua ini merasa beruntung dapat berjumpa dengan jago silat dari kesembilan partai yang terkenal pada dewasa ini, Jika Souw Cong Piauw dapat mengubah pertandingan atau pertempuran silat kali ini menjadi suatu pertemuan untuk belajar mempelajari semua ilmu-ilmu silat dari semua partai- partai silat yang telah hadir disini, bukankah bermanfaat sekali bagi semua partai-partai silat umumnya dan semua jago-jago silat khususnya?"ia berhenti sejenak untuk melihat akibat dari usulnya itu. Lalu ia meneruskan "Jika usulku ini dapat diterima oleh Souw Cong Piauw dan para hadirin, maka kita dapat menghindarkan pembunuhan di antara kita, dan mungkin juga mengubah permusuhan menjadi persahabatan Sekianlah! OMiToHut!"Semua jago-jago silat berpikir setelah mendengar usul si Hweeshio tua itu, dan semuanya menghargai usul itu, Lalu Tu Wee Seng bangun dari tempat duduknya dan berkata "Tidak keliru jika dikatakan Taysu seorang yang suci dan luhur Usulnya telah membuktikan bahwa dia berusaha keras menghindarkan pembunuhan di antara kita, Tetapi belum tahu bagaimana pendapat Souw Cong Piauw yang telah mengundang kita datang ke sini!" Setelah ia mengatakan pikirannya, ia duduk kembali dan mengawasi semua jago-jago silat di sekitarnya, Rupa-nya jago-jago silat yang lain belum dapat mengatakan pendapatnya, karena semuanya masih juga duduk berpikirUsul pemimpin partai silat Siauw Lim yang disokong oleh Tu Wee Seng, pemimpin partai silat Hua San, tidak sedikit membikin Souw Peng Hai menjadi gelisah, ia bangun lagi dari tempat duduknya, dan berkata, suaranya keras "Usul Taysu yang disokong oleh Tu Wee Seng membuktikan bahwa mereka itu mempunyai hati yang baik, Tetapi aku yakin bahwa jago-jago silat dari partai-partai lainnya tak akan dapat menerimanya, karena pertemuan yang kami selenggarakan ini adalah suatu pertemuan yang luar biasa, dan baru dapat diselenggarakan setelah tiga ratus tahun semenjak pertemuan di atas puncak gunung Sao Sit para hadirin telah tidak menghiraukan perjalanan yang jauh dan waktu yang berharga untuk datang kesini dengan tekad mengadu ilmu silat, agar supaya nama dan kedudukan masing-masing dapat ditetapkan? Oleh karena itu, jika kita batalkan pertandingan silat ini berarti kita bekerja setengah jalan, Para hadirin yang terhormat! pikirlah dengan tenang sebelum kita batalkan pertemuan ini yang dapat membereskan perebutan nama dan mengakhiri iri hati di antara kita!"pemimpin partai silat Siauw Lim segera bangun dan berkata "Maksud semula Souw Cong Piauw sebetulnya bagus, tetapi kita harus menginsyafi bahwa pedang atau golok itu tak bermata, dan totokan atau jotosan itu tak mengenal kasihan. Di dalam pertempuran kita tak dapat mengendalikan napsu membunuh lawan kita, dan korban dari pertempuran demikian pasti ada! Menurut pendapat aku si Hweeshio tua, pertandingan ilmu silat ini dapat kita ubah menjadi pertunjukan kemahiran ilmu silat yang dilakukan oleh tiap-tiap jago silat, Dengan demikian kita semua dapat belajar men pelajari kepandaian mas ingin asin g, dan mungkin pula dapat mengikat tali persahabatan! Souw Peng Hai tak sabar lagi, Dengan kedua mata melotot ia berkata Tentang kemahiran ilmu silat masing-masing kita semua sudah mengetahui Sekali lagi aku tegaskan Kita datang kesini untuk membereskan perebutan nama dan kedudukan partai masing-masing agar supaya di kemudian hari kita tidak saling berselisih pula, Jika sekarang kita batalkan, maka pertemuan serupa ini yang kami telah usahakan dengan jerih payah tak dapat diselenggarakan lagi!"Tu Wee Seng yang mendengar tentangan Souw Peng Hai itu, dan menganggap bahwa partai Thian Liong sudah bertekad memperlihatkan keunggulannya, menjadi mur-ka. ia segera berdiri dan berkata dengan suara keras sekali "Souw Cong Piauw rupanya sudah bertekad menetapkan nama dan kedudukan dari semua partai yang telah diundang! Kamipun tak gentar mengadu ilmu silat!Nah, sekarang karena Souw Cong Piauw telah pertama menerima partai silat Kun Lun datang ke Twan Hun Ya ini, maka menurut aturan, partai silat Kun Lun yang harus bertempur melawan jago-jago silat dari partai Thian Liong! Para hadirin yang terhormat, setujukah dengan usul kami ini?"sebelumnya Souw Peng Hai dapat menjawab, Tong Leng Tojin dari partai silat Kun Lun telah bangun dan menjawabnya sambil tersenyum Tu-heng telah menghargai partai silat Kun Lun, dan telah ajukan usul untuk partai silat kami yang pertama melawan jago-jago silat partai Thian Liong, penghargaan tersebut, kami menghaturkan banyak terima kasih. Akan tetapi tentang urut partai silat yang mana harus bertempur adalah soal kita semua, tak dapat ditetapkan oleh Tu-heng seorang."Souw Peng Hai tertawa dan berkata "Tong Leng Totiang bicara betul! Mengatur urut itu bukannya soal perseorangan, Urut itu harus ditetapkan oleh kami! itu baru adil!"Sia Yun Hong dari partai silat Tiam Cong yang selalu membela Tu Wee Seng segera berdiri dan berkata "Partai silat Kun Lun sangat terkenal di kalangan Bu Lim, Jika partai silat Kun Lun bertempur pertama, kami anggap adil sekali!"Hian Ceng Tojin setelah memandang Suteenya, lalu berdiri dan berkata "Usul Tu-heng dan Sia Totiang kami sangat hargai, karena partai silat kami sangat dipuja! Namun partai silat kami tak berani keluar bertempur tanpa memperoleh persetujuan semua partai yang telah diundang, Aku pereaya bahwa Souw Cong Piauw yang menyelenggarakan pertemuan ini sudah mempunyai daftar urut tersebut Lebih baik kita serahkan kepada Souw Cong Piauw sajaf"Dari dalam saku di dadanya Souw Peng Hai mengeluarkan sehelai sutera putih yang tergulung ia buka gulungan tersebut dan sambil memegangi sutera itu ia berkata "Tentang urutan tersebut, aku si tua bangka sebetulnya sudah tetapkan sekarang kami bacakan nama-nama dari partai silat menurut urutan ini. Namun kalian masih dapat ajukan usul untuk mengubahnya!"Suasana segera menjadi sunyi senyap, karena semuanya ingin mengetahui partai yang manakah memperoleh kehormatan untuk keluar bertempur paling du!u. Semua perhatian ditujukan kepada Souw Peng Hai seorang,Souw Peng Hai menyapu semua hadirin dengan kedua matanya yang tajam, lalu mulai membaca nama-nama partai silat yang ia telah tulis diatas sutera putih itu dengan tenang dan nyata. Menurut urutan yang telah ditetapkan olehnya, partai silat Ngo Bie tereantum paling pertama, Ketika ia hendak membaca nama partai yang kedua, Tia Ceng, pemimpin ke empat dari partai silat Ngo Bie, lekas-lekas berdiri dan berkata "Souw Cong piauw terlampau menghormati partai silat kami." ""Partai silat Ngo Bie sangat dihormati dan terkenal di kalangan Bu Lim. Lagi pula partai silat kami dan partai silat Ngo Bie mempunyai dendam. Oleh karena itu kami sengaja ingin bertempur melawan lebih dahulu partai silat Ngo Bie Kami yakin partai silat Ngo Bie tak akan gentar melawan seorang jago silat dari partai kami." " jawab Souw Peng Hai dengan senyum menyindirTio Ceng Taysu sangat tersinggung dan mukanya menjadi merah, ia berkata "Souw Cong Piauw terkenal sebagai seorang jago silat yang lihay dan sebagai pemimpin satu partai silat yang besar, tidak seharusnya berbicara demikian! Mengapa kau harus menyebut-nyebut soal dendam! Dendam itu tak akan kami lupakan dan akan kami bayar sampai lunas! Nah, kita dapat bertempur sekarang!"Suasana segera menjadi tegang, karena Tio Ceng Taysu sudah maju keluar menantang partai Thian Liong,Tetapi Souw Peng Hai yang terkenal pintar, tak gentar dengan tantangan itu, Dengan tenang ia berkata pula "Kali ini kita hanya mengadu silat semata-mata, tentang soal dendam antara kedua partai silat kita, kita dapat membereskannya kelak, Aku minta Taysu ber-sabar!"Si Hweeshio tua dari partai silat Siauw Lim segera berbangkit dan berusaha meredakan suasana sambil men- doa "O Mi To Hut! pertandingan ilmu silat kali ini terlampau kejam. sebetulnya kita harus mencegahnya!"Souw Peng Hai tertawa getak-gelak dan berkata Taysu terlalu baik hati Aku si tua bangka menghargai kebaikan hati itu, Tetapi kami tak dapat membikin kecewa jago-jago silat dari kesembilan partai yang telah datang dari tempat-tempat jauh dan menghamburkan banyak waktu yang berharga untuk membereskan perselisihan yang telah berlangsung tiga ratus tahun ini!"Tiba-tiba terdengar seseorang berkata "Jika demikian nyata sekali Souw Cong piauw sudah bertekad bertempur melawan semua jago-jago silat dari kesembilan partai lainnya!"Semua menoleh ke arah orang itu, Orang itu berada di tempatnya partai silat Bu Tong, seorang yang penuh brewoican, bertubuh tegap, berjubah coklat, bersenjata pedang, dan seluruhnya menunjukkan seorang pemimpin yang dipandang dan ditakuti Dia adalah Ceng Hian Totiang, pemimpin partai silat Bu Tong,sebetulnya partai silat Bu Tong tidak lebih rendah daripada partai silat Siauw Lim dan ilmu silat Bu Tong sejajar dengan partai silat yang Wee Seng segera bangun dan berkata "Partai Thian Liong senantiasa mencari alasan yang bermusuhan terhadap lain-lain partai silat Ya, selama dua puluh tahun ini, orang- orang dari partai Thian Liong selalu berbuat sewenang- wenang di kalangan Kang-ouw seolah-olah orang-orang dari partai silat lainnya dapat diinjak dan dihina! Jika hari ini kami tak dapat memberi pengajaran kepada mereka, aku khawatir partai Thian Liong akan menjadi lebih congkak lagi!"Sia Yun Hong juga bangun dan menambahkan "Akupun berpendapat demikian Hari ini jika kita tidak membikin beres perselisihan dengan partai Thian Liong, maka seterusnya partai-partai silat lainnya tak dapat tempat lagi di kalangan Kang-ouw!""O Mi To Hut," puji pemimpin partai silat Siauw Lim-"Jika hari ini kita bertempur, maka seterusnya antara kita selalu ada dendam, partai silat kami telah diundang dan dipandang sejajar dengan partai-partai silat lainnya, Ke-datangan partai silat kami sebetulnya dengan maksud meredakan ketegangan, bukan untuk mempertunjukkan ilmu silat Siauw Lim, karena kami yakin akibatnya daripada pertempuran atau pembunuhan nanti. CERITASILAT SERIAL PENDEKAR SAKTI (1) PENDEKAR SAKTI OLEH: ASMARAMAN S KHO PING HO UNTUK KOLEKSI PRIBADI DIKUMPULKAN OLEH WAHYU WIDODO Sungai Huang-ho atau Sungai Kuning yang amat terkenal di Tiongkok itu menumpahkan airnya di laut Pohai, termasuk di Propinsi San-tung sebelah utara. Gu Long Naga Kuno nampaknya diam diam memilki kitab sakti yang menjadi sumber kesaktiannya berkarya. Kitab itu sudah tua sekali, berusia lebih dari seribu tahun. Ditulis di jaman sebelum adanya kertas yang katanya baru beredar di abad pertama sesudah masehi Sekitar 100 . Kurang begitu tahu, apakah original kitab sakti ini ditulis diatas helaian sutra atau tidak, juga kurang begitu tahu bagaimana caranya kitab yang banyak diminati orang ini bisa jatuh ke tangan Gu Long, yang jelas karya karya Gu Long banyak dipengaruhi kitab ini. Kesaktian kitab ini tidak hanya menyangkut yang berhubungan dengan silat saja, isi kitab ini juga digunakan dalam kiat berdagang, lebih lebih di dunia militer, bsa dianggap kitab suci mereka. Anehnya, kitab yang mengandung kesaktian hebat ini tidak diperebutkan orang. Yaa, beda dengan kitab kitab di dunia Chin Yong, Gu Long, Kho Ping Hoo yang biasanya dari segi jumlah tidak pernah lebih dari bilangan satu. Kitab kuno ini banyak sekali copyannya. Kemungkinan besar diantara kita pun ada yang memilikinya. Bagi yang belum punya, bisa pergi ke toko buku terdekat untuk membelinya. Oh ya, judul kitab ini adalah “Seni Berperang Sun Tzu” atau Sun Tzu the art of war. Jenis kalimat kalimat dibuku ini, jenis kalimat yang kalau dibaca kita langsung mengerti.... tapi tidak begitu paham maksudnya. Kecermelangan Gu Long adalah menginterpertasikan jenis jenis kalimat semacam ini dan menerjemahkannya dalam bentuk tipu muslihat yang berbelit dan mendetail, tak luput dengan dialognya yang manis.......... Tercermin dari hasil karyanya. Sun Tzu "Attack is the secret of defense; defense is the planning of an attack." Didunia cersil, acap kali kita ketemukan kalimat, “Menyerang adalah jurus bertahan yang paling hebat” yang dituturkan secara manis dibuku Peristiwa Bulu Merak yang mana salah satu karakter menyinggung, kehebatan Poh Ang Soat adalah kemampuannya untuk menyerang lebih dahulu lawannya pada detik ia hendak mau menyerang........ yang juga merupakan titik kelemahan yang fatal. Poh Ang Soat mampu memanfaatkan detik ini yang hanya sekejab sirna. Sun Tzu said The good fighters of old first put themselves beyond the possibility of defeat, and then waited for an opportunity of defeating the enemy. Teringat A-kit, Cia sam sauya Pendekar Gelandangan, yang walau berdiri seenaknya tapi mempunyai pertahanan yang kuat, dan potensi daya serang yang sulit ditahan. Rata rata jagoan Gu Long selalu sabar menunggu kesempatan yang paling baik untuk menyerang. "Haste may be stupid, but at any rate it saves expenditure of energy and treasure; protracted operations may be very clever, but they bring alamity in their train." “What the ancients called a clever fighter is one who not only wins, but excels in winning with ease.” Entah karena dipengaruhi oelh Sun Tzu atau tidak, pertarungan di cerita selalu dilakukan dengan cepat dengan kemenangan yang mudah Sebun Jui-soat di 4 alis. "In warfare, first lay plans which will ensure victory, and then lead your army to battle; if you will not begin with stratagem but rely on brute strength alone, victory will no longer be assured." Pendekar Budiman, Li Sun Hoan menganggap silat adalah seni, jika tidak terpaksa mana mau ia bertarung dengan tenaga kasar Brute force, dia bukan seekor kerbau. Sun Tzu said "Whoever is first in the field and awaits the coming of the enemy, will be fresh for the fight; whoever is second in the field and has to hasten to battle will arrive exhausted. Therefore the clever combatant imposes his will on the enemy, but does not allow the enemy's will to be imposed on him." Di buku yang sama, Gu Long menerjemahkan dengan ucapan Siangkoan Kim Hong kepada Hing Bu bing “Setelah pertarunganmu dengan Kwee si pedang baja, ditambah perjalanan bulak balik, sedikit banyak tenagamu telah turun tiga bahagian, sedangkan dia Li Sun Hoan menunggu dengan tenaga segar.” "we puzzle him by strange and unusual dispositions”........... This unexpected proceeding had the intended effect........ suspecting an ambush, he actually drew off his army and retreated. What Sun Tzu is advocating here, therefore, is nothing more nor less than the timely use of "bluff." Ketika Yap Kay Rahasia Mokau Kaucu dikejar oleh Suling Perak dari Mo Kau, tiba tiba menghentikan lentingan tubuhnya, seperti sebuah gansing yang berputar tiba tiba terpaku, tidak bergerak. Walau melihat kesempatan yang baik, Suling Perak tidak menyerang. Yap Kay adalah seorang cerdik, banyak akalnya, musuh yang paling tangguh yang pernah dihadapinya. Tidak mungkin ia memberi kesempatan padanya dengan begitu saja. “Apa maksumu?” tanya Suling Perak yang ikut berhenti. “Aku tidak bermaksud apa apa” jawab Yap Kay. “Kau tahu, jika kuserang tadi, kau sudah mati sepuluh kali” “Yaa, kutahu. Tapi aku juga tahu begitu aku berhenti, kau pun akan ikut berhenti dan tidak akan menyerang.” “Kalau tadi kuserang?” tanya Suling Perak dengan heran. “Maka aku sudah mati sebanyak sepuluh kali” jawab Yap Kay dengan santai. Suling Perak menyesal mengabaikan kesempatan baik yang sukar diulang itu. Banyak lagi adegan adegan di buku Gu Long yang didasari kitab kuno ini. Juga kata kata mutiara seperti “Kosong tapi isi, isi tapi kosong” Lao tse? yang bagi generasi kita kebanyakkan dianggap bull ini, dengan lihainya beliau ubah menjadi tipu muslihat yang cantik. Ketika Sim Long Pendekar Baja terjebak didalam makam kuno bersama Cu Jit Jit, Kim Bu Bong menuntut ratusan ribu tahil emas untuk kebebasan mereka. “Apa kau sangka aku keracunan” tanya Sim Long kepada Kim Bu Bong, “Kepandaian Sim-heng memang lain dari yang lain, tapi....?” “Tapi apa, Kim-heng...?” tanya Sim Long sambil berdiri. Sorot matanya tajam, tidak terlihat tanda tanda ia keracunan. Kim Bu Bong yang gentar menghadapi Sim Long, dengan cepat menghilang dibalik pintu rahasia. “Untung kau tidak keracunan, Sim Long!” seru Cu Jit Jit dengan gembira. Tiba tiba Tubuh Sim Long terkulai lemas. “Siapa bilang aku tidak keracunan. Hanya telah kugunakan sisa sisa tenaga terakhirku untuk berdiri. Untung dia dapat kugertak pergi.” tutur Sim Long dengan getir. “Sim Long, kau...!” bisik Cu Jit Jit dengan cemas. Tiba tiba terdengar suara tertawa Kim Bu Bong yang telah kembali ke kamar perangkap itu. “Tentu Sim-heng tidak menyangka bahwa dari ruangan sana, dapat kudengar percakapan Sim-heng.” “Apa yang hendak kau lakukan?” Jerit Cu Jit Jit kuatir. Kim Bu Bong menatap dengan tajam, katanya dengan perlahan “Mempunyai musuh seperti Sim-heng sungguk membuat sukar tidur nyenyak. Sedikitnya harus kukutungi keduat tangan dan kaki Sim-heng baru hatiku lega” Sim Long yang sudah terkulai lemas, tidak mampu untuk menjawab Kim Bu Bong yang kemudian mendekati dirinya yang tergeletak tidak berdaya. Ketika Kim Bu Bong mengulurkan tanganya, tiba tiba Sim Long bergerak dengan cepat menutuk urat nadinya. Sambil menghempas debu dari pakaiannya, sambil tersenyum ia berkata “Tentu Kim-heng tidak menduganya bukan” “Horeee.....Sim Long, kau sungguh hebat, ternyata kau tidak keracunan!” seru Cu Jit Jit dengan girang. “Kenapa kau....?” Kim Bu Bong tidak jadi bertanya. “Bukankah dengan sedikit main, Kim-heng dapat kutangkap dengan mudah” Inti sketch ini. Pas kita anggap Sim Long keracunan, ternyata tidak. Beberapa kalimat kemudian kita anggap Sim long tidak keracunan, malah keracunan. Begitu kita yakin lagi dia keracunan, ternyata malah tidak. Bolak balik situasi semacam ini yang tidak mudah ditebak, cocok dengan ujaran “Kosong tapi isi, isi tapi kosong”. Kemampuan Gu Long dalam hal menjabarkan secara detail, sukar untuk ditandingi. “God is in details” kata Donald Trump. KitabSakti Naga Kuno Gu Long Cin Keng Cerita Silat. 1 / 60. GAMBAR JURUS JURUS PERISAI DIRI Perisai Diri Maluku. Jurus Dan Gerakan Cimande PUSAKA MANGGALA YouTube. Jurus 5 Jurus Indah Dalam Pencak Silat Khas. Blog Kanuragan Extrem LATIHAN JURUS JURUS TENAGA DALAM 3. Serial Pendekar Sakti Bupunsu 3 Raja Pedang Jilid 007. Jenis Senjata Dan Macam Cerita Silat Lanjutan. Dulu kamu lucu,, dulu kamu gemesin,, dulu juga kamu ngangenin, tp sekarang kamu berubah.. Pendekar Manja membaca tulisan didinding sebuah goa yg tanpa sengaja ditemukannya.. Gak salah lagi dahulu goa ini pernah dihuni seseorang.. Ach.. Cemburu menghancurkan semua Nya.. Betapa Mata ingin melihat, betapa tangan ingin membelai betapa bibir ingin bisikan Cinta tp kebencian mengalahkan segalanya.. Satu lg tulisan yg terukir indah pada sebuah patung bidadari cantik.. Dimana dibawah kaki patung cantik itu terdapat 3buah kitab tua.. Berdebar hati pendekar Manja, iya sentuh kitab itu ia bersihkan debu yg menempel.. Tampak tulisan pada sampul kitab itu.. KITAB ILMU SILAT JURUS PATAH HATI.. Gak salah lagi goa ini dahulu dihuni seorang pendekar sakti yg mengasingkan diri.. Penasaran pendekar Manja bersihkan kitab yg kedua disana tertulis Kitab JURUS ILMU SILAT KUCING KAWIN, wadohh jurus enak niy hahaha. Dan kitab yg ketiga tertulis Kitab ILMU SILAT KUCING PIPIS.. hmmm ternyata kitab2 ini adalah kitab yg selama ini dicari2 dan diperebutkan kaum dunia persilatan.. Hmm jodoh g kemana2 para pendekar baik dari golongan hitam maupun putih berlomba2 berburu kitab2 ini malah pendekar Manja yg menemukan tanpa sengaja hehe.. Pembaca pendekar Manja nya pamit dulu mau berlatih jurus2 baru berkelebattt hahahah.. . jackygiar

BuKek Kang Sinkang -- Goresan di Sehelai Daun -- Mustika Kemala Pelangi -- Nilai Lebih dan Keindahan Cerita Silat -- Tokoh Tokoh Dunia Persilatan -- Bedah Karakter Kreasi Gu Long -- Kitab Sakti Naga Kuno (Gu Long Cin Keng) -- Usia, Faktor Penentu Selera dalam Memilih Cersil. Proyek keroyokkan: Gambar di Langit Kamar: Sebuah Kerangka di dalam Gua.

Jilid 10Si orang tua tak mempunyai betis, ia berdiri dengan menggunakan kedua lututnya, Rambutnya yang panjang terurai-urai tak terurus, Kedua matanya kosong, karena biji matanya telah dicongkel keluar Kedua lengannya terbelenggu dengan dua lingkaran besi yang dijepitkaiL Suara dari lingkaran besi tadi adalah suara mata rantai jika orang itu keadaan si orang tua itu. Co Hiong berpikir "Orang yang telah begini cacad, dan terbelenggu dengan rantai besi di dalam gua masih dapat hidup?" Lalu ia menjawab pertanyaan si orang tua "Aku telah menderita luka parah, dan mungkin lekas mati. Bagaimanakah aku dapat mencelakakan orang lain? Lagi pula, aku tak kenal mengenal dengan kau dan tiada alasan menjadi musuh satu pada yang lain."Ketika itu kudanya berbunyi, dan si orang tua menanyai "Apakah kau datang dengan berkuda?"Co Hiong coba bangkit tetapi sia-sia, karena ia tak bertenaga lagi. ia menyahut "BetuL Kuda itu... aku... aku yang tunggangi. h Si orang tua tertawa dan berkata lagk "Apakahkau ingin hidup atau mati?""Mati atau hidup bagiku tak menjadi soal lagi!" sahut Co ramah tamah si orang tua berkata "Jika kau ingin mati, mudah sekali, Aku hanya pukul lambungmu sekali, kau segera mati, Atau aku potong buntung kaki tanganmu, dan paksa kau'tinggal bersama aku seterusnya di dalam gua ini. Tetapi jika kau masih ingin hidup, aku dapat menyembuhkan luka-lukamu, dan juga akan menurunkan kepandaianku kepadamu Tapi ada satu syarat yang harus kau sanggupi melaksanakannya."Dengan tersenyum Co Hiong menyahut "Aku khawatir kau tak dapat menyembuhkan luka-lukaku yang berat ini." Lalu si orang tua itu meraba-raba seluruh tubuhnya Co Hiong dan berusaha menyelidiki letak luka-lukanya. Kemudian ia berkata lagi "Betul! Jago-jago silat di kalangan orang-orang sakti yaitu di kalangan Bu Lim yang dapat menyembuhkan luka-lukamu ini jarang sekali, Kau telah dibikin lumpuh dengan ilmu yang melukai jalan-jalan darah dan urat nadi dengan menembusi tulang-tulang, ilmu melukai dan melumpuhkan musuh ini hanya dipunyai oleh sedikit orang, dan untung sekali orang yang telah melumpuhkan kau ini kepandaiannya atau silatnya tidak tinggiOleh karena itu, kau masih dapat ditolong ilmu melukakan melalui tulang-tutang ini diciptakan pada tiga ratus tahun berselang oleh seorang sakti dari pegunungan Altai yang bernama San Im Shin Ni. Kemudian San Im Shin Ni itu pernah mengadu ilmu silat terhadap Hian Kie Cin Jin, seorang jago silat nomor wahid di kolong langit di zaman itu. Mereka bertempur selama tiga hari tiga malam, Meskipun pertarungan telah berlangsung lebih dari lima ratus jurus, namun masih belum ada yang kalah atau yang hari keempat, masing-masing telah menggunakan ilmu tenaga dalamnya yang berangsur-angsur kedua-duanya telah menderita luka parah. Mereka mengetahui bahwa tak dapat hidup lebih lama lagi, dan pada saat itu mereka berubah menjadi kawan, dengan masing-masing berjanji menurunkan silatnya masing-masing yang tinggi, dan dicatat dalam tiga kitab yang diberi nama "Kui Goan Pit dalam beberapa ratus tahun kemudian, semua jago-jago silat dari kalangan Bu Lim berusaha sekuat tenaga mencari kitab-kitab tersebut Tetapi menurut pahamku, sehingga dewasa ini, belum ada orang yang berhasil memperoleh kitab Kui Goan Pit Cek itu. " ia tidak melanjutkancerita nya. ia merenung sejenak, lalu menanya Co Hiong "Sebetulnya orang yang telah melukakan atau melumpuhkan kau ini siapakah?" Co Hiong sebenarnya pernah mendengar kitab Kui Goan Pit Cek dari Souw Peng Hai dan dari ayah ang-katnya. penuturan tentang kitab tersebut yang diberikan oleh orang tua itu semuanya cocok. ia menjadi tertarik akan pembicaraan orang tua itu. ia berpikir "Orang tua ini, meskipun telah kehilangan kedua betisnya, kedua matanya, dan hidup terantai di dalam gua ini dengan lengan kanannya juga sudah menjadi lumpuh, tetapi ia masih dapat hidup dengan hanya satu tangan kirinya. Ia pasti bukan orang sembarangan ia mungkin seorang sakti dengan ilmu silat yang tinggi luar biasa. "Dengan pendirian itu, ia menjawab pertanyaan si orang tua "Aku betul telah dilukai dengan cara yang curang. Tentang siapa orangnya, aku masih belum dapat ingat"Si orang tua tadi menanya, ia duduk termenung, seolah- olah memikirkan peristiwa-peristiwa yang lampau, dan menyakitkan ia membentak "Sebetulnya kau ini siapa?Mengapa kau dapat mencari tempatku di sini?! Bukankah kau dari partainya Leng Yan, karena aku yakin bahwa ia akan menggunakan segala siasat busuk untuk mencuri dan mempelajari ilmuku." ia gemetar ketika membentak ia taruh tinjunya di atas dadanya Co Hiong, Kalau tangannya digerakkan hanya satu tumbukan, maka Co Hiong akan segera menjadi mayat!Seperti telur di ujung tanduk, Co Hiong yakin bahwa segera ia menjadi tewas jika si orang tua betul-betuI menumbuk d ada nya. Entah mengapa Co Hiong pada ketika itu ingin hidup lagi untuk membikin pembalasan kepada orang yang telah membikin ia lumpuh, Dengan nada memohon ia menyahut "Kalau kau ingin membunuh aku, bunuhlah Aku telah dibikin lumpuh oleh orang yang aku tak ingat lagi, dan aku pun tidak sengaja datang ke mari. Kudakulah yang membawa aku kemari dalam keadaan setengah sadar, Tentang Leng Yan itu siapa, aku tidak mengenalnya, Aku pun tidak mempunyai maksud datang ke sini untuk mencuri kepandaian atau ilmu, jiwaku ini beradt di tanganmu ini, Kau dapat berbuat segala apa terhadap aku."penjelasan itu telah banyak meredakan si orang tua yang bicara kepada dirinya sendiri ilmu memukul urat nadi dan melukai jalan darah dengan melalui tulang-tulang yang diciptakan oleh San Im Shin Ni dari pegunungan Altai, disampingku ini, si pendeta tua, hanya muridku yang durhaka itu, bernama Sin Hut Leng Yan, yang mengetahui Mustahil di kolong langit ini ada orang yang ke tiga mengetahuinya ?"Dengan tidak diminta Co Hiong menyahut "BetuI tentu, Semua ilmu atau kepandaiannya San Im Shin Ni telah dituturkan di dalam kitab Kui Goan Pit Cek, bukan? Menurut pendapat ku, ilmu seperti apa yang kau derita ini tentu juga terdapat dalam kitab itu, jika ada orang yang telah berhasil memperoleh kitab mujizat itu, maka orang itu dapat menggunakan ilmu itu." i Si orang tua menarik napas panjang sebelum berkata Iflgi "Jika orang itu berhasil memperoleh kitab Kui Goan Pit Cek, maka orang itu dapat mempelajari dan memahami semua ilmu dari Hian Kie Cin Jin disamping !1mu- ilmunya San Im Shin Ni, dan dengan demikian dapat menjagoi di kolong langit"Sikap dan wajah orang itu menunjukkan bahwa ia khawatir sekali, bahkan iri hati kalau kitab Kui Goan Pit Cek itu betul- betul telah diketemukan orang, "Hai! Orang tua yang cacad ini masih ingin menjagoi di kolong langit!" demikian pikirnya, Dengan tidak terasa ia berkata "Jika kitab Kui Goan Pit Cek itu belum diperoleh orang, mungkin kau juga tidak dapat menjagoi di kolong langit!"Ejekan tersebut membikin si orang tua itu marah lagi, ia membentak "Siapa bilang tidak bisa?!" Lalu ia kebat tangan kirinya yang ia masih dapat gunakan dengan leluasa, segera terdengar batu dan tanah dari tembok gua itu gempur dan jatuh ke tanah!Co Hiong terkejut menyaksikan tenaga yang luar biaa dahsyatnya itu, ia berpikir "Lihay betul! Orang tanpa kaki tanpa mata dan hanya mempunyai lengan kiri mempunyai tenaga yang luar biasa hebatnya! Mungkin ayah angkat dan guruku, Souw Peng Hai, juga tak dapat menandingi dia!"Dengan suara yang menunjukkan kegemasannya, si orang tua itu berseru "Jika aku si tua bangka ini tidak dianiaya orang yang busuk, aku pasti telah berhasil memperoleh kitab Kui Goan Pit Cek itu. Setelah aku pelajari semua isi kitab itu, aku bakar habis, dan aku pasti menjagoi di kalangan Bu Lim!"Co Hiong terkejut melihat sikap yang tamak dari si orang tua itu, ia menduga bahwa si orang tua telah dirantai di dalam gua oleh musuh-musuhnya, dan bahwa si orang itu sangat berangasan dan congkak sehingga banyak orang yang membenci pada nya. ia mengetahui pula orang tua itu mudah diobor, ia sengaja mengejek lagi Tetapi aku masih juga tak yakin kau bisa berhasil mencari kitab itu!"Si orang tua menyahut dengan beringas "Kau tidak pereaya omonganku? Semua yang aku telah uraikan dapat aku buktikan sekarang!""Aku dapat menyembuhkan kau sekarang asal saja kau menyanggupi melakukan suatu urusan untuk aku," kata orang tua itu,Co Hiong menanyai "Syarat apakah yang aku harus tunaikan?""Aku menghendaki kau sebagai muridku dan tinggal bersama-sama aku di dalam gua ini selama satu tahun. itulah syaratku!" kata si orang Hiong berpikir sejenak, lalu menyahut "Syarat itu tidak berat Aku tentu dapat melakukannya."Si orang tua berkata lagi "Di dalam satu tahun itu aku akan mengajarkan semua ilmu silat dan kepandaianku kepadamu, Dan setelah satu tahun, aku yakin betul bahwa ilmu dan kepandaianmu telah mencapai puncak kesempurnaan Dan kau harus pergi membunuh mati Suhengmu kakakseperguruan dan kepalanya kau harus bawa kepadaku, Apakah kau sanggup dan berani me- lakukannya?"Co Hiong tak dapat menjawab karena ia berpendapat bahwa perbuatan membunuh itu sangat kejam, dan bahwa menurut sepengetahuannya, belum pernah ada seorang guru silat yang menyuruhnya membunuh saudara satu lengan kirinya si orang tua itu mengangkat tubuhnya Co Hiong sambil membentak" Apakah kau tahu bahwa Suhengmu itu telah melanggar perbuatan kesusilaan! ia takut aku menghukum pada nya, ia telah meracuni aku, memotong buntung kedua betisku, dan mencongkel keluar kedua biji mataku. ia juga meran-taikan aku di dalam gua ini selama tiga puluh tahun lebih, Cobalah kau pikir, apakah perbuatannya itu tidak kejam! apakah ia tidak harus dibunuh? Sebagai seorang guru aku harus menghukum muridnya yang durhaka, bukan? ia telah perlakukan gurunya seperti ini!Apakah ia tidak harus dibunuh?"Barulah, Co Hiong mengetahui bahwa orang tua ini telah dianiaya muridnya sendiri ia segera menyahut "Murid yang durhaka itu memang harus dibunuh! Teceu pasti akan membunuh ia untuk membalas kekejamannya terhadap Suhu!jawaban itu membikin si orang tua sangat girang, ia lepaskan cekalan tangannya yang mengangkat Co Hiong tadi dan berkata dengan tenang "Suhengmu yang durhaka itu sudah tinggi sekali ilmu silatnya. Dengan ilmu silatmu yang kau punyai sekarang, aku khawatir akan kau tak dapat melawan dia. Yang aku hendak ajarkan kepada kau ialah ilmu silat dari San Im Shin Ni dari pegunungan Altai, Semasa aku masih muda, aku pernah pergi ke daerah ke sebelah barat dan dengan tak disengaja aku telah dapat mencari tempat berlatihnya San Im Shin Ni, dan dengan beruntung aku menemui sebuah catatan-catatan tentang ilmu sifat dari San Im Shin Ni yang sakti lalu mempelajari ilmu yang tereatat di dalam kitab catatan itu, dan setelah berlatih masak-masak jurusku rus dari jurus ilmu silat tersebut, aku telah menjadi seorang jago silat yang luar biasa, Namun, ilmu yang aku telah pahami tidak sempurna jika tidak ditambah dengan ilmu-ilmu yang tertulis di dalam kitab Kui Goan Pit Cek. Aku dipenjara di dalam gua itu, dan tidak lantas dibunuh oleh muridku yang jahat dan kejam itu, karena ia masih berharap membujuk aku mengajari ia ilmuku yang tinggi!"Co Hiong mendengar penuturan itu dengan penuh perhatian, dan hampir ia lupa kepada luka-luka yang ia sedang derita, Si orang tua itu, meskipun sudah hilang kedua matanya, akan tetapi dengan ilmunya yang tinggi, hanya dengan mendengar hembusan angin ia dapat juga mengetahui gerak-geriknya Co Hiong, Oleh karena itu ketika Co Hiong coba bangkit, ia segera memegang tubuhnya dan menanyai "Kau mau berbuat apa?"Dengan meringis Co Hiong menjawab "Teecu hendak bangun, tetapi tidak bisa, Rupanya di dalam tubuhku luka-luka ini makin hebat, karena Teecu murid merasakan makin sakit Dengan bergerak sedikit saja, Teecu merasa sakit di seluruh tulang-tulang!"Dengan tersenyum si orang tua berkata "Aku lupa mengobati kau." Lalu ia balikkan tubuhnya Co Hiong agar ia berbaring tiarap, Pertama ia menggunakan cara membebaskan delapan jalan darah penting di dalam tubuhnya, Setelah darah beredar lagi melalui jalan-jalan darah itu, ia mulai membebaskan delapan belas pipa darah dan delapan belas urat syaraf yang penting di dalam tubuh dan kaki tangan, dan yang mengendalikan jantung, paru-paru, ginjal dan sebagai nya. Kakek itu melakukan cara pengobatan itu dengan memijat, memencet, mengurut dan menggosok bagian-bagian yang perutDengan tak terasa lagi Co Hiong tertidur ia terus tidur selama lebih kurang delapan jam, dan ketika ia mendusin, ia merasa tidak sakit Iagi, ia buka kedua matanya, dan mencoba bangun, ia merasa masih lemas, seolah-olah orang yang baru sembuh dari penyakit berat Dengan tersenyum kakek berkata "Sekarang aku harus menggosok seluruh tubuhmu agar darahmu beredar dengan leluasa, Untung kau telah berada di sini pada waktunya, Jika tidak maka orang tidak akan dapat melihat kau lagi!" Co Hiong hanya diberikan air minum, dan kemudian ia tertidur lagi, Selama tiga hari Co Hiong hanya diberikan air minum, dan setiap hari sang kakek menguruti seluruh tubuhnya Co hari ke-empat Co Hiong baru diberikan obat yang terdiri dari daun-daun obat-obatan, dimasak dan diminum airnya, Setelah lewat sembilan hari dan selama itu Co Hiong selalu berbaring, pada suatu pagi orang tua itu berkata "Nah, sekarang kau dapat bangun, dan boleh makan apa saja yang kau mau, Aku telah mengobati kau dan menjaga kau selama sembilan hari, aku pun merasa letih, Aku harus beristirahat Esok pagi aku mulai mengajarkan kau ilmu silat!" Lalu ia pun berbaring di tanah dan coba tidurPernyataan itu sangat menggirangkan Co Hiong, ia segera bangun, ia tak terhingga girangnya, karena ia merasa sehat dan segar kembali, Seluruh sakit di dalam tubuhnya hilang, dan ia pun merasa tenaganya telah pulih sebagaimana sediakala, ia coba berjalan-jalan di dalam itu, ia pun menyelidiki keadaan di dalam gua yang hanya seluas tiga kamar biasa, Rantai yang mengikat si orang tua itu terpendam di dalam tembok gua, dan rantai itu cukup panjang untuk kakek bergerak di dalam gua tersebut Di satu sudut terletak satu keranjang penuh dengan makanan dan buah-buahan, satu gentong yang penuh dengan air bening dan bersih, Co Hiong merasa heran dari mana makanan, buah-buahan dan air minum itu,Keesokan paginya, si kakek mulai mengajarkan ilmu silat kepada Co Hiong, dan selama mengajarkan itu sang kakek tidak bicara, tetapi dengan tekun dan penuh perhatian mengajarkan jurus-jurus yang sulit kepada muridnya, Co Hiong mengerti akan sikap dan tabiat orang tua itu. Orang yang dikurung di dalam gua bisa menjadi ganjil dan aneh sikap dan tabiatnya. Jika orang yang kurang kuat syarafnya, mungkin orang itu sudah menjadi gila dikurung di dalam gua selama puluhan tahun. Dengan paham ini. Co Hiong bertekad akan bersikap sabar dan taat terhadap kata-kata gurunya,Pada saat malam orang tua itu mulai menanya riwayatnya Co Hiong, ia terpaksa membuat suatu riwayat barunya atau palsu, Demikian tuturnya "Ayahku sebenarnya mempunyai satu bengkel senjata, Karena ia mempunyai musuh, maka pada suatu hari bengkel nya dibakar oleh musuhnya yang dibantu kawan-kawannya. Untuk membela diri dari pembakaran dan perbuatan yang kejam itu, ayahku telah melawan dan tewas dalam pertempuran ilu. ibuku tak ingin hidup sebagai janda, ia pun membunuh diri Aku dapat meloloskan diri dan kabur ke arah barat, dan telah masuk ke daerah pegunungan Ci Lian San dengan maksud menghindari pengejaran musuh. "penuturan itu lebih dahulu ia karang masak-masak, maka ia dapat menuturkannya dengan lancar Tapi si orang tua mendengar akan penuturan itu, ia menjadi gemas sekali, ia berkata dengan murka "Jika kau ingin membalas dendang kau harus belajar dengan tekun serta rajin. Aku tidak omong besar, jago-jago silat pada dewasa ini yang dapat menandingi aku hanya beberapa gelintir saja. " ia berhenti, lalumeneruskan "Apakah yang melukai kau itu juga musuh- musuh besarmu?"Co Hiong menyahut "Teecu belum melihat wajah-nya, tapi ia telah membikin Teecu tak berdaya, Apakah musuh-musuh yang mengejar itu yang melukai aku? Aku pun tak mengetahuinya."Si orang tua tidak menanya lebih jauh, ia terus memberikan petunjuk-petunjuk dari jurus-jurus ilmu silat Hiong memang sangat pintar dan sangat cerdas, maka setelah ia dilukai dengan hebat yang hampir-hampir ia harus tebus dengan jiwanya, ia belajar dan memperhatikan segala sesuatu yang diajarkan bulan telah berselang, orang tua itu juga mulai berubah sikapnya, dan perlahan demi perlahan ia pandang Co Hiong seperti anak kandungnya, Pada suatu hari orang tua itu berkata "Kau telah menjadi muridku, aku pun menganggap kau seperti anak kandungku Mungkin kau juga ingin mengetahui namaku, dan aku pun ingin mengetahui nama gurumu yang dahuIu."Co Hiong menjadi bingung dan sangsi, ia berpikir "Celaka!Orang tua ini betul-betul ganjil, Aku telah belajar ilmu silat selama hampir satu bu!an, dan ia jarang sekali bicara meskipun dalam soal apa sekalipun Aku harus jangan bikin ia menjadi gusar lagi."Kemudian si orang tua tersenyum dan berkata "Ka-lau aku tak menerangkan aku ini sebetulnya siapa, kau takkan dapat mengetahuinya, karena di kalangan Kang-ouw juga tidak seberapa orang yang mengetahui aku."Dengan tersenyum Co Hiong berkata "Suhu yang berilmu silat tinggi telah terasing dari kalangan Kang-ouw sudah puluhan tahun tentu saja tidak banyak orang yang mengetahui nama suhu, Tetapi emas yang murni tak usah diuji."Apakah kakek itu senang mendengar omongannya Co Hiong, Tapi tidak bicara apa-apa. ia rupanya sedang merenungkan peristiwa yang lampau, Barulah kemudian ia menarik napas panjang dan berkata "Selama berpuluh-puluh tahun aku telah melatih ilmu silat dengan maksud menjagoi di kalangan Kang-ouw. Oleh karena itu, selainnya urusan atau berlatih ilmu silat, aku pusingkan urusan atau pekerjaan telah urusi kuil Toa Ciok Sie kepada suhengmu, Leng Yan, agar aku dapat mencurahkan semua perhatianku kepada ilmu silat saja, kemudian setelah aku menjadi mahir betul, aku harus berkecimpungan di kalangan Bu Um. Aku turun gunung dan dengan seorang diri berkeliling di banyak tempat Pada dewasa ini partai silat Siauw Lim dan partai silat Bu Tong yang paling terkenaI. Untuk menguji kepandaian silatku, aku bermaksud melawan jago-jago silat dari partai tersebutPertama aku pergi ke propinsi Hupeh dan mencari markas partai silat Bu Tong, sebetulnya aku tak mempunyai musuh atau dendam terhadap orang lain, Maksudku tidak lain hanya hendak menguji ilmu silatku saja, Untuk maksud itu aku menyamar sebagai seorang dari kalangan Kang-ouw. Pada suatu malam aku menerobos masuk ke dalam kuil Sam Goan Koan, markas partai silat Bu Tong, yang terletak di atas puncak Cit Seng Hong di pegunungan Bu Tong San, dan aku sendiri melawan empat jago-jago dari partai Bu Tong dengan hanya menggunakan kedua tangan, sebaliknya lawan- lawanku menggunakan pedang,Aku dapat melayani mereka berempat Selama lebih kurang tiga ratus jurus, dan mereka tak berhasil menundukkan aku." Di sini ia tampaknya sangat gembira mengingat zaman emas nya, dan merasa bangga dapat melawan empat jago- jago silat dari partai Bu Tong yang sangat terkenal Hiong segera dapat mengetahui bahwa gurunya ini tidak jahat, ia hanya ingin menguji kepandaian silatnya, ia berkata "Suhu dengan tanpa senjata melawan empat sayhu guru silat dan boleh dikatakan selama seratus tahun belakangan ini tidak akan terjadi seperti yang suhu alami itu. Jika peristiwa itu tersiar pasti akan menggemparkan kalangan Bu Lim."Si orang tua goyang-goyang kepalanya sambil menarik napas, ia berkata Tetapi meskipun keempat sayhu dari partai silat Bu Tong itu tidak terkalahkan olehku, mereka menjadi gusar karena tak dapat menawan aku. sebetulnya setelah bertempur hampir tiga ratus jurus tidak ada lagi yang kalah, aku pun ingin berhenti bertempur Lagi pula ketika itu hampir fajar Aku segera menerjang keluar dan dapat melewati semua penjagaan yang rapat Dari pegunungan Bu Tong sana aku menuju ke pegunungan Siong San di mana terletak kuil Siauw Lim Sie." Co Hiong menanyai "Apakah suhu juga bertempur melawan jago-jago partai silat Siauw Lim? Teecu pernah dengar orang bereerita bahwa letaknya kuil Siam Lim Sie"di pegunungan Siong San itu, Dalam kuil Siauw Lim Sie banyak sekali Hweeshio-hweeshio. Banyak juga jago-jago silat yang tertawan di dalam kuil itu, karena jarang sekali"Jago-jago silat berhasil meloloskan diri dari kuil itu."Si kakek tertawa gelak-gelak dan menjawab "Hwee-shio- hweeshio di dalam kuil Siauw Lim Sie betul-betul lihay sekali silatnya dan terkenal di kalangan Bu Lim. Di dalam kuil itu ada kamar yang namanya Cong Keng Kok, Semua surat-surat penting tersimpan di dalam kamar ituu Begitu aku masuk ke dalam kuil, kebetulan sekali aku masuk ke dalam kamar Cong Kek Kok itu, Dengan demikian aku telah menimbulkan kemurkaan mereka, aku diserang sekaligus oleh lima guru silat dari kuil itu, pertempuran itu betul-betul dahsyat!" Bereerita sampai di sini ia tampak sangat gembira, dan menutur sambil mempetakan dengan lengan kirinya dan gerak tubuhnya memperlihatkan tangkisan atau serangannya ketika melawan lima guru Siauw Lim Sie itu."Dengan tangan kosong aku telah berhasil tandingi empat guru dari partai silat Bu Tong, Lima guru partai Siauw Lim pun tak dapat menggempur gurumu ini." ia meneruskan sambil menepuk-nepuk dada dengan lengan yang tinggal sebelah itu. "Dalam kalangan Bu Lim di kala itu ada tiga partai yang terkenal, dan partai silat Siauw Lim menduduki tempat pertama, Lima guru silat Siauw Lim itu semuanya bukan main lihaynya, tapi dengan tangan kosong aku dapat melawannya selama dua ratus jurus lebih, bahkan soal satu diantaranya aku telah tendang jatuh satu dari mereka,Akan tetapi pikirnya karena aku dapat menaklukkan mereka, aku merasa bahwa aku masih kurang pengalaman Aku terus mengembara ke daerah barat, dan berkelana ke beberapa propinsi-propinsi di sebelah barat selama sepuluh tahun lebih, Pada suatu hari dengan tidak disengaja aku tiba di tempat berlatihnya San Im Shin Ni, di mana aku beruntung menemui buku catatannya yang memuat segala siasat dan jurus-jurus silat Aku terus berdiam di pegunungan Altai untuk selama tiga tahun berlatih ilmu silat menurut petunjuk-petunjuk dari kitab catatan merasa diri mahir betul, aku kembali ke kuil Ciok Sie di pegunungan Ci Uan San. Lalu aku mulai mengajarkan Leng Yan, Leng Hai dan Leng Kong, Leng Hai dan Leng Kong tidak senang terhadap mereka ber-dua. Aku lebih sayang kepada Leng Yan yang cerdas. Tetapi aku tak menyangka Leng Yan yang aku sayang itu telah berlaku durhaka dengan memotong buntung kedua betisku, mencongkel keluar kedua biji mataku, dan membelenggu aku dengan rantai ini di dalam gua ini selama tiga puluh tahun!" ia berhenti dan menggebrak tanah dengan sangat geregetnya mengingat kekejamannya murid itu, Lalu ia mencengkeram pundaknya Co Hiong, dan menanya dengan suara keras "Suhengmu itu Leng Yan, betul-betul durhaka, ia telah meracuni aku, dan membikin aku cacad! Tidak kejamkah!?"cengkeraman di pundaknya membikin Co Hiong tak dapat berkutik ia menjerit kesakitan "Suhu! Suhu! Lepaskanlah cengkeramanmu. Teecu ini Co Hiong, bukannya Leng Yan!"Si kakek perlahan-lahan lepaskan cengkeramannya, dan berkata "Maaf, aku lupa bahwa kau adalah muridku yang baru aku terima. Dalam gusarku aku telah lupa akan perbuatanku!"Co Hiong baru merasa lega setelah orang tua itu melepaskan cengkeramannya, tetapi ia menyengir karena sakit."Aku lupa, aku betul-betul lupa jika mengingat muridku Leng Yan, yang durhaka dan kejam itu, sekarang bersama sutenya, Leng Hai dan Leng Hong, ia memimpin kuil Toa Ciok Sie di salah satu puncak pegunungan Ci Lian San ini. Apakah kau ingin mengetahui gurumu ini siapa?" berkata si orang tidak berani," kata Co Hiong,"Hei! sebagai murid kau harus menanyakan siapa dan apa nama gurumu!" membentak si orang tua, sambil memegang pundaknya Co Hiong dan mendorongnya keluar pegangan di pundak itu lebih lihay daripada totokan, karena Co Hiong segera merasa lumpuh seluruh tubuhnya,Co Hiong berpikir setelah ia terdorong jatuh di tanah, "Hm!Guruku ini betul-betul gi!a. sebentar ia sayang aku sebagai anak kandung dan sebentar ia benci aku seperti anjing, Aku bisa bakar dia hidup-hidup di dalam gua dengan menggunakan kayu-kayu atau daun-daun kalau ia mati, aku tak dapat mempelajari ilmu silatnya yang lihay, Lagipula guruku ini mungkin masih menyimpan buku catatan dari San Im Shin Ki. Kui Goan Pit Cek yang sangat berharga belum berhasil diperoleh jago-jago silat Bilamana aku bisa dapatkan kitab catatan itu, aku akan dapat menjagoi di kalangan Kang-ouw. Biarlah aku bersabar meskipun aku diperlakukan seperti anjing-anjing, Setelah ketetapan demikian itu, ia lalu masuk kembali ke dalam kakek bisa mengetahui gerak-geriknya Co Hiong. ia tunggu sampai Co Hiong datang dekat sekali, tiba-tiba ia mencengkeram bajunya dan membentak "Hei! Mau apa kau kembali lagi!"Dengan suara memohon Co Hiong menjawab Teecu tidak berbuat salah dan melakukan suatu kekeliruan Tetapi suhu telah melemparkan Teecu keluar."Dengan suara mengejek kakek itu berkata lagi "Aku telah mengajar tiga murid, yaitu ketiga suhengmu Leng Yan, Leng Hai dan Leng Kong. Tapi apa yang akan aku dapat?! Mereka membusungkan kedua betisku, mencongkel keluar kedua biji mataku dan merantai aku di dalam gua ini! Dan kau pun bila nanti dapatkan kepandaian mungkin akan berbuat kejam juga terhadap aku!"Dengan tergesa-gesa Co Hiong menyahut "Aku Co Hiong tak dapat suhu menyamainya dengan murid-murid yang durhaka itu, Teecu mohon suhu jangan khawatir atau ragu- ragu terhadap Teecu. Bila Teecu telah mempelajari semua kepandaian suhu, Teecu pasti akan memenuhi janji membalaskan dendam suhu.""Ha! Ha! Ha! Apakah dengan mudah saja aku dapat mempereayai semua omongan itu?" kata orang tua itu sambil tertawa,Teecu bicara dengan setulus hati," jawab Co Hiong. Tetapi mengapa kau tak mengetahui namaku?!""Suhu," kata Co Hiong, Teecu baru saja diterima sebagai murid, dan Teecu kebetulan saja datang ke sini dibawa oleh kuda dalam keadaan luka parah dan tak sadarkan diri, Teecu sebelumnya tidak mengenal suhu, kalau suhu tidak memberitahunya, maka Teecu ketahui nama suhu? LagipuIa Teecu tidak berani menanyakannya."Kakek itu tidak berkata lagi. ia berpikir, akan kemudian menggeleng-geleng kepala, ia duduk di tanah seperti orang menyesal dengan perbuatannya yang tak beralasan terhadap murid barunya, Kemudian ia berkata lagi dengan suara yang sabar "Betul, jika aku tidak memberitahukannya, kau tentu tidak mengetahui namaku Kadang-kadang aku hilang pikiran, dan berbuat seperti orang gila, Tapi aku sangat gemas teringat kan perbuatan-perbuatan yang durhaka dari muridku, Leng Yan."Co Hiong memotong omongan gurunya dengan berkata "Meskipun suhu mendamprat atau memperlakukan Teecu dengan kejam, Teecu tak akan benci dan berdendam hati kepada suhu.""Baiklah," kata kakek itu, "Aku si tua bangka ini bernama Sang Kiok Sia Gie, Nama itu ganjil sekali didengarnya, Selain ketiga suhengmu, tidak ada orang lain pula yang mengetahui namaku !M Lalu ia tidak bicara tagi, ia duduk diam seperti bonekaDengan tersenyum Co Hiong berkata "Setelah Teecu dapat pelajari dan paham ilmu-ilmu silat dari suhu, Teecu pasti memperkenalkan nama suhu di kalangan Kang-ouw agar semua jago-jago silat di kolong langit dapat mengetahui nama suhu!"Sang Kiok Sia Gie atau singkatnya Kiok Gie yang telah terasing dari pergaulan dan tersiksa selama tiga puluh tahun lebih di dalam gua itu, setelah mendengar janji dan hiburan Co Hiong, menjadi sangat girang hatinya ia tertawa gembira lalu berkata "Betul! Betul! Aku telah buntung kaki, buta mata, dan seluruh tubuhku menjadi cacat aku tak dapat menjagoi di kalangan Kang-ouw lagi Aku akan sungguh-sungguh mengajarkan dan menurunkan semua ilmu-ilmu dan kepandaian silatku kepadamu, dan untuk kau nanti yang mewakili aku membalas dendamku.""Pengharapan suhu pasti akan terpenuhi dan ter-laksana, Meskipun tubuh hancur lebur, menjadi abu, Teecu akan melaksanakannya juga."janji yang muluk itu menggembirakan Kiok Gie, wajahnya berseri-seri, Sambil mengangguk ia berkata "Baik! Baik! Ayo kita mulai berlatih silat lagi."Demikianlah Co Hiong belajar dengan tekun dan rajin, Tak terasa tiga bulan telah berlalu Di dalam waktu tiga bulan itu Co Hiong telah belajar banyak, karena rajin dan penuh perhatiannya, Kiok Gie pun mengajarnya dengan sungguh- durhaka menganiaya guru sehingga binasa Pada suatu hari sehabis mengajar, Kiok Gie berkatakepada Co Hiong "Kau seorang yang cerdas, jauh melebihi Toa suhengmu Leng Yan. Hanya sayang sekali ilmu-ilmu silat yang tereatat di dalam kitab San Im Shin Ni aku belum selesai pelajari oleh karena itu aku tak dapat mengajarkan silat yang tereatat di dalam kitab itu." sebetulnya selama beberapa bulan Co Hiong tinggal bersama-sama gurunya itu, disamping belajar, ia pun senantiasa memikirkan cara bagaimana ia bisa dapatkan kitab catatan itu dari San Im Shin tiba ketika Kiok Gie bicarakan kitab tersebut ia menanyai "Suhu telah mengajarkan Teecu banyak ilmu silat, dan tiap-tiap jurus yang aku telah pelajari sangat ampuh untuk menjatuhkannya, jago-jago silat dari partai silat manapun, Mustahil di dalam kitab San Im Shin Ni masih ada jurus-jurus yang lebih ampuh lagi?"Kiok Gie yang telah mencurahkan semua perhatiannya di dalam pelajaran dan latihan silat semenjak muda dan telah kenyang berkecimpung di kalangan Kang-ouw itu, mendengar pertanyaan Co Hiong itu ia tertawa dan berkata "Jurus-jurus yang tereatat di dalam kitab jurus Tai Im Ki Kong Rahasia tenaga dalam merupakan ilmu tenaga dalam yang tiada taranya di kolong langit jurus Tai Im Ki Kong itu tak dapat dipelajari hanya dalam waktu empat-lima bulan, kita harus berlatih paling sedikit satu tahun untuk memperoleh kemahiran Lagi pula jurus itu merupakan dasar pokok yang penting untuk mempelajari jurus-jurus lainnya, jurus itu sangat lihay tetapi pun terlampau kejam. Aku telah menghapal, jurus itu dalam teorinya, aku belum mempraktekkannya, Kalau kau ingin mempelajarinya aku dapat menyebut langkah atau cara- caranya di luar kepala."Dalam hati Co Hiong ingin sekali mempelajari jurus-jurus Tai Im Ki Kong itu, tetapi ia sengaja berkata "Suhu tidak sudi mempelajari jurus yang kejam itu, Teecu pun tidak mau mempelajari nya."Tapi jurus Tai Im Ki Kong itu sangat penting dan perlu untuk menghadapi lawan yang lihay dan kejam, Aku akan menyebut langkah-langkah atau cara-caranya sekarang untuk kau mempertimbangkan, kau dapat mengambil keputusan sendiri apakah kau sudi mempelajarinya atau tidak," kata Kiok Gie lalu ia mulai menyebutkan semua langkah-langkah atau cara-cara jurus Tai Im Ki Kong tersebut, dan Co Hiong dengan perhatian mendengar dan menghapalkannya, ia telah coba berlatih selama satu hari, tetapi ia masih juga belum dapat memahami dimana letaknya jurus-jurus yang dapat membunuh musuh dengan satu serangan saja!Di daerah pegunungan keadaan dan suasananya tenang sekali, dan tenteram Co Hiong belajar ilmu silat dari Kiok Gie Hweeshio di dalam gua itu dengan penuh perhatian Dengan tak terasa setengah tahun telah berlalu Selama setengah tahun itu, Co Hiong hanya baru lima kali keluar dari gua itu untuk mencari makanan yang berupa Gie Hweeshio dapat makan barang makanan kering, karena selama tiga puluh tahun itu ia telah menjadi biasa akan makanan itu. Buah-buahan yang Co Hiong cari dan bawa untuk ia sangat menggembirakan si Hweeshio tua itu, ia anggap murid yang baru ini sangat berbakti dan setia kepadanya, Oleh karena itu hanya di dalam jangka waktu setengah tahun, ia telah mengajarkan semua ilmu silat yang ia dapat pelajari selama beberapa puluh tahun di zaman mudanya,Pada suatu hari sehabis mengajar, ia berkata sambil menarik napas "llmu silat yang aku pelajari selama beberapa puluh tahun telah aku turunkan kepadamu hanya dengan waktu yang singkat Kini kau hanya harus ingat langkah dan cara-cara dari jurus-jurus itu, Apabila kau rajin berlatih dalam tempo tiga atau lima tahun kemudian, kau pasti dapat menjagoi di kalangan beberapa jurus kau telah dapat menggunakan Jurus- jurus yang aku telah turunkan kepadamu, ada yang dari kitab catatannya San Im Shin Ni, dan ada yang aku dapat pelajari dari ilmu silat pada jago-jago silat yang terkenal di zaman aku masih muda, dan ada yang aku ciptakan sendiri berdasarkan jurus-jurus yang aku telah pahami Aku yakin bahwa kau kini merupakan satu lawan yang tak dapat dipandang enteng lagi oleh musuhmu yang manapun!" ia berhenti sejenale Lalu berkata lagi "Nah, sekarang cobalah ambil lagi buah-buahan untuk aku!"Setelah tinggal bersama-sama setengah tahun Co Hiong mengetahui segala sifat dan tabiat gurunya si Hweeshio itu, Bahkan ia dapat membaca isi hatinya, ia insyaf bahwa si Hweeshio tua itu masih ada rahasia kuncinya kepandaian yang belum dikeluarkan ia segera berdiri ketika disuruh pergi mencari satu loncatan ia keluar dari gua itu untuk mencari buah-buahan. Daerah pegunungan yang subur itu penuh dengan pohon-pohon buah-buahan yang orang dapat makan sekenyang-kenyangnya. Co Hiong dengan mudah memetik buah-buahan yang pohon-pohonnya tumbuh dekat gua itu,Kiok Gie Hweeshio makan buah-buahan dengan tidak bicara,Co Hiong juga ikut makan sambit mengawasi gerak-gerik gurunya, karena ia ingin mencari kesempatan untuk menanya lebih lanjut tentang kepandaian gurunya,Setelah Kiok Gie Hweeshio makan habis beberapa buah- buahan ia berkata "llmu silat yang kau telah dapat pelajari dari aku sudah lebih baik daripada ilmu silat ketiga suhengmu Leng Yan, Leng Hai dan Leng Kong. Kau hanya harus berlatih lebih rajin!"Sambil tersenyum Co Hiong menjawab Teecu tentu mentaati pesan suhiu Setelah berlatih empat-lima tahun lagi, Teecu pasti membalaskan dendam suhu, harap suhu tak berkecil hati!"Sambil geleng-geleng kepalanya, Kiok Gie berkata "Aku telah menanti tiga puluh tahun lebih untukmenghukum murid yang durhaka dan kejam itu. Agaknya akutak sabar menanti lebih lama lagi!" Co Hiong menjadi gembira karena dengan ucapan gurunya seolah-olah menganjurkan ia segera mencari murid yang durhaka untuk dibunuhnya dan membawa kepalanya di hadapan gurunya. Kata-kata gurunya itupun membuktikan bahwa ilmu silatnya sudah menjadi lihay sekali, dan dapat mengalahkan ketiga suhengnya, ketiga pemimpin kuil Toa Ciok Sie. Maka ia menjawab "Suhu, apakah suhu anggap jika aku sekarang mencari balas dendam ketiga suhengku, aku dapat mengalahkan mereka?""Tentu! Dalam setengah tahun aku telah mengajarkan kepadamu semua sebisaku, Bahkan ilmu silat Tai Im Ki Kong yang terlampau kejam itu, aku telah memberitahukan langkah- langkah dan cara-caranya, Kau kini sudah boleh diandalkan untuk membunuh Leng Yan, si durhaka itu!" kata Kiok Gie dengan geregetan, Kemudian sambil menarik napas panjang ia berkata lagi Tapi untuk memperoleh hasil yang pasti, kau masih harus berlatih keras dan rajin dua tahun lagi, Jika kau sekarang pergi bikin pembalasan seperti juga aku mengirim kau ke akheratKetiga suhengmu yang durhaka dan kejam itu akan membunuh mati kau."ia berhenti sejenak, lalu ia angkat lengan kirinya dan mengusap-usap kepala Co Hiong "Berapa usiamu tahun ini?"Mendengar kata-kata guru yang menyangsikan itu, dari gembira Co Hiong menjadi heran, Bukankah barusan Kiok Gie mengatakan ia sudah siap menggempur Leng Yan, Leng Hai dan Leng Kong? Mengapa sekarang gurunya masih merasa ragu-ragu untuk melepaskan ia pergi membikin perhitungan terhadap ketiga suhengnya itu? Tapi ia menjawab Tahun ini Teecu berusia dua puluh tiga tahun." Kedua matanya mengawasi wajahnya Kiok Gie, karena khawatir dengan sifat dan tabiat yang ganjil dari Hweeshio tua itu. ia juga memperhatikan lengan kiri gurunya yang masih ketinggalan sebelah yang masih dapat menyerang lawanhya, Tetapi Kiok Gie hanya mengangguk dan berkata lagi Tahun ini kau berusia dua puluh tiga tahun, tapi pintar dan cerdas, Oalam tempo tujuh tahun lagi kau akan dapat memahami ilmu Tai Im Ki Kong, dan usiamu baru tiga puluh tahun, Ilmu-ilmu yang aku telah turunkan kepadamu kau dapat menggunakan dengan Icluasa, Tetapi ketiga suhengmu di dalam tujuh tahun itu pasti lebih unggul lagi, karena yakin mereka tidak berhenti berlatih Dengan aku masih ragu-ragu kau dapat membunuh mereka,"Ucapan tersebut bagi orang lain, dianggap seperti nasihat yang harus diperhatikan Tetapi bagi Co Hiong yang cerdas, segera ia mengerti akan maksud hati gurunya itu, ia insyaf bahwa gurunya tidak pereaya ia seratus 9fc. ia tidak mendesak menanya alasannya, ia hanya duduk di samping gurunya menanti petunjuk-petunjuk lebih lanjut"Di dalam kitab catatan San Im Shin Ni juga telah dituturkan cara belajar silat Syukur, setelah ketiga suhengmu menguntungkan kedua betisku, mencongkel keluar kedua biji mataku, mereka tak berhasil mendapatkan kitab catatan San Im Shin Ni. Hanya aku merasa sayang dan menyesal sekali bahwa sebelum aku dapat memahami betul jurus-jurus Tai Im Ki Kong itu, aku telah dibikin dari kantong di dadanya ia keluarkan sebuah kitab, dan diserahkan kepada Co Hiong sambil berkata inilah kitab catatan tentang ilmu-ilmu silat dari San Im Shin Ni. Kau dapat membaca dan memahaminya sebagian besar dari apa yang tereatat aku telah memahami-nya, kau dapat meneruskannya sendiri dengan membaca kitab itu. Cobalah kau cari bagian yang tertulis "Hut Hiat Co Kut Hoat" ilmu melukai jalan darah dan mematahkan tulang dengan jalan menyentuh, karena seperti kau ketahui aku tak dapat melihat lagi."Dengan hati yang berdebar-debar, Co Hiong sambuti kitab catatan itu, dan dengan bangun gemetar ia mencari bagian tentang Hut Hiat Co Kut Hoat ia menjadi tenang, dan merasa gelisah selama lebih kurang setengah jam. Kitab catatan ilmu silat dari San Im Shi Ni itu hanya setebal lima belas halaman, tetapi semua ilmu silat yang tereatat itu luar biasa ampuhnya. Kitab tersebut menuturkan tiga belas macam ilmu silat dan tiap-tiap ilmu dijelaskan dengan gambarCo Hiong coba membacanya, Tiap ilmu-ilmu silat diuraikan dengan berapa huruf saja disertai penjelasan dengan gambar, tetapi huruf-huruf itu mengandung arti yang dalam, tidak mudah dimengerti oleh orang yang belum bersekolah tinggi Untuk memahami tiap-tiap jurus pukulan yang dituturkan di dalam kitab itu, ia harus dapat petunjuk dari Kiok Gie gurunya,Di halaman ke dua belas ia menemui bagian Hut Hiat Co Kut Hoat, yang menuturkan caranya mempelajari dan berlatih ilmu silat yang sangat lihay itu, Akan tetapi karena hurufnya sukar dimengerti maka ia hanya dapat membacanya tetapi tidak mengerti akan maksudnya huruf-Jjuruf itu, dan gurunya mendengar uraian di dalam kitab itu!"Kiok Gie harus memikir lama dan menyuruh Co Hiong membaca huruf-huruf itu satu persatu, dan mengulanginya berkali-kali. Demikianlah si Hweeshio tua itu mempelajari ilmu Hut Hiat Co Kut Hoat itu dengan menyuruh Co Hiong membaca selama lebih kurang dua jam. Kemudian ia menjelaskan arti dari uraian tentang ilmu silat itu kepada Co silat Hut Hiat Co Kut Hoat merupakan suatu ilmu silat yang lihay sekali Disamping menuturkan cara menyerang musuh, juga caranya membunuh mati musuh dengan dua belas jalan, dan tiap-tiap jalan sukar bagi musuh menge! petunjuk-petunjuk dari Kiok Gie, Co Hiong yang cerdas dan pintar, ia mulai mempelajari dan berlatih ilmu silat itu. Dengan gambar yang terlukis di dalam halaman itu, ia juga dapat mengetahui letak-letaknya jalan darah dan tuIang-tulang yang dapat dilukai atau dipatahkan dengan jalan menyentilkan bagian-bagian tersebut ia pun mempelajari dan berlatih cara membunuh mati musuh dengan dua belas jalan. Semenjak hari itu guru dan murid bersama-sama berlatih ilmu Hut Hiat Co Kut Hoat, dan dengan hanya beberapa hari saja Co Hiong dapat menggunakan ilmu silat kemajuan yang pesat dari muridnya yang baru ini, si Hweeshio tua menjadi girang, karena niatnya untuk memberi hukuman yang setimpal kepada murid-muridnya yang durhaka dapat dipereepat Pada suatu hari setelah berlatih Hut Hiat Co Kut Hoat itu, sambil tersenyum Kiok Gie berkata "Kini Hut Hiat Co Kut Hoat kau telah pahami, mungkin kau dapat menggunakannya. Juga cara membunuh mati musuh dengan jalan dua belas jalan kau telah mengerti Kau hanya belum mengetahui tepat letak-letaknya jalan darah dan tulang-tulang yang dapat dilukai atau dipatahkan dengan hanya disentuhnya, Oleh karena itu sekarang digunakan untuk menyerang musuh, aku yakin kau belum mahir Kau harus rajin berlatih untuk peroleh kemajuan sekarang aku hendak uji semua ilmu silat yang aku telah ajarkan selama setengah tahun lebih."Co Hiong menjadi gembira, ia berpikir "llmu Hut Hiat Co Kut Hoat aku telah mengerti sebagian, besar Cara membunuh mati musuh dengan jalan dua belas jalan pun aku telah berlatihnya cukup lama, Sekarang aku mendapat kesempatan untuk menggunakan ini betuU betul kesempatan yang baik sekali!"Dengan berlagak malu-malu ia berkata ilmu silat guru jauh lebih tinggi daripada Teecu. Teecu pasti bukan tandingan suhu, Lagi pula Teecu tidak berani melawan suhu!"Sambil tertawa Kiok Gie berkata "Aku hanya ingin menguji ilmu silatmu, Aku tidak akan berlaku sungguh-sungguh, sebaliknya kau harus menyerang dengan sekuat tenaga dan dengan sungguh-sungguh.""Jika suhu berkata demikian," sahut Co Hiong, "Baik-lah aku akan mencobanya, Maaf, Suhu! Aku segera menyerang!" Katanya dibarengi dengan serangannya Mendengar suara angin datang menyerang Kiok Gie lekas- lekas menangkis dengan lengan kirinya, Co Hiong masih khawatir tidak sekuat gurunya, ia lekas-lekas menarik kembali jotosannya untuk menyerang lagi dengan kedua jotosan berbareng. Kiok Gie yang telah dibelenggu di dalam gua itu selama tiga puluh tahun lebih belum pernah bertarung melawan musuh, kini ia memperoleh kesempatan untuk menguji kepandaiannya ia merasa gembira sekali,Meskipun ia masih terantai, tetapi lengan kirinya ia dapat gunakan dengan leluasa dan sangat bertenaga. Dalam sekejapan saja gua itu menjadi bersih dengan suara beradunya mata rantai, hembusan angin dan seruan mereka yang menyerang menjotos, menya-betkan mengegos atau mengelit dengan sekuat tenaga. Setelah pertarungan berlangsung beberapa jurus, Co Hiong telah menjadi sengit, ia melawan dengan sungguh-sungguh sehingga pertempuran menjadi sangat dahsyatTidak salah jika silat Kiok Gie itu setaraf San Im Shin Ni meskipun ia sudah menjadi seorang yang cacat dan mata buta. ia melawan dengan tanpa mata dan kaki hanya satu tangan kiri!Semua kepandaian yang dipunyai juga yang baru, dan ilmu silat yang dapat dipelajari dari Kiok Gie, Co Hiong menggunakan untuk melawan gurunya, Bahkan dalam sepuluh jurus lebih ia sudah lima atau enam kali berada dalam kedudukan yang berbahaya, Andaikata Kiok Gie musuh betul, dan bukan gurunya, mungkin ia sudah terbunuh mati!Sambil bertempur, Co Hiong berpikir "Semua kepandaian silatku tak dapat menggempur ia. ilmu silat yang aku baru pelajari dari dia pun tentu tidak akan ada hasilnya Tapi ilmu silat Hut Hiat Co Kut Hoat dia belum pelajari Baiklah aku coba gempur ia dengan ilmu Hut Hiat Co Kut Hoat dengan cara- cara yang meliputi dua belas macam!"Dengan tekad itu ia tiba-tiba merubah cara bertenv purnya, ia mundur beberapa tindak Tapi Kiok Gie yang sedang gembira dan bemafsu dengan latihan itu datang mengejar Dengan lengan kirinya ia kirim satu jotosan kilat, Untuk menangkis jotosan kilat itu, Co Hiong terpaksa menggunakan kedua tinjunya dengan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, jotosan itu dapat ditangkis dengan kedua tinjunya, tetapi ia segera rasakan seluruh tubuhnya menjadi lumpuh, ia lekas- lekas bertindak mundar sambil berteriak "Suhu! Berhentilah! Teecu tak dapat melawan suhu!"Sambil tertawa gelak-gelak Kiok Gie berkata "Ha! Ha! Ha! Cara kau menangkis jotosanku itu betul-betul baik! Tetapi aku sedang gembira Ayo, kita berlatih lagi!" Baru saja selesai omongannya, ia kirim lagi jotosan kepada Co Hiong,Co Hiong tidak berani menangkis serangan atau jotosan gurunya itu. ia loncat secepat kilat melewati kepalanya Kiok Gie. Tetapi suara bunyi mata rantai yang gaduh menunjukkan bahwa Kiok Gie datang mengejar lagi Co Hiong mengelit satu serangan sambil menyondongkan satu tubuh ke samping, dan mengirim satu jotosan kembaliJotosan-jotosan Kiok Gie makin lama makin keras dan dahsyat, seolah-olah seluruh gua goyang karena getaran dan hembusan tinju-tinju itu. Co Hiong harus berloncat-loncat ke kiri dan ke kanan, ke atas dan ke depan atau ke belakang dalam usahanya mengegoskan atau menghindarkan diri dari jotosan-jotosan itu. ia tidak berkesempatan balas menyerang, napasnya sudah senin kemis,Napasnya Co Hiong yang sengal-sengal terdengar oleh Kiok Gie yang memaksa ia berhenti menyerang. Sambil tertawa ia berkata "Dalam setengah tahun kau telah maju pesat sekali Kau telah mampu terima serangan-seranganku selama dua puluh jurus lebih."Dengan napas memburu Co Hiong berkata Teecu sudah habis tenaga, Kalau suhu menyerang terus, Teecu pasti akan terluka. ""Tapi apakah ilmu silat Hut Hiat Co Kut Hoat kau telah pahami dan pelajari?" tanya Kiok Gie. Co Hiong terpaksa menggunakan kedua tinjunya serui tenaga dalamnya untuk menyerang, Tetapi dengan mudahnya Klok Gie mengelakkannya."Sebagian besar Teecu telah pahami, hanya jurus Ju Hie Gek Lang atau ikan berenang melawan arus, Teecu belum mengerti betul-betuI langkah-langkahnya."Kiok Gie berpikir sejenak, lalu berkata "Coba sebut jurus- jurus yang tertulis di dalam kitab San Im Shi Ni itu!" Co Hiong lalu menyebut dengan terang dan perlahan semua jurus-jurus yang tertulis di dalam kitab Gie berpikir agak lama, Lalu tiba-tiba ia me-ngebutkan lengan kirinya, Co Hiong yang tidak menduga-duga dan berjaga-jaga merasa kebutan itu dilepaskan ke arah tubuhnya, Dengan cepat ia angkat lengan kirinya untuk menjaga sambil menyondongkan tubuhnya ke sam-ping, dan menjotos dengan tinju kanannya, Tangkisan yang dibarengi dengan kelitan dan serangan itu adalah Ju Hie Gek Leng dari ilmu silat Hut Hiat Co Kut Hoat, Segera terdengar jeritnya Kiok Gie, dan lengan kirinya telah tak berdaya, Kiok Gie kena diserang! sebetulnya Co Hiong segera dapat menghentikan jotosan-nya, tetapi ketika itu ia lupa, Lima jari dari tangan kanannya itu mencekal sikunya Kiok Gie dan Trak!" hancur remuk tulang-tulang sikunya itu dan terlihat Kiok Gie jatuh di tanah berguling kesakitan dan keringat keluar dari seluruh anggota Hiong berdiri tertegun akan perbuatannya ia tidak menduga bahwa ia telah dapat menggunakan jurus Ji Hie Gek Lang dari ilmu silat Hut Hiat Co Kut Hoat, dan korban pertama ialah gurunya!Timbullah maksudnya yang jahat Pikirnya "Jika aku bunuh mati si Hweeshio tua ini, maka kolong langit hanya aku seorang yang dapat menggunakan ilmu Hut Hiat Co Kut Hoat, Disamping itu, aku pun dapat memiliki kitab catatannya San Im Shi Ni, dengan membunuh mati si tua bangkotan ini, aku dapat menjagoi di kalangan Kang-ouw..." Tetapi ketika itu ia berlagak bingung, ia berseru Teecu harus dihukum! Teecu telah berdosa melukai suhu!" Sambil berkata ia pura-pura memegangi lengan gurunya yang telah patah tulang- tulangnya,Kiok Gie melihat sikap yang bingung dari muridnya berkata "Ai! jurus dari ilmu Hut Hiat Co Kut Hoat itu betul-betul lihay. Lekas tolong aku membebaskan jalan-jalan darah, dan menyambung tulang-tulang yang telah patah!"Dengan tangan kiri Co Hiong pegang lengan gurunya yang terluka, tetapi dengan tangan kanannya ia pencet lagi siku itu, Bukan main sakitnya pencetan itu karena tulang-tulang di dalam telah remuk! Kiok Gie tersungkur kesakitan dan membuang diri ke belakang! Gerak tersebut dilakukan oleh Kiok Gie dalam usahanya membebaskan beberapa jalan darah yang telah mampet, Tetapi Co Hiong yang kejam menjotos lagi dengan sekuat tenaga, Sebelum Kiok Gie menarik napas penghabisan ia berkata, suaranya telah menjadi lemah sekali "Murid durhaka.,, kau lebih durhaka daripada ketiga suhengmu... Lalu secepat kilat, Kiok Gie menubruk Co Hiong dengan tubuhnya,Co Hiong tidak menduga kalau Kiok Gie masih dapat bergerak setelah menderita luka parah itu, Dengan susah payah ia mengelakkan tubrukan itu dan mendorong tubuh itu ke dinding gua yang keras, Tampaklah di dalam gua itu suatu pemandangan yang menggiriskan menegakkan bulu roma, otaknya Kiok Gie hancur terserak, darahnya Gie telah mati konyol, dibunuh oleh Co Hiong, murid yang durhaka dan kejam!Co Hiong mengawasi mayat gurunya sambil memegang erat-erat kitab catatan San Im Shi Ni. Dengan perasaan puas ia berpikir "Aku hanya perlu berlatih beberapa tahun lagi, dan aku pasti dapat menjagoi di kalangan Bu Lim!" Lalu ia ingat kepada orang yang telah mencelakai ia. ia menjadi marah sekali, Dengan mengkertak gigi ia berseru "Orang yang telah membokong aku tentu ketiga pemimpin dari partai Kun Lun, Jika dendam ini aku tidak balas, aku tak dapat tidur nyenyak!"Kemudian ia loncat keluar dari gua itu dengan tak menghiraukan mayat si Hweeshio tua itu!ketika itu sudah bulan ke sepuluh Capgwe hujan di daerah pegunungan salju sudah mulai turun, Puncak-puncak dari pegunungan Ci Lian San telah diselubungi salju, Co Hiong yang baru keluar dari gua bukannya Co Hiong pada tujuh bulan yang lampau, Dengan ilmu meringankan tubuh dengan mudahnya ia mendaki satu puncak gunung dan tiba di atasnya, Angin di atas puncak lebih hebat dan lebih dingin, tetapi ia tak merasa, Dengan berdiri di atas puncak itu mengawasi keadaan di sekitar puncak Lalu ia bersiul dan gema dari siulannya yang nyaring terdengar luas dan jauh!ia bersiul terus menerus, dan sejenak kemudian mukanya menjadi merah. ia sengaja bersiul tak henti-hentinya agar darah di dalam tubuhnya dapat beredar dengan lancar, dan dengan mencari kudanya yang ia telah terlantarkan setengah tahun lebih,Tiba-tiba gema dari siulannya yang nyaring itu disambut suara kuda, Co Hiong menjadi girang, karena ia kenali suara kudanya, Betul saja dari arah barat lari secepat kilat dan secepat angin kudanya mendatangi Setelah kuda itu berada di sampingnya, ia memperhatikan bahwa kuda itu tetap perasaan yang girang tak terhingga, ia mendongak ke atas dengan sambil berseru "Aku, Co Hiong, dengan kuda ajaib, dan setelah berlatih lagi, akan menjagoi di kalangan Kang-ouw. siapapun tak dapat menandingi aku lagi!" Lalu ia tertawa keras seperti orang yang kemasukan setan!Pada saat itu terkenang dan terbayang di dalam pikiran Co Hiong dua gadis yang cantik, Kedua gadis yang dikenalkan itu telah mengambil tempat dalam pikirannya, kedua-duanya menggiurkan hatinya, ia tak dapat mengambil keputusan yang mana satu ia harus pilih, ia cemplak kuda nya. Sambil bereokol di atas kudanya ia melayangkan pikiran nya "Hong Sumoy telah sama-sama besar di bawah asuhan suhuku, Souw Peng Hai. ia adalah seorang gadis yang cantik elok dan cerdas, tetapi terhadap aku ia senantiasa bersikap adem, bahkan dingin seperti es. Lie Ceng Loan juga sama cantiknya, sikapnya ramah dan adatnya jauh lebih baik daripada Spuw Hui Hong, Te-tapi... tetapi ia sangat mencintai Bee Kun Bu!"ia berpikir agak lama, dan tak dapat mengambil keputusan Tiba-tiba ia teringat kepada ketiga pemimpin dari partai silat Kun Lun yang ia sangka telah membokong ia. Dengan amarah yang besar sekali ia kaburkan kudanya menuju ke pegunungan Kun Kun Lun terletak di daerah propinsi Sinkiang, luasnya beberapa ribu lie persegi Beberapa puncak ada yang setinggi enam ribu kaki lebih, dan merupakan salah satu pegunungan terbesar di Tiongkok,Dengan tekad membalas dendam Co Hiong melarikan kudanya ke arah pegunungan Kun Lun dengan tidak menghiraukan keletihannya,Co Hiong walaupun sudah lama berkecimpung di kalangan Kang-ouw ia tidak paham akan keadaan di sebelah barat, karena ia kebanyakan berada di sebelah selatan dari sungai Yociu, Kali ini ia menuju ke barat, ia tampak bahwa keadaan maupun pemandangannya berbeda jauh daripada di daerah selatan,Setelah menempuh beberapa ratus lie tibalah ia di daerah gurun pasir, ia jarang ketemui desa atau dusun di mana ia dapat menjumpai manusia, Hanya dengan tekad membalas dendam, ia meneruskan perjalanannya, meskipun mengalami lapar dan dahaga, Untung ia memiliki kuda yang jempol, maka setelah tiga hari tiga malam dalam perjalanan ia telah tiba di tapal batas propinsi Sinkiang, Keesokan harinya ia telah tiba di Hokekan, suatu kota kecil, Di kota itu ia hanya beristirahat semalam untuk beli perbekalan ia tidak lupa mengisi kantong airnya yang dibuat dari kulit Esok paginya ia berangkat lagi, Karena bukan saja ia bermaksud terutama membikin perhitungan kepada ketiga pemimpin partai Kun Lun, disamping ia juga hendak tengok Lie Ceng Loan lagi yang selalu terbayang dan tak terlupakanDengan kuda ajaib ia meneruskan perjalanannya, dan ketika matahari mulai terbenam, ia telah tiba di kaki pegunungan Kun Lun. ia dongak memandang puncak-puncak gunung yang tinggi dan megah."Orang mengatakan bahwa, kalau belum melihat pegunungan Kun Lun, orang akan belum mengetahui keangkeran gunung. pegunungan yang termashur ini betul- betul angker dan megah!" Demikian pikirnya sejenak lalu ia kedut kudanya dan mendaki salah satu puncak dari pegunungan Kun Lun itu. Makin ia mendaki, makin terheran- heran ia, karena keadaannya semakin indah dan agung! Pada saat itulah ia sekonyong-konyong berubah pikiran ia rupanya merasa menyesal telah datang ke pegunungan Kun Lun!Betul ia mengetahui bahwa ketiga pemimpin partai Kun Lun mempunyai markas di kuil San Ceng Kiong yang terletak di atas puncak Kim Teng Hong, tetapi ia tak mengetahui di mana letaknya puncak Kim Teng Hong itu, jika ia harus mencari dengan jangka waktu setengah tahun! ia menjadi masgul terhadap Bee Kun Bu yang tidak memberitahukan di mana letaknya puncak Kim Teng Hong selagi mereka berada bersama-sama,Selagi matahari di sebelah barat menyinari puncak-puncak yang diselubungi dengan salju, maka keindahan pegunungan itu sukar dilukiskan dengan perkataan Ha-nya sayang sekali pemandangan yang indah permai itu tidak berlangsung lama, karena setelah matahari ter-benam, suasana telah berubah menjadi gelap gulita dan seram. Dengan kedua mata yang awas, ia hanya bisa melihat jurang-jurang yang curam dan puncak-puncak yang tebing, ia lalu coba mencari tempat untuk bermalam. ia tepuk pantat kudanya, dan kuda itu segera lari angin gunung sangat dinginnya menusuk tulang- tu!ang tetapi Co Hiong telah memahami ilmu silat Tai Im Ki Kong dan tidak merasakan hawa yang dingin itu, Tenaga dalamnya telah berhasil menenangkan pikirannya dan melancarkan peredaran darah di seluruh tubuhnya, ilmu silat Tai Im Ki Kong itu dapat menyimpan hawa gunung yang dingin untuk digunakan menyerang musuh. Tetapi untuk menyimpan hawa gunung yang dingin itu harus dilakukan dengan baik dan cermat Jika tidak, maka hawa itu akan berbalik melukakan jalan darah tubuhnya sendiri!Co Hiong baru dapat pelajari ilmu tersebut ia coba mengumpulkan hawa itu sehingga fajar ia teringat lagi kepada Lie Ceng Loan. ia cemplak kudanya lagi untuk mencari puncak Kim Teng Hong,pemandangan matahari terbit sangat indah permai, sinarnya yang kemerah-merahan menyorot di angkasa dan di atas puncak-puncak yang putih dengan salju, membikin seluruh pemandangan berubah seakan-sakan suatu dunia yang tertabur emas. Menampak keindahan alam itu, Co Hiong makin terkenang-kenang akan wajah yang menggiurkan dari Lie Ceng Loan, Kudanya telah membawa ia entah beberapa ratus lie, tetapi ia masih berada tetap di tempat yang terpencil! Dalam satu hari itu tiada satu manusia pun yang dapat dijumpaiDi waktu senja ia tiba di suatu hutan yang penuh dengan pohon-pohon cemara, Dari dalam hutan yang agak gelap sekonyong-konyong ia melihat cahaya putih berkelebat Co Hiong yang telah banyak pengalaman di kalangan Kang-ouw segera mengetahui bahwa cahaya itu adalah cahaya pedang, Mungkin ada orang yang sedang berlatih ilmu silat pedang. Dengan ilmu meringankan tubuh ia loncat turun dari kudanya dan lari menuju ke arah cahaya putih tadi, ia lari memutari hutan, dan di suatu hutan, dan di suatu lapangan betul saja tampak satu orang yang bertubuh tinggi besar dan berusia lebih kurang tiga puluh tahun sedang berlatih silat dengan seorang rahib perempuan yang masih muda,Dengan bersembunyi di balik pohon-pohon Co Hiong memperhatikan bahwa gerakan-gerakannya orang yang berlatih itu sangat cepat dan lincah, Si pria bukan saja cepat dengan melancarkan serangan-serangannya, tetapi pun sangat gapah menangkisnya dan lincah mengelakkan dirinya, Tenaga atau ilmu silatnya jauh lebih tinggi daripada rahib wanita itu. Tiba-tiba si wanita melancarkan serangan bertubi- tubi, dan terdengar suara pedangnya menyabet membacok lawan nya. Tetapi si pria tak gentar, ia tetap ilmu Gin Hong Boan Tian atau pelangi memenuhi angkasa, ia ayun pedangnya dengan mudah menangkis semua serangan-serangan lawannya yang bertubi-tubi itu, lalu ia membalas me-nyerang, dan si wanita terpaksa mundur beberapa tindak Si pria berhenti bertempur, lalu berkata sambil ter-tawa ilmu silat pedangmu sudah banyak maju, Kalau kau terlatih dengan rajin, dua tahun lagi, aku yakin tidak ada satu Sumoy saudara seperguruan yang dapat menandingi kau lagi."Rahib wanita itu menjawab sambil tersenyum Te-tapi, setelah aku berlatih dua tahun lagi, aku pun masih tak dapat menyamai kau!"Si pria tertawa gelak-gelak dan berkata lagi "Jika kau tidak sudi berlatih bersungguh-sungguh, maka kau akan terbelakang, Kau telah mengikuti Sam Susiok lama sekali, dan kau yang paling disayang oleh dia, Tetapi di dalam beberapa bulan ini, rupanya ia juga menyayangi seorang murid lain, tetapi kau tak perlu iri hatiBeberapa hari berselang aku memperoleh kabar bahwa Suhu, Supek dan Susiok telah mengadakan pembicaraan rahasia di kamar tengah, dan mereka mengambil keputusan masing-masing memilih murid-murid untuk diajarkan ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam. Kau harus ketahui bahwa ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam itu adalah ilmu silat yang ampuh dari partai Kun Lun kita. Menurut apa yang aku tahu, sebegitu jauh, hanya ada seorang murid yang telah pelajari Cui Hun Cap Ji Kiam, Jika kau tidak sungguh-sungguh belajar dan berlatih, aku khawatir Sam Susiok tidak akan mengajarkan kau ilmu silat itu."Setelah berkata demikian si pria menarik napas panjang, rupanya cemas terhadap kabar tentang pemilihan murid-murid rahib wanita itu mengenakan pakaian tebal, namun kecantikannya terlihat nyata. Dengan tersenyum ia berkata "Suhu kita mempunyai sembilan mu-rid, tetapi Toa suhenglah yang paling disegani dan yang terpandai, karena menurut pahamku, lain-lain atau Sumoy tidak ada yang dapat melawan kau. "Pujian itu membuat si pria menjadi merah muka-nya. Sambil menggeleng-geleng kepala ia berkata "Kau telah bicara panjang lebar, tapi tidak ada yang ber-alasan. "Si rahib wanita memotong pembicaraan sambil menuding "Apa? Tidak beralasan? Aku pun tahu bahwa kau selalu khawatir tidak diajarkan ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam, sebetulnya aku tidak menghiraukan soal itu, Apa kau kira aku iri hati terhadap Lie Sumoy? Kau harus mengerti bahwa dia seorang yang sangat polos dan hatinya putih bersih, Jika suhu sayang dia, kita tak usah heran. Aku pun suka kepada nya, karena disamping kebaikan hatinya dia pun sangat ramah dan simpatik, cantik sebagai bidadari siapapun yang telah melihat dan mengenalnya, pasti akan suka kepadanya.""Kalau kau tidak iri hati," jawab si pria, "Aku merasa lega hati Suhu, Supek dan Sam Susiok sering-sering mengatakan bahwa murid kesayangan Supek adalah satu jago silat yang muda, kuat, pintar dan cerdas, Aku ingin sekali menjumpai dia, tetapi sehingga kini ia belum juga kunjung tiba ke pegunungan Kun Lun."Sambil menarik napas rahib wanita itu berkata "Mu-rid- murid dari Supek semuanya pintar cerdas, tampan dan ramah. "Si pria tertawa dan berkata "Hei! Kau juga memperhatikan hal ini? Murid baru yang datang diterima oleh Sam Susiok aku baru melihatnya dua kali, dia selalu berada di samping Sam Susiok,""Lebih baik kau jangan terlalu sering lihat," kata rahib wanita itu, "Aku khawatir kau tak akan dapat melupakannya!" Lalu ia berlalu, Si pria lalu mengejar dari belakangCo Hiong yang bersembunyi di balik pohon dapat melihat dan mendengar semua gerak-gerik maupun pembicaraannya kedua murid dari partai Kun Lun itu, ia merasa gembira, karena ia menduga bahwa ia telah berada tidak jauh lagi dari markasnya partai silat Kun Lun yang ia sedang cari. ia pun lari membayangi kedua orang itu, karena ia ingin tahu di mana letaknya markas dari partai Kun pria dan si rahib wanita itu telah lama tinggal di daerah itu, mereka paham betul akan jalan di pegunungan Hiong yang mengikuti di befakang, setelah melewati beberapa lereng gunung, tiba di suatu tempat yang keadaan di sekitarnya berlainan sekali daripada tempat-tempat yang pernah ia lewati ia tampak lereng-lereng gunung yang luas dan panjang mengurung tiga puncak gunung yang berdiri tegak berderet dan puncak yang di tengah lebih tinggi dari kedua puncak kuil yang besar "Kuil itu pasti kuil Sam Ceng Kiam," pikirnya, "Dan puncak Kim Teng Hong tentulah puncak yang di tengahnya itu,Di waktu ia berpikir, kedua murid dari partai Kun Lun telah lenyap dari pengejarannya gunanya kedua orang itu telah masuk ke dalam hutan pohon cemara yang ditumbuhi sangat lebat di bagian itu, Dengan dugaan itu, iapun lari masuk ke dalam hutan pohon cemara, Tetapi setelah berlari agak lama juga ia masih tetap berada dalam daerah hutan. ia memperhatikan bahwa jalan di hutan itu berliku-liku, merupakan suatu perangkap yang dapat menyesatkan orang, bisa masuk tidak bisa keluar ia lari terus dengan harapan lekas keluar dari hutan yang mudah membikin orang tersesatGiok Siau Sian Cu mengobrak-abrik kuil Sam Goan Kong, jalan di dalam hutan pohon-pohon cemara itu terdiri dari lima baris dengan banyak cabang-cabang, dan setelah keluar dari hutan itu, orang dapat menjumpai satu jalan kecil yang menuju ke atas puncakCo Hiong berhasil jalan keluar hutan itu, dan juga menemui jalan kecil yang menuju ke atas puncak, Jalan kecil itu berliku- liku ia menjadi curiga, ia takut ka!au-kalau dibokong dijalan kecil itu. Oleh karena itu dengan ilmu Pek Houw Pan Pik atau Cecak merayap di tembok, ia mendaki lereng gunung itu untuk tiba di atas puncak,Di atas puncak tampak di depannya berdiri kuil Sam Ceng Koan yang besar dan megah. Kuil itu mempunyai banyak kamar-kamar yang jumlahnya tidak kurang dari seratus buah "Kuil dengan begitu banyak kamar pasti didiami oleh banyak Tojin pendeta," pikirnya, Baru saja ia ingin loncat ke atas tembok yang melingkari kuil itu, tiba-tiba dari sebelah kirinya berkelebat bayangan orang, tetapi orangnya tidak Hiong terkejut "Orang itu bukan main gesitnya! Mungkin lebih lihay daripada aku," pikir ia, "Mungkin orang itu adalah salah satu pemimpin dari partai silat Kun Lun! Tetapi kalau seorang pemimpin, mengapa ia masuk dengan cara demikian? Mungkin juga orang itu sama maksudnya dengan aku yang hendak membikin per-hitungan."Dengan keyakinan bahwa orang itu bukannya salah satu pemimpin partai silat Kun Lun, ia harus bertindak lebih waspada. Dengan ilmu Ceng Teng Sam Tiao Sui atau Capung terbang melewati ko!am, ia loncat tak bersuara ke atas tembok,Di dalam lingkaran tembok terlihat pekarangan luas tiga bouw lebih kurang seratus meter persegi dan di dalam pekarangan itu telah tumbuh pohon-pohon cemara yang dirawat rapi sekali. Di tengah-tengah pekarangan itu ada satu jalan kecil dari batu-batu kolam berwana putih, yang menuju ke pintu depan dari kuilCo Hiong tidak jalan di atas jalan kecil itu. ia lari di antara pohon-pohon cemara di dalam pekarangan dan tiba di depan pintu kuil, Di depan pintu ada tangga batu dengan sembilan undakan, dan di kedua samping tangga batu itu berjejer kamar-kamar, ia buka pintu yang dicat merah, yang hanya dirapatkan, seolah-olah tidak dijaga,Dengan jalan merapat tembok ia menyelidiki keadaan di dalam yang juga merupakan suatu pekarangan yang ditanami dengan pohon bunga, terutama bunga serunai Di ujung pekarangan berdiri tegak satu ruang yang agung dan megah, diterangi oleh sebuah lentera yang apinya menyala terus, Di dalam ruang menyala empat lilin merah yang besar sehingga seluruh ruang menjadi terang. Di ujung ruang meja sembahyang di atas mana tertancap hio yang menyala, menyiarkan baunya yang harum. Di belakang meja sembahyang ini ada meja yang lebih tinggi dan lebih besar, dimana telah ditaruh patung-patung dari dewa dan Hiong berjalan terus, Di belakang ruang ia melihat kamar-kamar berderet-deret di kedua samping. Di ujung kedua deret kamar-kamar terlihat satu ruang yang lebih besar daripada yang pertama, dan sinar lilin yang menyala menerangi seluruh ruang. Co Hiong berjalan terus dengan belakang ruang kedua, pemandangan berubah, ia tampak satu taman bunga dengan punjung-punjung dan bukVbukit kecil, sungai kecil mengalir melintasi taman yang indah ttu, Rumah-rumah kecil dibangun di lereng bukit-bukit yang kecil itu. Taman bunga itu merupakan suatu sorga tenang, sunyi dan aman!ia merasa heran sekali, selama ia menerobos masuk ke dalam kuil itu, ia tidak menjumpai meski seorangpun Apakah kuil yang sebesar ini tidak ada penghuninya? Demikian pikirnya sambil bersembunyi di suatu punjung, Tiba-tiba terdengar satu bentakan yang rupanya keluar dari satu bukit kecil, dibarengi oleh terbangnya dua bayangan yang berkelebat bagaikan secepat kilat ia baru saja merandek, kedua bayangan tadi sudah lenyap! sejenak kemudian sudah terdengar suara terbukanya pintu dan jendela, dan kemudian muncul keluar empat Tojin yang agaknya sedang mengejar bayangan tadi!Ketika Co Hiong bangkit ingin melihatnya dengan tegas, salah seorang yang berlari itu, sudah berada hanya tiga atau empat depa dari tempat dimana ia bersembunyi dan orang itu sedang berusaha keras meloloskan diri dari keempat Tojin yang bersenjata pedang, Orang itu mengenakan pakaian hitam ja-heng-il dan mukanya tertutup dengan kain hitam juga, Meskipun tubuhnya kecil, tetapi gerak-geriknya sangat lincah, Ketika ia kepepet, ia berbalik menghadapi empat tojin yang mengejarnya. Co Hiong menonton mereka bertempur sambil Tojin itu menyerang dengan pedang terhunus, Dengan sambil berteriak si pakaian hitam menangkis empat pedang dengan senjatanya, lalu menyerang dengan . hebat sehingga keempat Tojin itu harus mundur dua tangkah, Ketika itu orang-orang yang berlari-lari mengejar si pakaian hitam sudah datang di belakangnya Secepat kilat si pakaian hitam berbalik menangkis serangan pedang yang datang menusuk punggungnya dan terus menyabet ke kiri dan ke kanan dengan dahsyat Co Hiong memperhatikan bahwa senjata dari si pakaian hitam adalah satu seruling dari batu Giok yang panjangnya lebih kurang dua kaki ia teringat akan seorang jago silat wanita di kalangan Kang-ouw yang bernama Giok Siu Sian Cu Dewi seruling batu Giok, dan memperhatikan juga bahwa si pakaian hitam itu tubuhnya kecil seperti tubuhnya seorang wanita, Tidak salah dugaannya Co Hiong, memang si pakaian hitam itu adalah Giok Siu Sian yang melawan Giok Siu Sian Cu adalah seorang rahib wanita yang berusia lebih kurang empat puluh tahun dan bersenjata pedang, Ketika pertempuran telah berlangsung empat belas jurus atau lima belas jurus, rahib wanita itu sekonyong-konyong menyerang dengan mengirim dua tusukan berturut-turut, lalu loncat keluar Dengan melintangkan pedangnya di depan dadanya, ia menanya, suaranya keras "Hei! Apakah kau Giok Siu Sian Cu?"Sambil tertawa si pakaian hitam itu menjawab "Betul!Melihat jurus-jurusmu, kau tentunya Giok Cin Cu, salah satu pemimpin partai Kun Lun."Murid-murid yang mendengar pertarungan itu mulai datang, jumlahnya tidak kurang dari dua puluh orang, mereka mengurung Giok Siu Sian Cu. Co Hiong juga memperhatikan juga bahwa pria yang tadi berlatih silat dengan seorang rahib wanita muda juga berada diantara murid-murid melawan Giok Siu Sian Cu, si pakaian hitam, betul Giok Cin Cu. Setelah ia meninggalkan pegunungan Cie Lian San bersama Hian Ceng Tojin dan Tong Leng Tojin, ia segera kembali ke pegunungan Kun Lun, di mana markas partai silat Kun Lun di kuil Sam Goan Kong terletak Ngo Kong Toa-su, ayah angkatnya Ue Ceng Loan, juga turut datang, Ketiga pemimpin partai Kun Lun sangat menghormati Ngo Kong Toa- su, dan telah menyediakan tiga kamar yang sunyi dan tenang di tempat yang dikitari dengan pemandangan indah di puncak Kim Teng Hong. Di samping itu seorang anak tanggung diperintahkan untuk melayani semua keperiuannya. Lie Ceng Loan sering-sering datang menengok ia. Si Hwee-shio tua ini sangat menikmati penghidupan yang tenang itu, dan ia merasa gembira dan beruntung dapat tinggal di situ,Setelah Giok Cin Cu mengetahui bahwa Giok Siu Sian Cu datang menerobos masuk ke dalam kuil Sam Goan Kong, ia menjadi cemas, ia menanya "Kami dari partai Kun Lun tidak mempunyai sangkut paut urusan atau dendam terhadap kau. Tetapi mengapa kau datang menerobos masuk ke kuil kami?"Sambil tersenyum Giok Siu Sian Cu menjawab "Aku datang ke sini dengan maksud mencari satu orang, Tetapi sebelum kau menanya dulu maksudku, kau telah turun tangan melabrak aku. Untuk membela diri, aku terpaksa melawan bukan? Mustahil untuk membela diri aku dipersalahkan?"jawaban itu sangat beralasan Tetapi Giok Cin Cu berpikir Tetapi mengapa ia menerobos masuk, dan tidak dengan sopan datang dan minta permisi mencari orang yang dimaksud? ia datang seperti pencuri, dan aku terpaksa mesti melabrak ia." Lalu ia berkata" jikalau kau datang ke sini dengan maksud mencari orang, kau harus datang dengan sopan, Mengapa kau menerobos masuk di tengah malam buta?"Jikalau aku datang dengan terang-terangan, aku khawatir orang yang akan dicarinya bersembunyi dan tidak ingin menemui aku, Oleh karena itu, aku datang sekonyong- konyong di tengah malam," jawab Giok Siu Sian Cu,jawaban itu membikin Giok Cin Cu menjadi bingung, ia berpikir "Selain Toa suhengku yang telah berpisah dari kuil selama sepuluh lahun, gerak-gerik dari semua orang di dalam kuil ini aku sudah mengetahui Semua mereka tidak ada yang mempunyai urusan dengan wanita ini. sebetulnya dengan siapakah orangnya yang ia hendak cari itu?"Harus diketahui bahwa Giok Siu Sian Cu sangat terkenal di kalangan Kang-ouw, dan orang-orang yang mempunyai urusan dengan ia tentu bukan orang-orang sembarangan Giok Cin Cu menduga bahwa Giok Siu Sian Cu itu ingin mencari Toa suhengnya, Hian Ceng Tojin, ia menanya lagi "BoIehkah aku mengetahuinya siapakah gerangan yang kau hendak cari?"Giok Siu Sian Cu tersenyum, lalu menyahut "Di-antara murid-murid partai Kun Lun bukankah ada satu murid yang bernama Bee Kun Bu? Dengan tak menghiraukan perjalanan yang jauh aku telah datang ke daerah di sebelah barat ini hanya untuk mencari ia. "ia belum bicara habis, lalu dari belakangnya terdengar orang berkata dengan suara yang keras sekali "Betul, di antara murid-murid partai Kun Lun kita ada seorang murid yang bernama Bee Kun Bu. Kau ingin mencari ia, sebetulnya ada urusan apakah? Kau dapat beritahukan urusan itu kepadaku!"Giok Siu Sian Cu menoleh ke belakang, dan melihat seorang tua yang berjenggot dan berjubah dengan pedangnya menonjol keluar dari belakang bahunya pendeta itu adalah kepala dari kuil Sam Ceng Koan, Hian Ceng Tojin, Giok Siu Sian Cu pernah bertemu muka dengan Hian Ceng Tojin maka ia berkata "Bapak dari kuil Sam Ceng Koan, bilakah kembali ke kuil Sam Goan Kong?""Kuil Sam Goan Kong adalah tempat asalku, mustahil aku tidak boleh kembali ke kuil ini?" jawab Hian Ceng Tojin dengan menyindirsebetulnya Giok Siu Sian Cu sangat congkak, tetapi kali ini ia tidak menjadi gusar ia tetap bersikap tenang, ia berkata lagi sambil tersenyum "Aku cari ia karena adanya suatu urusan, dan urusan itu bukan urusan yang besar Bolehkah aku sendiri menemui dia?" Lalu dengan kedua matanya ia mengawasi semua orang-orang yang mengurung padanya,Hian Ceng Tojin telah mengetahui bahwa Giok Siu Sian Cu adalah satu iblis wanita di kalangan Bu Lim, dan tak mudah ditaklukkan atau dibujuk. ia berpikir Tadi ia berbicara sangat menyakiti hati Giok Cin Cu. Aku pun telah menyindir kepadanya, tetapi ia tidak menjadi gusar Apakah maksudnya?" Lalu ia menjawab "Kau mencari Bee Kun Bu sebetulnya untuk urusan apa? Kau dapat memberitahukan urusan itu kepadaku jikalau ia telah berbuat salah terhadap kau, aku sebagai gurunya, tentu akan menghukum ia dengan seksama!"Giok Siu Sian Cu segera mengetahui bahwa Hian Ceng Tojin tidak paham akan maksudnya. iapun tak dapat menjelaskannya, ia berdusta, tapi sebagai seorang wanita, ia tak dapat memikirkan dengan cepat perkataan apakah yang ia harus ucapkan untuk menutupi urusan pribadinya terhadap Bee Kun Bu. Untuk sementara waktu ia berdiri itu telah diperhatikan oleh Giok Cin Cu yang segera berpikir "Melihat sikapnya, ia datang bukan untuk membikin pembalasan dan bukan hendak mencari ribut." Lalu ia mengisyaratkan dengan pedangnya memerintahkan semua murid-muridnya yang mengurung Giok Siu Sian Cu bubar Sejenak kemudian tinggal ia, Giok Siu Sian Cu dan Hian Ceng Tojin. ia sarungi pedangnya dan menghampiri Giok Siu Sian Cu. ia angkat kedua tangannya memberi hormat dan berkata "Kami hargai kunjunganmu kesini, perbuatan kamiyang terburu napsu tadi, aku minta maaf."Giok Siu Sian Cu lekas-lekas membalas hormat itu. "Akulah yang harus dipersalahkan, karena aku datang mencari orang di tengah malam buta," katanya."Sudah lama aku mendengar nama saudari yang termashur. Malam ini kita dapat berjumpa, aku merasa beruntung sekali," kata Giok Cin Cu, lalu mempersilahkan tamunya masuk ke ruangGiok Siu Sian Cu mengikuti Giok Cin Cu, dan Hian Ceng Tojin juga jalan di belakang Giok Siu Sian Cu. Kedua pemimpin partai Kun Lun itu masih merasa heran mengapa iblis wanita ini ingin mencari Bee Kun Bu...Setelah melalui satu bukit kecil, mereka tiba di satu rumah yang terletak di tengah-tengah pohon-pohon bambu, Giok Cin Cu membuka pintu dan mempersilahkan tamunya masuk, dan diikuti oleh Hian Ceng Tojin, Rumah itu adalah tempat tinggalnya Giok Cin Cu, dan segala perabot di dalamnya sangat bersih dan rapi, Ruang di dalam diterangkan oleh mempersilahkan tamunya dan Toa suhengnya duduk, seorang rahib wanita muda masuk menyediakan teh, dan kemudian gadis kecil itu berdiri di samping Giok Cin menghirup teh, Hian Ceng Tojin menanya sambil tersenyum "Saudari dari jauh datang mengunjungi kuil kami, apakah hanya dengan maksud mencari Bee Kun Bu saja?"Ketika itu Giok Siu Sian Cu telah loloskan penutup mukanya, ia menjawab sambil tersenyum juga "Betul, kedatanganku ini hanya cuma ingin mencari ia untuk menanyakan suatu urusan."Melihat muka tamunya yang elok, Giok Cin Cu terpesona, sebelumnya ia hanya mendengarkan tentang Giok Siu Sian Cu itu seorang iblis wanita dengan ilmu silat yang tinggi sekali ia tidak menduga sama sekali bahwa iblis wanita dengan julukan "Dewi seruling batu Giok" adalah seorang wanita yang cantik jelita,Hian Ceng Tojin yang pernah menjumpai ia, juga belum pernah melihat wajahnya yang selalu bertutupkan muka, ia pun tereengang menampak wajah yang cantik dari tamunya itu."Ketika Bee Kun Bu di pegunungan Cie Lian San," begitulah Giok Siu Sian Cu mulai kata-katanya, "la telah menderita luka parah, Aku telah berusaha menolong ia dan mengobati luka-lukanya. Kami berada di satu lembah yang dalam, ketika ia menderita sakit berat Untuk menolong ia aku telah menerobos masuk ke dalam kuil Toa Ciok Sie dan mencuri sebuah Sie Can Ko yang mustajab Dengan buah itu, aku kira ia menjadi sembuh. "Di sini wanita itu memperlihatkan bahwa ia tetap seorang wanita, ia menunjukkan sikap seorang wanita yang terserang "Dewi asmara." ia menarik napas dan menjadi ragu-ragu untuk meneruskan kisahnya, Melihat sikap itu Giok Cin Cu dan Hian Ceng Tojin terkejut, Hian Ceng Tojin menundukkan kepalanya, lalu berkata Tertolongan yang saudari berikan kepada muridku, aku menghaturkan banyak terima kasih, Nanti setelah ia kembali ke sini, aku pasti ia mengunjungi saudari untuk menghaturkan banyak terima kasih. "Giok Siu Sian Cu tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan dengan kedua mata terbelah ia menanya "Ha! Apakah Bee Kun Bu belum kembali ke pegunungan Kun Lun?"Melihat sikap yang tegang itu, Hian Ceng lojin merasa bahwa urusan yang Giok Siu Sian Cu ingin beritahukan kepada Bee Kun Bu sangat penting. ia menjawab "Betul, Bee Kun Bu belum kembali ke sini?"Giok Siu Sian Cu berdiri, dan dengan wajah yang gusar ia menanya Hian Ceng Tojin "Apakah ia tak sudi menemui aku? apakah ia betul-betul belum kembali? Aku telah pergi lagi ke pegunungan Cie Lian San, tetapi aku tidak menjumpai ia di sana.,.!"Sikap yang tiba-tiba berubah itu membikin Hian Ceng Tojin dan Giok Cin Cu heran, dan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan mereka bersikap waspada, karena Giok Siu Sian Cu itu terkenal sangat kejam,Dengan sikap yang tenang dan ramah, Hian Ceng Tojin berkata "Bee Kun Bu adalah muridku, Kalau ia berbuat salah, kami pasti menghukum padanya, kami tak akan memperkenan berbuat yang tidak pantas!"Giok Siu Sian Cu geleng-geleng kepalanya, dan berkata "la tidak berbuat salah, Kau tak dapat sembarangan menerka!N Segera air matanya mengucur keluar dari kedua matanya,Melihat sikap tamunya yang demikian itu, Giok Cin Cu mengetahui bahwa tamunya tak dapat diperlakukan dengan kekerasan ia berkata sambil tersenyum dan menghibur Toa suhengku belum pernah berdusta, Bee Kun Bu betul-betul belum kembali ke kuil Sam Goan Kong. Jika kau tak pereaya, aku persilahkan kau memeriksa semua kamar, semua ruang dan semua kuil ini!"Dengan perasaan tertindih, Giok Siu Sian Cu berkata "Aku tak menghiraukan ia di mana, aku mesti pergi mencari ia. Jika ia masih hidup, aku ingin menjumpai ia. Jika ia telah tewas, aku mau lihat mayatnya!" Lalu ia berjalan menuju pintu hendak keluarGiok Cin Cu mengikuti dari belakang, lalu sambil memegang bahunya ia berkata "Kau baru saja datang tapi sudah hendak pergi lagi, Kau tinggallah di sini beberapa hari lagi, kemudian baru pergi."Giok Siu Sian Cu menoleh ke belakang, ia tersenyum, Terima kasih, Aku pasti akan datang pula dan kita dapat bereakap-cakap lagi," ia berkata, Lalu dengan satu loncatan ia keluar dari rumah itu dan lari keluar dari kuilGiok Cin Cu kembali dan sambil menarik napas ia berkata kepada Hian Ceng Tojin "Ai! Muridmu itu betul-betul membikin orang banyak sedih hati. Aku khawatir ia akan membikin pusing kepalaku juga!"Dengan nada suara menghibur Hian Ceng Tojin berkata "Aku senantiasa yakin bahwa muridku, Bee Kun Bu seorang yang setia, budiman, sopan, mulia dan berbakti"Aku tidak katakan ia jahat dan busuk, justru karena ia terlalu baik hati, ia akan membikin aku pusing kepala, Di kemudian hari apabila ia menyakiti hatinya Lie Ceng Loan, muridku, aku harus membikin perhitungan dengan kau!"Sambil geleng-geleng kepala, Hian Ceng Tojin bangun dari tempat duduknya, Lalu berkata "Sudahlah, Hari masih malam, kau harus tidur Urusan ini kita dapat bicarakan besok!"Giok Cin Cu melihat ke atas langit dan berkata "Baru jam empat, Giok Siu Sian Cu telah datang menerobos masuk ke pekarangan dan karena itu telah menggangu aku. Aku tak dapat tidur lagi Mari kita main catur" Sejak Hian Ceng Tojin kembali ke puncak Kim Teng Hong, untuk menghindarkan salah paham dan khawatir menimbulkan kegelisahan Tong Leng Tojin ia berusaha tidak berada dekat Giok Cin Cu. Kini Giok Cin Cu minta ia bermain catur ia berdiri berpikir untuk mengambil keputusan justru pada saat itu terdengar suara seruling merdu menawan hati. seruling tersebut makin lama makin sedih terdengarnya. Dengan tak terasa dan tak tertahan, air mata mengalir keluar dari matanya Giok Cin Cu. ia balik badan dan melihat muridnya Liong Giok Pin, yang melayani ia juga mengucurkan air mata sedih mendengar lagu dari seruling itu."
Dalamgua ia sambil mesatakan jalan keluarnya, sehingga dikemudian hari mudah baginya untuk keluar masuk kesana. Juga ia membuat sebuah terowongan yang dimulai dari mulut gua, yang kiranya terbuat dari susunan batu-batu. Agaknya cianpwee yang luar biasa sengaja membuat mulut gua demikian agar tidak mudah orang luar mencapai tempat itu.
Jilid 34"Anak Hiong. " Souw Peng Hai menarik nafas, "Masihluas di kolong langit, tentunya ada tempat untuk kita berteduh.""Guru telah terluka hingga sedemikian macam, kenapa Kim Hun Tokouw mau melepaskan Guru?" tanya Co Hiong heran."Dia memang sudah mau turun tangan membunuh guru, namun mendadak lonceng di istana Pit Sia Kiong berbunyi, maka dia segera kembali ke sana." Souw Peng Hai memberitahukan."Mungkinkah. Na Siao Tiap sudah datang?" Co Hiongtampak tersentak"Hm!" dengus Souw Peng Hai dingin, "Biar dia musnahkan istana itu!"Co Hiong mengerutkan kening, kelihatannya ia sedang memikirkan sesuatu, sedangkan Souw Peng Hai menarik nafas dalam-dalam, lalu duduk dan menghimpun hawa murninya, Tak lama ia sudah tampak agak bersemangat "Anak Hiong! sebetulnya siapa orang aneh di dalam gua itu?" tanyanya sambil memandang muridnya itu."Panjang kalau dituturkan," sahut Co Hiong."Apa yang engkau alami di dalam gua, tuturkanlah pada guru!" ujar Souw Peng Hiong mengangguk, lalu mulai Hiong mengaku dirinya Bee Kun Bu, melangkah ke dalam gua dengan hati kebat-kebit dan merasa takut tetapi, ia tetap memberanikan diri untuk terus melangkah ke dalam, Setelah melangkah masuk beberapa depa, ia berhenti seraya berkata."Cianpwee, aku sudah memasuki gua ini!"Tiba-tiba berkelebat sosok bayangan ke hadapannya, Bayangan itu tinggi kurus dan begitu cepat tanpa mengeluarkan sedikit suara pun, bagaikan arwah penasaranCo Hiong terkejut Ketika ia baru mau membuka mulut, mendadak merasa bahunya sakit sekali, ternyata bahunya telah dicengkeram orang."Cianpwee. "Baru mengucapkan kata tersebut, badannya telah terangkat dan melayang, Betapa terkejutnya Co Hiong, sebab ia sama sekali tidak mampu melawan atau mengerahkan lama ia sudah sampai di ruang batu yang suasananya remang-remang. Di ruang batu itu terdapat meja dan tempat duduk yang dibikin dari batu pula, Bahkan tampak sebuah lampu minyak menyala remang-remang di atas meja batu Co Hiong terbelalak, ternyata matanya melihat dua orang berdiri di situ, yakni dua anak gadis yang dilemparkannya tadi Kedua gadis itu masih hidup, Sungguh di luar dugaan karena orang aneh di dalam gua tidak menghisap darah mereka. Hanya saja mereka berdua berdiri seperti patung, Begitu melihat Co Hiong, salah satu gadis itu langsung memperlihatkan wajah Hiong menoleh melihat orang aneh itu, bukan main kagetnya setelah melihat orang aneh orang aneh itu putih dan panjang hampir menyentuh tanah, Separuh wajahnya tertutup oleh rambutnya yang panjang itu, cuma tampak sepasang matanya yang menyorot tajam."Cianpwee menyuruhku masuk ada urusan apa?" tanya Co aneh itu menatap Co Hiong, tapi tidak ber-suara, Tatapan yang begitu tajam membuat sekujur badan Co Hiong langsung merinding, Orang aneh itu mendorong sebuah pintu batu. Setelah pintu batu itu terbuka, terdengarlah suara rintihan anak gadis."Kakak Bu! Kakak Bu, engkau di mana?"Co Hiong mengenali suara itu, tidak lain adalah suara Lie Ceng Loan. Semula ia mengira gadis itu telah mati di tangan orang aneh, tapi ternyata tidak, itu membuatnya tertegun dan tidak habis berpikirOrang aneh memandang ke dalam ruang itu, kemudian menarik nafas panjang, lalu membalikkan badannya sambil menggerakkan tangannya memanggil Co Hiong, Sungguh menyeramkan, sebab kuku jari tangan orang aneh itu panjang- panjang Hiong menarik nafas dalam-dalam menenangkan hati, lalu menghampiri orang aneh dan tampak terheran-heran pula, Karena merasa dingin sekali ketika mendekati orang aneh itu, maka Co Hiong teringat akan kata-kata Souw Peng Hai, bahwa orang aneh itu melatih semacam ilmu yang mengandung hawa Hiong memasuki ruang batu itu, ia melihat Lie Ceng Loan duduk di atas sebuah batu. Hati Co Hiong langsung tersentak saking terpesona akan kecantikan Lie Ceng Loan, bahkan terpukau pula, Kalau di dalam gua itu tidak ada orang aneh, mungkin gadis itu telah menjadi miliknya."Nona Lie! Nona Lie!" panggil Co Hiong sambil Lie Ceng Loan berseri dan tersenyum manis, sehingga sepasang matanya berbinar-binar indah."Kakak Bu, engkau sudah selamat?""Ceng Loan!" Co Hiong menggenggam tangannya seraya bertanya lembut, "Kenapa engkau?""Kaka Bu, hatiku merasa lega karena engkau sela mat," ujar Lie Ceng Loan sambil menarik nafas dalam-dalam."Cianpwee!" Co Hiong berpaling memandang orang aneh itu, "Nona Lie kenapa? Apakah dia terluka?"Orang aneh itu cuma menarik nafas, ia tidak menyahut dan bahkan membalikkan Hiong diam, ia tidak berani banyak bertanya, khawatir akan menimbulkan kegusaran orang aneh memandang Lie Ceng Loan dengan penuh perhatian ternyata di kening gadis itu terdapat luka bekas goresan, itu membuatnya terkejut dan ke empat puluh tiga Menutur kejadian Masa Lalu sementara Lie Ceng Loan terus memandang ke depan,Mulutnya terus bergumam dengan suara rendah."Kakak Bu, Co Hiong bilang engkau ditangkap di istana Pit Sia Kiong, Aku... aku cemas sekali, Kakak Bu. Setelah engkau meninggalkan Gunung Kwat Cong San, tahukah engkau, aku sangat merindukanmu!" Hati Co Hiong terasa panas sekali begitu mendengar gumaman Lie Ceng Loan. Sebab gumaman itu merupakan curahan hati gadis itu kepada Bee Kun Bu."Kakak Bu!" Lie Ceng Loan tersenyum. "Akhirnya engkau kembali di sisiku."Usai berkata, gadis itu menggenggam tangan Co Hiong erat-erat, sehingga membuat pikiran Co Hiong Hiong tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan langsung mencium pipi Lie Ceng Loan, Gadis itu tersenyum manis, namun mendadak terbelalak"Siapa engkau? Siapa engkau? Engkau bukan Kakak Bu!Aku mau Kakak Bu!" Hiong terkejut sedangkan orang aneh itu men-dengus, Mendadak Co Hiong merasa bahunya sakit sekali, ternyata orang aneh itu telah mencengkeramnya"Engkau siapa?" bentak orang aneh itu. "Aku,., aku. " Co Hiong tergagap."Ayoh jawab!" bentak orang aneh itu lagi. "Engkau siapa?""Cianpwee, harap. harap dengar dulu!" Co Hiong bersikapsetenang mungkin, padahal ia amat ketakutan Dasar Co Hiong berhati licik. Seketika timbul pula suatu akal dalam benaknya, "Dengarkan dulu penjelasanku. ""Hmm!" dengus orang aneh itu dingin, lalu mengeraskan cengkeramannya."Aduuuh! Aduuuuh!" jerit Co Hiong kesakitan"Co Hiong!" bentak Lie Ceng Loan "Di mana Kakak Bu? Di mana dia?""Cianpwee, aku. aku mengaku diriku Bee Kun Bu, itudemi kebaikan Nona Lie," ujar Co Hiong sambil menahan sakit."Engkau siapa?" "Aku... aku teman baik Nona Lie." Co Hiong menjawab demikian, karena melihat sikap orang aneh itu menyayangi Lie Ceng Loan"Di mana Bee Kun Bu?""Bee Kun Bu ditangkap Kim Hun Tokouw, lalu dikurung di dalam istana Pit Sia Kiong." Co Hiong memberitahukanOrang aneh itu tampak tertegun, lalu memandang Lie Ceng Loan yang kebetulan juga sedang memandang-nya. Maka tersiratlah rasa ketakutan di wajah gadis itu."Nona Lie.,.," Orang aneh itu menarik nafas panjang, "Jangan begitu takut padaku!""Engkau cepat pergi! jangan mendekatiku, aku takuti" seru Lie Ceng Loan "Engkau bukan manusia! Bagaimana mungkin manusia menghisap darah manusia"/""Nona Lie. " Orang aneh itu menarik nafas panjang lagi,"Sudah puluhan tahun aku melatih ilmu Kiu Tok Im Han Kang llmu Hawa Dingin Sembilan Racun, Sudah amat dalam ilmu yang kulatih itu, maka di dalam tubuhku penuh mengandung hawa dingin Ketika engkau memasuki gua, kebetulan hawa dingin di dalam tubuhku sedang bergejolak, Karena tiada lain obatnya kecuali darah hangat, sehingga secara tidak langsung aku telah melakukan suatu kesalahan terhadapmu.""Phui! Siapa pereaya omonganmu? Ayoh, cepat enyah dari sini!" hardik Lie Ceng Loan"Nona Lie, aku cuma menghisap sebagian darahmu, tapi tadi aku telah menggantinya dengan darah ular, Walau engkau akan mengalami rasa panas yang luar biasa, namun justru sangat bermanfaat bagi tubuhmu." Orang aneh itu memberitahukan"Omong kosong! Aku tidak pereaya omonganmu, lebih baik engkau cepat enyah dari sini!" bentak Lie Ceng aneh itu menggeleng-gelengkan kepala, kemudian berjalan mondar-mandir di ruang batu itu. Semula Co Hiong amat mengkhawatirkan Lie Ceng Loan yang membentak-bentak orang aneh itu. Namun ketika melihat orang aneh itu cuma menarik nafas panjang dan menggeleng-gelengkan kepala, hatinya merasa tetapi, Co Hiong merasa heran, kenapa orang aneh itu cuma menghisap sebagian darah Lie Ceng Loan? Dan kenapa kemudian menolongnya lagi dengan darah ular? Co Hiong betul-betul tidak habis berpikir"Nona Lie, kini engkau telah sadar, Maka aku ingin menanyakan seseorang padamu," ujar orang aneh itu. "Apakah engkau sudi memberitahukan?""Engkau mau menanyakan siapa?" tanya Lie Ceng Loan. "Dua puluh tahun lampau, di daerah Kang Lam munculseorang pendekar bermarga Lie," jawab orang aneh itu melanjutkan "Julukannya adalah Gin Kiam Kim Pian Pedang Perak Cambuk Emas. "Mendengar itu, Lie Ceng Loan langsung duduk tegak, sepasang matanya terbelalak dan mulutnya ternganga lebar."Engkau menanyakan Gin Kiam Kim Pian?" Lie Ceng Loan menatapnya."Tidak salah." Orang aneh itu mengangguk "Aku memang ingin menanyakan Gin Kiam Kim Pian-Lie Kwi Cee!""Gin Kiam Kim Pian-Lie Kwi Cee.,." gumam Lie Ceng Loan dengan wajah menyiratkan keterkejutan "Kenapa engkau menanyakan orang itu?""Aaakh. " Orang aneh itu menarik nafas panjang, "Akuberhutang budi padanya, hingga kini masih tiada kesempatan untuk membalasnya, maka aku menanyakan nya.""Dia... dia...." Air mata Lie Ceng Loan mulai bereucuran "...dia sudah mati."Mendengar jawaban Lie Ceng Loan, orang aneh itu tampak terkejut, lalu menyingkapkan ke atas rambutnya yang menutupi wajahnya itu. Ternyata wajah orang aneh itu masih tampak tampan. Namun yang menyeramkan wajahnya, adalah codet di keningnya, Siapa yang menyaksikan bekas luka itu, pasti terkesan takutLie Ceng Loan terbelalak, kenapa wajah yang cukup tampan itu terdapat bekas luka? Di saat gadis itu sedang berpikir, orang aneh itu meraba-raba codet di dia sudah mati, tidak tahu mati di tangan siapa?" gumam orang aneh itu."Dia mati di tangan Kiok Goan Hoat, Aku.,, aku telah membalas dendamnya itu." Lie Ceng Loan memberitahukan"Kalau begitu, engkau putrinya?" Orang aneh itu menatapnya dalam-dalam."Ya." Lie Ceng Loan mengangguk "Lie Kwi Cee adalah ayahku, tapi.,, bagaimana raut wajahnya, aku tidak begitu jelas, sebab ketika dia mati, aku masih kecil.""Lie Kwi Cee adalah pendekar besar yang gagah dan tampan Tangan kanannya pedang perak dan tangan kirinya cambuk emas, Walau usianya masih muda, kepandaiannya sangat tinggi Kiok Goan Hoat itu apa? Sama sekali bukan lawannya, Aaakh. " Orang aneh itu menarik nafas sambilmengusap-usap codet di keningnya dan melanjutkan, "Nona Lie, bekas luka di keningku ini adalah pemberian ayahmu."Sete!ah orang aneh itu mengatakan begitu, terkejut-lah Lie Ceng Loan dan Co Co Hiong mengira orang aneh itu teman baik ayah Lie Ceng Loan, karena itu ia bergirang dalam hati, sedangkan Lie Ceng Loan telah terkesan baik padanya, maka ia yakin orang aneh itu pasti membantunya menundukkan Kim Hun setelah mendengar orang aneh itu mengatakan begitu, merindinglah sekujur badannya, sebab ayah Lie Ceng Loan telah mati, tentunya orang aneh itu akan menuntut balas terhadap gadis tersebut"Cianpwee!" seru Co Hiong, "Nona Lie tidak tahu apa-apa, Cianpwee tidak boleh. "Co Hiong belum menyelesaikan ucapannya, orang aneh itu telah mengibaskan tangannya ke arah Co Hiong, menimbulkan hawa yang amat dingin menerjang ke arah-nya. Ketika Co Hiong baru ingin melawan hawa dingin itu telah menerjang dirinya, sehingga membuatnya ter-mundur dan menggigil kedinginan ia sama sekali tidak mampu mengerahkan Lweekangnya, akhirnya jatuh duduk."Hati-hati Nona Lie!" Co Hiong Saudara Co!" sahut Lie Ceng Loan sambil tersenyum getir. "Walau dia musuh almarhum ayahku, aku tidak takut!"Setelah menjatuhkan Co Hiong, orang aneh itu justru tidak turun tangan terhadap Lie Ceng Loan, bahkan kemudian malah bergumam."Kening kananku tergores pedang peraknya dan kening kiriku tersabet cambuk emasnya, Aaakh! Sungguh hebat kepandaian pendekar Lie. Dia sudah mati, tentunya kepandaiannya yang sangat hebat itu tidak diwariskan pada siapa pun. Sungguh sayang sekali!"Orang aneh itu menarik nafas panjang, sedangkan Lie Ceng Loan dan Co Hiong cuma mendengarkan dengan penuh perhatian"Kepandaiannya lebih tinggi dariku.,." lanjut orang aneh itu. "Walau aku sudah terluka, tapi masih sempat membalasnya dengan sebuah pukulan, setelah itu barulah aku kabur Aku tidak tahu dia terpukul atau tidak, tapi dia justru mati di tangan Ciok Goan Hoat, Kalau begitu berarti dia telah terpukul oleh pukulanku yang mengandung hawa dingin, sehingga memunahkan separuh ke-pandaiannya, Ha ha ha,.,!" Ternyata kematian ayahku disebabkan pukulanmu itu!" ujar Lie Ceng Loan."Mungkin begitu," sahut orang aneh itu. Lie Ceng Loan membentak nyaring, tangannya menekan batu yang didudukinya, sehingga badannya melayang itu masuk ke gua bersama Co Hiong, Setelah obor padam, ia merasa sekujur badannya tidak bisa bergerak, dan tiba-tiba lehernya terasa sakit sekali ia lalu menoleh dan melihat orang aneh itu sedang menghisap darahnya melalui gigitan di takutnya Lie Ceng Loan, namun tidak punya tenaga untuk meronta, akhirnya ia pun berapa lama kemudian, barulah ia siuman dan merasa sekujur badannya panas sekali, sepertinya dirinya sedang dibakar, itu membuatnya mengoceh tidak saat Co Hiong memasuki gua itu, Lie Ceng Loan baru mulai sadar Kini tangannya menekan batu itu, justru membuatnya terkejut dan tertegunTernyata tadi ia menekan batu itu, maksudnya cuma ingin turun, Namun malah membuat tubuhnya melambung ke atas, sehingga nyaris membentur langit-langit gua itu. Setelah itu, barulah melayang Ceng Loan tahu jelas, ginkangnya masih belum begitu tinggi, tapi kenapa mendadak ia memiliki ginkang yang begitu tinggi? Gadis itu tidak habis berpikir Namun tidak punya waktu untuk memikirkan itu, sebab ia sudah membentak"Ayahku mati karena pukulanmu! Terimalah pukulanku!" Lie Ceng Loan menyerang orang aneh itu dengan jurus Yun Liong Phun Uh Naga Menyemburkan Kabut.Co Hiong terkejut sekali ketika melihat Lie Ceng Loan menyerang orang aneh itu, sedangkan dirinya masih bukan tandingannya, apalagi gadis itu? "Nona Lie, cepat berhenti!" serunya cepat "Ada masalah apa pun, bicarakan dengan baik-baik saja!"Akan tetapi sudah terlambat, Lie Ceng Loan telah melancarkan Bahu orang aneh itu terpukulBadan orang aneh itu tampak bergoyang-goyang, kemudian jatuh itu, sungguh di luar dugaan Lie Ceng Loan sendiri maupun Co Hiong, Mereka berdua tahu, orang aneh itu sama sekali tidak menangkis, bahkan juga tidak mengerahkan Lweekangnya, maka ia terpukul sampai jatuh duduk."Eh?" Lie Ceng Loan bingung. "Kenapa engkau tidak membalas?"Orang aneh itu bangkit berdiri perlahan-lahan, kemudian tersenyum seraya berkata."Nona Lie, jangan kata membalas, kalau aku mengerahkan Kiu Tok Im Han Kang, saat ini engkau pasti sudah terluka.""Kalau begitu, kenapa engkau tidak mau mengerahkan Lweekang itu untuk melukai diriku?" tanya Lie Ceng Loan sambil mengerutkan kening."Engkau harus dengar penuturan ku sampai habis," sahut orang aneh itu lalu melanjutkan penuturannya. "Pada waktu itu, aku kabur dengan wajah berlumuran darah, tentunya aku amat mendendam pada Lie Kwi Cee. Akan tetapi, setibanya di rumah, aku justru sangat berterima kasih padanya.""Lho?" Lie Ceng Loan heran, "Kenapa begitu?" "Setibaku di rumah, barulah aku tahu dia telah menolongseluruh keluargaku Aku punya seorang musuh besar, yaitu Ngo Tok Siu Manusia Lima Racun Mo Lun. " Ketika oranganeh itu menutur sampai di sini, Co Hiong dan Lie Ceng Loan pun berteriak kaget "Haaah. ?" "Nona Lie, engkau kenal Ngo Tok Siu-Mo Lun?" tanya orang aneh itu."Ya." Lie Ceng Loan mengangguk "Dia terpukul oleh Kakak Siao Tiap sehingga menjadi gila, kini entah di mana dia?""Oh?" Orang aneh itu tampak kurang pereaya. "Nona Lie, Mo Lun berkepandaian sangat tinggi, mungkin... engkau salah dengar""Aku menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, bagaimana mungkin salah?" sahut Lie Ceng Loan. "Dia bergabung dengan partai Thian Liong, di Toan Hun Ya, lalu terpukul oleh kakak Siao Tiap!""Nona Siao Tiap itu siapa?""Kepandaian Kakak Siao Tiap amat tinggi," ujar Lie Ceng Loan sambil tersenyum. "Tiada seorang pun yang mampu melawannya.""Oh?" Orang aneh itu menarik nafas panjang, "Sudah dua puluh tahun aku tidak pernah keluar dari gua ini, maka agak asing terhadap kaum Bu Lim.""Selama itu Cianpwee tidak pernah meninggalkan tempat ini?" tanya Co Hiong mendadakCo Hiong pernah datang di gua tersebut Pada waktu itu, ia sama sekali tidak melihat seorang pun di dalam gua ini, maka ia berani membawa Lie Ceng Loan ke dalam gua tersebut Karena orang aneh itu mengatakan, tidak pernah meninggalkan gua, otomatis membuat Co Hiong tereengang dan mengajukan pertanyaan Co Hiong bertanya begitu, air muka orang aneh itu mendadak berubah, kelihatannya seperti rahasianya terbongkarSetelah itu, ia menatap Co Hiong dengan sorotan tajam dan dingin, lalu membentak keras. "Memang begitu!""Ya. Ya, aku... aku cuma sekedar bertanya saja." ujar Co Hiong cepat dengan perasaan takut"Ngo Tok Siu-Mo Lun datang di rumahku selagi aku tidak berada di rumah, Ternyata dia ingin membunuh anak isteriku yang tidak mengerti ilmu silat Kebetulan pendekar Lie lewat Padahal pada waktu itu pendekar Lie dengan aku sudah bermusuhan Namun dia justru menolong anak isteriku Aaaakh!Setelah itu, aku bertemu dengannya, Kalau dia mengungkat tentang itu, bagaimana mungkin aku akan bertempur dengan dia? Tapi dia bukan orang yang suka berbangga diri karena telah menoiong. Oleh karena itu, dia diam saja sehingga kami bertarung, wajahku terfuka, dia pun terkena pukulanku"Engkau memang jahat sekali!" ujar Lie Ceng salah," sahut orang aneh itu mengaku, "Aku memang jahat, aku memang binatang!"Karena orang aneh itu mengaku begitu, maka Lie Ceng Loan merasa tidak tega terus mempersalahkannya."Sudahlah! jangan mempersalahkan diri sendiri!" ujar Lie Ceng Loan."Nona Lie!" Orang aneh itu menatapnya, "Engkau memang mirip pendekar Lie, bahkan berjiwa besar dan berhati lapang.""Kalau begitu, kenapa engkau bisa tinggal di dalam gua ini?" tanya Lie Ceng Loan mendadak"Pada waktu itu, aku menyesal sekali Aku tidak tahu kalau pukulanku akan melukainya atau tidak? Kalaupun aku pergi mencarinya juga pereuma, sebab aku belum mampu mengobatinya," jawab orang aneh itu memberi-tahukan, "Oleh karena itu, aku bersumpah dalam hati, harus memperdalam ilmuku itu. Setelah aku berhasil memperdalam ilmuku, barulah aku pergi untuk mengobatinya!" "Cianpwee!" sela Co Hiong, "Kalau tidak salah, Cianpwee adalah Kiu Tok Sian Ong Dewa Sembilan Racun Bun Thian Pah.""Kok engkau tahu?" tanya orang aneh itu, "Cianpwee menitip anak isteri pada orang, lalu seorang diri berangkat ke seberang laut untuk belajar ilmu silat tinggi, semua kaum Bu Lim tahu itu," jawab Co Hiong, ia pun merasa terkejut karena orang aneh itu ternyata Kiu Tok Sian Ong-Bun Thian lebih mengejutkan yakni orang aneh itu masih kalah di tangan Lie Kwi Cee. Padahal Kiu Tok Sian Ong sangat terkenal, lagi pula kakak seperguruan Ngo Tok Siu-Mo Lun."Aku tidak berangkat ke seberang laut, melainkan berangkat ke luar perbatasan," ujar Kiu Tok Sian Ong, " Karena aku memperoleh berita, bahwa di dalam sebuah gua di Gunung Taysan Altai, terdapat sebuah Han Giok Giok Dingin yang sangat bermanfaat bagi ilmu Kiu Tok Im Hang Kangku, Karena itu, aku berangkat ke mari Lantaran terburu- buru memperdalam ilmuku itu, akhirnya diriku menjadi rusak. Beberapa tahun yang lalu, barulah aku berhasil menembus urat nadiku. Tak di-sangka, sudah dua puluh tahun dan putri pendekar Lie pun sudah sedemikian besar!""Guruku bilang, ayahku terjebak oleh rencana busuk Kiok Goan Hoat, akhirnya mati di tangan mereka," ujar Lie Ceng Loan menjelaskan "Sepertinya tiada hubungannya dengan pukulan Cianpwee!""Oh?" Kiu Tok Sian Ong tertegun "Biar bagaimana-pun, aku tetap merasa bersalah terhadap almarhum ayah-mu."Co Hiong dan Lie Ceng Loan diam saja, Berselang sesaat Kiu Tok Sian Ong berkata lagi"Nona Lie, sebetulnya siapa Bee Kun Bu?""Dia...." Wajah Lie Ceng Loan kemerah-merahan. "... dia kakak seperguruanku!" "Oooh, aku mengerti" Kiu Tok Sian Ong manggut-manggut, kemudian memandang Co Hiong seraya berkata, Tadi engkau begitu berani mengaku sebagai Bee Kun Bu. sesungguhnya aku harus membunuhmu, tapi mengingat engkau teman Nona Lie, maka aku mengampunimu, cepatlah engkau pergi melapor pada Lam Kiong Siu, suruh dia bawa Bee Kun Bu ke mari menemui ku!""Lo Siang Ong!" Lie Ceng Loan girang bukan main. "Apakah Lam Kiong Siu akan menuruti perkataan Cian- pwee?""Nona Lie, engkau boleh berlega hati," sahut Kiu Tok Sian Ong, "Kalau Lam Kiong Siu tidak mau mendengar kataku, aku pasti menerjang ke istana Pit Sia Kiong untuk menolong kakak seperguruanmu."Saat ini, Co Hiong tidak tahu bahwa Souw Peng Hai dan Lam Kiong Siu sudah berada di lembah, bahkan mereka telah bertarung mati-matian. Maka begitu mendengar Kiu Tok Sian Ong menyuruhnya pergi melapor pada Lam Kiong Siu, Co Hiong terkejut Sebab ia masih ingat, ketika ia menyinggung orang aneh itu, wajah Lam Kiong Siu langsung Lam Kiong Siu pernah mengalami sesuatu di tangan Kiu Tok Sian Ong, Kalau tidak, bagaimana mungkin Lam Kiong Siu tampak agak segan terhadapnya ?Setelah berpikir sejenak, Co Hiong memandang Kiu Tok Sian Ong, lalu memberi isyarat dengan tangannya."Kalau mau bicara, bicaralah!" bentak Kiu Tok Sian Ong, "Jangan seperti orang gagu, kelihatannya engkau bukan orang baik-baik!""Lo Siang Ong, Co Hiong bukan orang jahat." Lie Ceng Loan membelanya."Hm!" dengus Kiu Tok Sian Ong, "Nona Lie, engkau berhati bajik, bagaimana mungkin tahu kelicikan hati orang?" Co Hiong gusar sekali dalam hati, namun wajahnya justru malah tersenyum-senyum."Cianpwee benar, Hanya saja tadi ada sedikit pembicaraan yang tidak boleh didengar Nona Lie, maka aku memberi isyarat dengan tangan, tapi Cianpwee malah salah paham," ujar Co Hiong sungguh-sungguh."Pembicaraan apa yang tidak boleh kudengar?" tanya Lie Ceng Hiong tidak menyahut, melainkan bersikap serba salah. "Katakanlah," desak Lie Ceng Loan. "Apakah berkaitandengan Kakak Bu?"Co Hiong diam saja, itu membuat Lie Ceng Loan makin penasaran"Katakan saja!" desak Lie Ceng Loan lagi, "Kalau Kakak Bu sudah celaka, paling juga aku akan menemaninya mati.""Nona Lie. " Co Hiong menarik nafas panjang. "Terusterang, Saudara Bee. ""Kakak Bu kenapa?" tanya Lie Ceng Loan dengan wajah berubah."Dia,., dia telah. ""Dia sudah mati?" Air mata Lie Ceng Loan langsung mele! Hiong tidak menyahut, hanya manggut-manggutLie Ceng Loan tertegun, air matanya terus berderai dan berdiri seperti patung, kemudian mendadak tersenyum seraya bergumam."Kakak Bu, kita hidup selalu berpisah, Kini kita sudah mati, jadi bisa berkumpul selama-lamanya." "Eh?" Kiu Tok Sian Ong tertegun, "Nona Lie, engkau masih segar bugar, kenapa malah bilang sudah mati?""Kakak Bu sudah mati, dia akan kesepian seorang diri di sana, maka aku harus menyertainya." sahut Lie Ceng Loan sambil tersenyum sedih."Nona Lie!" ujar Kiu Tok Sian Ong, "Jangan cari mati, di dunia ini masih banyak pemuda lain.""Memang masih banyak pemuda !ain, namun aku cuma mencintai Kakak Bu seorang saja," ujar Lie Ceng Loan dengan air mata bereucuranwajahnya mulai berubah pucat, kemudian berubah merah, setelah itu mulai berubah itu, Kiu Tok Sian Ong langsung membentak lalu mendekatinya. Dicengkeramnya urat nadi gadis itu, agar hawa murninya tidak buyar"Bagaimana engkau bisa tahu itu?" tanya Kiu Tok . Sian Ong pada Co Hiong."Aku berada di luar istana, kebetulan mencuri dengar pembicaraan para peiayan.""Phui! itu mungkin cuma isu saja!" ujar Kiu Tok Sian Ong, "Nona Lie, engkau jangan begitu bodoh!""Lo Sian 0ng. H Timbullah harapan dalam hati Lie CengLoan, "Aku mau ke istana Pit Sia Kiong!""Nona Lie, aku telah menerima budi dari almarhum ayahmu, hingga kini masih belum terbalas, Kalau engkau mau ke istana Pit Sia Kiong, aku pasti mendampingimu Tapi haius menunggu malam dulu.""Harus menunggu malam ?" tanya Lie Ceng Loan, "Kenapa?""Engkau jangan bertanya, pokoknya kalau hari sudah malam, kita berangkat ke sana," sahut Kiu Tok Sian Ong. "Baiklah." Lie Ceng Loan mengangguk"Sekarang engkau boleh pergi," ujar Kiu Tok Sian Ong pada Co Hiong. "Selidiki jejak Bee Kun Bu, apakah benar dia sudah celaka?"padahal Co Hiong ingin mengajak Lie Ceng Loan pergi bersama, tapi ia tidak mampu melawan Kiu Tok Sian Ong, maka terpaksa menurut dan langsung meninggalkan gua itu, Begitu keluar dari gua itu, ia bertemu Souw Peng Hai."Ternyata orang aneh itu Kiu Tok Sian Ong-Bun Thian Pah," ujar Souw Peng Hai seusai mendengar penuturan Co Hiong, "Kepandaiannya jauh lebih tinggi dari Mo Lun, maka Mo Lun merasa iri padanya, akhirnya mereka berdua bermusuhan.""Guru!" Co Hiong tertawa, "Nanti malam kita akan menyaksikan tontonan yang sangat menarik.""Ng!" Souw Peng Hai manggut-manggut "Tadi lonceng di istana Pit Sia Kiong berbunyi, bagaimana kalau kita ke sana melihat-lihat?""Apakah Guru masih kuat bertahan?""Bagaimana mungkin guru tidak kuat bertahan?" Souw Peng Hai tertawa gelak, "Ayolah, mari kita kesana!"Bagian ke empat puluh empat Kehilangan Kitab Pusaka Ketika Souw Peng Hai dan Co Hiong tiba di depan istanaPit Sia Kiong, hari sudah senja, Mereka berdua bersembunyi di belakang sebuah pohon, lalu memandang ke arah seorang gadis cantik jelita berdiri dekat pintu istana Pit Sia Kiong, Gadis itu Na Siao Tiap, tangannya membawa sebuah Piepa Alat Musik Kuno Cina yang mirip gitar."Hah?" Co Hiong terkejut "Guru, ternyata benar Na Siao Tiap yang datang!" "Anak Hiong!" Souw Peng Hai juga terkejut "Kita jangan memperlihatkan diri."Tampak Na Siao Tiap mulai tidak sabaran berdiri di situ. "Hci! Kalau kalian tidak membuka pintu, aku tidak akanbertindak sungkan-sungkan lagi!" bentaknya tetapi, pintu istana itu tetap tertutup rapat, bahkan tiada sahutan di dalam."Kim Hun Tokouw!" seru Na Siao Tiap nyaring, "Pintu ini tidak dapat menghadangku!""Anak Hiong!" ujar Souw Peng Hai pada Co Hiong. "Lam Kiong Siu telah terluka oleh Kan Goan Cihku, mungkin dia tidak berani ke luar menyambut musuhnya itu.""Dia tidak berani ke luar, tapi Na Siao Tiap pasti menerjang ke dalam," sahut Co Hiong sambil tertawa dingin."Menurutmu, seandainya dia menerjang ke dalam, apakah mampu memusnahkan istana Pit Sia Kiong?""Pek Yun Hui masih tidak mampu memusnahkan istana itu, apa lagi Na Siao Tiap,"Ketika mereka berdua sedang bereakap-cakap di belakang pohon, Na Siao Tiap yang berdiri di depan pintu istana Pit Sia Kiong mundur beberapa langkah, kemudian mendorongkan sepasang tangannya ke arah pintu Pintu itu Siao Tiap melangkah ke dalam, Tentunya akan terjadi pertarungan hebat di dalam istana Pit Sia cara dan kenapa Na Siao Tiap pergi ke istana Pit Sia Kiong? Ketika Lie Ceng Loan dibawa pergi oleh Co Hiong, bukankah Na Siao Tiap kembali ke gua Thian Kie cinjin? Kok sekarang malah berada di istana Pit Sia Kiong?Ternyata ketika Na Siao Tiap duduk di depan gua Thian Kie Cinjin dengan pikiran kacau, mendadak muncul seekor kuda berlari kencang menuju ke tempat tersebut Akan tetapi, Na Siao Tiap sama sekali tidak mendengar suara derap kaki kuda itu, sebab pikirannya sedang itu berhenti tampak jelas dua orang duduk di punggung kuda, Salah seorang berdandan seperti pelajar berusia empat puluhan, sedangkan yang seorang lagi sudah tua, hanya punya sebelah tangan dan mereka? Ternyata Wang Han Siang dan Mo Lun yang kini telah sembuh dari penyakit gilanya."Haah?" Mo Lun terkejut sekali ketika melihat Na Siao Tiap, "Saudara Wang, kita harus cepat pergi,""Tenang!" sahut Wang Hang Siang, "Kelihatannya dia tidak mengetahui keberadaan kita di sini.""Kalau dia tahu, bukankah kita akan celaka?" ujar Mo Lun. ia memang sangat takut pada Na Siao Tiap, sebab ia pernah terpukul oleh gadis itu, sehingga membuat urat syarafnya terganggu semua hampir setengah tahun lebih, Maka ketika melihat Na Siao Tiap, ia langsung ketakutan setengah mati"Saudara Mo!" Wajah Wang Han Siang menyiratkan hawa membunuh "Gadis itu kelihatan tereekam suatu masalah, Bagaimana kalau kita melakukan serangan gelap kepadanya? Siapa tahu Kui Goan Pit Cek berada padanya."Wang Han Siang berkata sampai di situ, mendadak Na Siao Tiap mendongakkan kepala nya, kebetulan mengarah pada ke dua orang tetapi, Na Siao Tiap diam saja, hanya kemudian menghela nafas panjang dan menundukkan kepalanya Han Siang dan Mo Lun saling memandang, lalu turun dari punggung kuda. Mereka berdua berendap-endap mendekati Na Siao Tiap, lalu secepat kilat bersembunyi di belakang sebuah pohon. "Ibu..." gumam Na Siao Tiap, "lbu melarangku mencintai lelaki yang mana pun, tapi kenapa mengajarku ilmu silat?Apakah aku harus membunuh lelaki yang kucintai?"Usai bergumam, Na Siao Tiap mengeluarkan sebuah kitab Kui Goan Pit melihat kitab pusaka itu, hati Wang Han Siang dan Mo Lun langsung berdebar-debar tidak karuanKitab pusaka itu peninggalan Thian Kie Cinjin ratusan tahun lampau, yang telah menimbulkan banjir darah dalam rimba persilatan Ketika Na Siao Tiap mengeluarkan kitab pusaka itu, Wang Han Siang dan Mo Lun terkejut dan Na Siao Tiap seperti ingin memusnahkan kitab pusaka tersebutMenyaksikan itu, jantung Wang Han Siang dan Mo Lun hampir meloncat ke luar seketika, Na Siao Tiap menarik nafas dan bergumam lagi."Kui Goan Pit Cek! Kalau aku tidak mempelajari semua ilmu silat yang tereantum di dalamnya, tentu aku boleh mencintai....Bergumam sampai di situ, mendadak wajah gadis itu tampak kemerah-merahan, kemudian melanjutkan ucapan- nya."Apa gunanya aku menghendaki engkau ke mari?"Na Siao Tiap menaruh kitab Kui Goan Pit Cek itu di atas tanah, lalu sekuat tenaga menginjak kitab pusaka kitab pusaka itu amat diidamkam setiap kaum Bu Lim, tapi saat ini Na Siao Tiap malah menganggapnya sebagai kitab rongsokansementara Wang Han Siang dan Mo Lun terus menatap kitab pusaka itu, Tiba-tiba Wang Han Siang menulis beberapa huruf di permukaan tanah, "Saudara Mo, engkau memancingnya pergi, aku akan mengambil kitab Kui Goan Piteekau,"Ngo Tok Siu-Mo Lun tertegun, kemudian menulis. "Kita bertemu di mana?" Ternyata ia khawatir Wang Han Siang akan kabur bersama kitab Kui Goan Pit Han Siang berhati licik, ketika melihat Ngo Tok Siu- Mo Lun menulis begitu, timbullah rasa tidak senang dalam hatinya, Kalau aku tidak berupaya mengobatimu, mungkin kini engkau telah mati, ujarnya dalam hati, Kini malah tidak mempereayai dirinya,Walau ia sangat mendongkol dalam hati, namun tidak diperlihatkan pada wajahnya. Setelah itu ia pun menulis Setelah mendapatkan kitab pusaka itu, kita bertemu di menara tua di sebelah barat, kira-kira lima enam mil dari siniNgo Tok Siu-Mo Lun tampak serba salah, tapi menulis juga, "Aku sudah cacat begini, kurang leluasa bergerak!Bagaimana kalau Saudara Wang saja yang memancingnya pergi, lalu aku yang ambil kitab pusaka itu Tsebetulnya Wang Han Siang berniat jahat Apabila telah mendapatkan kitab itu ia akan kabur jauh-jauh, dan tidak akan ke menara itu menemui Mo melihat Mo Lun menulis begitu, ia tertegun, sementara Na Siao Tiap menengadahkan kepalanya memandang langit, kitab Kui Goan Pit Cek masih menggeletak di atas Han Siang tahu jelas, seandainya Na Siao Tiap memungut kitab pusaka itu, sulitlah merebutnya, Walau mereka berdua melawan Na Siao Tiap seorang diri, tapi tetap bukan karena itu, Wang Han Siang segera menulis lagi, Apakah Saudara Mo tidak mempereayaiku? Mo Lun tersenyum licik dan menulis, Kakiku tinggal sebelah, berjalan pun susah, sungguh sulit bagiku memenuhi keinginanmuWang Han Siang berpikir sejenak ia sudah punya suatu rencana di dalam benaknya, maka ia pun mengangguk seraya berbisik"Baiklah."Betapa girangnya Ngo Tok Siu-Mo Lun, sehingga membuatnya lupa daratan. Tiba-tiba Wang Han Siang bergerak aneh, kelihatannya menancapkan sesuatu di tanah, lalu melesat Tok Siu-Mo Lun terus menatap kitab Kui Goan Pit Cek yang masih tergeletak di atas tanah itu dengan mata tak berkedip. Apabila Wang Han Siang muncul memancing Na Siao Tiap pergi, ia akan segera mengambilnya lalu kabursementara Wang Han Siang terus mendekati Na Siao Tiap tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. sedangkan Mo Lun sudah siap melesat ke luar untuk mengambil kitab itu, Akan tetapi mendadak....Bummm! Terdengar suara ledakan di sisi Ngo Tok Siu-Mo cepat kejadian itu, membuat Mo Lun terkejut bukan main, Sesaat ia sudah tahu, dan langsung mencaci."Dasar binatang.,.,""Siapa?" bentak Na Siao Tiap, dan sekaligus melesat ke arah Mo takutnya Mo Lun, ia tidak menyangka kalau Wang Han Siang begitu licik. Na Siao Tiap melesat ke arahnya, berarti kesempatan bagi Wang Han Siang untuk mengambil kitab pusaka itu, dan sebaliknya dirinya malah akan mati di tangan Na Siao Tiap, seketika juga timbul niat jahatnya terhadap Wang Han Siang, maka ia cepat-cepat berseru."Nona Na, cepat lihat itu.,,."Ternyata engkau!" sahut Na Siao Tiap sambil mengayunkan Ploook! Muka Mo Lun sudah tertampar dua kali, sehingga membuat matanya berkunang-kunang dan nyaris ia masih sempat melirik ke arah kitab Kui Goan Pit Cek Ternyata Wang Han Siang telah mengambilnya dan langsung melesat pergi."Lihat itu!" seru Mo Lun sambil menunjuk ke menampar Mo Lun, Na Siao Tiap merasa ada desiran angin di belakangnya Begitu Mo Lun berseru, Na Siao Tiap langsung melesat ke arah yang ditunjuk Mo tetapi, Wang Han Siang telah melesat pergi beberapa depa, Na Siao Tiap mendengus dingin, kemudian mendadak menyentilkan jari tengahnya, Tampak cahaya putih meluncur laksana kilat ke arah Wang Han Han Siang sudah tahu akan serangan itu, maka segeralah ia mengerahkan Lweekangnya melindungi Cahaya itu telah menghantam Hong Bun Hiat di bahu Wang Han Na Siao Tiap menyerangnya dengan sebutir mutiara putih, dan seketika juga Wang Han Siang jatuh duduk tak bergerak lagi."Di mana Kui Goan Pit Cek itu?" bentak Na Siao Tiap sambil melesat ke hadapan Wang Han Han Siang diam saja, Na Siao Tiap berpaling memandang Ngo Tok Siu-Mo Lun seraya membentak. "Engkau jangan kabur!"Ngo Tok Siu-Mo Lun sudah tahu akan kelihayan Na Siao Tiap, maka ia tidak berani kabur Lagi pula yang mengambil Kui Goan Pit Cek itu Wang Han Na Siao Tiap menendang Wang Han Siang. "Aaakh.,." keluh Wang Han Siang. "Kui Goan Pit Cek? ApaKui Goan Pit Cek itu?""Kitab yang ingin kuhancurkan itu!" sahut Na Siao Tiap dingin."Aku tidak melihat kitab itu." ujar Wang Han Siao Tiap tertegun, ia menatap Wang Han Siang tajam seraya berkata terang, kitab Kui Goan Pit Cek itu merupakan barang pembawa bencana! Maka aku ingin menghancurkannya! cepatlah kembalikan kitab itu!""Nona Na, aku tahu engkau berkepandaian tinggi!Bagaimana mungkin aku berani bermain-main dengan-mu? Aku... aku sungguh tidak melihat kitab itu!""Oh?" Na Siao Tiap mengerutkan kening, lalu melambaikan tangannya seraya membentak "Mo Lun, ke marilah engkau!"Ngo Tok Siu-Mo Lun tidak berani membantah ia cepat- cepat mendekati Na Siao Tiap dengan sikap takut-takut."Hei!" Na Siao Tiap menudingnya, "Apakah engkau melihat dia mengambil kitab Kui Goan Pit Cek itu?"sebetulnya Ngo Tok Siu-Mo Lun dan Wang Han Siang punya iiulmugan yang akiau, kalau tidak, bagaimana mungkin Wang Han Siang mau berupaya mengobati Mo Lun ketika urat syarafnya terganggu?Akan tetapi, kitab Kui Goan Pit Cek itu telah membuat mereka berdua melupakan hubungan yang akrab itu. "Saudara Wang!" ujar Ngo Tok Siu-Mo Lun sambil tertawa dingin, "Nona Na sudah tahu, kenapa engkau masih berbohong? cepatlah engkau kembalikan pada Nona Na, itu baru benar!""Ha ha!" Wang Han Siang tertawa, "Nona Na, kalau aku mati di tanganmu, itu berarti kepandaianku masih rendah! Tapi engkau menuduh ku telah mengambil kitab Kui Goan Pit Cek, mati pun aku masih penasaran!""Kalau begitu. " Kening Na Siao Tiap berkerut "Di manakitab pusakaku itu?""Tadi aku memang telah melesat ke arah kitab pusaka itu, namun aku belum sempat mengambilnya, mendadak meluncur sebuah batu ke arah kitab pusaka itu, sehingga membuat kitab pusaka itu meluncur beberapa depa, Aku tahu diriku telah dijadikan kambing hitam, maka aku berusaha kabur, tapi tertangkap Nona Na!""Hm!" dengus Na Siao Tiap dingin, "Engkau anggap aku baru berusia tiga tahun? Gampang dibohongi?""Nona Na!" ujar Wang Han Siang, "Aku masih berada di sini, silakan menggeledah badanku!"Na Siao Tiap memang membenci kitab Kui Goan Pit Cek, namun ia tahu jelas, apabila kitab pusaka itu beredar di Kang Ouw, pasti akan menimbulkan bencana lagi, dan darah pun pasti mengalirKalau Wang Han Siang menyuruhnya menggeledah, itu bagaimana mungkin? Sebab ia seorang gadis, Oleh karena itu, ia memandang Ngo Tok Siu-Mo Lun seraya berkata."Geledahlah badannya!"Apa yang dikatakan Wang Han Siang tadi, Mo Lun tidak begitu pereaya, Bagaimana mungkin ada orang lain mengambil kitab pusaka itu? Wang Han Siang sangat licik, dia mengatakan begitu tentunya punya alasan, Kebetu!an Na Siao Tiap menyuruhnya menggeledah Wang Han Siang, memang itu yang Lun mendekati Wang Han Siang, namun secara diam- diam ia telah menyiapkan sebatang jarum beracun di berada di hadapan Wang Han Siang, mendadak Mo Lun menusuk Hwa Kai Hiat di dadanya dengan jarum beracun itu."Haah?" Wang Han Siang terkejut bukan main, "Sau-dara Mo, bagus sekali kelakuanmu!""He he!" Ngo Tok Siu-Mo Lun tertawa, "Saudara Wang, panah pemberi isyaratmu itu juga bagus sekali!""Aku mati pasti jadi arwah penasaran menuntut balas padamu!" Wang Han Siang menyumpah"Jangan khawatir!" Ngo Tok Siu-Mo Lun tertawa dingin, "Dalam waktu tiga atau lima tahun, engkau tidak akan menghadap Giam Lo Ong Raja Akhirat!"Begitu mendengar ucapan Mo Lun, sekujur badan Wang Han Siang menggigil Karena ia tahu Ngo Tok Siu-Mo Lun telah menggunakan racun yang bereaksi lamban, Siapa terkena racun itu, tidak mati namun akan mengalami penderitaan yang amat hebat"Bagus! Bagus!" Wang Han Siang tertawa tidak sabaran adalah Na Siao Tiap, ia menatap Ngo Tok Siu-Mo Lun seraya membentak"Cepat geledah dia!"Ngo Tok Siu-Mo Lun segera menggeledah Wang Hang Siang, tapi sama sekali tidak menemukan kitab Kui Goan Pit Cele Saat ini, Ngo Tok Siu-Mo Lun juga tereengang, Sebab kitab pusaka itu tidak berukuran kecil yang dapat ditelan ke dalam mulut Yang jelas Wang Han Siang telah mendapat kitab pusaka itu, tapi kenapa tidak berada padanya? Perlahan-lahan ia membalikkan badannya, sekaligus memandang Na Siao Tiap."Nona Na, kitab Kui Goan Pit Cek tidak berada padanya," katanya."Aku tidak peduli!" sahut Na Siao Tiap, "Pokoknya aku harus mendapat kembali kitab pusaka itu dari kalian!"Na Siao Tiap memainkan tali senar piepa beberapa kali, itu adalah irama Mi Hun Li Cin Menyesatkan pikiran Mengusir Roh, ilmu yang terdapat di dalam kitab Kui Goan Pit Na Siao Tiap cuma memainkan sejenak, Ngo Tok Siu-Mo Lun dan Wang Han Siang sudah merasa sukma mereka terbetot ke luar, Betapa terkejutnya Mo Lun."Nona Na, itu bukan urusanku! Saudara Wang, engkau harus berkata sejujurnya!""Tadi aku sudah berkata sejujurnya!" sahut Wang Han Siang sambil berkertak gigi."Kalau kalian tidak menyerahkan kitab Kui Goan Pit Cek, maka aku akan memperdengarkan irama piepa ini!" ujar Na Siao Tiap mengancam."Nona Na, itu tiada kaitannya dengan diriku!" Wajah Ngo Tok Siu-Mo Lun sudah pucat pias."Hm!" dengus Na Siao Tiap dingin, "Engkau bersama dia, tentunya juga berniat jahat! Kalian kaum lelaki memang jahat semua!""Nona Na!" sahut Wang Han Siang mendadak "Kalaupun kami berdua mati, kitab Kui Goan Pit Cek tetap berada di tangan orang lain! Kenapa Nona Na tidak pergi mengejar orang ilu?" Na Siao Tiap tertegun, Di saat menghadapi kematian, Wang Han Siang masih mengatakan begitu, mungkinkah dia berkata sesungguhnya?Na Siao Tiap tampak bimbang, Pada waktu bersamaan tampak tiga sosok bayangan melesat ke tempat itu. Tak lama ke tiga sosok bayangan itu sudah berada di hadapan Na Siao Tiap, Sungguh di luar dugaan, bayangan itu ternyata Kun Lun Sam Cu yang terkenal itu, Tong Leng Tojin, Giok Cin Cu dan Hian Ceng Totiang."Oh, Nona Na!" Giok Cin Cu menatapnya Ternyata engkau berada di sini!""Kun Lun Sam Cu!" Na Siao Tiap segera memberi hormat "Aku dan adik Ceng Loan mau berangkat ke istana Pit Sia Kiong,""Oh?" Giok Cin Cu mengerutkan kening. "Di mana Ceng Loan?"Wajah Na Siao Tiap langsung berubah merah, sebab Lie Ceng Loan telah dibawa pergi oleh Co Hiong dengan menunggang kuda. ia merasa malu menuturkannya, maka diam saja."Engkau. f" Giok Cin Cu menudingnya, Ternyata rahibwanita itu telah menduga yang bukan-bukan atas diri Na Siao Sumoy!" ujar Tong Leng Tojin yang sudah menerka apa yang dipikirkan adik seperguruannya itu. "Kalau ada masalah bicaralah baik-baik!"Na Siao Tiap seorang gadis cerdik, maka ketika menyaksikan sikap Giok Cin Cu begitu, ia dapat menduga bahwa rahib wanita itu telah mengira dirinya melakukan sesuatu terhadap Lie Ceng Loan, untuk merebut cinta Bee Kun Bu. "Adik Ceng Loan yang mau ikut Co Hiong pergi, apakah aku bisa disalahkan?" ujar Na Siao Tiap dengan nada tidak senang."Co Hiong?" Air muka Kun Lun Sam Cu langsung berubah. "Ya." Na Siao Tiap mengangguk."Kenapa Ceng Loan ikut Co Hiong pergi?" tanya Giok Cin Cu."Panjang sekali kalau dituturkan." Na Siao Tiap menarik nafas dan menambahkan, "Kui Goan Pit Cekku telah hilang, aku harus mencarinya dulu.""Apa?" Kun Lun Sam Cu bertambah terkejut "Ba-gaimana kitab Kui Goan Pit Cek hilang?""Berada di tangan mereka." jawab Na Siao Tiap sambil menunjuk Wang Han Siang dan Ngo Tok Siu-Mo Leng Tojin dan Hian Ceng Totiang segera mendekati Wang Han Siang, kemudian Tong Leng Tojin membentak"Di mana kitab Kui Goan Pit Cek?"Wang Han Siang tertawa dingin, Matanya menatap mereka sambil tertawa dingin dan menyahut"Dalam situasi begini, kalau aku mengambil kitab pusaka itu, apakah masih berani tidak mengembalikan pada Nona Na?"Tong Leng Tojin dan Hian Ceng Totiang segera memandang Na Siao Tiap."Aku berdiri melamun di sini, salah seorang diantara mereka memancingku pergi yang seorang lagi langsung mengambil kitab Kui Goan Pit Cek itu, tapi aku berhasil menangkap mereka." ujar Na Siao Tiap itu, Kun Lun Sam Cu tampak ter-cengang. "Kitab Kui Goan Pit Cek berada di tangan Nona Na, carabagaimana mereka mengambil nya ?" tanya Giok Cin Cu. "Kutaruh kitab itu di tanah lalu kuinjak-injak." ujar Na Siao Lun Sam Cu saling memandang dengan heran, kemudian Giok Cin Cu bertanya."ltu apa sebabnya?""Karena. " Wajah Na Siao Tiap tampak kemerah-merahandan melanjutkan "Memang begitulah!""Kini mereka telah tertangkap, apakah di badan mereka tidak terdapat kitab Kui Goan Pit Cek itu?" tanya Tong Leng Tojin."Coba jelaskan!" Na Siao Tiap menuding Wang Han Han Siang segera mengulangi apa yang dikatakannya tadi, Setelah mendengar itu, Kun Lun Sam Cu berpikir keras, lama sekali barulah Giok Cin Cu membuka mulut"Nona Na! seandainya pada waktu itu masih ada dua orang bersembunyi di sini berhadapan, salah seorang menggunakan batu menimpuk kitab Kui Goan Pit Cek itu agar meluncur ke tangan temannya, bukankah itu masuk akal?""Siapa yang berkepandaian begitu tinggi?" tanya Na Siao Tiap."Souw Peng Hai memiliki ilmu Kan Goan Cih. Eng-kau bilang Co Hiong ke mari, mungkin Souw Peng Hai bersembunyi di sini pula," jawab Tong Leng Tojin."Kalau begitu, kitab Kui Goan Pit Cek itu sudah jatuh ke tangan Souw Peng Hai?" tanya Na Siao Tiap."ltu cuma dugaanku," jawab Tong Leng Giok Cin Cu memandang Wang Han Siang dan Ngo Tok Siu-Mo Lun dengan wajah gusar "Kedua orang ini, biar bagaimanapun tidak boleh dilepaskan!" ujarnya sengit, lalu mengangkat sebelah tangannya siap memukul Wang Han saat bersamaan, Wang Han Siang justru tertawa gelak sambil menatap Giok Cin Cu."Kenapa engkau tertawa?" tanya Giok Cin Cu membentak "Kami berdua ingin berangkat ke istana Pit Sia Kiong untukmenasihati Souw Peng Hai ""Mau menasihatinya apa?""Mau menasihatinya agar tidak memusuhi sembilan partai besar," sahut Wang Han Siang dan menambahkan, "Kini kami berdua tidak bisa melawan, Ka!au engkau ingin membunuh kami, silakan turun tangan!"Giok Cin Cu tertegun, lalu menurunkan tangannya. Karena ucapan Wang Han Siang barusan bernada mau bertobat, maka Giok Cin Cu membatalkan niat untuk membunuhnya, Apalagi Wang Han Siang tidak akan melawan, bagaimana mungkin Giok Cin Cu akan turun tangan membunuhnya? itulah kelicikan Wang Han Siang."Nona Na!" ujar Hian Ceng Totiang, "Lie Ceng Loan pergi bersama Co Hiong, Souw Peng Hai pun pasti bersama mereka, Bagaimana kalau kita kejar mereka sekarang?""Pereuma!" Na Siao Tiap menarik nafas, "Kuda Co Hiong larinya laksana kilat, tidak mungkin kita dapat mengejarnya.""Oh?" Hian Ceng Totiang tertegun, "Kalau begitu, mari kita berangkat ke istana Pit Sia Kiong!""Apakah kalian bertiga pereaya Wang Han Siang berkata sesungguhnya?" tanya Na Siao Lun Sam Cu tersentak Mereka bertiga tahu jelas bagaimana liciknya Wang Han tetapi, di badan mereka berdua tidak terdapat kitab Kui Goan Pit Cek, lalu hilang ke mana kitab pusaka itu? Bagaimana mungkin mereka berdua punya waktu menyembunyikan kitab pusaka itu?"Menurut pendapatku, mereka berdua memang tidak mendapatkan kitab Kui Goan Pit Cek itu!" ujar Tong Leng Tojin."Kalau begitu, pasti sudah diambil Souw Peng Hai," sahut Na Siao Tiap dan langsung berseru. "Mari berangkat !ttNa Siao Tiap segera melesat pergi. Tong Leng Tojin, Giok Cin Cu dan Hian Ceng Totiang mengikuti Na Siao Tiap, namun Hian Ceng Totiang masih sempat berpesan pada Wang Han Siang dan Mo Lun."Harap kalian berdua sungguh-sungguh bertobat!" sebetulnya Kun Lun Sam Cu tidak begitu memusingkan kitab Kui Goan Pit Cek yang hilang itu. Yang mereka pusingkan adalah Lie Ceng Loan yang ikut Co Hiong pergi, maka mereka ingin segera tiba di istana Pit Sia Na Siao Tiap dan Kun Lun Sam Cu pergi, barulah Wang han Siang dan Ngo Tok Siu-Mo Lun menarik nafas lega."He he he!" Mo Lun tertawa terkekeh-kekeh, "Untung mereka menduga Souw Peng Hai, jadi pergi begitu saja,"Wang Han Siang tersentak mendengar itu, namun wajahnya tampak tertegun."Saudara Mo, aku tidak mengerti apa maksudmu?" "He he!" Mo Lun tertawa lagi "Engkau cuma bisamembohongi mereka!""Oh!" Wang Han Siang menatapnya. "Tadi engkau menusuk dadaku dengan jarum beracun, itu karena tidak mempereayaiku kan?""Betul." Mo Lun manggut-manggut."Engkau kira kitab Kui Goan Pit Cek berada pada-ku?" tanya Wang Han Siang sambil mengerutkan kening. Mo Lun tampak tertegun, Pada waktu itu ia melihat Wang Han Siang melesat ke arah kitab Kui Goan Pit Cek, namun mendadak Na Siao Tiap menampamya dua kali, sehingga matanya berkunang-kunang dan tidak melihat apa-apa lagi Setelah itu, barulah ia melihat Wang Han Siang melesat tidak melihat Wan Han Siang mengambil kitab Kui Goan Pit Cek, Yang amat penting itu malah terlewat dari matanya, gara-gara ditampar Na Siao Tiap."Saudara Mo!" ujar Wang Han Siang. "Jangan karena kitab Kui Goan Pit Cek, sehingga kita putus hubungan! Cepat berilah aku obat pemunah racuni""Oh?" Mo Lun tertawa dingin, "Kalau begitu, apa yang engkau katakan tadi benar?"Tong Leng Tojin bereuriga pada Souw Peng Hai, aku pikir mungkin juga begitu," sahut Wang Han Ngo Tok Siu-Mo Lun mengayunkan ta-ngannya, Wang Han Siang ingin berkelit, namun sudah terlambat ia telah terluka dalam, dan dadanya telah ditusuk dengan jarum beracun, Bagaimana mungkin ia bisa berkelit?Plaaak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. "Aduuuh!" jerit Wang Han Siang kesakitan. "Mo Lun!Apakah engkau sudah lupa, bagaimana cara aku mengobatisyarafmu yang terganggu itu?""Setelah panah pemberi isyarat itu meletus dan meluncur ke atas di sisiku, aku telah memikirkan semua itu," sahut Mo Han Siang mengerti apa maksud Mo Lun. itu berarti budi kebaikannya telah habis sampai di situ."Kalaupun itu adalah kesalahanku kenapa saat ini engkau bersikap demikian terhadapku?" tanya Wang Han Siang sambil menarik nafas. "Karena engkau ingin membohongi orang." "Membohongi siapa ?""Membohongi aku.""Bagaimana mungkin aku membohongimu?" "Seandainya Souw Peng Hai yang mengambil kitabpusaka itu, bagaimana mungkin dia tidak memunculkan diri menemui kita?" sahut Mo Lun sambil tersenyum dingin."Apakah mungkin... orang lain yang mengambil kitab pusaka itu?" ujar Wang Han Siang."He he!" Ngo Tok Siu-Mo Lun tertawa aneh, "Sau-dara Wang, aku pikir tidak bisa lama engkau menyimpan kitab pusaka itu!""Apa maksudmu?" Wang Han Siang mengerutkan kening. "Maksudku. " Mendadak Mo Lun menjulurkan tangannyamenotok jaian darah Khi Hu Hiat di tubuh Wang Han itu, Ngo Tok Siu-Mo Lun mulai mencari kitab Kui Goan Pit Cekdi sekitar tempat itu, Akan tetapi tidak menemukannya, Akhirnya ia melihat sebuah batu besar tempat Na Siao Tiap duduk tadi."Mungkinkah di situ?" gumam Ngo Tok Siu-Mo Lun sambil memperhatikan air muka Wang Han Mo Lun memperhatikan air muka Wang Han Siang, air muka Wan Han Siang memang berubaru Namun setelah Mo Lun meno!eh, justru wajah Mo Lun yang tampak gusar Wang Han Siang tampak gusar Mo Lun tetap mendekati batu itu, lalu mencari Kui Goan Pit Cek di sekitarnya, namun tetap tidak menemukannya, ia penasaran sekali, lalu mencoba mendorong batu itu, namun batu itu tidak bergeming, Bahkan di tempat itu tidak tampak adanya tanda- tanda atau bekas apa pun. "Baiklah," ujar Mo Lun. "Mari kita lihat siapa yang lebih lihay di antara kita berdua! Aku yakin suatu hari nanti engkau akan memberitahukan padaku, namun mungkin sudah terlambat pada waktu itu.""Hmm!" dengus Wang Han Siang sambil membuang muka, "Mungkin kelak engkau yang akan menyesal!""Aku akan menyesal?" Mo Lun tertawa, "Jangan lupa, dadamu telah tertusuk jarum beracun!"sebetulnya hilang ke mana kitab Kui Goan Pit Cek itu? Siapa yang mengambilnya? Tentang ini akan diceritakan nanti.******Bab ke 45 - Terkurung di Ruang ApiNa Siao Tiap melesat pergi laksana kilat Walau Kun Lun Sam Cu telah mengerahkan ginkang masing-masing, namun sama sekali tidak mampu menyusul gadis itu, sebaliknya malah makin tertinggal hari kemudian, Na Siao Tiap sudah tiba di pegunungan Altai dan mulai memasuki kawasan gunung ia sampai di depan istana Pit Sia Kiong, hari mulai senja. Di saat itu pula Souw Peng Hai dan Kim Hun Tokouw sedang bertarung mengetahui pendatang itu adalah salah seorang wanita Kwat Cong San, seketika juga para murid Kim Hun Tokouw membunyikan lonceng tanda bahaya untuk memanggilnya itu, Kim Hun Tokouw terpaksa harus kembali ke istana, maka nyawa Souw Peng Hai pun Hun Tokouw sudah memasuki istana Pit Sia Kiong melalui jalan rahasia, tapi ia tidak berani menyambut kedatangan Na Siao Tiap, karena ia telah terluka dalam. sementara Na Siao Tiap yang telah melangkah ke-dalam istana Pit Sia Kiong terbelalak sebab menyaksikan ruang yang amat besar, indah dan mewah, dan bergemerlapan bagaikan kristal"Lam Kiong Siu!" seru Na Siao Tiap setelah mengagumi ruang itu. "Apakah Souw Peng Hai berada di sini?"Kim Hun Tokouw yang bersembunyi di ruang rahasia tersentak hatinya, sebab Na Siao Tiap langsung menanyakan Souw Peng Hai."Mau apa engkau menanyakan Souw Peng Hai?" sahutnya Kim Hun Tokouw terdengar agak lantang, Ternyata ia telah makan obat mujarab, sehingga luka dalamnya mulai membaile"Siapa engkau?" tanya Na Siao Tiap, Gadis itu merasa heran, karena mendengar suara tapi tidak terlihat orangnya."Aku majikan istana Pit Sia Kiong, ada urusan apa engkau mencari Souw Peng Hai?""Dia telah mencuri kitab Kui Goan Pit Cekku, cepat suruh dia ke luar menemuiku!"Kim Hun Tokouw tertegun Sesaat kemudian ia tertawa gelak seraya berkata."Aku dengar dua wanita Kwat Cong San memiliki kepandaian yang amal tinggi, ternyata itu cuma omong kosong!""Jangan banyak omong!" bentak Na Siao Tiap gusar "Cepat suruh Souw Peng Hai ke luar!""He he!" Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu tertawa dingin lagi. "Engkau perlu tahu, Pek Yun Hui telah terkurung di dalam formasi lima unsur, hingga hari ini dia masih tidak dapat meloloskan diri, mungkin beberapa hari lagi dia akan mati kelaparan!" Na Siao Tiap terkejut Ternyata benar Pek Yun Hui terkurung di dalam istana Pit Sia Kiong ini."Hei!" bentak Na Siao Tiap. "Cepat bebaskan dia!" "He he! Berdasarkan apa engkau berani menyuruhkumembebaskan Pek Yun Hui?" tanya Kim Hun Tokouw sambiltertawa mengejek"Berdasarkan kepandaian!"sahut Na Siao Tiap cepat "Berdasarkan kepandaian?" Kim Hun Tokouw tertawamengejek lagi, "Kitab Kui Goan Pit Cekmu bisa dicuri Souw Peng Hai, sedangkan Souw Peng Hai telah menderita kekalahan di tanganku, bahkan lengannya pun telah putus!""Kim Hun Tokouw, engkau tidak perlu menakuti aku!" ujar Na Siao Tiap, "Cepatlah bebaskan Bee Kun Bu, Pek Yun Hui dan suruh Souw Peng Hai keluar!""Oh, ya?""Dan juga.,." tambah Na Siao Tiap, "Co Hiong telah menculik Lie Ceftg Loan, maka engkau pun harus menyerahkan Co Hiong padaku!""Hei! Na Siao Tiap! Engkau terlampau banyak bi-cara, engkau sudah tahu mereka berdua di dalam istana ini, kenapa tidak engkau cari sendiri?"Ucapan yang bernada menantang itu membuat Na Siao Tiap gusar bukan main."Baik!" sahutnya Siao Tiap tidak peduli apa pun, langsung menerjang ke dalam, Akan tetapi gadis itu terperangah, karena di ruang itu tidak terdapat pintu."Lam Kiong Siu! Engkau cuma merupakan seekor kura- kura yang menyembunyikan kepala!" seru Na Siao Tiap, Tapi aku tetap akan menerjang ke dalam!" "He he he! Batk! Namun,., aku yakin engkau cuma omong kosong!" sahut Kim Hun Tokouw memanasi hati gadis itu."Lihat saja!" ujar Na Siao Tiap sengit, lalu memulai melancarkan pukulan ke arah dinding ruangan."Bum! Bum! Bummmm!"Karena memukul ke sana ke mari dengan tidak karuan, kebetulan sekali memukul suatu tempat para murid Lam Kiong Siu bersembunyi seketika juga gadis-gadis itu berhambur ke melihat ada orang berhambur ke luar, Na Siao Tiap segera menggerakkan tangannya menangkap salah seorang dari mereka."Cepat bilang, di mana Lam Kiong Siu?" bentak Na Siao Tiap pada gadis itu."DL,." Gadis itu menunjuk ke salah sebuah pintu rahasia, lalu Siao Tiap menaruh gadis itu ke bawah, lalu menggerakkan sebelah tangannya membentuk sebuah lingkaran, itu adalah ilmu To Im Cih Yang Menyambut Dengan Keras Mendorong Dengan Lunak, mengarah ke pintu rahasia tersebut"Kreeek!" Pintu rahasia itu Siao Tiap tertawa panjang, dan segera menerobos ke dalam, Setelah berada di dalam, ia tereengang karena dirinya telah berada di sebuah ruangan yang sangat besarMendadak muncul beberapa gadis, masing-masing membawa sebuah pipa tembaga, Kemunculan mereka membuat Na Siao Tiap mengerutkan kening. pada waktu bersamaan, gadis-gadis itu meniup pipa tembaga dan dari masing-masing pipa tembaga itu tersembur keluar asap kemerah-merahan. Na Siao Tiap pernah mendengar tentang asap beracun itu, maka ia langsung tertawa panjang sambil mengibaskan lengan bajunya. Ternyata ia mengerahkan ilmu Hian Men It Goan Kang Khi Hawa Murni Hian Men.Asap beracun itu langsung terhembus berbalik ke arah para gadis tersebut Mereka terkejut dan ingin meloncat mundur, namun sudah terlambat sebab asap beracun itu telah menyerang mereka, Tanpa mengeluarkan suara, mereka terkulai Siao Tiap tertegun menyaksikan itu, Di saat ia tertegun, mendadak ruang itu berubah gelap. Karena khawatir Lam Kiong Siu akan melakukan serangan gelap, maka Na Siao Tiap segera melancarkan dua pukulan untuk melindungi diri, lalu meloncat Siao Tiap berseru kaget, ternyata kakinya menginjak tempat kosong. seketika juga ia mengerahkan ginkangnya Ling Khong Sih Tou Terbang di Angkasa, sehingga badannya langsung melambung ke atas. Namun ketika ia baru mau melesat ke samping, tiba-tiba terdengar suara yang sangat dikenalnya."Adik Siao Tiap, engkaukah yang datang?"Begitu mendengar suara itu, hati Na Siao Tiap girang dan segera menyahut"Kakak Pek! Engkau berada di mana?" Na Siao Tiap membiarkan badannya merosot ke bawah."Aku di sini," jawab Pek Yun Hui."Kakak Pek. " Sete!ah kakinya menginjak lantai, Nn SiaoTiap mendekati tempat Pek Yun Hui bersuara. "Engkau datang seorang diri?" tanya Pek Yun Hui."Ya," sahut Na Siao Tiap. Kemudian air matanya meleleh, karena teringat akan keselamatan Bee Kun Bu serta Lie Ceng Loan yang dibawa pergi Co Hiong. Begitu gadis itu melangkah ke dalam sebuah ruangan, melihat Pek Yun Hui duduk bersila di situ dengan wajah serius. "Kakak Pek. ""Jangan masuk!" cegah Pek Yun sudah terlambat, karena Na Siao Tiap telah melangkah ke dalam."Kakak Pek!" serunya."Kreeek!" pintu ruang itu tertutup kembali, sehingga Na Siao Tiap juga terkurung di dalam ruang api."Adik Siao Tiap. " Pek Yun Hui bangkit berdiri sambilmemegang bahu Na Siao Tiap. Pek Yun Hui tereengang sebab melihat air mata adik seperguruannya itu meleleh, "Engkau. ""Kakak Pek!" Air mata Na Siao Tiap berderai."Adik Siao Tiap, kenapa engkau menangis?" tanya Pek Yun Hui"Kakak Pek, hatiku.,, hatiku berduka sekali," jawab Na Siao Tiap terisak-isak."Adik Siao Tiap!" Pek Yun Hui menatapnya, kemudian manggut-manggut seraya bertanya lembut "Apa-kah dalam hatimu telah mencintai seseorang?""Ya." Na Siao Tiap mengangguk"Oooh!" Pek Yun Hui tertawa paksa. "Siapa orang yang engkau cintai? BoIehkah aku tahu?""Kakak Pek, dia... dia ada!ah. " Na Siao Tiap menariknafas dalam-dalam sambil memberitahukan". Bee Kun Bu!"Pek Yun Hui telah menduga itu, maka ia sudah tidak " kaget lagi, hanya saja merasa khawatir"Adik Siao Tiap! Engkau. " Pek Yun Hui justru tidak tahuharus mengatakan apa. "Kakak Pek, apakah Bee Kun Bu tidak berharga untuk dicintai?" tanya Na Siao Tiap mendadak."Bee Kun Bu seorang pemuda yang gagah, tampan, jujur dan berbudi luhur tentunya berharga untuk di-cintai," sahut Pek Yun Hui sambil menarik nafas."Kakak Pek!" Na Siao Tiap menatapnya, "Apakah engkau juga mencintainya dalam hati?""Siao Tiap. " Pek Yun Hui tertegun "Kita sudah bagaikankakak beradik kandung, maka tiada yang perlu dirahasiakan Aku memang pernah berpikir begitu, tapi aku masih dapat mengendalikan diri.""Kakak Pek, aku pun telah berpikir berulang kali, harus mengendalikan diri, Karena aku mencintai se-seorang, di dunia aku akan kehilangan seseorang yang amat baik, Namun... aku tidak mampu mengendalikan diri, aku. akutelah mencintainya," ujar Na Siao Tiap dengan air mata berderai~derai."Adik Siao Tiap!" Pek Yun Hui menatapnya dengan heran. "Kenapa di dunia engkau akan kehilangan seseorang yang amat baik?"Sebab almarhumah telah memberi amanat padaku, kalau aku telah mencintai seseorang, maka aku pun harus memperdengarkan irama Mi Hun Li Cin padanya." Na Siao Tiap memberitahukan"Maksudmu?" Pek Yun Hui tidak mengerti"Aku harus membunuh orang yang kucintai itu." Na Siao Tiap menjelaskan ibuku telah meninggal, maka aku harus mentaati amanatnya-""Siao Tiap!" Pek Yun Hui menarik nafas, "Apakah engkau tega membunuh Bee Kun Bu?""Kakak Pek, itu apa boleh buat." Na Siao Tiap menggeleng-gelengkan kepala, "Setelah membunuhnya, aku akan bunuh diri mendampinginya." Pek Yun Hui terdiam, ia tahu bahwa itu merupakan urusan yang amat serius, Kalau itu terjadi, Lie Ceng Loan pun pasti mati, mungkin juga Souw Hui Hong akan bunuh diri pu!a, Sebab gadis-gadis itu, telah terjerat dalam jaringan asmara."Kakak Pek!" tanya Na Siao Tiap mendadak memecahkan keheningan "Apakah Bee Kun Bu juga terkurung di dalam istana ini?""Aku telah menolongnya keluar dari sini," jawab Pek Yun Hui memberitahukan ia memang tidak tahu kemunculan Souw Peng Hai dan Co Hiong, karena ia sudah berangkat ke istana Pit Sia Kiong, maka ia menjawab begitu."Haah?" Na Siao Tiap terkejut bukan main "Kalau begitu, adik Loan telah terjebak!""Siao Tiap!" Pek Yun Hui tereengang, "Kenapa engkau mengatakan adik Loan terjebak?""Terjebak oleh Co Hiong!" Na Siao Tiap memberitahukan "Apa?" Pek Yun Hui terperanjat dan tertegun "Apa yangtelah terjadi, cepatlah ceritakan!"Na Siao Tiap segera menceritakan tentang Co Hiong ke gunung Kwat Cong San menemui Lie Ceng LoanPek Yun Hui diam saja setelah mendengar itu, sebab sama sekali tidak menduga akan kejadian tersebut, bahkan kitab Kui Goan Pit Cek pun telah hilang."Kakak Pek, kini Bee Kun Bu berada di mana?" tanya Na Siao Tiap."Dia berada di sebuah lembah bersama Giok Siauw Sian Cu." Pek Yun Hui memberitahukanBegitu mendengar Bee Kun Bu bersama Giok Siauw Sian Cu, seketika di dalam hati Na Siao Tiap terganjel sesuatu, yaitu rasa cemburu."Kakak Pek! Ayohlah! Kita harus segera meninggalkan ruang ini!" ajak Na Siao Tiap, "Mau apa tetap berada di sini?" "Siao Tiap!" Pek Yun Hui menggeleng-gelengkan kepala, "Tidak gampang kita meninggalkan ruang ini.""Lho? Kenapa?" tanya Na Siao Tiap, "Kenapa Kakak mengatakan begitu?""Engkau harus tahu. " Pek Yun Hui menunjuk ke sana kemari. "Kini kita terkurung di dalam ruang api yang dilengkapi dengan formasi Ngo Heng Tin, maka sulit bagi kita meninggalkan ruangan ini.""Lalu apa gunanya kita terus berdiam diri?""Kalau kita diam, tentu tidak akan terjadi apa-apa." "Bagaimana kalau kita terus terkurung di sini?" Na SiaoTiap mengerutkan kening, "Sampai kapan kita akan terkurungdi sini?""Entahlah." Pek Yun Hui menggelengkan kepala, "Aku tidak mengetahuinya"Kakak Pek, seandainya formasi Ngo Heng Tin itu bergerak, apa pula yang akan terjadi?" tanya Na Siao Tiap."Kalau formasi Ngo Heng Tin itu bergerak, kemungkinan besar ruangan ini akan menjadi lautan api," jawab Pek Yun Hui memberitahukan."Oh?" Air muka Na Siao Tiap berubah, kemudian ujarnya setelah berpikir sejenak "Seandainya ruangan ini menjadi lautan api, mungkin kita masih dapat meng-halaunya dengan angin pukufan.""Aku pun telah berpikir begitu, dengan tenagaku seorang diri, memang masih mampu berlahan, Tapi lama kelamaan tentu akan kehilangan banyak hawa murni, lalu harus bagaimana sesudah itu?""Kakak Pek!" Mendadak Na Siao Tiap tersenyum. "Kita sungguh bodoh!""Maksudmu?" "Pintu rahasia itu " Na Siao Tiap menunjuk ke arah pinturahasia tersebuL "Dengan tenaga kita berdua, bagaimana mungkin tidak mampu membuka pintu itu?"Usai berkata begitu, Na Siao Tiap langsung mengerahkan Lweekangnya memukul pintu itu."Siao Tiap, jangan bertindak sembarangan!" cegah Pek Yun Hui dengan wajah tetapi, Na Siao Tiap telah melancarkan pukulannya ke arah pintu itu, dan terdengarlah suara yang memekakkan rahasia tersebut tampak tergoncang. Kalau dihantam terus-terusan dengan pukulan yang mengandung Lweekang, niseaya pintu rahasia itu akan Siao Tiap tampak gembira, dan segera melancarkan sebuah pukulan waktu bersamaan, muncullah beberapa lubang di dinding, sekaligus mengeluarkan suara yang amat memekakkan telinga, Terkejutlah Na Siao Tiap dan Pek Yun di saat itu pula mereka berdua merasa panas sekali, seakan dipanggang di atas api yang berkobar-kobar."Siao Tiap, engkau telah menggerakkan formasi Ngo Heng Tin dengan pukuIan-pukulanmu, mungkin api akan segera menyala, Cepat bersiap-siaplah!" ujar Pek Yun Hui."Ya." Na Siao Tiap mengangguk sementara lubang-lubang itu terus mengeluarkan4 hawa yang amat panas, disertai pula dengan suara gemuruh Tak lama tampaklah api yang menyala menerobos dari lubang itu ke ruangan tersebut "Kakak Pek!" ujar Na Siao Tiap terkejut "Sungguh lihay jebakan di sini!""Tidak salah." Pek Yun Hui manggut-manggut "Ka-lau tidak, bagaimana mungkin Lam Kiong Siu berani memusuhi kaum Bu Lim di Tionggoan?""Kakak Pek. " Na Siao Tiap tampak menyesal, "Akubersalah karena memukul sembarangan Apakah engkau menyalahkan aku?""Tentu tidak," Pek Yun Hui tersenyum "Adik Siao Tiap, engkau tidak perlu berkata begitu.""Kakak Pek. " Na Siao Tiap menarik nafas panjang,"Mungkin tidak lama lagi kita akan mati terbakar di ruangan ini."Pek Yun Hui juga menarik nafas, kemudian mulai mengibaskan lengan bajunya ke arah lubang-lubang itu, begitu pula Na Siao Tiap, maksud mereka agar api itu tidak menerobos ke dalam ruangan tersebut"Kakak Pek, aku ingin bertanya padamu." ujar Na Siao Tiap mendadak."Engkau mau bertanya apa, tanyalah!" sahut Na Siao Tiap. ia merasa heran dan tidak dapat menduga apa yang akan ditanyakan Na Siao Tiap."Aku mencintai Bee Kun Bu, menurut Kakak apakah dia tahu?" ternyata ini yang ditanyakan Na Siao Pek Yun Hui menarik nafas, Dalam keadaan yang begini gawat, Na Siao Tiap masih tidak melupakan Bee Kun Bu. Dapat dibayangkan, betapa cintanya pada pemuda tersebut Lalu kelak harus bagaimana membereskan jaringan asmara ini?"Dia tahu atau tidak, bagaimana mungkin aku bisa menerkanya?" sahut Pek Yun Hui. "Kakak Pek,.,." Na Siao Tiap ingin mengatakan se-suatu, namun tiba-tiba segulung api dari lubang itu menerjang ke Na Siao Tiap langsung mengayunkan tangan-nya, dan timbullah angin yang amat kencang berhembus ke arah api itu, membuat api itu padam tetapi, Na Siao Tiap dan Pek Yun Hui sudah tampak lelah sekali, sebab setiap saat pasti ada api menyembur ke arah mereka melalui lubang-lubang itu, bahkan pakaian mereka pun telah terbakar sana sini."Kakak Pek, aku punya suatu ide," ujar Na Siao Tiap serius."Apa idemu?""Kalau terus-menerus begini, kita akan kehabisan tenaga, Bagaimana kalau kita mengerahkan ilmu To Im Cih Yang untuk mendorong api itu agar membakar dinding sampai roboh?""Benar." Wajah Pek Yun Hui tampak gembira, "Ke-napa dari tadi aku tidak memikirkan cara ini?""Kakak Pek, mari kita mulai!" ujar Na Siao Tiap, Ketika segulung api mengarah padanya, ia segera mengerahkan ilmu To Im Cih Yang, dan api itu pun terdorong ke arah pula Pek Yun Hui, ketika ada segulung api mengarah padanya, ia pun langsung mendorong api itu kearah dinding dengan ilmu To Im Cih Yang, Tak seberapa lama kemudian, terdengarlah suara "Krek! Krek!""Kakak Pek!" Na Siao Tiap tertawa, "Lam Kiong Siu kira dapat mengurung kita di sini selamanya, tidak tahunya kita punya cara untuk ke luar dari sini,""Adik Siao Tiap, kita masih menghadapi tiga rintangan." Pek Yun Hui memberitahukan dengan wajah serius. "Jangankan cuma tiga rintangan, tiga puluh rintangan pun pasti ku terjang semuanya," sahut Na Siao Tiap tidak takut sama Krek! Dinding yang terbakar itu terus berbunyi. "Tidak lama lagi, dinding itu pasti roboh," ujar Pek Yun salah apa yang dikatakannya, berselang sesaat, robohlah dinding tersebut seketika juga Na Siao Tiap melesat ke luar melalui dinding yang telah roboh itu. Pek Yun Hui pun segera melesat ke luar menyusulnyaKeluar dari ruangan itu, mereka berdua berada di dalam ruangan lain, pintu di ruangan itu terbuka sedikit, tampak sedikit cahaya di dalamnya."Lam Kiong Siu!" seru Na Siao Tiap. "Masih ada jebakan apa, cepatlah perlihatkan pada kami!""Kalian berdua, terjanglah terus ke depan!" Ter-dengar suara sahutan Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu."Hmm!" dengus Na Siao Tiap dingin, "Kalau engkau tidak berani memperlihatkan diri, kami pasti dapat memaksamu memperlihatkan diri! Bisa berapa lama engkau bertahan di dalam istana ini?""He he he!" Kim Hun Tokouw tertawa terkekeh-kekeh. "Kalian berdua pasti tidak bisa ke luar!""Jangan omong besar! Engkau adalah kura-kura yang menyembunyikan kepala!" Caci Na Siao Tiap sambil mendekati pintu terali itu. Pek Yun Hui mengikutinya dari masuk ke dalam, Na Siao Tiap mengerutkan kening, karena tempat itu menyerupai sebuah kamar, semua dindingnya terdiri dari baja putih yang mengeluarkan hawa tengah-tengah kamar itu terdapat sebuah batu besar berbentuk segi empat panjang, mirip sebuah tempat tidur Di atas bergantung sebuah kapak tajam, tidak terdapat benda lain lagi."Eh?" Na Siao Tiap berpaling "Kakak Pek, kok engkau tidak masuk?"Ternyata Pek Yun Hui berdiri di luar pintu terali itu. Ketika ia baru mau menyahut tiba-tiba pintu terali itu bergerak seakan mau tutup Pek Yun Hui. ia segera menahan pintu terali itu agar tidak tertutup, Akan tetapi, pintu terali itu masih terus bergerak, padahal Pek Yun Hui telah mengerahkan Lweekangnya untuk menahan."Adik Siao Tiap! cepatlah engkau ke luar!" pintu terali itu tertutup, berarti Na Siao Tiap akan berpisah dengan Pek Yun Hui."Kakak Pek,.,." Na Siao Tiap ingin mengatakan sesuatu "Cepat!" seru Pek Yun Hui cemas, Kelihatannya ia sudahtidak kuat menahan pintu terali itu lagi."Ya," sahut Na Siao Tiap, Ketika ia baru mau melangkah mendadak kapak yang bergantung di atas itu pun berayun ke arahnya."Hati-hati!" seru Pek Yun Hui. "Kapak itu "Na Siao Tiap sudah mendengar suara desiran di belakangnya, maka secepat kilat ia berkelitSiung! Kapak itu melewati kepala Na Siao Tiap, Karena itu, ia tidak keburu keluar Sebab pintu terali itu telah tertutup, Pek Yun Hui terpaksa berseru dari luar."Engkau harus berhati-hati!" "Ya," sahut Na Siao Tiap. "Adik Siao Tiap!" pesan Pek Yun Hui, "Engkau jangan menyentuh apa pun yang ada di dalam kamar itu!""Kalau begitu, kapan aku boleh menerjang ke luar?" tanya Na Siao Tiap."Adik Siao Tiap. " Suara Pek Yun Hui makin kecil,kemudian tak terdengar sama sekali."Kakak Pek! Kakak Pek. !" seru Na Siao Tiap berulangkali, tapi sudah tiada sahutan lagi."Na Siao Tiap!" Terdengar suara Kim Hun Tokouw yang dingin, "Tadi engkau telah omong besar, kenapa sekarang malah tampak ketakutan?""Siapa bilang aku ketakutan?" sahut Na Siao Tiap. "Adik Siao Tiap!" Terdengar lagi suara Pek Yun Hui."Jangan emosi, dia memang sengaja memancingmu!" "Kakak Pek. "Ting! Tang! Ting. Terdengar suara benturan bendakeras, itu membuat Pek Yun Hui terperanjat dan tertegun"Pek Yun Hui!" Suara Kim Hun Tokouw. "Dirimu sendiri sudah dalam bahaya, jangan memikirkan orang lain! Lihatlah belakangmu!"Pek Yun Hui tidak segera menoleh ke belakang, sebab khawatir Kim Hun Tokouw sedang menjebaknya, Namun kemudian ia mencium bau yang amat aneh, itu memaksanya untuk menoleh ke belakang, terbelalaklah Pek Yun Hui. Ternyata ia melihat ratusan ekor ular beracun berbaris di situ sambil menyemburkan Yun Hui telah kehilangan pedangnya, maka terpaksa menggunakan sarung pedang sebagai senjata, ia lalu melangkah mundur hingga punggungnya membentur dinding. "He he he!" Suara tawa Kim Hun Tokouw, "Pek Yun Hui!Tahukah engkau ular jenis apa itu?"Seorang gadis berbaju hijau menggeletak di mutiara yang disentil Pek Yun Hui tepat mengenai jalan darah di tubuh gadis ke empat puluh enamLie Ceng Loan Berlemu Kim Hun TokouwPek Yun Hui tidak berniat membunuh gadis berbaju hijau itu. Karena ia masih ingat akan salah seorang gadis yang mengorbankan nyawanya demi menolong Bee Kun Bu. itu berarti masih ada orang baik di dalam istana Pit Sia Kiong."Engkau tidak usah takut," ujar Pek Yun Hui setelah membebaskan jalan darah gadis berbaju hijau itu mendongakkan kepala, Begitu melihat Pek Yun Hui yang sedemikian anggun, seketika ia menundukkan kepala."Lam Kiong Siu berada di mana?" tanya Pek Yun Hui. "Aku dengar... dia berada di ruang pengontrol jebakan,"jawab gadis berbaju hijau itu. "Bawa kami ke ruang itu!""Lie Hiap Pendekar Wanita, kami semua tidak tahu di mana ruangan itu. Hanya majikan istana seorang yang tahu."jawaban gadis berbaju hijau itu mencemaskan hati Pek Yun Hui. Sebab kalau tidak bertemu Lam Kiong Siu, sulitlah baginya untuk menolong Na Siao Tiap. Lam Kiong Siu berada di mana, tiada seorang pun yang tahu."Kakak Bu? Di mana Kakak Bu?" tanya Lie Ceng Loan. "Kakak Bu?" gadis berbaju hijau itu tereengang. "Kakak Buadalah Bee Kun Bu." Lie Ceng Loan memberitahukan."Oh, Bee Kun Bu! Dia dikurung di ruang bawah tanah," ujar gadis berbaju hijau itu. "Apa?!" Pek Yun Hui terperanjat ia mencengkeram tangan gadis berbaju hijau itu. "Kapan dia ke mari?""Sudah dua tiga hari, Majikan istana yang menangkapnya, Bahkan ada seorang wanita. ""Siapa wanita itu?" "Giok Siauw Sian Cu.""Cepatlah bawa kami pergi menemuinya!" ujar Pek Yun Hui mendesak gadis berbaju hijau itu."He he!" Mendadak Kiu Tok Sian Ong tertawa Engkau jangan macam-macam!""Aku. " Gadis berbaju hijau itu tampak takut sekali kepadaKiu Tok Sian Ong, "Aku tidak berani. ""Siauw Lan!" Terdengar suara gadis lain di tempat yang agak jauh, "Engkau berani membantu orang luar, apakah tidak takut kalau Kiong Cu akan menghukummu?""Aaakh. " keluh gadis berbaju hijau itu dengan wajah pucatpias. "KaIian. kalian ampunilah aku!""Kami cuma menghendaki agar engkau membawa kami pergi menemui Bee Kun Bu," ujar Lie Ceng Loan, "ltu bukan urusan besar, kan?""Tapi aku. " Wajah gadis berbaju hijau itu bertambahpucat, Kini ia berada di tangan mereka, Kalau ia membawa mereka pergi menemui Bee Kun Bu, Lam Kiong Siu pasti menghukumnya dengan cara yang sadis, itulah yang membuatnya ketakutan sekali sehingga ping-san."Kakak Pek, Lo Sian Ong!" Lie Ceng Loan menghela nafas, "Kita jangan mendesaknya lagi, kasihan! Lebih baik kita cari sendiri saja, agar dia tidak dihukum majikannya.""Sungguh baik hati Nona Lie." Puji Kiu Tok Sian Ong dan menambahkan "Tiada duanya di kolong lagit." "Lo Sian Ong!" Pek Yun Hui tersenyum. "Pujian Lo Siang Ong memang tepat, Adik Ceng Loan amat baik sehingga orang jahat pun dianggapnya orang baik pula.""Kakak Pek!" Lie Ceng Loan tertawa, "Aku tahu yang engkau maksudkan Co Hiong, kan?""Ya." Pek Yun Hui mengangguk Setelah itu mereka bertiga lalu melesat ke tiga puluh depa kemudian, ke tiga orang itu sudah sampai di ujung dan sekaligus memandang ke depan. Di sana gelap gulita tidak tampak apa pun. Namun di sebelah kiri dan kanan tampak sedikit Tok Sian Ong menengok ke kiri dan ke kanan, lalu menggerakkan tangannya, Ternyata ia menyambit-kan senjata rahasia ke dua arah Tak! Dua buah senjata itu jatuh di lantai. "Mari kita ke sana!" ujar Kiu Tok Sian Ong sambilmenunjuk tempat yang ada cahayanya."Lo Sian Ong!" sahut Pek Yun Hui. "Mungkinkah tempat yang bereahaya itu merupakan suatu jebakan bagi kita?""Ha ha!" Kiu Tok Sian Ong tertawa gelak, "Per-mainan Lam Kiong Siu cuma permainan anak-anak. Julukanku Kiu Tok Sembilan Racun, Kalau dia menggunakan racun, berarti dia telah bertemu leluhurnya."Pek Yun Hui tersenyum Kalau Lam Kiong Siu menggunakan racun, tentu Kiu Tok Sian Ong dapat menghadapinya. Akan tetapi, apabila Lam Kiong Siu menggunakan selain racun, Kiu Tok Sian Ong pasti akan kerepotanitu tidakdiutarakan Pek Yun Hui, sebab saat ini tidak baik untuk berdebat Lagi pula Kiu Tok Sian Ong tergolong tingkatan tua, maka biar bagaimanapun ia harus menghormatinya."Baik." Pek Yun Hui manggut-manggutMereka bertiga menuju tempat yang bereahaya ttu. Setelah beberapa depa kemudian, Kiu Tok Sian Ong memungut senjata rahasia yang disambitkannya Pek Yun Hui memandang ke depan, masih tidak tampak ujungnya, Maka tidak heran kalau ia mengerutkan kening."Kakak Pek!" ujar Lie Ceng Loan heran. Tempat yang kita lalui mirip sebuah lorong, tapi kenapa tidak ada ujungnya?""Adik Loan,..." Pek Yun Hui meno!ehkan kepalanya ke belakang, gadis itu tampak tertegun dan terkejut "Celaka!"Kiu Tok Sian Ong dan Lie Ceng Loan juga menoleh ke belakang, Mereka berdua pun tampak tertegunKetika mereka bertiga memasuki tempat ini, sama sekali tidak menoleh ke belakang, Saat ini mereka menoleh ke belakang, justru melihat kabut kekuning-ku-ningan, Sungguh mengherankan, kabut itu tidak bergerak Entah kabut apa itu?"Eh?" Lie Ceng Loan tereengang "Permainan apa lagi itu?" Lie Ceng Loan mendekati kabut itu. Terkejutlah Pek YunHui dan segera berseru."Adik Loan, jangan ke sana!"Namun sudah terlambat Lie Ceng Loan telah masuk ke kabut tersebut bahkan tidak tampak bayangannya lagi."Adik Loan!" seru Pek Yun Hui cepat "Engkau harus di'am! Kalau engkau bergerak tidak akan bertemu Kakak Bumu lagi!"Pek Yun Hui tahu, bahwa Lie Ceng Loan pasti menuruti perkataannya, Tapi kalau ditambah dengan nama Bee Kun Bu, gadis itu pasti tidak berani bergerak "Kakak Pek, aku tidak akan. " Lie Ceng Loan inginmenyahut "Aku tidak akan bergerak", namun mendadak ia menjerit kaget "Akh! Kakak Pek, ada orang me-nyerangku!"Terkejutlah Pek Yun Hui. ia segera berseru agar Lie Ceng Loan bergerak"Adik Loan, kalau ada orang menyerangmu engkau boleh bergerak membalasnya!"Hanya terdengar suara Lie Ceng Loan, sama sekali tidak mendengar suara apa pun. Karena itu, Pek Yun Hui bersiap menerjang ke arah kabut tersebut Tapi pada waktu bersamaan, kabut itu bergerak ke waktu sekejap, Pek Yun Hui telah terkurung kabut tebal yang warnanya kekuning-kuningan itu, seketika Pek Yun Hui merasa matanya gelap, tidak dapat melihat apa segera menoleh ke belakang, namun tidak tampak Kiu Tok Sian Ong, sebab terhalang kabut tebal itu."Lo Sian Ong!" tanya Pek Yun Hui, "Bagaimana keadaanmu?""Nona Pek!" sahut Kiu Tok Sian Ong memberitahukan "Kita telah terkurung di dalam formasi kabut Engkau jangan bergerak, aku akan coba mendekatimu!""Ya!" sahut Pek Yun Hui, Ternyata dugaannya tadi tidak salah, Tempat ini merupakan suatu jebakan bagi mereka. Namun ia tidak menyalahkan Kiu Tok Sian Ong, Kemudian ia berseru bertanya pada Lie Ceng Loan, "Adik Loan, masih ada orang menyerangmu?""Tidak. Hah? Hei! Siapa engkau?" bentak Lie Ceng Loan."Adik Loan. " Pek Yun Hui terkejui. Namun sudah tidakterdengar suara Lie Ceng Loan saat itu puIa, Pek Yun Hui merasa ada desiran angin di belakangnya, ia segera menoleh, namun tidak melihat apa pun. Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera melancarkan sebuah pukulanBetapa dahsyatnya pukulan Pek Yun Hui. pukulannya mampu mencapai jarak jauh, tapi terhalang oleh kabut tebal, sehingga kedahsyatannya jadi berkurang."Nona Pek!" Suara Kiu Tok Sian Ong, "Kabut kuning ini bukan kabut biasa, engkau jangan sembarangan melancarkan pukulan!"Pek Yun Hui tahu bahwa Kiu Tok Sian Ong berpengalaman maka ia pun tidak melancarkan pukulan lagi. Akan tetapi, Pek Yun Hui merasa heran, sebab tadi Kiu Tok Sian Ong bilang mau mendekatinya, tapi kenapa saat ini suaranya malah agak jauh?"Lo Sian Ong berada di mana?" tanya Pek Yun Hui." Aku sedang mendekatimu," sahut Kiu Tok Sian Ong, Sungguh mengherankan, suara orang itu bertambah sadarlah Pek Yun Hui, bahwa formasi kabut kuning ini memang sungguh lihay."Lo Sian 0ng. " sebetulnya Pek Yun Hui inginmengingatkannya jangan terpengaruh oleh kabut kuning, namun di saat bersamaan meluncur empat buah belati ke arahnya. Yang mengejutkan Pek Yun Hui adalah ke empat buah belati itu sama sekali tidak mengeluarkan suara. Padahal gadis itu berkepandaian begitu tinggi, namun masih tidak mendengar suara desiran senjata Pek Yun Hui tidak memegang senjata apa yang tadi dipegangnya telah dikembalikan kepada Lie Ceng Loan Karena itu ia terpaksa membungkukkan empat senjata itu melewati kepalanya, Pada waktu bersamaan, Pek Yun Hui menyentilkan jari telunjuknya ke arah senjata-senjata Trang! Trang! Tiga buah belati terpukul ke atas, Pek Yun Hui cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk menangkap belati yang meluncur terakhir lalu disimpan di dalam bajunya."Adik Loan!" Pek Yun Hui teringat pada gadis itu. "Adik Loan, engkau berada di mana?"Pek Yun Hui berteriak lantang, tetapi tiada suara sahutan Lie Ceng Loan. Cemaslah hatinya ia langsung melesat ke depan Berselang beberapa saat kemudian, barulah ia berhentiNamun sungguh mengherankan ia masih berada di dalam kabut kuning tebal itu. Pek Yun Hui tertegun Tadi ia ingin mengingatkan Kiu Tok Sian Ong, namun kenapa sekarang dirinya malah bertindak ceroboh begitu?Pek Yun Hui tidak dapat melihat apa pun. Bahkan tidak tahu dirinya berada di mana, Gadis itu berusaha tenang dan mengingat kembali tempat yang dilaluinya tadi, sepertinya ia berada di suatu tempat yang tiada itu terus berpikir Setelah itu ia mengarah ke kiri beberapa depa, lalu berputar ke kanan lagi, Namun memang mengherankan, ia berjalan ke mana pun tetap tidak menemukan dinding ruanganDirinya seakan berada di sebuah padang pasir yang tiada batasnya, Akhirnya ia berhenti untuk menunggu perkembangan dan di mana Lie Ceng Loan? Ketika memasuki kabut kuning itu, Lie Ceng Loan menyadari adanya gelagat yang tak beres, Gadis itu membalikkan badannya, tapi sudah tidak melihat Pek Yun Hui dan Kiu Tok Sian Ong, karena tertutup oleh kabut kuning yang amat tebalPada waktu bersamaan, Lie Ceng Loan mendengar suara Pek Yun Hui yang menyuruhnya jangan bergcrak, Maka ia tidak berani bergerak sama sekaliDi saat itu, mendadak meluncur empat buah belati ke arah Lie Ceng Loan Untung gadis itu bergerak cepat menghindar kalau tidak badannya pasti sudah tertancap senjata tajam tersebutKarena itu, Lie Ceng Loan langsung menghunus pedangnya untuk berjaga-jaga. Tiba-tiba ia mendengar suara wanita."Engkau ingin bertemu Bee Kun Bu?"Lie Ceng Loan terperanjat dan segera menoleh, namun tidak melihat apa pun di belakangnya, Oleh karena itu, ia siap menggerakkan pedangnya, Akan tetapi ia teringat bahwa suara tadi menyebut nama Bee Kun Bu. itulah yang membuatnya tidak jadi menggerakkan pedangnya."Kalau engkau ingin bertemu Bee Kun Bu, janganlah bersuara!" Terdengar lagi suara wanita itu dan menambahkan "Cepat ikut aku!""Engkau berada di mana?" tanya Lie Ceng Loan dengan suara sahutan, namun mendadak muncul sebuah belati yang mengkilap mengarah Lie Ceng Loan."Haah...?""Jangan takut!" bisik wanita itu, "Peganglah ujung belati ini, ikuti ke mana aku pergi!"Lie Ceng Loan tertegun Demi bertemu Bee Kun Bu, bahaya apa pun harus ditempuh, pikirnya, Kemudian dengan dua jarinya ia menjepit belati itu mulai bergerak Lie Ceng Loan mengikuti gerakan belati itu ke mana saja, ia merasa melewati beberapa tikungan Berselang beberapa saat kemudian, tiba-tiba di hadapannya berubah menjadi gelap sekali Kabut kuning itu pun sudah tidak kelihatan lagi Namun Lie Ceng Loan justru melihat seorang wanita menggenggam belati tersebut Begitu melihat wanita itu, ia pun langsung bertanya."Kakak! Di mana Kakak Bu?" Sebelum wanita itu menjawab, mendadak berkelebat sosok bayangan Dalam sekejap mata sosok bayangan itu sudah berada di hadapan mereka."Kiong Cu Majikan Istana!" panggil wanita itu dengan hormatKetika mendengar wanita itu memanggil "Kiong Cu", Lie Ceng Loan segera melepaskan jari tangannya yang menyepit ujung belati itu, kemudian mendadak menyerang wanita yang baru muncul dengan jurus Coan Yun Cai Goat Menembus Awan Memetik Bulan.Jurus tersebut adalah ilmu pedang partai Kun Lun yang disebut Tui Hun Cap Ji Kiam Dua Belas jurus Mengejar Setan. Setelah mengeluarkan jurus itu, sisa sebelas jurus itu pun digerakkan secara beruntun pula, Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya serangan-se-rangan Lie Ceng Loan menyerang wanita yang baru muncul itu begitu dahsyat? Ternyata ia telah mengetahui, bahwa wanita tersebut Lam Kiong Siu."Hm!" dengus Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu dingin kemudian bertanya pada wanita itu, "Benarkah gadis ini bernama Lie Ceng Loan?""Aku memang Lie Ceng Loan!" sahut gadis itu cepai dan bertanya, "Di mana Kakak Bu?"Ketika menyahut, serangan-serangannya juga telah mengarah pada Kim Hun melihat serangan-serangannya itu, Kim Hun Tokouw cuma tersenyum dingin, lalu berkelit ke samping, sedangkan Lie Ceng Loan lalu berhenti Hun Tokouw menatapnya tajam, kemudian melangkah maju mendekati Lie Ceng Loan."Engkau jangan maju lagi!" bentak Lie Ceng Loan sengit "Engkau bukan orang baik, kalau maju lagi, aku pasti menyerangmu!" "He he!" Kim Hun Tokouw tertawa dingin, lalu menghentikan langkahnya, Namun matanya menatap tajam ke arah Lie Ceng Ceng Loan juga memandang Kim Hun Tokouw dengan penuh perhatian Karena tempat itu amat gelap, maka tadi ia tidak melihat jelas dirinya, Kini jarak mereka cukup dekat, maka Lie Ceng Loan dapat melihatnya agak melihat Kim Hun Tokouw, Lie Ceng Loan merasa heran, karena tidak menyangka kalau wanita itu begitu cantik, sementara Kim Hun Tokouw juga menatapnya dengan penuh perhatian Berselang sesaat ia tersenyum dingin seraya berkata."Aku kira engkau secantik bidadari, tidak tahunya masih berbau pupur!"Mendengar ucapan itu, Lie Ceng Loan sama sekali tidak tersinggung maupun gusar, melainkan malah ter-tawa."Kakak Lam Kiong, engkaulah yang secantik bidadari sesungguhnya Lie Ceng Loan berkata setulus hati, tapi Kim Hun Tokouw mengira gadis itu menyindirnya."Hm!" dengusnya, wajahnya berubah kemerah-merahan. "Kakak Lam Kiong!" tanya Lie Ceng Loan, "Di mana KakakBu?""Engkau menanyakan Bee Kun Bu?" Kim Hun Tokouw balik bertanya."Ya." Lie Ceng Loan mengangguk "Di mana Kakak Buku?" "Kakak Bumu?" Kening Kim Hun Tokouw mengerut, "Diamilikmu?""Dia kakak seperguruan ku, maka aku selalu memanggilnya begitu. Memangnya kenapa?" Lie Ceng Loan tampak kebingungan "Oh?" Kim Hun Tokouw tertawa, "Engkau sangat mencintainya dalam hati, kan?""Ya." Lie Ceng Loan mengangguk "Kakak Lam Kiong, cepatlah lepaskan dia!""Lie Ceng Loan!" Kim Hun Tokouw tertawa dingin, "Engkau begitu mencintainya, tentu bersedia melakukan apa pun demi dia, kan?""Ya." Lie Ceng Loan mengangguk"Bagus." ujar Kim Hun Tokouw sepatah demi sepatah "Kini Bee Kun Bu berada di tanganku, Mati hidupnya juga berada di tanganku, Kalau engkau tidak menghendakinya mati, maka engkau harus menuruti kata-kataku.""Engkau... engkau mau menyuruhku melakukan apa?" tanya Lie Ceng Loan cemas dan tergagap."Engkau harus menulis sepucuk surat, yang isinya mengatakan bahwa engkau sudah punya kekasih baru, karena itu engkau tidak mencintainya lagi," sahut Kim Hun Ceng Loan menggigit bibir Matanya menatap tajam ke arah Kim Hun Tokouw seraya berkata keras."Aku tidak mau menuruti perintahmu!""Oh?" Kim Hun Tokouw tertawa, "Kalau begitu, Bee Kun Bu pasti mati lantaran sahutanmu yang tegas itu."Wajah Lie Ceng Loan berubah pucat Gadis itu tampak gugup, panik dan cemas sekali Kemudian mendadak ia menyerang Kim Hun Tokouw dengan pedang-nya. ia mengeluarkan jurus Coan Yun Cai Goat Me-nembus Awan Memetik Bulan.Kim Hun Tokouw tertawa dingin sambil mundur Tiba-tiba tangannya bergerak dan seketika di tangannya telah bertambah sehelai selendang, bahkan sekaligus melayang cepat ke arah pedang Lie Ceng Loan. Dalam waktu sekejap, pertarungan mereka sudah melewati beberapa jurus. Lie Ceng Loan menyerang Kim Hun Tokouw dengan ilmu pedang Tui Hun Cap Ji Kiam. Namun tangan kirinya juga ikut menyerang dengan jurus-jurus aneh, yakni ilmu tangan kosong dari buku catatan Sam Im Sin Ni, yang diajarkan Liong Giok Pin melihat Lie Ceng Loan, Kim Hun Tokouw menganggapnya sebagai anak gadis yang masih berbau pupur Namun kini amat terkejut, karena tidak menyangka kalau gadis itu memiliki kepandaian begitu tinggi"Lam Kiong Siu!" bentak Lie Ceng Loan. "Kakak Pek dan Kakak Siao Tiap telah menyerang ke dalam istana Pit Sia Kiong ini, bahkan Kiu Tok Sian Ong pun telah datangi Cepatlah bebaskan Kakak Bu, aku akan menyuruh mereka jangan menyusahkanmu!""He he!" Kim Hun Tokouw tertawa dingin, "Na Siao Tiap telah terkurung di ruang besi, sedangkan Pek Yun Hui dan setan tua itu pun telah terkurung di formasi kabut kuning!Engkau pikir mereka akan ke mari menolongmu? Huh! jangan mengimpikan itu!""Oh?" Lie Ceng Loan memperhebat serangannya. "Tunggu!"tentak Kim Hun Tokouw sambil meloncatmundurLie Ceng Loan berhenti menyerangnya, namun pedangnya tetap diluruskan ke depan."Apakah engkau bersedia membebaskan Kakak Bu?" tanyanya."Engkau ikut aku ke dalam, aku akan memperlihatkan sesuatu kepadamu," sahut Kim Hun Tokouw serius."Cepat bawa aku ke sana!" Lie Ceng Loan girang sekali ia mengira Kim Hun Tokouw akan membebaskan Bee Kun Hun Tokouw tertawa dingin, Mendadak ia melesat ke dalam dan diikuti Lie Ceng Loan dari belakang. Setelah melewati beberapa tikungan, tiba-tiba Lie Ceng Loan terbelalak, karena dirinya sudah berada di sebuah ruangan berdinding kristalLie Ceng Loan menengok ke sana ke mari, namun tidak tampak Bee Kun Bu berada di situ, Keningnya langsung berkerut"Di mana Kakak Bu?" tanyanya."Kenapa engkau begitu tegang?" sahut Kim Hun Tokouw, Kemudian ia menggerakkan selendangnya mengarah ke sebuah tombol Dinding kristal itu Ceng Loan memandang ke sana, wajahnya tampak berubah dan berseru seperti orang kehilangan sukma."Kakak Bu! Kakak Bu. "Ternyata Lie Ceng Loan melihat seseorang digantung di atas, Tampak sebuah tungku yang menyala di bawahnya, Kepala orang itu tertunduk, rambutnya menutupi mukanya, Walau tidak menyaksikan wajahnya, namun Lie Ceng Loan mengenali, bahwa orang itu Bee Kun Bu. Betapa sakit dan sedihnya hati gadis itu melihat Bee Kun Bu sedang dipanggang di atas tungku, Lidah api dari dalam tungku itu terus menjilat kaki tahan Lie Ceng Loan menyaksikan keadaan itu. ia langsung menerjang ke sana, Akan tetapL..Buk! Badannya membentur sesuatu, sehingga membuatnya jatuh di luar dugaan, ternyata tempat itu dilapisi semacam kaca anti pecah, Lie Ceng Loan tidak melihat kaca itu, maka tadi ia langsung Ceng Loan segera bangkit berdiri, lalu menyerang kaca itu dengan pedangnya. Trang! Trang! Trang.,.!Waiau Lie Ceng Loan telah menyerang dengan sepenuh tenaga, tapi kaca itu sama sekali tidak pecah, sebaliknya tangan gadis itu yang terasa sakit sekali."Lam Kiong Siu!" bentak Lie Ceng Loan sengit, "Cepat buka kaca ini!"Kim Hun Tokouw cuma tersenyum dingin, Lie Ceng Loan memandang ke arah Bee Kun Bu lagi."Kakak Bu! Kakak Bu! Apakah engkau bisa melihat aku?" tetapi, Bee Kun Bu tidak bergerak sama sekalL Betapa cemas dan sedihnya hati Lie Ceng Loan, Men-dadak ia merasa dadanya bergejolak."Uaaakh. " MuIutnya menyemburkan darah segar,kemudian ia pun Kim Hun Tokouw cuma tersenyum di-ngin. ia memandang Lie Ceng Loan yang terkulai itu seraya berkata."Engkau harus melakukan apa yang kukatakan tadi!" "Lam Kiong Siu. " sahut Lie Ceng Loan !emah, "Engkau.,,engkau tidak akan membakarnya sampai mati kan?"Kim Hun Tokouw tidak menyahut Kemudian ia bertepuk tangan beberapa kali, lalu muncullah beberapa gadis di dalam ruang kaca itu. Kim Hun Tokouw memberi isyarat dengan tangannya, seketika juga gadis-gadis itu menambah bahan bakar ke dalam tungku tersebut"Aaaakh.,." keluh Lie Ceng Loan. Gadis itu nyaris pingsan karena api yang ada di dalam tungku itu bertambah besar."Bagaimana?" tanya Kim Hun Tokouw dingin "Apa-kah engkau masih tidak mau menuruti apa yang kukatakan tadi? Kalau aku memberi isyarat lagi, mereka pasti segera menurunkan tali itu!""TJdak!" teriak Lie Ceng Loan, Mendadak ia melesat ke arah Kim Hun Tokouw sambil menyerangnya dengan jurus Chun Yun Cak Can Awan Musim Semi Mulai Mengembang, Kemudian jurus itu berubah menjadi jurus Yah Hwee Sauh Thian Api Berkobar Membakar Langit. Serangan itu mengarah ke kepala Kim Hun Ceng Loan dalam keadaan emosi dan nekad karena menyaksikan keadaan Bee Kun Bu yang me ngenaskan itu. Maka tak mengherankan kalau serangan nya sangat dahsyatNamun lawannya Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu. yang berkepandaian tinggi, bahkan juga sangat berpengalaman Tentu tidak gampang bagi Lie Ceng Loan untuk membunuhnya hanya dengan jurus-jurus tiba-tiba terjadi sesuatu yang sungguh mengejutkan, Ternyata ujung pedang Lie Ceng Loan berhasil membabat rambut Kim Hun Tokouw, Kalau Kim Hun Tokouw terlambat menundukkan kepalanya, mungkin saat ini kepalanya telah menggelinding di Ceng Loan tidak berhenti di situ, Gadis itu masih melanjutkan serangannya, ia mengerahkan ilmu pedang yang diajarkan Liong Giok terkejutnya Kim Hun Tokouw, ia bergerak cepat menghindari serangan lawan, kemudian mendadak balas menyerang dengan selendangnya mengarah ke dada Lie Ceng waktu bersamaan, tiba-tiba pedang Lie Ceng Loan berputar membentuk dua buah lingkaran, lalu ujungnya mengarah ke tenggorokan Kim Hun Kim Hun Tokouw, sebab andaikata selendangnya berhasil melukai lawan, tenggorokannya pun pasti berlubang akibat tusukan pedang, Lagi pula saat ini Lie Ceng Loan telah nekad tanpa menghiraukan nyawanya sendiri Walau ujung selendang Kim Hun Tokouw sudah dekat dengan dadanya, namun ia tetap melanjutkan serangannya.*****Bab ke 47 - Api Membakar Bee Kun Bu Menghanguskan Hati KekasihMenyaksikan Lie Ceng Loan begitu nekad, terperanjat-lah Kim Hun Tokouw, ia tidak mau mati konyot, maka secepat kilat meloncat mundur dua langkah sambil me-nyentakkan selendangnya. Ujung selendang itu langsung membalik membelit pedang Lie Ceng Loan, Namuft pedang Lie Ceng Loan tetap menyabet bahu Kim Hun saat bersamaan, ujung selendang Kim Hun Tokouw berputar ke arah dada Lie Ceng Loan, Tak terelak lagi, ujung selendang itu menghantam sasarannya."Aaakh!" jerit Lie Ceng Loan, Badannya terhuyung-huyung ke belakang beberapa telah terhuyung-huyung dan dadanya sudah terhantam oleh selendang lawan, namun Lie Ceng Loan masih dapat bertahan"He he!" Kim Hun Tokouw tertawa dingin. "Lihatlah ke sana!"Lie Ceng Loan segera memandang ke dalam ruang kaca, Ternyata punggung Bee Kun Bu telah ditindih dengan beberapa batang besi yang membara, sehingga mengeluarkan asap."Aaaakh. " Wajah Lie Ceng Loan pucat pias me-nyaksikannya, Kemudian ia menatap Kim Hun Tokouw dengan mata berapi-api."Kalau engkau tidak mau menuruti apa yang kukatakan tadi, Bee Kun Bu pasti mati terbakar!" ujar Kim Hun Tokouw dingin "Kalau aku menulis,.," sahut Lie Ceng Loan dengan air mata berderai-derai, "Dia... dia pun tidak akan pereaya!""Oh?" Kim Hun Tokouw tertawa, "Engkau boleh bicara dengannya sekarang!""Ruangan itu dilapisi kaca, bagaimana mungkin dia dapat mendengar suaraku?" ujar Lie Ceng Loan."He he!" Kim Hun Tokouw tertawa dingin "Aku punya cara agar dia dapat mendengar suaramu!""Aku... aku harus bilang apa padanya?" tanya Lie Ceng Loan, yang pipinya telah basah karena air matanya terus bereucuran"Bilang saja engkau sudah punya kekasih baru, maka tidak mencintainya lagi!" sahut Kim Hun Tokouw."Dia... dia tidak akan pereaya, sebab.,, sebab aku tidak punya teman pria lain!" Lie Ceng Loan memberitahukan"Gampang!" Kim Hun Tokouw tertawa, "Engkau bilang saja telah mencintai Co Hiong! Jadi engkau tidak mempedulikannya lagi. Kalau pun bertemu, engkau pasti tidak akan meladeninya!""Kapan aku harus bilang begitu?" tanya Lie Ceng Loan dengan hati tersayat"Sekarang!""Aku.,, aku... mencintai. " Berkata sampai di situ,mendadak Lie Ceng Loan berteriak sekeras-kerasnya. "Kakak Bu, aku cuma mencintai dirimu seorang! AJcu tidak akan mencintai orang lain!""Dasar gadis sialan!" Caci Kim Hun Tokouw, ia langsung mengibaskan tangannya memberi isyarat pada murid- muridnya yang ada di dalam ruang kaca juga tubuh Bee Kun Bu yang tergantung itu merosot ke bawah", Lidah api yang ada di dalam tungku itu pun mulai membakar tubuh Bee Kun Bu. "Aaaakh..." keluh Lie Ceng Loan."Kalau engkau tidak bilang seperti yang kukatakan, Bee Kun Bu pasti segera hangus!" ujar Kim Hun Tokouw Ceng Loan memejamkan matanya, ia sudah tidak tega menyaksikan keadaan Bee Kun Bu."Engkau masih belum mau bilang begitu?" bentak Kim Hun Tokouw."Aku.,, aku sungguh mencintai Bee Kun Bu," ujar Lie Ceng Loan lemah dengan air mata bereucuran "Dia... dia pun tahu itu. Kenapa engkau,., engkau memaksaku harus bilang tidak mencintainya? Engkau ingin membuat hatinya berduka ?Kalau pun aku bilang begitu, dia pasti tidak akan pereaya."Karena Lie Ceng Loan bertanya begitu, mendadak wajah Kim Hun Tokouw tampak kemerah-merahan. Na-mun kemudian berubah penuh diliputi hawa membunuh"Bagus! Bagus! Engkau begitu keras hati tidak mau bilang begitu! Saksikanlah Kakak Bumu itu akan ba-gaimana!" ujarnya lalu tertawa Hun Tokouw memberi isyarat lagi, lalu tubuh Bee Kun Bu merosot ke bawah tepat di atas Ceng Loan memandang ke dalam ruang kaca. Gadis itu tampak tertegun ia berdiri seperti patung, Matanya terbelalak lebar, namun tidak menangis lagi."Ha ha ha!" Kim Hun Tokouw tertawa seperti orang gila, Di saat itulah mulut Lie Ceng Loan menyemburkan darah segar Gadis itu lalu membalikkan Hun Tokouw terus tertawa, Kelihatannya ia merasa gembira, Lie Ceng Loan menarik nafas da!am-dalam, ternyata ia menghimpun Lweekangnya, Tiba-tiba ia menggerakkan pedangnya menusuk ke arah Kim Hun Tokouw yang masih tertawa gelak itu. Walau Lie Ceng Loan telah menghimpun Lweekangnya, namun hawa murninya telah terganggu, maka Lwee-kangnya tidak begitu dahsyat Hun Tokouw menyentakkan selendangnya, seketika juga ujung selendang yang mengandung tenaga lunak itu menghantam tubuh Lie Ceng Loan, Gadis itu terpental beberapa depa bersama pedangnya, kebetulan mengarah ke ruang kaca, sehingga melihat tubuh Bee Kun Bu yang sudah tak bergerak sama sekali"Kakak Bu! Kakak Bu,.,!" jerit Lie Ceng Loan memilukan Siapa yang mendengar suara jeritannya, pasti akan mengucurkan air tetapi, Kim Hun Tokouw malah terus tertawa terkekeh-kekeh, Di saat bersamaan, terdengarlah suara yang membetot Trinng! Ternyata suara Hun Tokouw segera menoleh. Tampak seorang gadis berbadan langsing dan cantik jelita berdiri di situ, Ke dua tangan gadis itu memeluk sebuah gadis itu? Tidak lain Na Siao Tiap, Begitu melihatnya, Kim Hun Tokouw terkejut bukan main, ia sama sekali tidak menyangka kalau Na Siao Tiap akan berhasil keluar dari ruang besi, Tadi getaran piepa itu nyaris membuatnya terkulai Oleh karena itu ia menyadari bahwa Na Siao Tiap bukan tandingannya, Secepat kilat ia melesat ke arah Dinding itu terbuka, Kim Hun Tokouw langsung melesat ke dalam, Kemudian dinding itu cepat sekali tertutup kembali"Hm!" dengus Na Siao Tiap dingin, "Dasar pengecut, melihat aku langsung kabur!" Begitu melihat Na Siao Tiap, hati Lie Ceng Loan bertambah sedih, karena kemunculannya telah terlambat yakni setelah Bee Kun Bu mati meskipun Na Siao Tiap tidak muncul terlambat tetap juga tiada gunanya, sebab ia pun tidak mampu memecahkan dinding kaca."Eeeh?" Na Siao Tiap baru melihat Lie Ceng Loan, "Adik Loan, kenapa engkau.,.?""Kakak Siao Tiap. " Air mata Lie Ceng Loan ber-derai,"Kakak Bu,.,.""Kakak Bu kenapa?" tanya Na Siao Tiap cemas. "Dia. " Lie Ceng Loan menunjuk ke dalam ruang kaca,"Kakak Bu telah dibakar mati oleh Kim Hun Tokouw." "Haaaah?" Wajah Na Siao Tiap pucat ia memang memandang ke dalam ruang kaca, tampak sebuah tungku dan sosok tubuh di atasnya, Namun ia tidak menyangka sama sekali kalau sosok yang tergantung di atas tungku itu Bee Kun Bu."Kakak Bu! Aku aku yang menyebabkan kematian-mu,"gumam Lie Ceng Loan sambil menangis sedih. "Tapi...bagaimana mungkin aku bilang tidak mencintai-mu?"Gumaman Lie Ceng Loan membuat Na Siao Tiap tereengang, Sebab gadis itu tidak tahu apa yang telah terjadi di situ, Namun ia telah menyaksikan sosok tubuh yang tergantung di atas tungku itu ternyata Bee Kun Bu. Air matanya pun langsung melelehLie Ceng Loan menatapnya, kemudian bangkit berdiri perlahan-lahan, dan sekaligus mendekati dinding ia jatuh duduk lagi di depan kaca dinding tersebut"Kakak Bu, kini" engkau telah mati. Aku pernah bilang, apabila engkau mati, aku pun tidak mau hidup lagi, sungguh!" ujarnya bernada tenang. Tiba-tiba Lie Ceng Loan tersenyum, lalu mendadak mengayunkan pedangnya ke lehernya terkejutnya Na Siao Tiap, Gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa, karena berdiri agak jauh. sedangkan pedang itu sudah mendekat ke leher Lie Ceng Loan, Namun meskipun dalam keadaan gugup, jari Na Siao Tiap masih sempat memetik tali senar Cring! Cring.,.! dahsyat suara getaran piepa tersebut Seketika juga tangan Lie Ceng Loan menjadi lemas dan pedangnya pun langsung ter! Pedang itu jatuh ke lantai, Barulah Na Siao Tiap menarik nafas lega, dan cepat-cepat melesat ke sisi Lie Ceng Loan."Adik Loan! Kenapa engkau berbuat itu?""Kakak Siao Tiap. " Lie Ceng Loan mulai menangis sedih,"Kakak Bu sudah mati, maka aku tidak mau hidup lagi, Kenapa engkau menghalangiku? Aku. ""Adik Loan!" Na Siao Tiap memegang bahunya, padahal hati Na Siao Tiap juga berduka sekali, "Aku pernah dengar dari Kakak Pek, bahwa Bee Kun Bu pernah mengalami luka parah, yang nyaris menyebab-kannya mati. Pada waktu itu, engkau rela mendampinginya ke dalam kuburan, Benarkah itu?""Benar." Lie Ceng Loan mengangguk"Karena itu, engkau tidak perlu bunuh diri," ujar Na Siao Tiap, "Setelah kita membalaskan dendamnya, kita membuat sebuah kuburan besar untuk Bee Kun Bu, lalu kita berdua menemaninya di dalam kuburan itu selama-lamanya.""Kakak Siao Tiap...." Lie Ceng Loan tertegun "Engkau...engkau juga ingin menemaninya di dalam ku-buran?" "Ya." Na Siao Tiap mengangguk dengan air mata bereucuran "Aku... aku juga sangat mencintainya."Lie Ceng Loan adalah gadis yang berhati suci mendengar Na Siao Tiap mengaku mencintai Bee Kun Bu, hatinya sama sekali tidak panas maupun merasa cemburu, bahkan segera menggenggam tangan Na Siao Tiap erat-erat seraya berkata."Kakak Siao Tiap, sungguh sayang sekali, Kakak Bu tidak tahu kalau engkau juga mencintainya."Na Siao Tiap menghela nafas dan membatin, "Oh, ibu! Kjni orang yang kucintai telah mati, jadi aku tidak perlu memperdengarkan irama piepa padanya, sebab dia tidak akan mendengarnya.""Kakak Siao Tiap!" ujar Lie Ceng Loan lagi, "Aku... aku sebetulnya tidak ingin membunuh siapa pun, namun Kakak Bu dibakar mati oleh Kim Hun Tokouw, maka aku... aku harus membunuhnya."Na Siao Tiap mengangguk namun mendadak ia melihat Lie Ceng Loan terkulai Segeralah ia menahannya. Ternyata Lie Ceng Loan telah pingsan dengan wajah pucat pias, nafasnya pun sangat terkejutnya Na Siao Tiap, ia cepat-cepat memegang punggung Lie Ceng Loan sambil mengerahkan seberapa lama kemudian, Lie Ceng Loan siuman dan membuka matanya perlahan-Iahan."Kakak Siao Tiap.,." ujarnya lemah. "Aku telah terluka parah, mungkin tidak dapat membalaskan dendam Kakak Bu lagi.""Adik Loan!" Na Siao Tiap membelainya sambil berkata lembut "Aku akan menyalurkan hawa murniku ke dalam tubuhmu, agar lukamu segera membaiki "Kalau begitu, bukankah Kakak Siao Tiap akan kehilangan hawa murni?" ujar Lie Ceng Loan."Adik Loan!" Na Siao Tiap tersenyum getir "Kita sama- sama bernasib malang, maka engkau jangan berkata begitu."Lie Ceng Loan diam, kemudian memejamkan Siao Tiap menaruh Lie Ceng Loan ke bawah, Setelah itu ia duduk menghadap punggung Lie Ceng Loan. Sepasang tangannya ditempelkan pada punggung gadis Na Siao Tiap menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh Lie Ceng Loan. setengah jam kemudian, wajah Lie Ceng Loan sudah tidak begitu pucat lagi"Kakak Siao Tiap!" Lie Ceng Loan memberitahukan "Aku sudah merasa membaik, engkau tidak usah menyalurkan hawa murni lagi ke tubuhku."Na Siao Tiap mengangguk sambil melepaskan tangannya yang menempel di punggung Lie Ceng Loan, lalu bangkit berdiri, begitu pula Lie Ceng Loan dan memang tampak sudah berdiri menghadap dinding kaca, Ke duanya saling memandang sejenak, kemudian mendadak Na Siao Tiap mengayunkan tangannya melancarkan beberapa pukulan ke arah dinding kaca itu, Namun dinding kaca itu sama sekali tidak Lie Ceng Loan teringat sesuatu, lalu ber-kata. "Kakak Siao Tiap!" ia memberitahukan "Tadi aku melihatLam Kiong Siu melancarkan pukulan ke tempat itu."Lie Ceng Loan juga menunjuk ke dinding kristal tempat Kim Hun Tokouw memukul ke sana tadi, Na Siao Tiap memandang dinding kristal itu. ia manggul-manggut lalu segera memukul ke arah tersebut, dan terdengarlah suara "Kreeek". Dinding kristal itu bergerak, lalu tampak dinding kaca, Akan tetapi, mereka berdua justru terbelalak di dalam ruang kaca itu tidak kelihatan tungku maupun Bee Kun Bu lagi."Aaaakh.,.!" keluh Na Siao Tiap, "Kalau Kakak Pek berada di sini, dia pasti bisa membuka dinding kaca ini.""Kakak Pek terkurung di dalam formasi kabut kuning." Lie Ceng Loan memberitahukan."Apa?" Na Siao Tiap tertegun "Engkau bertemu dia?" "Ya." Lie Ceng Loan mengangguk"Di mana engkau bertemu dia?" tanya Na Siao Tiap lagi."Di ruang itu. " Lie Ceng Loan memberitahukan "Penuhkabut kuning yang tebal, sehingga tidak dapat melihat apa pun di sana.""Adik Loan!" Ujar Na Siao Tiap. "Aku punya akal untuk mencarinya. Mari kita ke sana!""Kabut kuning itu sangat tebal, bagaimana mungkin kita mencarinya?" Lie Ceng Loan menggelengkan kepala."Begini! Engkau ajak aku ke tempat itu!" desak Na Siao Tiap."Baik." Lie Ceng Loan mengangguk sambil mengayunkan kakinya, Na Siao Tiap mengikutinya dari seberapa lama kemudian, mereka melihat kabut kuning yang tebal itu."Adik Loan, cepat berhenti!" ujar Na Siao Ceng Loan berhentL Na Siao Tiap lalu menarik ujung lengan baju luarnya, Benang yang tertarik keluar dari lengan baju itu dipegangnya erat-erat."Pegang baju luarku ini!" ujar Na Siao Tiap sambil menyodorkan baju luarnya kepada Lie Ceng Loan. "Engkau tunggu di sini, aku akan memasuki tempat itu, kemudian keluar lagi bersama benang yang kupegang ini." " Akal yangbagus." Lie Ceng Loan Siao Tiap mulai melangkah ke dalam kabut kuning itu, Dalam waktu sekejap ia sudah tidak kelihatan Ceng Loan berdiri di situ, Air matanya meleleh karena teringat kematian kekasihnya yang begitu mengenaskanBerselang beberapa saat kemudian, mendadak ia melihat di ujung kiri berkelebat dua sosok bayangan Lie Ceng Loan tertegun dan langsung membentak."Siapa?"Salah seorang menoleh ke arahnya, lalu tiba-tiba melesat ke arahnya pula, Lie Ceng Loan segera meluruskan pedangnya, agar orang itu tidak mendekati itu berhenti di hadapan Lie Ceng Loan sambil tersenyum senyum, ternyata Co melihat yang datang itu Co Hiong, Lie Ceng Loan menarik nafas lega."Saudara Co! Engkau juga ke mari?" tanya Lie Ceng Hiong dan Souw Peng Hai, sebetulnya bersembunyi di luar istana Pit Sia Kiong. Ketika mereka berdua melihat Na Siao Tiap memasuki istana tersebut, tak lama hari mulai gelap. Berselang beberapa saat kemudian, mereka pun melihat Kiu Tok Sian Ong bersama Lie Ceng Loan memasuki istana itu Hiong dan dan Souw Peng Hai tetap bersembunyi Mereka yakin bahwa di istana itu telah terjadi pertarungan hebat, Karena itu mereka pun berunding, dan bersepakat untuk memasuki istana Hiong dan Souw Peng Hai telah menduga, bahwa di dalam istana itu terdapat banyak jebakan, Oleh karena itu, mereka tidak berani berjalan ke sana ke mari, Namun akhirnya mereka pun kehilangan arah, Untung Co Hiong melihat sebuah jalan Mereka segera melesat ke sana dan melihat Lie Ceng Loan."Nona Li!" Co Hiong tertawa manis sambil menatapnya. ia tertegun ketika menyaksikan wajah Lie Ceng Loan pucat dan pipinya masih basah oleh air mata, "Apa yang telah terjadi?" tanyanya."Kakak Bu, dia.,." sahut Lie Ceng Loan terisak-isak. "Kenapa dia?" tanya Co Hiong heran."Dia... dia telah mati." Air mata Lie Ceng Loan mulai berderai.
  1. Աнасутαቧ оղυቁի е
    1. Եռакեղጌн φе
    2. ቮшеዩաвочэ ւе παλуκ
    3. Фυբሠл глеጬολ еድሶнաсታጌ
  2. ቻаςኬбаχу ուቡиፅኼδ
  3. Էцաшያፗаծ κоφиնեպէз
    1. Твοсрዊσаж ህօρуτቬኃቡ бω
    2. Х оχ н ըвихоρ
    3. Θμεтիկև ыծοβаռюмер ጂկικፓሱиψሿ
  4. Егукоψኙֆևб βሮհըлитፑхጤ ናωμዕ
Search Cerita Silat Penginapan Pintu Naga. Serial Bu Kek Sian Su (6) BOE KIE Karya : CHING YUNG Terjemahan: Boe Beng Tjoe Jilid 6 (Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212) Kutunggu Di Pintu Neraka 077 "Tidak, Ayah Awan yang melayang jauh diangkasa disertai warna sinar yang memerah dengan cepatnya menembus seluruh permukaan kota itu dan menyinari pintu loteng sebuah bangunan yang amat besar sekali
Sypnosis[] Daftar Isi[] Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 tamatH Cover Penampilan[] Konten komunitas ada dibawah CC-BY-SA atau ada pernyataan lain. Katakberkaki tiga Pada permulaan, rasa dingin panas yang saling bergantian secara mendadak itu, benar-benar menyiksa Siau-liong. Tetapi lama kelamaan ia menjadi kebal. Dan anehnya, rasa sakit dalam tubuhnya pun lenyap. Pelahan-lahan pikirannya pun tenang kembali. Ia merasa dalam waktu sejam itu telah mengalami perobahan besar sekali.
Wajah Hek-mo-ong tidak berubah, namun sepasang matanya mengeluarkan sinar kilat ketika dia berpaling kepada Li Kong Hoat-ong. “Hm…” Ia mengeluarkan suara dari hidung, sikapnya menghina sekali, “Kalau tidak salah kau adalah Li Kong Hoat-ong, raja yang sudah kehilangan mahkotanya itu? Perlu apa kau mencampuri urusanku? Kalau memang betul aku kurang sopan dan sombong habis kau mau apakah?” “Hek-mo-ong, kau benar-benar tidak melihat orang! Kalau tidak ada aku di sini, kau boleh berbuat sesukamu, akan tetapi setelah aku berada di sini, apakah kau masih mau banyak lagak?” “Li Kong Hoat-ong, apa kehendakmu?” suara Hek-mo-ong dahsyat sekali, mengandung ancaman maut. “Tinggalkan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, kalau tidak jangan harap dapat keluar dari sini!” kata Li Kong Hoat-ong dan bekas raja yang memiliki kepandaian tinggi ini telah meloloskan senjatanya, yakni sebatang pedang kerajaan Yu-yan di tangan kanan dan sebatang tongkat tanda pangkat di tangan kiri! An Lu Shan hendak mencegah akan tetapi sudah terlambat, karena telah terdengar suara ketawa ngakak seperti suara burung goak dari mulut Hek-mo-ong dan terdengar suara keras, disusul oleh melayangnya daun pintu yang telah dicabut oleh Hek-mo-ong dan kini menyambar ke arah Li Kong Hoat-ong! Li Kong Hoat-ong cepat menghantam dengan tongkat di tangan kirinya dan terdengar suara keras lain. Daun pintu itu telah pecah menjadi beberapa potong dan pecahannya menyambar ke kanan kiri! An Lu Shan dan An Lu Kui cepat mengelak, akan tetapi beberapa orang perwira lain yang kurang cepat telah terkena sambaran potongan dan pecahan daun pintu ini sehingga terdengar jerit mengerikan. Pecahan-pecahan daun pintu itu menembus baju perang bagaikan pelor-pelor baja dan beberapa orang perwira tewas pada saat itu juga! Pertempuran segera terjadi dengan hebatnya. An Lu Shan tak berdaya dan hanya bisa menyuruh para perwira menjauhkan diri, karena setelah dua orang sakti ini bertanding, siapakah yang dapat dan berani memisahkan mereka? Yang nampak hanyalah berkelebatnya pedang dan tongkat di kedua tangan Li Kong Hoat-ong, dan tubuh Hek-mo-ong berubah menjadi sesosok bayangan yang gesit sekali. Sebentar saja kelihatan betapa hebatnya kepandaian Hek-mo-ong, karena biarpun dia bertangan kosong, namun tongkat dan pedang ini sama sekali tidak dapat mengenai tubuhnya. Tiap kali kedua tangannya bergerak, menyambar angin pukulan yang dahsyat, yang tidak saja membuat kedua senjata itu terpental mundur, juga membuat bangunan di situ seakan-akan tergetar-getar! Kwan Cu yang tadi terlempar oleh tangkisan Hek-mo-ong dan membentur tembok, berkat tubuhnya yang kuat, tidak mengalami luka hebat dan kini dia telah menolong gurunya bangun. Gui Tin cepat menyingkir di pinggir karena gentar melihat pertempuran yang dahsyat itu, sebaliknya Kwan Cu malahan menonton dekat-dekat. Anak ini telah menghafal isi pelajaran ilmu silat dari kitab yang diperebutkan itu, dan biarpun pengetahuannya terbatas pada teori saja, namun pengertian ini telah mendatangkan dorongan sehingga dia mulai memperhatikan gerakan-gerakan kedua tokoh besar ini! Ia diam-diam merasa gembira sekali dapat menyaksikan pertandingan yang demikian hebatnya, dan biarpun dia merasa ngeri juga, namun dia tidak pernah melepaskan pandang matanya dari kedua orang itu. Setelah bertempur puluhan jurus, perlahan-lahan Hek-mo-ong mendesak lawannya. Raja Iblis Hitam ini mempergunakan pukulan berdasarkan lweekang yang cukup tinggi dan baginya untuk merobohkan lawan tak usah mempergunakan tenaga tangan, cukup oleh hawa pukulannya saja. Li Kong Hoat-ong maklum akan kehebatan lawan, maka dia pun mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk mengimbangi permainan lawan. Akan tetapi sia-sia saja, pada saat dia membacok dengan pedangnya dan berbareng mengemplang dengan tongkatnya, tiba-tiba Hek-mo-ong berseru keras sekali sehingga Kwan Cu yang tadinya berdiri sampai roboh dan terlempar ke lantai saking hebatnya getaran seruan ini yang menyerang dan melumpuhkan dirinya melalui pendengarannya! Demikian pula orang-orang yang berada di sekitar situ, semua merasa seakan-akan lumpuh! Berbareng dengan pekik yang dahsyat ini, Hek-mo-ong tidak mengelak dari serangan lawan, bahkan menubruk maju. Tangan kanannya mencengkeram ke arah pedang dan dia membiarkan kepalanya dipukul tongkat! Terdengar suara keras ketika tongkat memukul kepalanya. Tongkat itu terpental dan Hek-mo-ong merasa kepalanya agak pening, akan tetapi dia berhasil mencengkeram pedang yang menjadi patah dua! Sebelum Li Kong Hoat-ong hilang kagetnya, Hek-mo-ong telah menyeruduk maju dan menubruk dengan kepalanya ke dada Li Kong Hoat-ong. Terdengar pekik mengerikan dan tubuh bekas raja itu terhuyung ke belakang, mukanya pucat dan darah segar menyembur keluar dari mulutnya. Tulang-tulang dadanya telah remuk terkena benturan kepala lawannya dan dia tewas pada saat itu juga setelah tubuhnya roboh terlentang! Keadaan menjadi sunyi, lalu dipecahkan oleh suara ketawa Hek-mo-ong. Tak seorangpun berani bergerak. “Ha-ha-ha! An-ciangkun, lebih baik kau mengurus bala tentaramu baik-baik dan jangan meributkan urusan kitab ini,” kata Hek-mo-ong. An Lu Shan maklum bahwa tiada gunanya menyerang orang luar biasa ini, akan tetapi dia tahu bahwa apabila Gui Tin sampai dibawa pergi, amat berbahayalah bagi dirinya. Hanya Gui Tin itu saja yang tahu bahwa dia telah mempelajari ilmu perang dari kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, dan kalau sampai orang luar mengetahuinya, mungkin rencananya yang sudah terkandung di dalam hati selama bertahun-tahun akan gagal! Oleh karena itu dia lalu menjura dan berkata, “Lo-enghiong, kami takkan meributkan urusan ini, akan tetapi kami harap Lo-enghiong juga suka berlaku adil. Kitab itu sudah kau ambil, biarlah. Akan tetapi harap kau jangan membawa pergi Gui-siucai, karena sesungguhnya masih banyak sekali penjelasan mengenai terjemahan yang kami perlukan dari padanya? Kalau kami sudah selesai dengan dia, boleh Lo-enghiong membawanya. Hal ini penting sekali, dan kami harap saja Lo-enghiong tidak akan menggunakan kekerasan terhadap puluhan ribu anak buah barisan kami yang sudah teratur dan menjaga berlapis-lapis di benteng ini.” Hek-mo-ong terdiam sejenak. Ia tahu bahwa An Lu Shan adalah seorang komandan yang pandai sekali mengatur barisan. Kalau dia berkeras, dia akan menghadapi puluhan ribu tentara dan hal ini tidak boleh dibuat sembarangan. Biarpun kepandaiannya tinggi dan dia tidak takut akan keroyokan, akan tetapi kalau harus membobolkan pertahanan puluhan ribu orang, sebelum bebas dia akan kehabisan tenaga dan akhirnya usahanya akan sia-sia belaka. Im-yang Bu-tek Cin-keng sudah berada di tangannya, mengapa dia harus tergesa-gesa? Masih banyak waktu untuk mempelajari kitab itu, pikirnya. Setelah berpikir demikian, dia mengangguk. “Baiklah, An-ciangkun. Aku minta maaf karena telah kesalahan tangan membunuh gurumu, akan tetapi seperti kalian menyaksikan sendiri, gurumulah yang mulai lebih dulu.” “Tidak apa, Lo-enghiong. Mati hidup bukan di tangan kita dan sudah lazim dalam pertempuran kalau tidak menang, tentu kalah dan mati,” jawab An Lu Shan. Kembali Hek-mo-ong tertawa, kemudian dia melihat Kwan Cu masih berdiri di pinggir. kedua matanya mendelik dan dia kelihatannya akan menyerang anak ini, akan tetapi dia membatalkan niatnya, lalu tertawa sekali tubuhnya berkelebat, dia telah melompat keluar dari rumah itu. Ketika dia berlari keluar dari benteng, benar saja dia melihat betapa tempat itu telah terkurung rapat oleh lapisan-lapisan tentara yang kuat sekali. Ia merasa girang bahwa tadi dia tidak mempergunakan kekerasan. Mudah kelak menculik Gui-siucai, pikirnya. Mengapa An Lu Shan berlaku demikian lemah? Mengapa dia tidak mengeroyok dan mengerahkan pasukannya untuk membunuh Hek-mo-ong? An Lu Shan tidak demikian bodoh untuk mengorbankan anak buahnya. Ia adalah seorang yang amat cerdik. Ketika tadi dia melihat peti kitab itu tercuri oleh Hek-mo-ong, dia telah yakin bahwa Hek-mo-ong takkan dapat hidup lama di dunia ini. Selain peti itu mengandung rahasia sehingga kalau dibuka akan ada tujuh batang anak panah beracun yang menyambar, juga peti itu telah dilabur dengan racun yang amat jahat. Kalau tangan Hek-mo-ong sudah terkena racun itu, sedikit racun masuk ke dalam mulutnya, pasti Raja Iblis Hitam itu akan mampus! Perlu apa mengeroyoknya? Dia tahu ke mana harus mencari Hek-mo-ong, maka nanti saja dia akan menyuruh para penyelidik, mendatangi tempat tinggal Hek-mo-ong di dusun Thian-bun di Gunung Hek-mo-san. Kalau iblis itu sudah mati, mudah saja mengambil kembali peti itu. Dan dia sengaja menahan Gui Tin, karena selain dia sendiri, hanya sastrawan tua itu saja yang pernah membaca Im-yang Bu-tek Cin-keng. Biarpun kitab itu sekarang berada di tangan Hek-mo-ong, takkan ada gunanya kalau tidak diterjemahkan! Maka setelah Hek-mo-ong pergi, segera An Lu Shan mengumpulkan orang-orangnya yang paling cakap untuk pergi menyusul ke Hek-mo-san dan menyelidiki keadaan iblis itu, sekalian kalau iblis itu sudah mampus terkena racun, supaya mengambil kembali peti kitab tadi. Akan tetapi, berturut-turut setelah serbuan Hek-mo-ong yang mencuri kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, terjadilah hal-hal yang luar biasa dan mengerikan hati An Lu Shan. Pada keesokan harinya, baru saja dia dan yang lain-lain selesai mengubur jenazah Li Kong Hoat-ong dan sedang duduk berunding di dalam ruang tengah, tiba-tiba datang penjaga-penjaga di pintu depan yang melaporkan dengan napas tersengal-sengal bahwa ada seorang tokouw pertapa wanita yang amat galak memaksa masuk ke dalam benteng dan siapa saja yang menghalanginya, dirobohkan dengan amat mudah! An Lu Shan dan An Lu Kui diikuti oleh beberapa orang perwira tergesa-gesa keluar. Alangkah kaget mereka ketika melihat pemandangan yang amat aneh dan luar biasa. Seorang tokouw yang tua akan tetapi tubuhnya masih nampak sehat seperti tubuh seorang gadis berusia delapan belas tahun, jalan mendatangi. Tangan kiri menggandeng seorang anak perempuan berusia enam tahun yang cantik mungil, tangan kanannya memegang sebatang ranting pohon yang panjang. Ia berjalan maju terus dan tiap kali ada prajurit yang hendak menghalanginya, dia menudingkan ranting itu kepada prajurit yang menghadang dan prajurit itu roboh sambil me-mekik keras dan ternyata bahwa prajurit itu telah tewas! Berdiri bulu tengkuk An Lu Shan menyaksikan keganasan dan kekejaman yang luar biasa ini! Siapakah iblis wanita ini, pikirnya. Cepat dia lalu mengeluarkan aba-aba untuk melarang orang-orangnya menghalangi majunya wanita pertapa itu dan dia sendiri lalu cepat mundur dan menanti di ruang tengah, akan tetapi diam-diam dia menyuruh barisan panah mengurung tempat itu untuk bergerak apabila tokouw itu datang dengan maksud kurang baik. Sambil tersenyum-senyum mengejek, tokouw itu bersama anak perempuan tadi langsung memasuki benteng dan menuju ke ruang besar di mana An Lu Shan duduk menanti. Dengan melihat bendera yang berkibar di atas ruang itu, mudah saja bagi tokouw ini untuk mencari di mana adanya komandan benteng. Ia melangkah masuk dengan sikap tenang seperti memasuki rumahnya sendiri saja. Setelah masuk ke dalam ruangan itu tokouw ini berdiri tegak dan memandang kepada An Lu Shan. Perwira ini cepat berdiri dan menyambut dengan penghormatan. Akan tetapi sebelum dia membuka mulut, terdengar seruang nyaring. “Eh, adik Ceng....! Kau di sini....?” “Heee....! Bukankan kau Kwan Cu?” jawab anak perempuan yang masih digandeng tangannya oleh tokouw itu. Kwan Cu yang kebetulan keluar bersama gurunya, melihat bahwa anak perempuan itu adalah Bun Sui Ceng, puteri dari Thio Loan Eng, segera menegur. Juga Gui Tin yang sudah banyak merantau dan banyak sekali pengalamannya, ketika melihat tokouw itu, tersaruk-saruk maju menghampiri dan menjura. “Dunia ini ternyata sempit sekali,” katanya kepada tokouw itu, “sehingga di ujung utara ini akan dapat bertemu muka dengan Kiu-bwe-coa-li Suthai dari ujung selatan!” Tokouw itu nampak tertegun, lalu mengerutkan keningnya. Setelah memandang beberapa lama, ia lalu tersenyum dan berkata dingin, “Hm, tubuhmu sudah reyot dan lelah, akan tetapi matamu masih tajam sekali, Gui-siucai. Kita bertemu baru satu kali ketika masih muda, namun kau betul-betul tidak melupakan muka orang.” “Siapa dapat melupakan wajah dan bentuk badan Kui-bwe-coa-li Suthai dari selatan?” jawab Gui Tin sambil tersenyum pula. Sementara itu, ketika mendengar bahwa tokouw yang berada di depannya itu adalah Kiu-bwe-coa-li Ular Betina Berekor Sembilan, yang namanya amat terkenal dan ditakuti oleh semua orang kang-ouw, An Lu Shan menjadi terkejut sekali sehingga dia merasa betapa belakang lehernya menjadi dingin. Ia cepat maju dan menjura dan berkata, “Ah, tidak tahunya Locianpwe yang datang mengunjungi tempatku yang bobrok ini. Mohon banyak maaf karena siauwte tidak tahu maka tidak keluar menyambut.” ... Tokoh itu mengeluarkan suara mengejek dari hidungnya. “Anak buahmu sudah menyambut baik-baik mengapa kau bersungkan? Lagi pula, siapa sih yang mengharapkan sambutan? Aku bukan Kaisar!” An Lu Shan menjadi merah mukanya, akan tetapi biarpun dia disindir, toh hatinya senang juga mendengar bahwa tokouw ini tidak suka kepada kaisar. “Maaf, maaf!” katanya merendah. “Bolehkah kiranya siauwte mengetahui kedatangan Locianpwe ini membawa maksud mulia yang manakah?” “Tidak bermaksud apa-apa, hanya minta kau menyerahkan padaku kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng.” Hm, ini hebat, pikir An Lu Shan. Jadi kitab itu sudah demikian digilai oleh orang-orang pandai di dunia. Baiknya dia telah mendahului mempelajari bagian ilmu perangnya. “Bagaimana?” tiba-tiba Kiu-bwe-coa-li mendesak sambil menggerak-gerakkan ranting di tangannya. Ternyata bahwa itu bukan ranting biasa, melainkan gagang sebatang pecut yang panjang dan halus sekali. Pecut itu terdiri dari sembilan helai tali yang halus tapi kuat dan merupakan senjatanya yang luar biasa. Karena tali-tali yang sembilan helai ini bergerak-gerak hidup seperti ular-ular kecil, maka dia dijuluki Ular Betina Berekor Sembilan! Satu saja dari sembilan helai tali ini ia gerakkan untuk menotok jalan darah seperti yang diperlihatkan tadi terhadap para prajurit yang menghadangnya cukup untuk membunuh seorang manusia. Dapat dibayangkan betapa hebat dan tingginya kepandaian tokouw ini! “Locianpwe, sungguh kebetulan sekali dan kalau saja siauwte tidak kehilangan guru siauwte tidak kehilangan guru siauwte dalam urusan ini, tentu siauwte telah tertawa geli mendengar Locianpwe datang hendak minta kitab itu.” “Apa yang terjadi?” Sepasang alis tokouw itu bergerak-gerak dan sepasang matanya demikian tajam sehingga An Lu Shan tidak kuat untuk menentang lama-lama. “Baru terjadi kemarin, Locianpwe. Kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng yang kauminta itu telah dirampas orang dan suhuku Li Kong Hoat-ong bahkan sampai tewas melawan orang itu.” “Lekas bilang, siapa yang merampasnya?” seru tokouw itu yang sama sekali tidak peduli tentang kematian Li Kong Hoat-ong. “Dia adalah Hek-mo-ong yang tinggal di Hek-mo-san....” Secepat kilat Kiu-bwe-coa-li memutar tubuhnya menghadapi Gui Tin. “Betulkah demikian?” Gui Tin hanya mengangguk dan diam-diam sastrawan ini tidak suka melihat sikap tokouw ini, apalagi setelah dia melihat bahwa tokouw ini telah membunuh banyak penjaga di luar benteng! Kiu-bwe-coa-li hendak pergi, akan tetapi ternyata Sui Ceng yang tadi masih digandeng, telah melepaskan gandengan tangannya dan anak itu kini nampak bercakap-cakap dengan seorang anak laki-laki gundul. “Sui Ceng, mari!” seru tokouw ini dan sekali ia mengulur tangannya, ia mendorong Kwan Cu sehingga anak ini menggelundung seperti bola. Akan tetapi Kwan Cu cepat melompat lagi dan menuding kepada Kiu-bwe-coa-li sambil berkata, “Kenapa kau begitu galak? Aku tidak suka melihat adik Ceng menjadi murid seorang galak! Ketahuilah, adik Ceng sudah diserahkan kepadaku untuk kujaga dan kalau kau memperlakukan buruk padanya....” Melihat betapa anak laki-laki gundul itu yang didorongnya tidak apa-apa bahkan kini mengeluarkan kata-kata mengancam kepadanya untuk membela Sui Ceng, Kiu-bwe-coa-li menengok dan memandang terheran-heran. Hebat sekali anak gundul ini, pikirnya lalu ia berbisik kepada Sui Ceng. Anak perempuan ini berkata, “Engko Kwan Cu, guruku ini baik sekali kepadaku! Eh, aku ingin tanya, betulkah penuturan mereka tentang Hek-mo-ong?” Kwan Cu maklum bahwa tokouw ini masih tidak percaya penuh kepada An-ciangkun dan Gui-siucai, maka mempergunakan Sui Ceng untuk bertanya kepadanya. Dengan demikian, itu berarti bahwa tokouw itu lebih percaya kepadanya! Dalam sekejap mata saja anak yang berkepala gundul dan berotak cerdik ini dapat menghubung-hubungkan sesuatu dan menarik kesimpulannya pada saat itu juga! “Adik Ceng, biasanya, orang yang tidak mudah percaya kepada orang lain itu mempunyai watak yang tak dapat dipercayai. Karena hendak mengukur watak orang lain seperti wataknya sendiri, maka dia selalu merasa khawatir kalau dibohongi orang!” Sui Ceng tentu saja tidak mengerti akan maksud jawaban yang menyimpang daripada pertanyaannya tadi, akan tetapi Kiu-bwe-coa-li merasa sekali akan sindiran yang amat tepat ini. Anak gundul itu seakan-akan dapat membaca pikirannya! “Keparat gundul!” bisiknya dan sekali ia menarik tangan muridnya, dan menggerakkan tubuhnya, berkelebatlah bayangannya dan lenyaplah tokouw ini dari hadapan mereka! Kali ini, ketika berlari cepat keluar dari benteng, bayangannya hampir tidak dapat terlihat oleh para penjaga! “Hebat....!” An Lu Shan berkata. “Celakalah Hek-mo-ong kalau bertemu dengan dia!” Baru saja keadaan mereda setelah tokouw itu pergi, tiba-tiba terdengar suara di atas genteng, suara yang kecil tinggi. “Omitohud! Pinceng hanya datang mengganggu saja!” Dan tiba-tiba genteng di atas ruangan itu pecah beterbangan dan tubuh seorang hwesio yang gemuk seperti gajah menerobos turun dari lubang di atas genteng itu! Biarpun tubuhnya besar dan gemuk, hampir sama dengan tubuh Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu, namun ketika kaki hwesio ini menyentuh lantai sama sekali tidak terdengar suara sesuatu, sungguhpun An Lu Shan yang masih duduk terasa betapa bangkunya tergetar dan dia terpental sedikit ke atas! Ketika semua mata memandang, ternyata bahwa hwesio ini berkulit agak kehitaman, bermata lebar dan misalnya tergantung menutupi dagunya. Jubahnya hitam seluruhnya, hitam arang yang membuat mukanya yang berkulit kehitaman itu agak bersih kelihatannya. Tangan kiri hwesio gemuk ini memegang serangkaian tasbih, tangan kanan memegang sebatang tongkat berkepala naga terbuat dari logam kuning seperti emas. “Hek-i Hui-mo....” terdengar Gui Tin berkata dan hwesio ini segera menjura kepada sastrawan ini. “Gui-siucai, kau masih tetap muda. Ha-ha-ha, agaknya nasib akan menjodohkan kita sehingga tak lama lagi pinceng akan berkumpul dengan Gui-siucai, sama-sama mempelajari isi kitab!” Setelah suaranya yang halus mengeluarkan kata-kata ini, tiba-tiba dia menggerakkan tongkatnya ke depan An Lu Shan dan “brakk!” meja di depan An Lu Shan menjadi hancur sama sekali tertimpa tongkat itu, biarpun dia hanya memukulkan perlahan saja. An Lu Shan terkejut sekali dan mencelat ke belakang, bersiap sedia karena bahwa dia berhadapan dengan tokoh besar dari barat, yaitu hwesio Tibet yang telah menyeleweng dan yang mengadakan permusuhan besar dengan hwesio Tibet aliran jubah kuning. Karena penyelewengan inilah maka nama Hek-i Hui-mo Iblis Terbang Berjubah Hitam amat terkenal. “An-ciangkun, pinceng tidak mau membuang banyak waktu. Lekas kauserahkan Im-yang Bu-tek Cin-keng kepada pinceng!” kini suaranya berbeda sekali karena terdengar amat ketus dan galak, mengandung ancaman hebat. Akan tetapi An Lu Shan telah menjadi mendongkol sekali. Kalau sekiranya yang datang bukanlah tokoh besar yang amat berbahaya ini, tentu dia akan menyerang mati-matian dan menyuruh keroyok oleh seluruh barisannya. “Hm, celaka sekali,” katanya, “mengapa aku sial benar-benar? Lo-suhu, ketahuilah bahwa kitab itu kemarin telah dicuri oleh Hek-mo-ong, bahkan baru tadi Kiu-bwe-coa-li juga datang menanyakan. Sekarang Kiu-bwe-coa-li telah menyusul ke Hek-mo-san.” Seperti juga Kiu-bwe-coa-li tadi kini hwesio itu berpaling kepada Gui Tin dan bertanya. “Betulkah itu, Gui-siucai?” “Memang betul demikian,” kata Gui Tin. “Baiklah, kau beristirahat dulu baik-baik di sini, Gui-siucai. Kalau sudah terdapat kitab itu, pinceng akan menjemputmu di tempat ini!” Setelah berkata demikian, sekali dia menggerakkan kakinya, tubuhnya yang gemuk itu telah melayang naik dan menerobos melalui lubang yang tadi! Benar-benar hebat ginkang dari hwesio gemuk ini, maka tidak mengherankan apabila julukannya adalah Iblis Terbang! Celaka, pikir An Lu Shan. Benar-benar hebat sekarang ini! Im-yang Bu-tek Cin-keng sudah dikejar oleh demikian banyak orang lihai. Tidak ada harapan sama sekali baginya untuk mendapatkan kitab itu kembali! Sesungguhnya, yang mendapatkan kitab itu tadinya adalah suhunya, yaitu Li Kong Hoat-ong, maka setelah suhunya itu meninggal, An Lu Shan menganggap kitab itu sudah menjadi haknya. Tidak tahunya, kalau tadinya dia masih mengandung harapan besar untuk mengambil kembali kitab itu dari tangan Hek-mo-ong yang lihai, kini muncul tokoh-tokoh yang masih jauh lebih lihai dan berbahaya daripada Hek-mo-ong sendiri! Habislah harapannya dan diam-diam dia mengerling ke arah Gui Tin. Untuk apa sastrawan tua ini dibiarkan hidup? “Ia harus mati!” demikian An Lu Shan mengambil keputusan. Kalau dia mati, biarpun seorang di antara tokoh-tokoh besar itu berhasil mendapatkan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, apa gunanya? Tak seorang pun selain Gui-siucai mengerti akan bahasa tulisan kitab itu. Kalau sastrawan ini dibiarkan hidup sehingga ada orang lain yang mampu membaca kitab rahasia itu, bukankah itu berbahaya sekali? Sekarang dia telah mempunyai barisan yang kuat dan siasat-siasat perang yang lihai, kalau sampai ada yang mengerti rahasianya dan kemudian siasat-siasatnya itu dipecahkan orang, bukankah itu akan celaka sekali? Sementara itu, terdengar Kwan Cu mengomel, “Benar-benar orang-orang tua itu sudah miring otaknya semua! Kitab palsu diperebutkan!” Baru saja dia bicara demikian, Gui Tin membentaknya dan baru Kwan Cu sadar bahwa dia telah berbicara terlalu banyak. Ia menyesal sekali dan mendekap mulutnya sendiri. Akan tetapi An Lu Shan sudah bangkit dari tempat duduknya, lalu menghampiri mereka. “Coba katakan, apa artinya ucapan tadi, Kwan Cu? Kitab palsu, apakah maksudmu?” Kwan Cu tak dapat menjawab, hanya berdiri memandang kepada komandan itu dengan mata terbuka lebar-lebar. ... Akan tetapi An Lu Shan sudah menaruh kecurigaan dan tidak percaya akan keterangan ini, memang dia hendak mencari alasan untuk melenyapkan guru dan murid ini. Ia memegang tangan Kwan Cu dan menekannya keras-keras. “Hayo kau mengaku terus terang, benarkah kitab itu palsu?” Kwan Cu merasa tangannya sakit sekali, akan tetapi ketika dia mengerahkan tenaga lweekangnya yang selama ini dilatih menurut petunjuk kitab itu, tiba-tiba An Lu Shan melepaskan pegangannya dan berteriak kesakitan, dari lengan anak itu seakan-akan menolak hawa yang panas sekali. “Keparat! Kau malah sudah mempelajari isi kitab itu, ya? Hayo lekas katakan terus terang!” Kwan Cu hanya tertawa, dan suara ketawanya ini mengorbankan kemarahan komandan itu. Sekali dia mengayun tangannya, dada Kwan Cu telah dipukulnya. Kalau menurut keadaan biasa, tentu dada anak ini akan pecah dan binasa di saat itu juga. Akan tetapi, tubuh anak ini hanya terlempar jauh dan kembali seperti ketika dia tertangkis oleh Hek-mo-ong, tubuhnya membentur dinding. Anehnya, dia tidak apa-apa, karena ketika dipukul dia kerahkan dan dikumpulkan di bagian dada yang terpukul sambil menahan napas sehingga tubuhnya seakan-akan terisi hawa yang kuat dan tidak terluka! Makin yakinlah An Lu Shan melihat keanehan ini. Ia lalu menubruk maju dan kini dia memegang lengan Gui-siucai. “Kau berbicaralah terus terang!” Akan tetapi Gui Tin menggeleng-gelengkan kepalanya dan tidak mau menjawab pertanyaan ini. An Lu Shan menggunakan tenaganya menekan dan terdengar suara “krak!” ternyata tulang lengan Gui Tin telah remuk! Sastrawan tua ini berjengkit kesakitan. Namun dia tetap menutup mulut. “Jangan kausakiti guruku!” Tiba-tiba Kwan Cu berseru keras dan sekali dia melompat, dia telah berada di depan An Lu Shan dan merenggutkan lengan An Lu Shan yang menekan lengan Gui Tin. An Lu Shan merasakan sambaran angin datang dari serangan Kwan Cu, maka cepat dia mengelak dan kakinya menyambar. Sekali lagi Kwan Cu terlempar jauh. An Lu Shan sudah marah sekali. Ia memanggil penjaga-penjaga dan berkata keras, “Tangkap mereka, rangket sampai mereka mengaku tentang kitab itu!” Lima orang tentara yang biasa menjalankan perintah menyiksa tawanan atau lebih tepat disebut algojo-algojo, segera menyerbu dan sebentar saja Gui Tin dan Kwan Cu sudah ditangkap, lalu diseret keluar! Seorang diantara mereka mengeluarkan sebatang cambuk hitam dan mulailah guru dan murid ini dihajar, dicambuki seperti dua ekor binatang yang mogok kerja. Darah mengalir dari kulit tubuh mereka yang tertimpa cambuk. Tidak hanya pakaian mereka yang butut itu yang pecah-pecah, bahkan kulit dan muka juga pecah-pecah mengeluarkan darah. “Kwan Cu....” Giu-siucai mengeluh dengan tubuh lemah terkulai, menggantung di tangan seorang algojo yang memegangnya. “Carilah kitab aslinya, pelajari baik-baik, jangan seperti aku.... lemah.... kepandaian bu penting sekali untuk menghadapi orang-orang macam ini.” Akan tetapi dia tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena sebuah tendangan tepat sekali mengenai ulu hatinya sehingga orang tua ini tiba-tiba merasa napasnya terhenti dan dia megap-megap seperti ikan dilempar di darat. “Kejam! Kalian ini bukan manusia. Kejam!” Kwan Cu meronta dan berhasil melepaskan diri lalu menubruk gurunya. Akan tetapi sebuah ketokan dengan belakang golok membuat dia roboh terguling dan dia telah dicekal lagi tangannya, dan dicambuki sampai pakaiannya hancur dan anak ini menjadi setengah telanjang! Gui Tin sudah payah sekali, dan juga betapapun kuat tubuh Kwan Cu, tanpa memiliki ilmu silat, dia tidak berdaya dan agaknya guru dan murid ini tentu akan menemui kematian di tangan para algojo ini yang sudah mendapat perintah dari An Lu Shan untuk membunuh mereka. Akan tetapi pada saat itu, terdengar bunyi gembreng dan tambur di luar benteng dan masuklah serombongan orang yang disambut dengan penghormatan besar oleh para penjaga. Penyiksaan terhadap Gui Tin dan Kwan Cu otomatis dihentikan dan An Lu Shan bersama An Lui Kui nampak tergesa-gesa menyambut kedatangan tamu agung itu. Ternyata bahwa yang datang adalah Menteri Lu Pin yang mendapat tugas dari kaisar untuk menaikkan pangkat An Lu Shan! Dari jauh Lu Pin melihat kakek dan bocah pengemis itu dicambuki maka begitu bertemu dengan An Lu Shan yang menjalankan penghormatan, dia lalu bertanya, “Siapakah mereka itu dan mengapa dicambuki?” “Ah, Taijin. Mereka itu adalah dua orang penipu besar. Mereka adalah guru dan murid yang mengaku sebagai sastrawan dan yang kami perintahkan untuk menterjemahkan sebuah kitab kuno. Tiada tahunya mereka menipu kami dan menyatakan bahwa kitab itu palsu adanya.” “Kitab kuno? Apakah An-ciangkun maksudnya bahwa kitab itu adalah Im-yang Bu-tek Cin-keng?” Pucatlah muka An Lu Shan mendengar ini. “Ah, Taijin sudah mendengar pula tentang kitab itu? Agaknya semua orang tahu akan kitab itu.” “Tentu saja. Siapa yang tidak mendengar akan kitab yang diperebutkan oleh semua negeri ini? An-ciangkun, apakah kau benar-benar sudah menemukan kitab itu? Kalau benar begitu, mengapa tidak kauantarkan ke kota raja?” Menteri tua ini memandang penuh curiga dan selidik. “Itulah Lu-taijin. Kami memang telah mendapatkan kitab, akan tetapi kami masih merasa ragu-ragu apakah kitab itu kitab yang asli, karena banyak kitab-kitab yang dipalsukan orang. Dan karena itu pula kami memerintahkan kepada sastrawan tua itu untuk menterjemahkannya. Tidak tahunya, dia menipu kami dan kitab itu dinyatakan palsu.” “Mana kitab itu?” An Lu Shan menarik napas panjang. Kini dia merasa puas dan lega bahwa kitab itu telah dirampas orang! Lebih baik kitab itu jatuh ke dalam tangan para tokoh kang-ouw daripada jatuh ke dalam tangan pemerintah! Ia lalu menuturkan bahwa kitab itu telah dirampas orang. Menteri Lu Pin menghela napas dan menyatakan sayangnya. Lalu dia menyuruh orang membawa datang dua orang pengemis yang disiksanya tadi. Setelah Gui Tin dan Kwan Cu diseret di hadapan Menteri Lu Pin, kebetulan sekali Gui Tin siuman dari pingsannya. Keadaannya payah sekali, akan tetapi begitu dia melirik dan bertemu muka dengan Menteri Lu Pin, dia segera membuang muka dan meludah ke atas tanah. Lu Pin memandang dengan penuh perhatian. “Ah, bukankah kau ini Gui-twako?” Gui Tin tetap saja membuang muka dan pandang matanya penuh hinaan terhadap menteri itu. “Benarkah kau Gui Tin....? Benarkah aku berhadapan dengan Gui-twako?” kembali Menteri Lu Pin bertanya dan kini dia turun dari tempat duduknya yang tadi disediakan oleh seorang pengawalnya, lalu dihampirinya Gui Tin. “Aku tidak sudi berkenalan dengan manusia she Lu!” tiba-tiba Gui Tin berkata dengan suara keras dan marah sekali sehingga kembali dadanya terasa sakit dan dia roboh pingsan! “Lekas tolong dia!” kata Lu Pin. “Dia adalah kenalan lama dariku. Hayo cepat tolong dan rawat dia baik-baik?” An Lu Shan menjadi kaget sekali melihat bahwa menteri ini kenal baik dengan Gui Tin, maka dia cepat menyuruh orang-orangnya untuk menolong Gui Tin dan Kwan Cu. Kemudian Menteri Lu Pin lalu dibawa ke rumah gedung An Lu Shan yang berada di luar benteng. Memang komandan An ini telah membawa keluarganya dari kota raja ke tempat itu, akan tetapi karena merasa tidak enak untuk tinggal bersama keluarga dalam benteng dia lalu membuah sebuah rumah gedung di luar benteng. Lu Pin lalu menyuruh An Lu Shan untuk membawa Gui Tin dan muridnya ke rumah itu pula untuk dirawat. Akan tetapi keadaan Gui Tin demikian parah sehingga dia tak pernah siuman lagi, kecuali satu kali di tengah malam dan dia meninggalkan pesan kepada Kwan Cu bahwa anak ini harus mencari kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng. “Kwan Cu.” bisiknya di atas pembaringan. “Untuk mendapatkan kitab itu, jalan satu-satunya hanya membaca dan mempelajari kitab sejarah yang masih kusimpan di dalam goa di hutan sion di lereng Bukit Liang-san. Di dalam dusun di lereng bukit sebelah barat, asal kautanyakan di mana tempat tinggal Gui-lokai pengemis tua she Gui, tentu semua orang akan dapat memberi tahu. Goa itu kosong dan aku menyimpan peti besi di bawah tanah. Bukalah dan kau carilah kitab sejarah yang tulisannya sama dengan isi kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng. Pelajari sejarah itu dan kemudian kaucarilah kibat itu. Dunia kacau balau, kekerasan dan kekuatan selalu memegang peranan penting, kalau tidak dilawan oleh kekerasan dan tenaga pula, kita tidak berdaya. Taatilah pesanku ini, Kwan Cu.” Kwan Cu mengangguk-angguk sambil mencegah keluarnya air matanya. Ia tidak mudah terharu, akan tetapi melihat keadaan gurunya yang amat dikasihinya ini, dia merasa kasihan juga. Gui Tin meninggal dunia dan berkat pengaruh Lu Pin, dia dimakamkan dengan pantas di dusun itu. Adapun Kwan Cu yang bersembahyang di depan makam bekas gurunya ini, merasa sunyi sekali. Tiba-tiba dia disuruh datang menghadap Menteri Lu Pin. Setelah dia berhadapan dengan menteri ini, Kwan Cu mendapat kenyataan bahwa wajah menteri ini benar-benar amat agung dan mendatangkan rasa sayang. Halus gerak-geriknya, seperti Gui-siucai dan amat peramah pula. “Anak, apakah kau murid dari Gui-twako?” “Benar, Taijin.” “Apa saja yang kaupelajari dari gurumu itu?” “Membaca, menulis, dan mempelajari syair-syair dan ujar-ujar kuno,” jawab Kwan Cu terus terang. Mendengar jawaban yang lancar dan melihat sikap Kwan Cu yang sopan-santun, jujur, dan tidak merendah ini, Lu Pin merasa suka juga. ... “Anak baik, siapakah namamu?” “Nama hamba Kwan Cu.” “Nama keluargamu?” “Hamba she Lu” Menteri Lu Pin tercengang. “Siapa orang tuamu?” “Hamba tidak tahu. Nama dan she hamba juga hamba terima sebagai pemberian orang lain kepada hamba,” kata Kwan Cu terus terang. Mau tidak mau Lu Pin tertawa juga. “Ah, aneh sekali. Siapakah orangnya yang memberi she Lu kepadamu?” “Hamba menerima she Lu itu dari pemberian seorang tua yang gagah perkasa, Ang-bin Sin-kai.” “Ang-bin Sin-kai??” benar-benar Lu Pin terkejut. “Eh, anak baik, masih ada hubungan apakah antara kau dan dia?” “Tidak ada hubungan apa-apa, Taijin. Hanya Ang-bin Sin-kai ingin mengambil murid kepada hamba, akan tetapi hamba tidak mau.” Lu Pin tertawa gembira. “Dia orang aneh, akan tetapi kau seorang bocah yang lebih aneh lagi. Dan namamu itu, Kwan Cu, pemberian siapa pula?” “Nama hamba diberi oleh seorang hwesio gemuk bernama Kak Thong Taisu.” Kembali menteri tua itu tertegun. “Ah, benar-benar kau bocah aneh sekali. Masih sekecil ini telah mengalami hal yang tak sembarangan anak dapat mengalaminya. Diberi she oleh Ang-bin Sin-kai, diberi nama Kak Thong Taisu, menjadi murid dari Gui-siucai, kini kau bercakap-cakap dengan aku! Ah, Lu Kwan Cu, apakah kau tidak ingat lagi siapa adanya ayah bundamu?” Kwan Cu menggeleng kepalanya. “Ayah hamba adalah langit dan ibu hamba adalah bumi. Saudara-saudara hamba adalah semua manusia di dunia ini.” Kwan Cu menjawab sambil meniru ujar-ujar yang pernah dibacanya. Bukan main terharunya hati Lu Pin mendengar ini. Ia melambaikan tangannya dan ketika Kwan Cu mendekat, menteri tua ini lalu memeluknya dan mengelus-elus kepalanya yang gundul. Sebagaimana diketahui, Menteri Lu Pin hanya mempunyai seorang putra dan seorang cucunya amat tidak berkenan dalam hatinya. Kini melihat Kwan Cu, timbul sukanya. “Kwan Cu, marilah kau ikut dengan aku saja ke kota raja. Kau akan kudidik dengan ilmu kesusastraan, dan sungguhpun aku tidak sepandai mendiang gurumu, akan tetapi kau akan berhasil dengan cita-citamu. Kau tinggallah bersama aku, kau kuanggap sebagai cucuku sendiri, Kwan Cu.” Terharu sekali hati Kwan Cu. Belum pernah ada orang yang sikapnya demikian halus dan ramah tamah kepadanya, apalagi seorang pembesar tinggi seperti Menteri Lu Pin ini. “Hamba boleh menyebut kong-kong kepada Taijin?” “Tentu saja, karena dalam pandanganku, kau adalah cucuku sendiri, Kwan Cu.” Saking girangnya Kwan Cu lalu menjatuhkan dirinya berlutut di depan menteri tua itu dan tak tertahankan pula dua titik air mata mengalir turun ke pipinya yang kurus. “Kong-kong....” katanya. Lu Pin juga merasa terharu dan dipeluknya anak itu. “Kau harus berganti pakaian, cucuku, dan besok kau ikut aku ke kota raja.” “Tidak, Kong-kong. Tidak sekarang. Biarlah kelak aku akan mencari Kong-kong. Sekarang aku mempunyai tugas lain yang lebih penting.” “Tugas....?” Menteri Lu Pin membelalakkan matanya. “Kau....? Tugas apa dan dari siapa, cucuku?” “Tugas yang dipesankan oleh mendiang Gui-lopek, dan tugas itu adalah....” Anak ini menengok ke kanan kiri, kemudian melanjutkan dengan perlahan, “tugas mencari kitab asli Im-yang Bu-tek Cin-keng.” Kembali untuk ke sekian kalinya menteri tua itu tertegun. Kemudian dia menghela napas. “Memang kau seorang anak ajaib! Benar-benar kau bocah ajaib! Baiklah, aku tahu bahwa orang-orang aneh seperti Ang-bin Sin-kai dan kau takkan mudah dibantah. Kau pergilah, akan tetapi ingat bahwa aku selalu menanti kau sebagai kong-kongmu!” Setelah berkata demikian, Menteri Lu Pin lalu memberi bekal sekantong uang emas kepada Kwan Cu, dan memberitahukan An Lu Shan agar semua anak buahnya jangan mengganggu anak ini. Setelah berpamit dan menghaturkan terima kasihnya, Kwan Cu bersembah yang lagi di depan makam Gui Tin, lalu pergilah anak ini, menuju ke Gua Liang-san untuk mencari simpanan kitab-kitab mendiang gurunya! ** Dengan girang sekali Hek-mo-ong setelah berhasil merampas kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, berlari cepat sambil tertawa-tawa menuju ke rumahnya di puncak Hek-mo-san. Ia tinggal bersama dua orang adiknya dan istri serta ipar-iparnya di dalam satu rumah besar di kampung yang cukup ramai, di mana dia dianggap sebagai seorang tuan tanah yang cukup kaya-raya. Memang semenjak bertahun-tahun yang lalu, Hek-mo-ong tidak berkelana lagi di dunia kang-ouw, melainkan hidup aman di dalam kampung ini. Ketika dia melangkah masuk ke dalam rumahnya, dia disambut oleh dua orang adiknya, juga dua orang laki-laki yang bertubuh tinggi besar dan kasar yang menyambutnya bersama istri-istrinya yang cantik. Istri Hek-mo-ong sendiri masih muda lagi cantik dan genit sekali. Melihat kegembiraan Hek-mo-ong, mereka beramai-ramai mengajukan pertanyaan, akan tetapi Hek-mo-ong hanya menjawab sambil tertawa-tawa. “Lekas membikin masakan yang enak, keluarkan arak yang wangi! Kita rayakan hari besar ini, karena tak lama lagi aku Hek-mo-ong akan menjagoi di seluruh permukaan bumi! Tunggu saja kalian, Ang-bin Sin-kai, Jeng-kin-jiu, Pak-lo-sian, Hek-i Hui-mo, dan Kiu-bwe-coa-li! Sebentar lagi, kalian terpaksa harus bertekuk lutut dan tunduk kepadaku, mengakui keunggulan Hek-mo-ong sebagai orang yang terpandai! Ha-ha-ha-ha-ha!” Adik-adiknya dan ipar-iparnya, juga istrinya sudah tahu akan keanehan watak Hek-mo-ong, maka mereka tidak berani bertanya lagi sebelum orang ini menceritakannya sendiri. Maka segera makanan dan arak disediakan dan mereka makan minum dengan gembira sekali. Setelah makan kenyang, barulah Hek-mo-ong mengeluarkan peti hitam itu dari sakunya, meletakkannya di atas meja sambil berkata bangga. “Lihat, inilah kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng!” “Twa-pek Uwa mengapa kitab seperti kotak kayu?” memotong seorang anak kecil yang menjadi putera dari saudara termuda. “Kau tahu apa?” bentak ayahnya atau adik termuda dari Hek-mo-ong. “Peti itu hanya tempat saja, tentunya.” Karena tidak sabar lagi, mereka lalu mendesak kepada Hek-mo-ong untuk membuka peti itu. Dua orang adik Hek-mo-ong, ketika peti itu dibuka, menjenguk dari kanan kiri. Hek-mo-ong tertawa-tawa lalu menggunakan kedua tangannya untuk membuka peti itu. “Ser! Ser! Ser!” berturut-turut, tujuh batang anak panah yang secara pandai dipasang An Lu Shan itu menyambar ke atas cepat sekali. Kalau bukan Hek-mo-ong, tentu orang yang membukanya akan mati saat itu juga, terpanggang oleh anak-anak panah itu. Akan tetapi Hek-mo-ong telah memiliki kepandaian yang amat tinggi. Begitu melihat menyambarnya cahaya hitam dari dalam peti, dia berseru keras dan kedua tangannya bergerak menangkis sehingga anak-anak panah itu terpental ke kanan kiri. Celaka sekali, kedua adiknya yang menjenguk dari kanan kiri itu tak sempat mengelak dan tepat sekali muka mereka tertembus anak-anak panah sehingga mereka roboh tak berkutik lagi. Muka itu menjadi bengkak dan biru, amat mengerikan. Tentu saja istri-istri mereka menangis dan menjerit-jerit memeluki mayat kedua orang itu. Hek-mo-ong sendiri untuk beberapa lama berdiri bagaikan patung, akan tetapi setelah dia mengeluarkan kitab itu dan membalik-balikkan lembarannya, timbul lagi kegembiraannya. “Sudah, jangan menangis di sini. Mereka sudah mati, sudahlah. Sudah patut kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng didapatkan dengan pengorbanan besar. Urus jenazah mereka baik-baik, dan kalian ini tak usah menangis, mulai sekarang boleh ikut aku saja sebagai pengganti suami-suamimu.” Tak seorang pun berani membantah, akan tetapi ucapan ini saja sudah cukup dipakai ukuran orang macam apa adanya Hek-mo-ong ini! Sambil tertawa-tawa dan tidak menghiraukan perkabungan, dia lalu minum arak dan membalik-balik lembaran kitab yang baru saja dirampasnya itu. Akan tetapi, tiba-tiba dia menjadi pucat sekali dan mukanya meringis-ringis menahan sakit. Kedua tangannya bergerak memegangi perut, dada, dan leher karena dia merasa betapa bagian-bagian tubuh itu merasa amat panas dan sakit. “Celaka.... keparat An Lu Shan.... aduh....!” Ia terhuyung-huyung, menubruk meja sehingga kitab itu terlempar ke atas lantai. Istrinya dan ipar-iparnya memburu dan menubruknya. “Aduh....” Hek-mo-ong menjerit-jerit dan mulutnya mulai berbusa. “Awas.... peti itu.... jangan disentuh.... aduh, mati aku!” tubuhnya kaku, matanya mendelik, mulutnya berbusa dan dia tidak bernapas lagi! Kalau orang lain, tentu sudah sejak tadi mati karena pengaruh racun. Tadi dia memegang-megang peti, kemudian makan. Sudah menjadi kebiasaan orang-orang kasar seperti Hek-mo-ong, biarpun tangannya kotor, kalau mau makan terus saja makan tanpa mencuci atau membersihkan tangannya, maka sebentar saja racun di tangannya terbawa masuk ke perut. Akan tetapi dia memang bertubuh kuat sehingga racun itu agak lama merobohkannya. Tentu saja istri-istri dari tiga orang itu beserta anak-anak dan keluarganya, menangis dan sebentar saja di situ terdengar jerit tangis ramai sekali. Ketika dua orang adik Hek-mo-ong tadi tewas, mereka tidak berani menangis karena takut kepada Hek-mo-ong. Setelah sekarang Hek-mo-ong sendiri mati, semua orang menangis sepuasnya! Keluarga itu dengan dibantu oleh para tetangga dan orang sedusun yang datang berlayat, lalu mengurus tiga jenazah itu. Peti hitam itu atas perintah isteri Hek-mo-ong lalu dibakar, adapun kitabnya lalu ditaruh di atas meja sembahyang di depan peti mati Hek-mo-ong. Tiga peti mati dijajarkan dan peti mati Hek-mo-ong di tengah-tengah. Juga meja sembahyangnya paling besar. Pada keesokan harinya, ketika orang-orang masih ramai bersembahyang dan hio mengebulkan asapnya bergulung-gulung, datanglah seorang tokouw di tempat itu! Tokouw itu tangan kanannya memegang pecut berbulu sembilan helai dan tangan kirinya menggandeng tangan seorang anak perempuan yang mungil dan cantik manis. Dia bukan lain adalah Kiu-bwe Coa-li dan muridnya Bun Sui Ceng! Ketika Kiu-bwe Coa-li melihat tiga peti mati itu berjajar di halaman dan semua orang menangis dan berkabung, ia mengerutkan keningnya. Adapun keluarga Hek-mo-ong segera menyambut tokouw ini, sebagaimana layaknya menyambut seorang pertapa wanita, yang mereka anggap datang untuk memberi hiburan kepada warga yang mati. ... “Silakan duduk, Suthai,” kata mereka. Kiu-bwe Coa-li tidak menjawab, melainkan memandang ke arah peti-peti mati, kemudian matanya mencari-cari sesuatu dengan pandangan yang tajam sekali. “Di mana Hek-mo-ong?” tanyanya tiba-tiba dengan suara keren. Ditanya demikian, isteri dari Hek-mo-ong melangkah maju dan menangis. “Suthai yang mulia, suamiku telah meninggal dunia,” lalu tangisnya makin menjadi. Kiu-bwe Coa-li tertegun dan memandang tajam. “Yang mana petinya?” tanyanya pula. Karena tidak menyangka buruk, isteri Hek-mo-ong menunjuk ke arah peti mati di tengah-tengah sambil berkata, “Itulah peti mati suamiku.” Dengan langkah perlahan, Kiu-bwe Coa-li menghampiri peti itu. Sui Ceng tidak senang melihat peti mati, maka sejak tadi ia telah melepaskan tangannya dari gandengan gurunya dan kini anak ini duduk di atas sebuah bangku, memandang ke arah meja sembahyang dengan perasaan heran dan kagum melihat hiasan-hiasan dalam upacara sembahyang itu. Kiu-bwe-coa-li mendekati peti mati Hek-mo-ong, lalu mengulur tangan kirinya dan menepuk-nepuk peti mati itu beberapa kali dengan perlahan. Semua orang mengira bahwa pendeta wanita itu memberi berkah kepada yang mati, maka mereka menjadi terharu dan girang. Tak seorang pun di antara mereka pernah mengira bahwa tepukan-tepukan perlahan itu merupakan serangan-serangan pukulan lweekang yang dahsyat bukan main! Ternyata bahwa Kiu-bwe Coa-li masih tidak percaya penuh akan kematian Hek-mo-ong dan diam-diam menyerang isi peti mati itu. Kemudian dia melirik ke arah peti mati di kanan kiri peti mati Hek-mo-ong. “Siapa yang berada di dalam dua peti mati itu?” tanyanya kepada isteri Hek-mo-ong. “Mereka adalah kedua adik suamiku, Suthai,” jawab nyonya itu sambil sesunggukan. Dan kembali ramai orang-orang menangis di tempat itu. Pada saat itu, terdengar suara ketawa keras. Semua orang terkejut dan menengok. Ternyata, entah dari mana datangnya, tahu-tahu di depan peti-peti mati itu sudah berdiri seorang hwesio gemuk berpakaian serba hitam yang berkali-kali menyebut nama Buddha. “Omitohud!” Kemudian, sambil mengoceh seorang diri, dia berkata lagi, “Tidak tahunya iblis neraka telah mendahului pinceng aku dan merenggut nyawa Hek-mo-ong.” “Hm, Hek-i Hui-mo, alat penciumanmu lebih tajam dari seekor anjing buduk!” kata Kiu-bwe Coa-li dengan senyum mengejek. Hwesio itu yang bukan laih adalah Hek-i Hui-mo, tertawa bergelak. “Ha, ha, ha! Kiu-bwe Coa-li, kau benar-benar cepat. Hampir saja pinceng ketinggalan!” Setelah berkata demikian, hwesio ini lalu melakukan upacara sembahyang di depan peti mati Hek-mo-ong. Akan tetapi yang dipakai sembahyang bukannya hio yang dibakar, melainkan tiga batang hio hitam yang tidak dibakar. Orang-orang merasa heran sekali akan tetapi Kiu-bwe-coa-li maklum bahwa tiga batang hio hitam itu sebenarnya bukanlah hio, melainkan tiga batang jarum hitam yang disebut Hek-tok-ciam Jarum Racun Hitam! Mulut hwesio ini berkemak-kemik membaca doa, kemudian setelah selesai sembahyang dia menggerakkan tangannya dan lenyaplah tiga batang hio hitam itu! Orang-orang lain tidak tahu ke mana perginya benda-benda hitam itu dan mereka mengira hwesio gemuk ini main sulap. Akan tetapi Kiu-bwe Coa-li tersenyum dan tahu bahwa hwesio Tibet yang lihai ini telah menyambitkan jarum-jarum itu yang meluncur laksana kilat ke arah tiga buah peti mati dan telah menembusi peti-peti itu untuk menyerang isinya! Jadi seperti juga dia sendiri, Hek-i Hui-mo Si Iblis Terbang Baju Hitam ini tidak percaya akan kematian Hek-mo-ong dan diam-diam menyerang isi peti mati! “Sebelum mati, suamimu membawa sebuah peti kecil terisi kitab, di manakah peti itu ditaruhnya? Peti itu adalah milikku, sekarang harap dikeluarkan dan dikembalikan kepadaku!” Kata Kiu-bwe Coa-li kepada isteri Hek-mo-ong. “Peti celaka itu!” seru isteri Hek-mo-ong. “Peti hitam celaka itulah yang telah membunuh suamiku dan adik-adiknya! Kami telah membakar peti siluman itu, Suthai!” Terdengar seruan tertahan dan tahu-tahu Kiu-bwe Coa-li dan Hek-i Hui-mo telah bergerak dan berdiri di depan nyonya itu, sikap mereka mengancam dan beringas sekali. “Dibakar??” tanya Hek-i Hui-mo dengan suara parau dan keras sehingga nyonya Hek-mo-ong terkejut sekali. “Dan isinya, kitab itu.... apakah terbakar pula?” tanya Kiu-bwe Coa-li, pandang matanya mengancam. Kalau nyonya itu menganggukkan kepala, tak salah lagi ia tentu akan mati dalam sekali pukul oleh dua orang tokoh kang-ouw yang mengerikan itu. Akan tetapi nyonya itu menggelengkan kepalanya lalu menunjuk ke arah meja sembahyang di depan peti mati Hek-mo-ong. “Itulah dia kitab setan itu, yang tadinya berada di dalam peti hitam.” Tubuh Kiu-bwe Coa-li berkelebat ke arah meja hendak mengambil kitab itu, akan tetapi tahu-tahu di dekat kibat itu, di atas meja, terdengar bunyi nyaring dan tiga batang jarum hitam telah menancap di situ! Kiu-bwe Coa-li cepat melompat ke belakang dan menoleh pada Hek-i Hui-mo yang berdiri tersenyum-senyum! “Aha, Hek-i Hui-mo! Kau hendak main-main dengan pinni?” tanya Kiu-bwe Coa-li dengan pandang mata tajam dan cambuknya digerak-gerakkan dalam tangannya. “Kiu-bwe Coa-li, kita datang di tempat yang sama dan dengan maksud yang sama pula. Tak boleh kau mau menang sendiri saja! Aku pun membutuhkan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng!” Dua orang tokoh besar itu berdiri saling pandang dengan sikap mengancam, keduanya sama jauhnya dari meja sembahyang di mana keduanya maklum bahwa bergerak lebih dulu berarti bahaya maut. Mereka saling menanti, dan sekali lawannya bergerak, tentu akan mengirim serangan. Adapun keluarga Hek-mo-ong, ketika sadar dan tahu bahwa dua orang ini sesungguhnya sama sekali bukanlah orang-orang suci yang datang hendak menghibur mereka, bahkan sebaliknya adalah orang-orang jahat yang datang hendak mengacau, menjadi panik dan makin bersedih. Terdengar tangisan-tangisan dan sebentar saja keadaan di situ menjadi gaduh sekali. Tiba-tiba terdengar suara orang mencela, “He, kalian ini apakah sudah gila? Menangis tidak karuan padahal seharusnya bersyukur! Hayo diam semua jangan menangis, kalau tidak akan kutampar mulutnya siapa yang menangis!” Semua orang terheran dan kaget sehingga suara tangisan benar-benar lenyap. Memang, seperti biasa di dalam sebuah kematian, sebagian besar tangisan orang hanyalah air mata buaya belaka, yakni tangis palsu asal keluar air mata saja untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar berduka! Yang menegur itu ternyata adalah seorang kakek berpakaian seperti pengemis yang tubuhnya kurus tinggi. Setelah semua orang berhenti menangis, kakek ini lalu bernyanyi! Dan suara nyanyinya yang parau itu mengucapkan kata-kata yang cukup aneh! “Ah, Hek-mo-ong! Kau benar-benar amat berbahagia! Kau telah kembali ke asalmu semula, tidak seperti kami yang masih menjadi manusia! Ah, kau benar-benar berbahagia, Hek-mo-ong” Kiu-bwe Coa-li dan Hek-i Hui-mo yang tadinya saling pandang dan telah bersiap-siap untuk memperebutkan kitab di atas meja sembahyang itu, berubah air muka mereka ketika melihat pengemis kurus kering ini. “Ang-bin Sin-kai, kau juga datang? Kau tidak mau ketinggalan pula?” Kiu-bwe Coa-li menyindir. “Ha-ha-ha, tua bangka dari timur mana mau mengalah? Ada tulang baik dan daging gemuk, tentu datang anjing!” Hek-i Hui-mo juga menyindir akan tetapi baik dia maupun Kiu-bwe Coa-li kini lebih waspada dan bersiap lagi mengawasi gerak-gerik Ang-bin Sin-kai, menjaga jangan sampai pengemis tua itu mendahului mereka mengambil kitab di atas meja! “Kau benar, Setan Hitam! Memang kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng tidak boleh terjatuh dalam tanganmu yang kotor!” Ang-bin Sin-kai yang dimaki itu tersenyum-senyum saja. Tiba-tiba menyambar angin keras dan tubuh seorang lain yang gemuk bundar seperti tubuh Hek-i Hui-mo, seperti “menggelundung” datang! Ternyata dia adalah Jeng-kin-jiu Kak Thong Tiasu, tokoh pertama dari selatan. “Omitohud, bakal ramai sekarang!” katanya sambil matanya yang bundar jelalatan ke kanan kiri. “Pengemis bangkotan, kau juga sudah di sini?” katanya kepada Ang-bin Sin-kai. Pembaca tentu masih ingat akan hwesio gemuk ini, karena pada permulaan cerita ini, dia sudah muncul bersama Ang-bin Sin-kai dan mengadu kepandaian di pinggir pantai Laut Po-hai, maka tak perlu kiranya dituturkan pula betapa hebat dan lihai kepandaian hwesio gemuk ini! “Bagus, bagus! Dengan munculnya gundul gendut ini, benar-benar menggembirakan!” kata Ang-bin Sin-kai yang segera menyambar sebuah bangku dan menduduki bangku itu, matanya terus mengincar ke arah kitab yang terletak di atas meja sembahyang. Empat tokoh besar ini telah mengetahui kepandaian masing-masing dan tak seorang pun di antara mereka berani lancang bergerak mengambil kitab itu. Sudah jelas bahwa mereka semua datang untuk memperebutkan kitab itu, akan tetapi karena kitab itu berada di atas meja dan mereka berempat sudah berada di situ, siapakah yang berani lancang turun tangan lebih dulu? Oleh karena itu, Ang-bin Sin-kai memilih tempat duduk, karena dia tahu bahwa menanti sambil berdiri saja amat melelahkan. Tidak tahunya, akalnya ini diketahui pula oleh yang lain-lain maka yang tiga orang lagi pun segera menyambar bangku dan duduk! Empat orang itu kini duduk tak bergerak mengelilingi meja sembahyang dalam jarak yang sama jauhnya. Masing-masing memutar otak mencari akal bagaimana dapat mengambil kitab itu! Tiba-tiba Kiu-bwe Coa-li berseru nyaring dan tahu-tahu pecutnya yang berbulu sembilan helai itu menyambar ke arah meja. Ia hendak mengambil kitab itu dengan ujung cambuknya. Akan tetapi, sebelum pecut itu mencapai kitab, sebatang tongkat berkepala naga menyambar dan menangkis pecut itu sehingga terpental kembali! Ternyata Hek-i Hui-mo yang duduknya paling dekat dengan Kiu-bwe Coa-li telah menangkis dan menggagalkan niat wanita sakti itu! “Eh, eh, nanti dulu, Kiu-bwe Coa-li” kata hwesio dari Tibet ini sambil tertawa terkekeh. Ketika Kiu-bwe Coa-li memandang, dia melihat Ang-bin Sin-kai dan Jeng-kin-jiu juga memandangnya dengan senyum penuh arti. Senyum yang menyatakan bahwa mereka berdua ini pun takkan tinggal diam saja kalau wanita tua itu turun tangan. “Hem, berat nih....” pikir Kiu-bwe Coa-li, lalu ia duduk kembali sambil mengerling ke kanan kiri. “Apakah kalian begitu pengecut tidak berani mendahului turun tangan mengambil kitab itu?” tanyanya. Akan tetapi, tiga orang kakek itu tidak menjawab, hanya duduk saja sambil tersenyum-senyum. Benar-benar keadaan mereka lucu sekali, kini hanya duduk diam saja, bagaikan empat orang kawan lawan yang baru bertemu dan mengobrol mengitari meja! “Bagus, baiknya aku belum terlambat!” tiba-tiba terdengar suara halus dan datanglah seorang kakek bertubuh pendek kecil diikuti oleh dua orang anak laki-laki di tempat itu. Semua orang menengok dan ternyata kakek ini adalah Pak-lo-sian Siangkoan Hai, tokoh besar dari utara! Adapun dua orang anak kecil itu adalah murid-muridnya, yakni Gouw Swi Kiat dan The Kun Beng. Dua orang anak-anak ini sudah sering kali mendengar dari suhu mereka tentang empat orang tokoh yang kini duduk mengelilingi meja sembahyang, maka mereka tidak berani mendekat, lalu menghampiri Ben Sui Ceng murid Kiu-bwe Coa-li, karena melihat anak perempuan yang mungil dan cantik duduk di tempat agak jauh sambil menonton. “Bagus, tua bangka dari utara sudah datang, kaulah yang boleh mulai mencoba mengambil kitab itu. Bukankah untuk itu kau datang?” tanya Kiu-bwe Coa-li. Akan tetapi Siangkoan Hai Si Dewa Dari Utara bukanlah seorang bodoh. Melihat sekelebatan saja, dia tahu bahwa empat orang ini tidak berani mengambil kitab, karena kalau seorang mengambil, yang lain tentu akan mencegahnya. Ia tertawa terkekeh-kekeh sambil memandang mereka berempat itu berganti-ganti. ... “Heh, heh, heh! Dunia ini ternyata tak lebih lebar daripada setapak tangan. Tidak kusangka bahwa aku di sini akan bertemu dengan Kiu-bwe Coa-li dan Jen-kin-jiu Kak Thong Taisu dari selatan! Hek-i Hui-mo dari barat dan Ang-bin Sin-kai dari timur! Hebat benar! Apakah seluruh dunia sudah terbakar oleh api neraka sehingga iblis-iblis dan setan-setan datang berkumpul di sini? Dan berkumpul mengelilingi meja kematian pula! Heh, heh, heh! Benar-benar orang yang berada dalam peti mati ini seorang yang beruntung dan terhormat. Kaisar sendiri kalau mati, tak mungkin dapat mengundang datang setan-setan dari selatan, barat dan timur!” “Eh, tua bangka kecil, kau lupa menyebutkan iblis dari utara!” kata Ang-bin Sin-kai. “Ha, ha, ha!” Jeng-kin-jiu tertawa. “Memaki orang lain memang mudah, mana bisa memaki diri sendiri?” Disindir oleh dua orang kakek itu, Siangkoan Hai hanya tersenyum-senyum saja, lalu dia menghampiri peti mati di mana tersimpan jenazah Hek-mo-ong. Empat orang lainnya memandang dengan penuh perhatian dan kecurigaan. Pak-lo-sian Siangkoan Hai memandang peti mati itu, lalu berkata lagi, “Ingin aku melihat orang yang demikian mendapat kehormatan besar!” sambil berkata demikian, kedua tangannya bergerak ke arah peti dan tiba-tiba sambil mengeluarkan suara keras, tutup peti itu telah dibukanya! Semua keluarga yang mati berseru keras dan lari berserabutan ke belakang dan keluar, pergi dari tempat itu. Mereka ketakutan setengah mati karena kedatangan lima orang yang seperti iblis-iblis berkeliaran itu. Pemandangan yang nampak dalam peti memang mengerikan sekali. Tadinya, karena pengaruh racun jahat yang memasuki perut Hek-mo-ong, muka orang ini telah menjadi hitam kebiruan. Akan tetapi sekarang, kepalanya telah pecah dan di ulu hatinya menancap jarum hitam! Inilah akibat dari pukulan lweekang dari Kiu-bwe Coa-li yang meraba-raba peti dan serangan jarum hitam dari Hek-i Hui-mo! “Siancai, siancai....!” Pak-lo-sian menyebut sambil cepat-cepat menutupkan peti kembali. “Benar-benar Hek-mo-ong telah mampus. Bahkan tiga kali mampus.” Bun Sui Ceng, murid Kiu-bwe Coa-li, dan kedua orang murid Pak-lo-sian, berdiri menonton semua itu. Mereka bertiga sama sekali tidak takut melihat pemandangan yang mengerikan itu. Bahkan Sui Ceng dengan senyum yang membuat pipi kirinya dekik, melirik ke arah The Kun Beng dan Gouw Swi Kiat, lalu berkata, “Guru kalian itu bertubuh kecil, akan tetapi berhati besar. Orang sombong seperti dia mana bisa mendapatkan kitab?” Mendengar ucapan ini, Gouw Swi Kiat yang berdarah panas, menjawab, “Kau bocah ingusan tahu apa? Lihat betapa suhu kami akan merampas kitab itu!” “Huh! Sebelum dia menyentuh kitab, kepalanya akan hancur seperti kepala Hek-mo-ong oleh tangan guruku!” kata Sui Ceng sambil menjebikan bibirnya yang merah. “Betulkah?” seru Swi Kiat penasaran. “Atau kepalamu yang akan pecah dulu oleh tanganku?” Sikapnya mengancam dan dia seakan-akan hendak menyerang nona cilik itu. “Suheng, mengapa mencari perkara? Tiada salahnya dia ini membela dan memenangkan gurunya sendiri. Kita lihat sajalah buktinya nanti.” The Kun Beng mencegah suhengnya. Mendengar ini, Sui Ceng melirik ke arah Kun Beng dan diam-diam di dalam hati Sui Ceng merasa jauh lebih suka kepada Kun Beng daripada Swi Kiat. Sementara itu, Pak-lo-sian Siangkoan Hai yang tidak mau membuang banyak waktu untuk menanti sambil memandangi kitab yang amat diinginkan itu, tiba-tiba melompat dan sekali sambar saja dia sudah mengambil kitab itu. Akibatnya hebat sekali. Serentak empat orang tokoh yang lain bangun dan bergerak menyerang. “Lepaskan kitab itu!” seru Kiu-bwe Coa-li yang lebih dulu menyerang dengan cambuknya. Siangkoan Hai cepat mengelak, akan tetapi dia disambut oleh serangan bertubi-tubi dari Hek-i Hui-mo, Jeng-kin-jiu, dan Ang-bin Sin-kai! Serangan-serangan tiga orang ini tentu saja tak boleh dipandang ringan, karena kepandaian mereka setingkat dengan kepandaian Siangkoan Hai. Dengan kaget Siangkoan Hai mengeluarkan seruan keras dan tubuhnya melompat ke belakang secepatnya, namun masih saja sebuah pukulan dari jauh yang dilancarkan oleh Ang-bin Sin-kai mengenai pundaknya sehingga dia menjadi terhuyung-huyung! Pada saat itu, Kiu-bwe Coa-li telah menubruk lagi dan sekali renggut, dengan gerak tipu Dewi Kwan Im Merampas Bunga, kitab di tangan Siangkoan Hai itu telah terampas olehnya! Kiu-bwe Coa-li yang sudah dapat merampas kitab hendak melompat ke arah muridnya dan hendak melarikan diri sambil membawa muridnya itu, akan tetapi sebelum ia tiba di depan Sui Ceng, di depannya telah menghadang Hek-i Hui-mo! “Enak saja kau mau membawa pergi kitab itu? Lepaskan!” kata Iblis Terbang Baju Hitam ini dan tasbihnya di tangan kiri menyambar ke arah dada Kiu-bwe Coa-li! Serangan hebat ini dapat mendatangkan maut, karena biarpun hanya berupa tasbih, namun senjata aneh ini bukan main lihainya. Merupakan segundukan sinar putih yang bulatan tasbih itu menghantam ke arah jalan darah di dada. Kiu-bwe Coa-li cepat menggerakkan pecutnya menangkis. Terdengar suara keras sekali dan berpijarlah bunga api ketika dua senjata aneh ini bertemu. Keduanya tergetar mundur dan sebelum Kiu-bwe Coa-li tahu, ia hanya merasa kitab itu dibetot orang dan terlepas dari pegangannya! Ketika ia menoleh, ternyata bahwa kitab itu telah berpindah ke dalam tangan Ang-bin Sin-kai! Kakek pengemis ini tertawa-tawa sambil memegang kitab itu tinggi-tinggi, seperti sikap seorang kanak-kanak yang menggoda kawan-kawannya. “Jembel tua, kauserahkan kitab itu kepadaku!” seru Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu sambil mengulur tangan hendak merampas. Tangan kirinya diulur hendak merampas, sedangkan tangan kanannya menonjok dada pengemis tua itu! Pada saat yang sama Hek-i Hui-mo, Kiu-bwe Coa-li, dan Pak-lo-sian Siangkoan Hai juga tidak tinggal diam dan sebentar saja Ang-bin Sin-kai telah dikeroyok empat! Ang-bin Sin-kai maklum bahwa dia tak mungkin dapat melawan empat orang lihai ini, dan biarpun dia melarikan diri, ilmu lari cepat mereka pun tidak kalah olehnya, maka dia cepat berseru, “Tahan serangan!” Berkata begini, dia melempar kitab ke atas meja sembahyang kembali. Empat orang yang menyerangnya, tertegun dan tidak jadi menyerang, karena serangan mereka itu pun hanya berdasarkan ingin merampas kitab, sedangkan kini kitab sudah berada di atas meja lagi, untuk apa menyerang lawan yang sama lihainya itu? “Hayo, siapa berani mengambil kitab itu, dialah jagoan betul!” Ang-bin Sin-kai tertawa ha-ha-hi-hi-hi dan menduduki bangkunya yang tadi kembali. Empat orang yang lain, merasa ragu-ragu dan akhirnya mereka pun menduduki bangku dan duduk mengelilingi meja sembahyang di mana terdapat kitab itu. Semua orang maklum bahwa apabila dia memberanikan diri mengambil kitab, tentu akan diserang oleh empat orang lain dan hal ini tidak mungkin, karena bahayanya terlalu besar. Akhirnya, tak seorangpun di antara mereka berani turun tangan mengambil kitab, dan kelima orang ini hanya saling pandang dan tertawa ha-ha-hi-hi-hi, tertawa masam! Terdengar suara ketawa kanak-kanak dan yang tertawa adalah Sui Ceng dan Kun Beng. Dua orang anak ini merasa geli karena pemandangan itu benar-benar lucu sekali! Sebaliknya, Gouw Swi Kiat yang berdarah panas itu merasa mendongkol sekali. Benar suhunya tidak mampu mengambil kitab itu dan kini gurunya, seperti yang lain-lain, hanya duduk saja menghadapi meja sembahyang seperti patung. Dari sikap ini saja sudah dapat dilihat bahwa Sui Ceng dan Kun Beng memiliki sifat periang yang sama, adapun Swi Kiat mempunyai sifat pemarah dan keras. “Suhu, apa sih sukarnya mengambil kitab? Ambil dan lawan mereka, masa Suhu akan kalah?” seru Swi Kiat kepada suhunya. “Hush, diam kau. Tahu apa kau tentang ini?” bentak suhunya dan Swi Kiat makin mendongkol. “Sayang kepandaianku belum sempurna. Kalau tidak, aku tidak takut menghadapi mereka!” ia mengomel. Ang-bin Sin-kai tertawa bergelak. “Pak-lo-sian, muridmu yang itu benar-benar keras seperti batu. Tidak seperti muridmu yang kedua itu, yang lunak seperti air!” katanya. Keluarga dari Hek-mo-ong yang melihat betapa lima orang itu bertempur tidak karuan kemudian kini duduk lagi mengelilingi meja sembahyang, menjadi terheran-heran, takut, dan juga cemas. Akhirnya, isteri Hek-mo-ong memberikan diri dan maju membungkuk-bungkuk. “Mau apa kau?” Kiu-bwe Coa-li membentak sehingga nyonya itu menjadi pucat. “Kami bermaksud hendak mengubur jenazah tiga orang keluarga kami ini, apakah tidak boleh?” tanya nyonya itu dengan suara gemetar. Di antara lima orang tokoh yang aneh dan menyeramkan itu, Ang-bin Sin-kai boleh dibilang memiliki watak yang paling lembut. Ia menaruh kasih kepada nyonya ini, maka sambil menggerakkan tangan dia berkata, “Uruslah jenazah itu baik-baik dan bawa pergi dari sini. Akan tetapi, jangan sekali-kali berani menyentuh meja sembahyang kalau kalian sayang kepada nyawa sendiri.” Setelah mendengar kata-kata ini, nyonya Hek-mo-ong lalu memberi tanda kepada keluarganya dan beramai-ramai akan tetapi hati-hati sekali agar jangan mengganggu lima orang aneh itu, mereka lalu mengangkat tiga buah peti mati itu untuk dikuburkan. Akan tetapi, lima orang itu tetap saja duduk mengelilingi meja sembahyang tanpa berani turun tangan, akan tetapi juga tidak sudi mengalah dan tidak mau meninggalkan tempat itu! Hari sudah mulai senja dan tiba-tiba Sui Ceng yang merasa kesal berkata kepada urunya, “Suthai, perutku lapar, hidangan di meja sembahyang itu tidak diperlukan, bukan? Lebih baik berikan kepada teecu!” Kiu-bwe Coa-li boleh jadi seorang wanita sakti yang berhati baja dan terkenal ganas, akan tetapi terhadap muridnya ini, ia menaruh hati kasih sayang yang besar. Mendengar kata-kata muridnya ini, ia lalu bangkit dari tempat duduknya, menggerakkan pecutnya yang berbulu sembilan itu ke arah meja dan dengan luar biasa sekali dua helai bulu pecutnya melibat pinggir piring sebelah bawah dan mengangkat piring itu terus dilontarkan ke belakang di mana muridnya berdiri! Hebat sekali demonstrasi tenaga lweekang ini, karena piring yang penuh kue mangkok itu melayang tanpa jatuh kuenya sama sekali! Sui Ceng menyambut piring ini dengan kedua tangannya dan ternyata selama ikut dengan gurunya, anak perempuan ini sudah memiliki kepandaian yang lumayan juga karena ia dapat menyambut piring itu tanpa ada kue yang jatuh. Bocah ini lalu mengambil sebuah mangkok dan makan kue dengan enaknya. Pada saat ia makan kue, ia melirik ke arah Kun Beng da tiba-tiba ia menyodorkan piring kue mangkok itu kepada Kun Beng. Anak laki-laki ini tersenyum dan mengambil sebuah kue mangkok, lalu dimakannya tanpa mengeluarkan sepatah pun kata. Sui Ceng menyodorkan piringnya kepada Swi Kiat, akan tetapi Swi Kiat membuang muka lalu berjalan ke dalam rumah untuk minta makanan dari tuan rumah yang segera melayaninya dengan ramah karena takut kepada gurunya. Benar-benar keras hati anak ini, akan tetapi Sui Ceng tidak menghiraukannya, bahkan mencela kepada Kun Beng, “Suhengmu itu kepala batu. Aku tidak suka kepadanya!” Sebaliknya Kun Beng memuji nona kecil ini, “Kau baik hati, aku suka kepadamu.” “Hm, memberi kue bukan berarti bahwa aku suka kepadamu!” Jawab Sui Ceng merengut. “Hanya karena aku tadi mendengar suara perutmu berkeruyuk!” Ia menyodorkan lagi piringnya dan tanpa sungkan-sungkan Kun Beng lalu mengambil sebuah kue lagi. Keduanya saling pandang dan tertawa. Diam-diam kedua anak kecil ini telah mendapat kecocokan dalam pertemuan yang aneh ini. ... Pak-lo-sian Siangkoan Hai tertawa melihat ini. “Eh, Ular Betina Buntut Sembilan Kiu-bwe Coa-li.! Muridmu itu baik sekali, tidak seperti kau! Kelak kalau ada jodoh, aku akan menemuimu untuk membicarakan urusan mereka berdua itu!” Akan tetapi Kiu-bwe Coa-li diam saja, bahkan memperlihatkan muka tidak senang. “Kalian ini orang-orang lelaki sungguh menjemukan dan menggemaskan!” katanya sambil membanting kaki kirinya. “Masa kita harus duduk diam saja menjadi patung di sini? Baik diatur begini saja. Aku menantang kalian maju melawan aku seorang demi seorang, jangan main keroyokan! Kalau ada yang dapat mengalahkan cambukku ini, biarlah aku mengalah dan tidak mengharapkan kitab itu lagi. Hayo, siapa berani maju lebih dulu?” Sambil berkata demikian, wanita sakti ini lalu bangkit berdiri dan mengayun-ayun cambuknya dengan sikap menantang sekali. “Akan kuhancurkan kepala kalian empat orang laki-laki tolol.” Melihat sikap gurunya, Sui Ceng merasa girang dan bangga sekali. Ia menoleh kepada Kun Beng dan Swi Kiat lalu berkata, “Lihat, guruku lebih gagah perkasa. Mana orang seperti gurumu dapat melawan dan mengalahkannya?” Karena kata-kata ini diucapkan dengan keras-keras, maka terdengar pula oleh Pak-lo-sian Siangkoan Hai yang menjadi panas perutnya juga. Ia melompat bangun dari bangkunya menghadapi Kiu-bwe Coa-li. Memang watak dari Pak-lo-sian Siangkoan Hai ini sombong dan dalam hal ilmu silat, maka dia tidak pernah mau mengalah terhadap siapapun juga. “Kiu-bwe Coa-li, siapa sih yang takut menghadapi cambukmu sembilan ekor itu? Mari kita main-main sebentar!” Sambil berkata demikian, orang pendek kecil ini lalu mengeluarkan sepasang kipas. Inilah senjata yang lihai sekali dari Siangkoan Hai, yakni sepasang kipas berwarna hitam dan putih. Ia memiliki ilmu silat kipas yang disebut Im-yang San-hwat, yang permainannya membutuhkan tenaga lweekang dan gwakang yang dimainkan berbareng. Pak-lo-sian Siangkoan Hai mempunyai dua macam ilmu silat yang tinggi dan lihai, yakni ilmu kipas ini dan ilmu tombak. Selain dua macam ilmu silat dengan senjata yang amat lihai ini, juga dia memiliki ilmu silat tangan kosong yang jarang ada bandingannya di dunia ini. Sekarang, karena dia menghadapi Kiu-bwe Coa-li yang memegang sebuah cambuk, yakni senjata yang lemas, ia merasa rugi kalau harus menghadapinya dengan tombak, maka dia memilih sepasang kipasnya untuk menghadapinya. Dua orang sakti itu telah saling berhadapan dan agaknya tidak lama lagi mereka akan bergebrak ramai. “Nanti dulu!” kata Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu sambil melompat maju dan tubuhnya yang bulat itu seakan-akan menggelundung maju dan tahu-tahu telah berada di tengah, di antara kedua jago tua yang hendak bertanding. “Harus diadakan perjanjian lebih dulu yang adil!” “Apa maksudmu, keledai gundul?” Kiu-bwe Coa-li memandang tajam. “Kalau dalam pertandingan ini ada yang kalah dan sampai mampus, itu lebih baik lagi. Akan tetapi kalau tidak sampai mati dan dia sudah dirobohkan, dia harus pergi dan tidak berhak lagi menginginkan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng! Yang menanglah yang akan menghadapi lawan kedua!” Ang-bin Sin-kai maklum dalam pertandingan antara orang-orang lihai ini, sukar dibilang bahwa yang kalah masih dapat hidup, maka dia lalu melompat maju juga dan sambil tertawa-tawa dia mengacung-acungkan tangannya seperti yang hendak mengusulkan sesuatu dalam rapat! “Nanti dulu, aku pun mau mengajukan saran yang adil! Kata-kata si gundul gendut ini ada betulnya, akan tetapi masih kurang adil.” “Cecak kering, bagaimana kau bilang masih kurang adil?” tanya Jeng-kin-jiu sambil tertawa lebar. “Kalau dibiarkan dua orang berhantam, biarpun ada yang menang, tentu si pemenang itu sudah empas-empis nafasnya dan sudah habis tenaganya, maka bagaimana dia harus menghadapi lawan kedua? Ini tidak adil, karena tentu dia akan kalah oleh tenaga baru! Lebih baik kalau dalam tiap pertandingan dibatasi, yakni dengan pembakaran hio pendek yang kering. Begitu pertempuran dimulai, hio dinyalakan dan setelah hio terbakar habis, pertempuran harus dihentikan.” “Hm, hio terbakar habis setelah ilmu silat dimainkan tiga puluh jurus kurang lebih. Bagaimana kalau tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang?” tanya Pak-lo-sian Siangkoan Hai. Ang-bin Sin-kai garuk-garuk kepalanya. “Kalau tidak ada yang kalah, dapat diulang kembali untuk kedua kalinya.” Semua orang menyatakan setuju, maka Ang-bin Sin-kai cepat menyalakan hio dan ditancapkan di tempat hio yang berada diatas meja sembahyang. “Mulai!” kata Ang-bin Sin-kai sambil mengangkat tangan ke atas seperti seorang wasit pertandingan! “Lihat senjata!” Kiu-bwe Coa-li berseru dan menggerakkan pecut menyerang lawannya. Pak-lo-sian Siangkoan Hai menangkis dengan kipas di tangan kiri yang berwarna putih. Inilah kipas yang dipergunakan dengan tenaga lweekang dan yang cepat sekali dipergunakan untuk menangkis. Seperti diketahui, ujung pecut adalah benda lemas, maka biarpun digerakkan oleh pemegangnya dengan pengerahan tenaga dalam, ketika tertangkis oleh kipas yang mengebut, lalu bertolak kembali. Akan tetapi, Siangkoan Hai tidak berani berlaku lambat, dan cepat dia membalas serangan lawan dengan kipas kanan yang berwarna hitam dengan mengerahkan tenaga gwakang. Wanita sakti itu cepat mengelak dan ketika ia mengayun cambuknya, kembali sembilan helai bulu cambuk bergerak-gerak bagaikan sembilan ekor ular yang hidup dan mengancam nyawa lawan! “Satu jurus!” seru Ang-bin Sin-kai menghitung, seakan-akan anak kecil yang bergembira melihat dua orang kawan berhantam! Serangan Kiu-bwe Coa-li benar-benar lihai. Cambuknya itu biarpun hanya bergagang satu, akan tetapi karena ujungnya mempunyai sembilan helai bulu panjang yang bergerak masing-masing dari segala jurusan, maka merupakan sembilan senjata yang amat lihai. Namun Pak-lo-sian Siangkoan Hai juga bukan orang sembarangan. Sepasang kipasnya dapat di gerakkan sehingga menimbulkan angin berputar dari mana pun juga bulu-bulu cambuk itu menyerang, selalu dia dapat mengebut senjata lawan sehingga dia terhindar dari bahaya maut. Adapun kipas hitamnya juga berkali-kali menyerang yang semuanya dapat pula dihindarkan oleh Kiu-bwe Coa-li. “Guruku pasti menang!” kata Sui Ceng sambil mulutnya bergerak-gerak makan kue mangkok. Dalam ketegangannya, tak terasa pula makin cepat ia makan kue itu sehingga mulutnya yang kecil itu bergerak-gerak lucu. “Tak mungkin! Guruku yang akan bikin mampus gurumu!” kata Swi Kiat. Sui Ceng mendelikkan matanya. “Siapa bilang? Kalau gurumu sampai terkena cambukan guruku, nyawanya tentu melayang ke akhirat!” “Ssttt……! Jangan ribut-ribut!” Kun Beng mencela kedua orang anak itu. “Kita lihat saja siapa yang yang akan menang.” Pertempuran itu benar-benar hebat sekali. Bahkan Hek-i Hui-mo, Jeng-kin- jiu Kak Thong Taisu dan Ang-bin Sin-kai, mau tidak mau harus memuji kelihaian dua orang itu. Ang-bin Sin-kai yang merasa gembira sampai seperti anak kecil dan menghitung terus. “Dua puluh delapan jurus! Dua puluh sembilan……! Ah cukup! Hio-nya sudah padam lagi. Tahan!” Mendengar ini Kiu-bwe Coa-li dan Siangkoan Hai melompat mundur dan menahan senjata masing-masing. Nampak bayangan kecewa di muka Kiu-bwe Coa-li dan Siangkoan Hai juga merasa penasaran sekali karena tak dapat mengalahkan lawannya. “Kau hebar Ular Betina! Benar-benar aku kagum sekali!” katanya. “Dalam babak kedua kau pasti akan kurobohkan, Pak-lo-sian,” kata Kiu-bwe Coa-li dengan muka merah. “Sekarang siapakah yang akan melawan aku?” tantangnya. “He, jangan begitu bernafsu dan murka, Kiu-bwe Coa-li!” Ang-bin Sin-kai mencela, “Sekarang giliran orang-orang lain, jangan main borong semua.” Hek-i Hui-mo dan Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu sudah melompat dan saling berhadapan sehingga Kiu-bwe Coa-li terpaksa mengundurkan diri, duduk di tempatnya yang tadi. “Eh, eh, aku dulu!” kata Ang-bin Sin-kai kebingungan setelah melihat dua orang yang sama gundul, sama bundar bulat itu saling berhadapan. “Siapa nanti lawanku?” “Cecak kurus, kau minggirlah dan nyalakan lain hio!” Kak Thong Taisu berkata, “Hek-i Hui-mo Si Setan Hitam patut menjadi lawanku!” Ketika Ang-bin Sin-kai menyalakan lain hio, terdengar suara gelak terbahak yang merdu dan nyaring. Ternyata Sui Ceng dan Kun Beng tertawa bergelak sambil menudingkan jari tangan ke arah Jeng-kin-kiu dan Hek-i Hui-mo. Memang lucu sekali dua orang ini. Keduanya gendut sekali dan kelihatannya seperti dua ekor babi kebiri yang gemuk sedang berhadapan. Wajah Hek-i Hui-mo kelihatan serem dan galak, sedangkan Kak Thong Taisu memang selalu kelihatan tertawa-tawa. Mereka ini tiada ubahnya seperti dua orang pelawak yang beraksi. Akan tetapi, ketika keduanya sudah bergerak saling serang, hebatnya luar biasa. Meja sembahyang yang terkena sambaran pukulan mereka sampai tergerak-gerak, lantai sampai tergetar dan beberapa macam barang yang terlalu tinggi dan berada di atas meja, roboh terguling! Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu mainkan sebuah toya besar yang berat. Memang hwesio tokoh selatan ini adalah seorang ahli gwakang yang memiliki tenaga seperti gajah, maka toya yag berat itu di tangannya hanya merupakan ranting yang ringan saja dan ketika diputarnya, merupakan segulungan sinar yang mendatangkan angin ribut! Sebaliknya, Hek-i Hui-mo juga bertenaga besar dan Tongkat Kepala Naga Liong-thouw-tung di tangan kanannya, ditambah lagi dengan tasbih di tangan kiri, merupakan sepasang senjata aneh yang dapat mengimbangi ancaman toya Jeng-kin-jiu. Berkali-kali terdengar suara “tang-tung-tang-tung” dibarengi bunga api berpencaran kesana ke mari kalau senjata-senjata itu bertemu dengan kerasnya. Menghadapi pertandingan yang dilakukan dengan tenaga kasar dan nampak dahsyat sekali ini, Sui Ceng, Kun Beng, dan Swi Kiat sampai berdiri melongo saking tertarik dan juga merasa ngeri. Mereka yang terdidik ilmu semenjak kecil dapat membayangkan kehebatan sambaran-sambaran senjata itu yang akan dapat meremukkan batu karang, apalagi kepala manusia yang gundul-gundul seperti Jeng-kin-jiu dan Hek-i Hui-mo itu! Tentu akan pecah berantakan. “Cukup! Hio sudah padam!” tiba-tiba Ang-bin Sin-kai berseru. Pertandingan kali ini lebih cepat habisnya. Hal ini oleh karena sambaran senjata mereka yang digerakkan tenaga luar biasa itu mendatangkan angin dan membuat nyala api hio makin membesar dan cepat menghabiskan hio itu. Kedua orang hwesio itu “menggelundung” mundur dan saling menjura. “Omitohud! Jeng-kin-jiu benar-benar bertenaga besar. Pinceng merasa kewalahan menghadapimu,” kata Hek-i Hui-mo. “Omitohud! Kalau dibandingkan, tasbihmu itu benar-benar lebih lihai sepuluh kali lipat daripada tongkatku.” Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu memuji. Ang-bin Sin-kai setelah duduk kembali, nampak termenung dan diam saja, agaknya sedang memutar otaknya. “Eh, pengemis bangkotan. Hayo maju melawan aku!” kata Siangkoan Hai dengan gembira. Memang kelima orang ini adalah jago-jago tua yang berkepandaian tinggi. Dan di dalam dunia ini tidak ada kesukaan yang melebihi kesukaan mereka bertempur dan mengadu ilmu. Akan tetapi Ang-bin Sin-kai diam saja dan keningnya nampak berkerut tanda dia sedang berpikir keras. Akhirnya dia mengangkat muka dan berkata dengan suara bersungguh-sungguh, “Kita semua telah melakukan kebodohan besar! Benar-benar kita telah tolol sekali, berebut mangkok butut yang kosong. Apa artinya kitab itu? Ambillah siapa saja yang suka mengambil. Aku tidak butuh lagi.” Semua orang memandang heran. “Eh, apa maksudmu, Ang-bin Sin-kai? Apakah kau takut menghadapi pertempuran?” tanya Kiu-bwe Coa-li. Ang-bin Sin-kai menggeleng-gelengkan kepalanya. “Pertempuran adalah baik sekali untuk menambah semangat dalam kepala kita yang sudah tua. Akan tetapi untuk apa? Apa artinya kitab itu tanpa penterjemah? Di dunia ini hanya Gui Tin siucai seorang yang dapat menterjemahkan. Sekarang dia sudah mati, untuk apa kita berebut kitab itu? Kitab sekarang tiada gunanya lagi!” Mendengar ucapan ini, bengonglah semua orang itu. Baru terbuka pikiran mereka dan mereka saling pandang dengan tertegun. Sambil tertawa bergelak Ang-bin Sin-kai menghampiri meja dan berkata, “Nah, inilah. Kalian lihat sendiri, siapa diantara kita yang dapat membaca kitab kuno ini? Kalian tahu, aku seorang ahli sastra pula, dan aku tahu bahwa kitab ini usianya masih lebih tua dari pada usia nenek moyang kita ratusan tahun yang lalu!” Ia mengambil kitab itu dan yang lain-lain tidak bergerak untuk mencegah lagi. Sambil membuka kitab itu Ang-bin Sin-kai memperlihatkannya kepada semua orang, dan benar saja. Tulisan di dalam kitab itu tidak karuan macamnya dan tidak dapat dibaca sama sekali. Hanya di halaman depan ditulis dengan huruf besar dan jelas “IM-YANG BU-TEK CIN-KENG”, akan tetapi selanjutnya tak dapat sehuruf pun yang dapat mereka baca. “Ha, ha, ha!” Ang-bin Sin-kai tertawa lagi sambil menuding ke arah huruf pertama. “Siapa di antara kita yang dapat membaca huruf pertama ini?” Semua orang memandang. “Huruf BENG!” kata Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu. “Bukan gundul! Huruf BENG di depannya pakai huruf JIT, akan tetapi ini pakai huruf GO!” Ang-bin Sin-kai membantah. “Huruf macam ini tidak terdapat dalam kata-kata kita. Siapa yang akan dapat menterjemahkan kecuali mendiang Gui-suicai?” Sambil berkata demikian, Ang-bin Sin-kai melemparkan kitab itu ke atas meja, karena setelah membuka-buka lagi, mereka hanya melihat tulisan-tulisan yang bentuknya seperti gambar yang tidak karuan, ada gambar udang, gambar kepiting, gambar muka orang dan lain-lain yang tak dapat diartikan sama sekali. “Aku tahu! Anak kecil itu……” kata Kiu–bwe Coa-li. Lalu ia menengok kepada muridnya dan berkata, “Sui Ceng, siapa namanya anak laki-laki Gui-suicai itu?” “Namanya Lu Kwan Cu!” kata Sui Ceng ... Muka Ang-bin Sin-kai merubah, “Anak kecil itu mana mengerti?” “Belum tentu!” kata Hek-i Hui-mo. Kita harus tangkap dia dan tanya dia, siapa tahu dia sudah mempelajari dari gurunya!” Kembali mereka bersitegang dan kini timbul harapan, maka mereka saling pandang dengan penuh kecurigaan dan tak seorang pun berani mencoba untuk mengambil kitab itu lagi! Ang-bin Sin-kai mengangguk. “Baik! Sekarang diatur begini saja. Di sini ada tiga orang anak murid Kiu-bwe Coa-li dan Pak-lo-sian. Biar mereka membawa meja ini dan kita berjalan di belakang, lalu kita mencari Lu Kwan Cu. Kalau dia bisa menterjemahkan, kita lanjutkan pertandingan ini.” Demikianlah The Kun Beng, Gouw Swi Kiat, dan Bun Sui Ceng lalu mengangkat meja sembahyang itu bertiga, diangkat tinggi-tinggi. Semua barang di atas meja itu telah di lemparkan, kecuali kitab itu yang berada di tengah-tengah. Lalu berangkatlah mereka. Benar-benar lucu sekali rombongan ini. Yang di depan tiga orang anak kecil. Kun Beng dan Swi Kiat memegang kaki meja berjalan di depan. Sui Ceng kaki meja di belakang. Dan di belakang “meja berjalan” ini berjalanlah lima orang tua yang aneh! “He, mengapa menjadi berat meja ini?” Swi Kiat berkata dan ketika menoleh, dia membentak, “Bocah setan, jangan main-main!” Kun Beng yang juga menengok, terdengar tertawa. Ternyata bahwa Sui Ceng yang nakal itu, kini tidak lagi ikut memanggul meja, melainkan ia bergantung pada kaki meja yang dipegangnya itu! Oleh karena tubuhnya paling pendek, maka ia dapat bergantung sehingga boleh dibilang ia dipikul oleh Kun Beng dan Swi Kiat. Setelah Swi Kiat membentaknya, barulah Sui Ceng menurunkan kakinya dan ikut memanggul lagi. Benar-benar seperti tiga orang anak kecil memanggul patung toapekong dari kelenteng yang diarak! ** Kita ikuti perjalanan Lu Kwan Cu, anak gundul yang hidupnya selalu dirundung malang. Biarpun dia telah memiliki kekuatan batin yang timbul dari pembawaannya yang aneh, dan diperkuat pula oleh latihan-latihan samadhi semenjak dilatih oleh Loan Eng dan kemudian dilanjutkan menurut petunjuk dari kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng yang diterjemahkan oleh suhunya, yakni Gui Tin, namun menghadapi keadaan hidupnya, dia merasa bersedih juga. Ia merasa amat kesunyian. Tadinya, ketika dia bertemu dengan Pek-cilan Thio Loan Eng, dia telah merasakan kebahagiaan, dan merasa suka sekali ikut pendekar wanita itu. Kemudian setelah dia berpisah dari Loan Eng dan bertemu dengan Gui Tin si sastrawan, dia merasakan kebahagiaan lagi karena dia merasa ada orang yang harus dijaganya, yang dapat dikasihinya dan juga mencintainya. Maka dapat dibayangkan betapa sakit hatinya ketika dia menyaksikan kematian Gui Tin. Ketika dia melakukan perjalanan seorang diri, pada suatu senja dia tiba di sebuah kaki gunung dan di luar sebuah dusun dia melihat sebuah rumah pondok yang reot dan kosong. Ia merasa girang dan memasuki rumah ini. Perutnya terasa lapar sekali dan kantong uang yang dia dapat dari kakek angkatnya, yakni Menteri Lu Pin, dia taruh di atas lantai dalam rumah itu. Malam itu bulan purnama dan cahayanya terang sekali! Namun bagi Kwan Cu, bulan yang bundar itu bahkan menimbulkan rasa sunyi yang hampir tak tertahankan. Kalau saja dia tidak memiliki hati yang luar biasa kuatnya, tentu dia telah menangis tersedu-sedu. Akan tetapi Kwan Cu tidak mau menangis, dia keluar dari rumah pondok reot itu duduk di luar rumah di atas sebuah batu. Ketika dia memandang ke arah bulan yang bundar dan putih kekuningan, dia melihat bulan itu seakan-akan berubah menjadi wajah Loan Eng yang peramah dan sebentar lagi berubah lagi menjadi wajah Gui Tin yang sayang kepadanya. Ia membuang muka dan tidak berani memandang lagi. Di belakangnya terdapat sebatang pohon yang sudah rontok semua daunnya, tinggal cabang-cabangnya saja, membuat keadaan menjadi makin sunyi. Lu Kwan Cu duduk dan tangan kirinya menunjang dagunya. Ia duduk termenung, tak bergerak seakan-akan telah menjadi patung batu. Kepalanya yang gundul kelimis itu tertimpa cahaya bulan sehingga mengkilap dan wajahnya yang tampan itu nampak sunyi dan sedih. “Betul kata suhu Gui Tin,” pikirnya, “ilmu silat tak dapat dibilang buruk dan jahat. Tergantung dari orang yang mempergunakannya. Thio-toanio bukanlah seorang yang jahat dan ilmu silatnya dia pergunakan untuk menolong orang. Kalau aku mengerti ilmu silat, tentu tak akan sampai begini keadaanku. Suhu Gui Tin takkan sampai tersiksa sehingga meninggal dunia. Ia pesan supaya aku dapat menemukan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng yang asli dan mempelajari isinya. Akan tetapi di mana aku harus mencarinya? Aku harus menemukan petinya lebih dulu agar aku dapat mencari pula kitab itu di dalam buku peta dan sejarah.” Selagi dia duduk termenung, tiba-tiba dia melihat bayangan banyak orang mendatangi dari depan. “Itu dia……!” Ia mendengar suara seorang anak perempuan. “Hei……Kwan Cu…..!” Kwan Cu mengenal suara ini. Ia berdiri dan menanti datangnya rombongan itu. “Adik Ceng….!” teriaknya girang. Di dalam kesunyian seperti itu, melihat orang yang dikenalnya, tentu saja mendatangkan rasa girang. Akan tetapi, dia segera menjadi terheran-heran karena melihat betapa Sui Ceng sedang memanggul sebuah meja bersama dua orang anak laki-laki yang segera dikenalnya pula sebagai dua orang anak laki-laki yang dahulu pernah mempermainkannya, yakni murid-murid dari Pak-lo-sian Siangkoan Hai. Lebih-lebih herannya ketika dia melihat di antara rombongan itu terdapat pula Ang-bin Sin-kai dan Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu, dua orang kakek yang telah dikenalnya baik-baik. “Anak baik! Kau sudah berada di tempat ini?” tanya Ang-bin Sin-kai dengan suara girang. “He, Kwan Cu! Kau masih ingat kepada pinceng, bukan?” kata Jeng-kin jiu kak Thong Taisu dengan suara gembira pula. Kiu-bwe Coa-li, Hek-i Hui-mo, dan Pak-lo-sian juga mendekati Kwan Cu sehingga anak ini terkurung di tengah-tengah. Juga tiga orang tokoh ini mengeluarkan suara memuji dan manis. Kwan Cu adalah seorang anak yang mempunyai otak cerdik sekali. Melihat orang-orang itu bersikap manis, dia melirik ke arah meja yang kini telah diturunkan oleh tiga orang anak-anak itu dan melihat kitab di atas meja, tahulah dia bahwa tentu mereka ini membutuhkan pertolongannya untuk membaca buku itu! “Cu-wi sekalian datang mengejar teecu apakah ingin bertanya sesuatu tentang kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng itu?” tanyanya sambil menuding ke arah kitab di atas meja. “Benar-benar! Kau benar-benar seorang anak yang cerdas!” kata lima orang itu hampir berbareng. “Kau tentu dapat membacanya, bukan?” tanya Ang-bin Sin-kai. “Kwan Cu, kau telah menjadi murid Gui Tin, tentu gurumu itu telah mengajarkan membaca huruf-huruf aneh dalam kitab itu, bukan?” kata Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu penuh gairah. “Bagaimana isinya? Tentang ilmu silatkah?” tanya Kiu-bwe Coa-li. “Lekas kaubaca agar kami mendengarnya, anak baik!” kata Pak-lo-sian. Hanya Hek-i Hui-mo seorang yang tidak bicara apa-apa, akan tetapi seluruh perhatiannya dicurahkan ke arah Kwan Cu dan kitab itu. Berbeda dengan empat orang lainnya, tokoh barat dari Tibet ini tidak khawatir takkan mendapatkan membaca kitab itu tanpa bantuan Gui Tin. Di Tibet terdapat sekumpulan buku-buku kamus di dalam gudang kesusastraan lama dan kalau perlu, dia dapat mencuri kamus atau buku-buku tentang bahasa yang di pergunakan dalam kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng itu. “Tidak ada gunanya bagi Ngo-wi Tuan Berlima untuk bersusah payah membaca kitab itu. Tidak tahukah Ngo-wi bahwa kitab itu adalah kitab palsu?” kata Kwan Cu sambil menggelengkan kepala dan memandang kepada lima orang itu dengan sinar mata menyatakan kasihan! Terengar seruan-seruan keras dan lima orang itu melompat mengelilingi Kwan Cu lebih dekat dengan sinar mata mengancam. “Apa katamu?” “Jangan bohong bocah!” “Kuhancurkan kepalamu yang gundul kalau kau menipu kami!” Kwan Cu menggeleng-geleng kepalanya yang gundul, yang tak mau tumbuh rambut lagi semenjak dia dijejali buah coako oleh Tauw-cai-houw dahulu itu. Biarpun menghadapi ancaman, dia tetap tenang-tenang saja. “Apa gunanya aku membohong? Teecu mendengar dari suhu Gui Tin bahwa kitab ini betul-betul palsu, bukan Im-yang Bu-tek Cin-keng yang aslinya.” Di antara lima tokoh besar itu, Ang-bin Sin-kai paling sayang kepada Kwan Cu. Pengemis Sakti Muka Merah ini mendekati Kwan Cu dan dengan suara halus dia berkata, “Lu Kwan Cu, jangan kau bicara sembarangan. Kau tidak tahu betapa besar arti ucapanmu tadi untuk kami. Dengar, kau menghadapi lima orang ahli silat terbesar di seluruh penjuru pada saat ini, maka jangan main-main. Sekali saja seorang di antara kami timbul hati marah, nyawamu takkan dapat dipertahankan lagi. Kau bilang kitab ini palsu? Kwan Cu, buktikan. Beri alasannya yang masuk akal!” Kwan Cu memandang kepada Ang-bin Sin-kai dengan sinar mata tajam. Heran sekali hatinya, setelah pengemis tua ini bicara halus, dia melihat persamaan yang amat mengherankan antara pengemis ini dengan Menteri Lu Pin kakek angkatnya! “Locianpwe, selain suhu Gui Tin pernah menceritakan kepada teecu, juga teecu sudah mempelajari sedikit ilmu sejarah.” Kemudian dengan sepasang matanya yang lebar dan jeli, anak ini memandang kepada lima orang tokoh besar itu seorang demi seorang, lalu katanya, “Tentu Ngo-wi pernah mempelajari sejarah pula, bukan? Tahukah Ngo-wi, kitab ini ditulis jaman apa?” Lima orang tua itu saling pandang. “Aku tahu,” kata Ang-bin Sin-kai cepat-cepat, “ditulis dalam jaman Kerajaan Shia, bukan begitu?” “Pinceng pun tahu, betul-betul ditulis dalam jaman Kerajaan Shia, ribuan tahun yang lalu,” kata Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu. “Tak salah lagi, pinceng juga tahu sedikit tentang sejarah,” menyambung Hek-i Hui-mo yang semenjak tadi berdiam diri saja. “Kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng memang ditulis jaman Kerajaan Shia.” Berseri wajah Kwan Cu, “Eh, ternyata Ngo-wi adalah orang-orang terpelajar!” serunya. “Sayangnya kurang lengkap pengetahuan Ngo-wi. Kalau Ngo-wi tahu bahwa kitab ini di tulis di dalam jaman Shia, tentu Ngo-wi akan tahu pula bahwa kitab ini palsu!” “Mengapa demikian?” suara Kiu-bwe Coa-li mengguntur. “Karena pada jaman Shia belum ada kertas! Menurut guruku Gui Tin, kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng ditulis di atas sutera. Oleh karena itulah maka teecu berani katakan bahwa kitab ini palsu!” Lima orang tua itu saling pandang dan menarik sekali untuk melihat keadaan air muka mereka yang tiba-tiba menjadi amat kecewa. Tiba-tiba terdengar bunyi suara “tar! tar!!” dan pecut di tangan Kiu-bwe Coa-li bergerak melayang-layang, lalu sehelai bulu pecut itu menyambar ke arah leher Kwan Cu dan membelitnya! “Hayo katakan, pelajaran apa saja yang tertulis di dalam kitab yang dianggap palsu ini! Katakan terus terang kalau tidak pecutku akan memanggang lehermu!” Kwan Cu merasa bahwa bulu pecut itu melilit lehernya bagaikan ular hidup terasa dingin mencekik. Ia cepat mengerahkan tenaga dalam dan mengatur napasnya sesuai dengan pelajaran yang dia latih dari kitab itu, dan lenyaplah rasa dingin, juga kini tidak terasa amat mencekik lagi. “Aku tidak tahu.” Kata Kwan Cu. “Bohong!” bentak Kiu-bwe Coa-li dan ia menggetarkan tangannya yang memegang cambuk sehingga lilitan makin erat, akan tetapi alangkah terkejutnya ketika ia merasa telapak tangannya agak kesemutan, tanda bahwa dari leher anak gundul itu keluar getaran tenaga perlawanan yang aneh! Kekagetannya ini belum lenyap ketika tiba-tiba dia merasa bulu pecutnya mengendur dan ternyata Ang-bin Sin-kai dengan perlahan memegang bulu pecut yang melilit leher anak itu sambil berkata, “Kiu-bwe Coa-li, kita semua memerlukan anak ini, jangan dia diganggu!” sambil berkata demikian, dengan pengerahan tenaga lweekang, dia memencet bulu pecut itu dan memunahkan serangan Kiu-bwe Coa-li pada Kwan Cu dan otomatis lilitan itu terlepas lagi. ... Kiu-bwe Coa-li mendelikkan matanya kepada Ang-bin Sin-kai, akan tetapi dia melihat betapa tiga orang tua yang lain sudah mendekatinya dengan sikap mengancam pula seperti ketika ia hendak mengambil kitab itu dulu. Ternyata kini anak gundul inilah yang diperebutkan! “Di mana kitab aslinya,” Kiu-bwe Coa-li membentak sambil memandang kepada Kwan Cu. “Awas jangan membohong.” “Siapa perlu membohong. Kalian ini orang-orang tua benar-benar aneh sekali. Kitab lapuk itu untuk apakah?” kata Kwan Cu jengkel. “Guruku Gui Tin pernah menyatakan bahwa memang ada kitab asli Im-yang Bu-tek Cin-keng akan tetapi tidak menerangkan di mana, hanya samar dikatakan bahwa kitab itu berada di dalam sebuah pulau kosong yang amat berbahaya di luar timur Tiongkok. Nah, aku bicara terus terang, biar kalian akan membunuhku pun, aku tak dapat bicara lain dan habis perkara!” Memang hebat sekali kalau dilihat. Lima orang tua itu sudah aneh sekali wataknya, namun melihat ketabahan dan keberanian Kwan Cu menghadapi mereka, benar-benar luar biasa sekali. Melihat sikap Kwan Cu, Sui Ceng menjadi kagum sekali dan anak perempuan ini mendekatinya. “Kau hebat, Kwan Cu…..” katanya. Kwan Cu hanya memandang dan tersenyum sedih kepadanya. “Apanya yang hebat, adik Ceng? Aku hanya menimbulkan keributan belaka….” Pada saat itu, bulan yang tadinya bercahaya gemilang, tiba-tiba tertutup oleh datangnya awan hitam yang terbawa angin. Keadaan menjadi gelap gulita dan tiba-tiba menyambar bayangan Hek-i Hui-mo ke arah meja. Disambarnya kitab itu dari atas meja lalu melompat pergi! “Tua bangka curang!” teriak Kiu-bwe Coa-li dan pecutnya menyambar. Hebat sekali serangan ini karena bulu pecut itu memang panjang kalau diulur terus ada sepuluh kaki. Sembilan helai bulu pecut meluncur ke arah bayangan Hek-i Hui-mo dengan kecepatan luar biasa. Namun, Hek-i Hui-mo bukanlah seorang yang lemah. Ia masih tetap berlari pergi, namun dia telah menggerakkan tasbihnya di belakang tubuh, diputar sedemikian rupa sehingga tasbih ini merupakan segulungan sinar bundar yang menjadi perisai. “Trang! Traaang!!” terdengar suara nyaring dan rantaslah tasbih itu dihantam pecut Kiu-bwe Coa-li, sehingga untaiannya terputus dan biji-biji tasbihnya berserakan ke sana ke mari. Hal ini dapat terjadi karena dalam larinya Hek-i Hui-mo tidak dapat mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, sebaliknya Kiu-bwe Coa-li dalam marahnya melakukan serangan sepenuh tenaga. Hek-i Hui-mo tidak mempedulikan kehilangan senjata tasbih dan terus berlari. Tiba-tiba menyambar angin besar dan tahu-tahu sebuah batu sebesar kerbau menimpanya dari atas. Cepat Hek-i Hui-mo mengerahkan ginkangnya dan melompat jauh ke kiri. Terdengar suara keras dan ketika batu besar itu jatuh menimpa, dua batang pohon menjadi tumbang. Ternyata bahwa batu besar itu tadi dilemparkan oleh Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu untuk menghalangi larinya Hek-i Hui-mo. Tentu saja Setan Terbang Baju Hitam ini mengeluarkan keringat dingin, karena biarpun dia lihai, kalau sampai tertimpa batu besar tadi, tubuhnya akan menjadi gepeng! Baru saja dia berlari beberapa langkah lagi, belasan sinar putih menuju kepadanya sambil mengeluarkan suara mengaung-ngaung seperi belasan ekor tawon. Inilah senjata rahasia Pak-lo-sian Siangkoan Hai yang berbahaya. Hek-i Hui-mo cepat mengelak dan berloncatan namun tetap saja sebatang paku menancap pada pundaknya. Ia mengeluh dan menggigit bibirnya, lalu mempercepat larinya. Ia di juluki orang Hui-mo atau Iblis Terbang, maka tentu saja ilmu lari cepatnya luar biasa sekali. Apalagi pada saat itu, bulan tertutup awan hitam sehingga keadaan menjadi gelap sekali dan sebentar saja dia telah lenyap dari pandang mata. Empat orang tokoh besar tidak mengejar, karena untuk apa memperebutkan kitab palsu? Apalagi Ang-bin Sin-kai, kakek ini tertawa bergelak dan berkata, “Biarlah dia mempelajari kitab itu sampai ubanan, dengan ilmu yang tidak asli, aku takut apakah? Hayo Kwan Cu, kau turut aku!” Sambil berkata demikian, Ang-bin Sin-kai menarik tangan anak gundul itu. “Ang-bin Sin-kai, nanti dulu!” kata Kiu-bwe Coa-li. “Kau mau membawa ke mana anak itu?” “Dia? Dia adalah seorang anak yang sudah sejak dulu kuanggap sebagai muridku!” jawab Ang-bin Sin-kai. “Kiu-bwe Coa-li, kulihat kau sudah mempunyai murid yang baik. Juga Pak-lo-sian Siangkoan Hai telah mempunyai dua orang murid yang baik. Hanya Jeng-kin-jiu saja kulihat belum mempunyai murid.” “Siapa bilang? Muridku masih kurahasiakan dan kelak murid-murid kalian akan kalah olehnya. Ha, ha, ha,!” kata Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu. “Bagus!” kata Ang-bin Sin-kai. “Kalau begitu, sekarang aku mengambil anak ini sebagai muridku. Kita sama-sama lihat saja sepuluh tahun lagi, siapa yang akan berhasil mengajar kepada murid masing-masing.” Ia hendak membawa pergi Kwan Cu, akan tetapi Kiu-bwe Coa-li kembali mencegah dengan kata-katanya yang tajam mengancam, “Ang-bin Sin-kai! Aku tidak sudi mencampuri urusanmu mengambil murid, dan akupun tidak butuh dengan anak gundul ini. Akan tetapi, aku masih curiga padanya. Siapa tahu kalau dia tahu di mana adanya kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng yang asli? Dan siapa tahu kalau kau berpura-pura mengambil murid kepadanya akan tetapi sebenarnya hendak mencari kitab itu? Aku kenal kecurangan laki-laki macam kau!” “Habis, kau mau apa?” tanya Ang-bin Sin-kai. “Anak ini harus dibunuh! Dengan demikain, barulah adil namanya kalau kita saling berlomba mencari kitab itu, tanpa bantuan siapapun juga.” “Betul, betul!” kata Siangkoan Hai. Akan tetapi Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu tidak setuju dengan rencana ini. “Betapapun juga, pinceng juga termasuk orang yang telah menolong nyawa anak ini, bagaimana sekarang pinceng tega hati melihat nyawanya direnggutkan orang? Apalagi pinceng yang memberi nama kepadanya. Eh, Kiu-bwe Coa-li dan Pak-lo-sian, kalau kalian akan berkeras membunuh anak ini, tentu aku berdiri di pihak Ang-bin Sin-kai untuk membela dan melindunginya. Baiknya diatur begini saja. Percayakah kau akan sumpah dari Ang-bin Sin-kai si bangsawan jembel ini?” “Aku percaya!” kata Siangkoan Hai dengan suara tegas. “Aku pun percaya!” kata Kiu-bwe Coa-li ragu-ragu, “akan tetapi apa maksudmu?” “Biar dia bersumpah bahwa dia takkan mempelajari Im-yang Bu-tek Cin-keng dari kitab yang didapatkan atas pertolongan anak gundul ini,” kata Kak Thong Taisu. “Bagus, kalau begitu aku setuju!” kata Kiu-bwe Coa-li dan Siangkoan Hai. Akan tetapi Ang-bin Sin-kai menjadi makin merah mukanya. “Aku tidak sudi bersumpah! Kalian boleh percaya kepadaku atau tidak, habis perkara. Pendeknya aku berjanji takkan mempergunakan Kwan Cu untuk mencari kitab itu.” Tiba-tiba Kwan Cu menjatuhkan diri berlutut di depan Ang-bin Sin-kai. Anak ini, dalam semua percakapan dalam pertemuan itu, dapat menarik kesimpulan bahwa dia paling cocok dan suka kepada kakek jambel yang mukanya seperti kakek angkatnya itu, maka dia telah mengambil keputusan untuk berguru kepadanya. “Suhu, teecu pun baru mau mau menjadi muridmu kalau Suhu suka bersumpah seperti yang diminta oleh Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu tadi.” Ang-bin Sin-kai membelalakkan kedua matanya dan memandang kepada Kwan Cu. “Eh, bocah aneh. Bukankah dulu kau tidak sudi mempelajari ilmu memukul orang?” “Sekarang teecu sudah berubah pikiran. Bukankah para nabi mengajarkan bahwa orang harus setiap hari berubah pikiran-pikirannya yang tadinya tidak benar dan sesat?” jawab Kwan Cu. Ang-bin Sin-kai tertawa bergelak. “Boleh, boleh, biar aku bersumpah bahwa kalau aku mempergunakan Kwan Cu untuk mencari kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, biar aku si pengemis jembel akan mampus seperti seekor anjing dan kelak nyawaku dilempar ke dalam neraka jahanam!” Kemudian disambungnya kata-katanya ini dengan suara menyindir, “Andaikata orang lain mendapatkan kitab itu, apanya sih yang harus ditakuti?” Kiu-bwe Coa-li menjadi girang sekali dan tertawa nyaring, kemudian ia melompat ke arah Sui Ceng, memegang tangan muridnya dan sekali berkelebat saja ia dan muridnya telah lenyap dari situ. Siangkoan Hai juga mengajak dua orang muridnya pergi, demikian pula Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu, sambil tertawa-tawa dia “menggelundung” pergi dari situ. “Hayo kita pergi, Kwan Cu,” kata Ang-bin Sin-kai acuh tak acuh. “Nanti dulu, Suhu. Teecu meninggalkan sesuatu di dalam pondok itu.” Anak itu berlari-lari ke dalam pondok mengambil kantongnya yang penuh uang emas pemberian kakek angkatnya. “Apa itu?” tanya gurunya. “Uang emas, Suhu.” Ang-bin Sin-kai membuka kantong itu dan terbelalak matanya melihat uang emas sebanyak itu. “Eh, darimana kau dapatkan uang ini?” “Dari Kong-kong Kakek!” Makin tertegun Ang-bin Sin-kai mendengar jawaban ini. “Bocah aneh, siapa kong-kongmu? Bukankah nenek moyangmu hanya samudra luas saja?’ Lu Kwan Cu tersenyum. “Ini mungkin salah Suhu sendiri. Suhu memberi she Lu kepada teecu dan sekarang Menteri Lu Pin mengangkat teecu sebagai cucunya!” Ia lalu menceritakan pengalamannya bertemu dengan Menteri Lu Pin! Tentu saja Ang-bin Sin-kai yang sebenarnya bernama Lu Sin dan menjadi kakak dari Lu Pin, terkejut dan juga terharu sekali. “Buang saja uang itu, untuk apa sih? Memberatkan dan mengotorkan saja.” “Mengapa dibuang, Suhu? Bukankah bisa dipakai untuk membeli makanan kita?’ Kakek itu melototkan matanya. “Jadi kau termasuk orang-orang yang meributkan soal makan? Buang saja!” “Sayang, Suhu.” “Eh, bocah gundul! Baru pada saat pertama kau sudah berani membantah suhumu?” “Rakyat banyak sekali yang menderita dan sengsara. Daripada dibuang disini, kalau ditemukan orang hanya akan membuat orang itu menjadi tersesat hidupnya. Bukankah lebih baik dibagi-bagikan kepada orang-orang yang membutuhkannya?” Ang-bin Sin-kai menarik napas panjang. “Kau lebih terikat dengan dunia daripadaku. Sesukamulah.” Maka berjalanlah Ang-bin Sin-kai, mula-mula lambat-lambat, akan tetapi ketika dia melihat betapa muridnya yang gundul itu dapat mengikutinya,dia mempercepat jalannya. Dan biarpun gurunya hanya berjalan lambat-lambat saja kelihatannya, bagi Kwan Cu, dia harus mengerahkan seluruh ginkangnya untuk berlari cepat mengimbangi kecepatan suhunya! Di pinggir sebuah hutan yang liar, menghadap sebuah anak gunung yang merupakan batu karang besar, nampak pemandangan yang amat aneh dan menyeramkan sekali. Seorang ank laki-laki berkepala gundul tergantung pada cabang pohon besar, tergantung dengan kaki terikat di atas dan kepala serta kedua tangannya bergantungan di bawah! Baju anak itu yang sudah lapuk terbuka dan ikut bergantungan sehingga nampak perutnya yang kecil, dadanya yang kurus dengan tulang-tulang iga menonjol. Anak ini tidak bergerak dan kelihatan seperti mayat saja, kedua matanya meram, akan tetapi wajahnya kelihatan berseri! Adapun di bawah pohon, bersandarkan batu, duduk seorang kakek pengemis berpakaian tambal-tambalan. Pengemis itu pun kurus kering seperti orang yang menderita kelaparan. Apalagi kalau melihat apa yang dia lakukan pada saat itu, tentu orang akan menganggapnya sudah kelaparan dan miring otaknya. Ia memegang seekor ular hidup. Tangan kanannya mencekik leher ular dan tangan kirinya memegang tubuh ular dekat ekornya, kemudian dia menggigit perut ular itu! Ular itu membuka mulutnya dan dari dalam mulut keluarlah suara mendesis-desis dan menebulkan uap putih yang keruh. Siapakah mereka ini? Anak itu bukan lain adalah Kwan Cu, adapun kakek itu adalah Ang-bin Sin-kai! Apakah kakek ini sudah menjadi gila, menggantung muridnya secara terbalik dan makan ular beracun pula? Tidak demikianlah halnya. Setelah membagi-bagi habis uang emas pemberian Menteri Lu Pin, kedua orang guru dan murid ini melanjutkan perantauan mereka. Atas permintaan Kwan Cu, mereka menuju ke bukit Liang-san. Bagi Ang-bin Sin-kai, ke mana saja mereka pergi, dia tidak ambil peduli, maka dia pun tidak mau banyak bertanya kepada Kwan Cu, apa perlunya muridnya itu mengajaknya ke Liang-san. Akan tetapi dengan keras dia mulai mengajarkan ilmu silat kepada Kwan Cu. “Dari mana kau dapat mempelajari lweekang dan ginkang yang aneh dan serba terbalik itu?” tanyanya. “Teecu pertama-tama menerima pelajaran dari Pek-cilan Thio Loan Eng Toanio.” “Hm, seorang wanita yang baik dan gagah,” Ang-bin Sin-kai memuji. “Kemudian, teecu menurut petunjuk dari kitab palsu yang dibawa pergi oleh Hek-i Hui-mo, yakni setelah diterjemahkan oleh suhu Gui Tin.” Kali ini Ang-bin Sin-kai mengerutkan keningnya. “Kau sudah baca semua isi kitab palsu itu?” Kwan Cu mengangguk. “Akan tetapi hanya sebagian siulian dan pengaturan napas saja yang teecu pelajari.” “Coba kau tidur terlentang,” Gurunya memerintah. Kwan Cu menurut dan anak ini lalu membaringkan tubuhnya telentang. Ang-bin Sin-kai menekan pusar muridnya, sambil berkata, “Kerahkan tenagamu yang kaudapat dari pelajaran kitab palsu.” Kwan Cu mengerahkan tenaganya dengan cara pengaturan napas yang terbalik, yakni menyedot napas dengan mengembungkan perut dan mengempiskan dada! Ia merasa dadanya sakit, maka dia lalu melepaskan tenaganya itu. Sebaliknya, Ang-bin Sin-kai merasa betapa tenaga yang aneh tersembul keluar dari pusar anak itu. “Sakitkah dadamu?” Kwan Cu mengangguk. “Celaka sekali! Latihan itu telah merusak paru-parumu sendiri! Ah, benar-benar kitab palsu, akan tetapi kalau ilmu ini dipelajari secara mendalam, benar-benar akan merupakan ilmu yang aneh dan juga dahsyat. Baru yang palsu saja begini hebat, apalagi aslinya. Kwan Cu, kau telah mempelajari ilmu yang salah, maka kau harus menurut segala petunjukku. Pertama-tama kau harus dapat mengusir tenaga yang salah itu dari dalam tubuhmu. Kau harus belajar menderita jasmani dan harus melakukan latihan napas samadhi secara terbalik.” Kemudian, semenjak hari itu, Kwan Cu diikat kedua kakinya, ikatan itu lalu digantungkan pada cabang pohon sehingga anak itu tergantung seperti seekor kalong! “Dengan begini, pernapasanmu selalu akan berada di paru-paru dan menyehatkan paru-parumu yang sudah terluka. Perutmu akan selalu kempis dan kosong. Pusatkan perhatianmu dan tutup semua panca inderamu, jangan rasakan siksaan dari perjalanan darah yang secara terbalik ini akan terasa tak enak sekali. Kulihat kau sudah pandai menutup hawa, tutuplah hawa di bagian kepalamu agar aliran darahmu tidak merusak otak. Hati-hati, latihan ini bisa membuat kau menjadi gila karena aliran darah yang banyak di bagian otak. Akan tetapi kalau kau tekun dan berhasil, hanya inilah jalan satu-satunya untuk membersihkan tubuhmu dari tenaga palsu itu!” Demikianlah, dapat dibayangkan betapa sengsaranya keadaan Kwan Cu karena harus berlatih secara ini. Lebih hebat lagi, seringkali suhunya agaknya lupa untuk memberi makan kepadanya sehingga pernah dua hari dua malam Kwan Cu tergantung saja secara terbalik tanpa makan, hanya hidup dari hawa udara saja! Akan tetapi yang lebih aneh dan hebat lagi, anak ini tak pernah mengeluh dan tak pernah minta makan! Akhirnya, beberapa bulan kemudian, dia telah dapat melakukan siulian samadhi secara tergantung kakinya ini selama tiga hari tiga malam tanpa makan! Juga pernapasannya menjadi normal kembali, biarpun dalam keadaan tergantung, dia telah dapat bernapas dengan teratur, bahkan dia dapat mendesak isi perutnya agar jangan tergantung dan tetap tinggal di dalam perut. Tubuhnya terasa ringan sekali dan jalan pikirannya terang. ... Kini dia telah mendapatkan kepandaian yang istimewa. Kini kalau dia hendak berlatih, tidak lagi gurunya membantu. Ia melompat ke atas sebatang cabang pohon sambil membawa kain pengikat kakinya, mengikat kedua kakinya pada cabang itu lalu menggantung dirinya! Pada pagi hari itu, ketika mereka tiba di pinggir hutan yang telah disebutkan di atas, seperti biasa Kwan Cu menggantungkan dirinya secara terbalik pada cabang pohon dan gurunya duduk di bawah pohon. Sebentar saja Ang-bin Sin-kai telah tidur mendengkur dan Kwan Cu juga sebentar saja sudah dapat menyatukan panca inderanya dan mengheningkan cipta. Baik guru maupun murid ini sama sekali tidak tahu akan adanya bahaya yang mengintai dari atas pohon, yang merupakan seekor ular kecil panjang yang bermata dan berlidah merah! Inilah seekor ular beracun yang jahat sekali! Biarpun gerakan ular yang merayap di antara ranting dan cabang pohon itu perlahan sekali, namun kalau saja Ang-bin Sin-kai tidak sedang tidur dan Kwan Cu tidak sedang bersamadhi dan menutup panca indera, tubuh ular yang melanggar daun itu tentu akan terdengar oleh mereka, karena Kwan Cu sendiri pun kini telah memiliki pendengaran yang amat tajam. Tiba-tiba terdengar Kwan Cu menjerit. “Suhu……..!” Ang-bin Sin-kai melompat bangun dan alangkah terkejutnya ketika dia melihat seekor ular melingkar di tali pengikat kaki Kwan Cu dan mulut ular itu menggigit kaki kanan muridnya itu! “Kwan Cu…..!” Ang-bin Sin-kai melompat ke atas dan sekali renggut, dia telah menangkap ular itu pada lehernya. Sambil duduk di atas cabang itu, Ang-bin Sin-kai menggunakan tangan kirinya untuk meraba tubuh muridnya. Bukan main kagetnya, karena tubuh itu panas bukan main! Ia tahu bahwa muridnya telah terkena racun gigitan ular! Ia tidak berani menurunkan muridnya, karena kalau Kwan Cu diturunkan, mungkin aliran darahnya akan kacau dan menyebabkan racun itu merangsang ke arah jantungnya yang berarti takkan dapat ditolong lagi anak itu. “Mudah-mudahan tadi dia masih mengerahkan tenaga dan menyimpan hawa murni dalam pusarnya,” pikir kakek ini yang segera melompat turun lagi sambil membawa ular itu. Cara satu-satunya untuk menolak hawa racun ular itu, dia harus dapat mengambil darah ular yang menggigitnya ini. Akan tetapi di situ tidak ada mangkok atau apa saja untuk menadahi darah ular, juga sukar untuk memberi minum darah kepada Kwan Cu yang masih dalam keadaan tergantung dengan kepala di bawah. Satu-satunya cara ialah dia harus dapat menyimpan darah ular itu di dalam mulutnya, kemudian dia akan dapat menyemburkan darah itu dari mulut ke mulut Kwan Cu! Demikianlah maka melihat pemandangan yang menyeramkan tadi. Kwan Cu tergantung seperti mayat, dan kakek itu duduk ambil menggigit perut ular! Ular itu berkelojotan, meronta-ronta dan Ang-bin Sin-kai tidak menggigit terlalu keras, sekedar untuk mencari lobang guna menyedot darah ular itu. Lidahnya merasai darah yang asin manis dan amis sekali, juga terasa panas dan pedas pada lidahnya, akan tetapi dia terus menyedot sehingga darah ular itu terkumpul kedalam mulutnya. Kedua pipinya yang kurus menggembung, karena mulutnya penuh dengan darah ular. Beberapa tetes darah mengalir turun ke dagunya, membuat di nampak menyeramkan sekali. Ular itu makin lama makin lemah gerakannya dan setelah darahnya habis, dia mati lemas. Ang-bin Sin-kai melemparkan bangkai ular, lalu melompat lagi ke atas cabang. Ia menggantungkan kedua kakinya pada cabang seperti keadaan Kwan Cu sehingga dengan membungkukkan punggungnya, mukanya berdekatan dengan muka muridnya. Ketika dia mengulur tangan membukakan mulut muridnya, kakek ini terheran-heran karena melihat muka muridnya itu tersenyum-senyum dan mata anak itu sudah terbuka lagi! Akan tetapi dia tidak mau banyak membuang waktu, segera dia membuka mulut muridnya dan menempelkan mulut sendiri ke mulut muridnya yang terbuka, kemudian dia mengerahkan hawa dalam perutnya untuk menyemburkan darah itu ke dalam perut muridnya! Kwan Cu yang sudah siuman itu maklum akan maksud suhunya, maka dia lalu menerima darah ular itu dan menelannya. “Lekas salurkan semua darah ke arah kaki yang luka!” seru Ang-bin Sin-kai setelah mulutnya kosong karena darah ular semua telah berpindah ke mulut dan perut muridnya. “Tahan napas dan biarkan darah ular itu memerangi racun yang mengalir dari luka di kakimu!” Kwan Cu menurut petunjuk suhunya dan sebentar saja, dia merasa panas yang menyerang tubuhnya menghilang. Ang-bin Sin-kai menaruh telapak tangannya pada pusar muridnya dan dari telapak tangan itu dia mengalirkan hawa untuk membantu kekuatan muridnya melawan racun ular tadi. Setengah hari guru dan murid itu berada dalam keadaan tergantung dan akhirnya setelah mendapat kenyataan bahwa tubuh muridnya tidak panas lagi, Ang-bin Sin-kai menurunkan tubuh muridnya. “Kau selamat!” katanya dengan lega. “Akan tetapi aneh sekali mengapa kau tidak muntah. Biasanya, kalau racun ular itu sudah dapat dikalahkan oleh darah ular, orang yang digigit ular tentu akan muntahkan darah ular beracun itu.” Kwan Cu menjatuhkan diri berlutut di depan gurunya. “Mohon diampunkan atas kelalaian teecu sehingga merepotkan kepada Suhu. Sungguh aneh sekali, Suhu. Sekarang teecu merasa bahwa tubuh teecu amat nyaman dan ringan. Agaknya darah dan racun ular itu ada khasiatnya yang lihai.” “Mana mungkin?” Gurunya menggeleng kepala. “Kecuali kalau kau sudah makan coa-ko buah ular.” “Teecu sudah makan coa-ko, Suhu!” “Hush! Kau kira mudah mendapat coa-ko? Aku yang sudah tua ini pun sejak dulu mencari belum juga dapat.” “Akan tetapi teecu tidak membohong, Suhu.” Lalu Kwan Cu menuturkan betapa dia dahulu diculik oleh Tauw-cai-houw dan dijejali sebutir buah ular. Gurunya girang sekali, akan tetapi tidak menyatakan kegirangannya itu. Hanya diam-diam dia berpikir bahwa Kwan Cu benar-benar seorang anak ajaib yang bernasib baik sekali. “Hm, kalau aku tahu bahwa kau sudah makan buah coa-ko, tadi aku takkan begitu kebingungan seperti orang kebakaran jenggot. Dengan buah itu di dalam tubuhmu, kau takkan dapat tewas oleh racun ular yang manapun juga!” Maka setelah melihat betapa tubuh Kwan Cu sudah bersih daripada tenaga yang didapatnya dari latihan menurut kitab pelajaran palsu, Ang-bin Sin-kai lalu mulai melatih muridnya ini dengan ilmu-ilmu silat dari dia sendiri. Pengemis Sakti Muka Merah ini adalah tokoh terbesar dari timur, maka tentu saja dia memiliki kepandaian silat yang luar biasa dan mempunyai keistimewaan dalam ilmu silat tangan kosong. ** Agar pembaca tidak menjadi bingung melihat Bun Sui Ceng, anak perempuan dari Pek-cilan Thio Loan Eng itu tiba-tiba saja muncul menjadi murid dari Kiu-bwe Coa-li, baiklah kita menengok keadaan Thio Loan Eng dan mengikuti perjalanannya semenjak ia meninggalkan rumahnya karena puterinya diangkat menjadi ketua oleh para anggauta Sin-to-pang atau Perkumpulan Golok Sakti. Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, Thio Loan Eng meninggalkan dusun Tun-hang bersama Bun Sui Ceng, puterinya. Nyonya muda pendekar ini merasa amat gelisah dan khawatir memikirkan nasib puterinya kelak, maka timbul didalam pikirannya untuk mengunjungi rumah seorang sahabat baiknya yang bernama Ong Kiat. Ketika masih kecil, Ong Kiat ini adalah kawan main dari Loan Eng karena orang tua mereka menjadi tetangga dan di antara kedua orang anak kecil ini timbul rasa saling suka dan cocok. Akan tetapi, Loan Eng oleh orang tuanya dijodohkan dengan Bun Liok Si dan berpisahlah mereka. Dengan terharu Loan Eng mendengar betapa Ong Kiat jatuh sakit hebat sampai hampir mati ketika ia menikah dengan Bun Liok Si, dan diam-diam ia maklum bahwa pemuda she Ong itu cinta kepadanya. Kemudian Ong Kiat yang semenjak kecil juga belajar ilmu silat, menjauhkan diri dari dunia ramai dan naik ke Pegunungan Thian-san, menjadi murid dari tokoh-tokoh Thian-san-pai. Selama itu, mereka tak pernah saling bertemu lagi. Baru setelah Loan Eng membunuh suaminya sendiri karena cemburu dan nyonya janda muda ini sering merantau, terjadi pertemuan antara dua orang bekas sahabat di waktu kecil ini secara kebetulan sekali. Ketika itu, seperti biasa, Loan Eng meninggalkan puterinya yang masih kecil dalam asuhan para pelayan-pelayannya, dan ia sendiri merantau di dunia kang-ouw untuk melakukan tugas sebagai seorang lihiap pendekar wanita. Memang sudah menjadi kesukaan dan kebiasaan Loan Eng untuk merantau dan mempergunakan kepandaiannya guna menolong orang-orang yang tertindas sehingga namanya amat terkenal sebagai pendekar wanita berbudi yang berjuluk Pek-cilan Bunga Cilan Putih. Ia sering kali berpakaian putih dan karena kecantikannya disamakan dengan bunga cilan yang harum, maka ia mendapat julukan ini. Selain itu, Loan Eng memang suka kepada bunga cilan dan sering kali rambutnya dihias dengan setangkai bunga cilan. Loan Eng seorang diri menuju ke sebuah bukit kecil yang penuh dengan rimba raya. Inilah Bukit Lek-san yang berada di selatan kota Hak-keng. Loan Eng sengaja mendatangi bukit ini karena ia mendengar kabar bahwa di atas bukit ini bersarang sekawanan orang jahat yang baru-baru ini mengacau dusun-dusun dan kota-kota, dan bahkan sekawanan orang jahat ini lihai sekali. Pek-cilan Thio Loan Eng memang tidak mengenal akan arti takut. Selain lihai ilmu pedangnya, juga nyonya janda muda yang cantik ini perkasa dan bernyali besar. Selama dalam perantauannya, entah sudah berapa banyak penjahat roboh dalam tangannya, dan biarpun ia sudah seringkali menghadapi orang-orang jahat dan bahaya maut, namun berkat kegagahannya, ia selalu terhindar dan selamat. ... Setelah Loan Eng mulai naik Bukit Lek-san, mulai kelihatanlah ketidakamanan daerah ini. Banyak dusun-dusun telah kosong, ditinggalkan begitu saja oleh para penghuninya. Makin ke atas mendaki puncak bukit menjadi makin sunyilah keadaannya dan hutan-hutan yang berada di atas bukit menjadi makin liar dan gelap saja. Namun, Loan Eng tetap tabah dan melanjutkan perjalanannya menuju ke atas. Ia ingin sekali mendatangi sarang gerombolan itu dan ingin membasmi gerombolan itu sampai bersih! Loan Eng tidak tahu bahwa banyak pasang mata manusia mulai memandang dan mengintainya dari balik pohon-pohon, mata banyak orang laki-laki yang nampak buas dan kejam. Bibir-bibir tebal dan kotor menyeringai penuh gairah ketika mereka memandang wajah Loan Eng yang cantik jelita dan potongan tubuhnya yang langsing. Setelah Loan Eng tiba di tempat terbuka di dalam hutan yang liar itu, tiba-tiba terdengar suitan keras sekali dan berlompatan keluarlah anggota-anggota gerombolan yang jumlahnya dua puluh orang lebih diketuai oleh dua orang laki-laki muda bertubuh tinggi besar dan bermata liar. Inilah gerombolan yang belum lama ini bersarang di Bukit Lek-san, gerombolan yang amat ganas, yang sudah banyak merampok, menculik wanita, dan membakar rumah penduduk. Dua orang muda tinggi besar itu adalah kakak beradik bernama Sin Sai Singa Sakti dan Sin Houw Harimau Sakti. “Nona yang elok dan gagah siapakah bernyali demikian besar memasuki wilayah kami?” tanya Sin Sai sambil memandang kagum, adapun Sin Houw adiknya juga memandang dengan mata penuh gairah. “Tak perlu namaku diketahui oleh gerombolan-gerombolan perampok keji. Lebih baik kalian mengaku, apakah kalian ini yang suka mengganggu penduduk sekitar daerah ini? Kalau betul, berlututlah kalian semua agar menerima kematian tanpa menderita sakit lagi.” Semua orang tertegun, karena tak mereka sangka seorang wanita cantik akan berani mengucapkan kata-kata seperti itu. Sin Houw berkata kepada Sin Sai. “Sai-ko, dia ini tentu mata-mata dari keparat she Ong itu, lebih baik tangkap saja!” sambil berkata demikian, dia menggerakkan golok besarnya untuk mengancam Loan Eng, lalu katanya dengan mulut menyeringai. “Nona manis, walaupun kau bersikap sombong, namun sikapmu tidak mengurangi rasa sukaku kepadamu. Marilah kau ikut saja dengan aku dan aku bersumpah bahwa kalau kau suka menjadi biniku, aku takkan mau lagi mengganggu lain wanita lagi!” Bernyala sepasang mata Loan Eng yang jeli dan bagus. Sekali ia menggerakkan tangannya, pedangnya yang mengkilat itu telah terhunus dan berada di tangan kanan. “Bagus sekali, kau memilih kematian yang menyiksa dirimu. Hari ini, kalau tidak dapat membasmi kalian anjing-anjing hina-dina, jangan sebut aku Pek-cilan lagi!” Sebagai penutup kata-katanya, Loan Eng lalu melompat maju dan menyambar ke arah leher Sin Houw! Sin Houw melihat sinar pedang yang mengkilat dan cepat ini, tidak berani memandang ringan. Ia maklum dari gerakan ini bahwa pendekar wanita di depannya itu memiliki kepandaian tinggi, apalagi nama julukan Pek-cilan bukan tidak terkenal dan dia pernah mendengar nama ini dipuji-puji orang. Cepat dia menangkis dan mengerahkan tenaganya, dengan maksud hendak membuat pedang orang terpental dan terlepas. Akan tetapi ternyata bahwa pedang Loan Eng sama sekali tidak terpental, bahkan kepala rampok muda ini yang merasa telapak tangannya sakit! Ia berseru keras dan merasa terkejut sekali, akan tetapi tidak kehilangan kesigapannya karena goloknya juga terbuat dari baja yang amat baik maka tidak rusak. Ketika goloknya terpental oleh pedang lawan, dia lalu mengayun golok itu ke bawah dan menyerampang kedua kaki Loan Eng dengan gerak tipu Hong-sauw-pai-hio Angin Menyapu Daun Rontok, sebuah gerak tipu serangan yang amat hebat dan berbahaya. Diam-diam Loan Eng harus akui bahwa kepala rampok muda ini tidak jelek kepandaiannya, maka cepat ia memutar pedangnya berubah yang menjadi segundukan sinar putih yang lihai sekali. Kepala rampok itu juga menahan dengan mengeluarkan ilmu goloknya yang ternyata adalah ilmu golok Go-bi-pai. Namun ilmu goloknya masih jauh untuk menandingi pedang di tangan Loan Eng dan dalam beberapa jurus saja Sin Houw terdesak hebat. Sin Sai berseru keras dan kepala rampok nomor satu ini lalu menerjang dengan goloknya yang ternyata masih lebih tinggi dan lihai dari pada kepandaian adiknya. Juga para perampok diberi tanda dan sebentar saja Loan Eng dikeroyok hebat. Pendekar wanita ini tidak menjadi gentar karenanya, bahkan ia makin gembira mainkan pedangnya dan tak lama kemudian, terdengarlah pekik-pekik kesakitan dan tubuh beberapa orang anak buah perampok roboh terguling terkena sambaran pedang di tangan nyonya janda yang cantik dan gagah itu. “Mundur…..!” teriak Sin Sai ketika melihat sudah lima orang anak buahnya roboh. “Kita tangkap dia hidup-hidup!” seru Sin Houw pula. Mereka lalu berkelahi sambil mundur. Belasan batang golok merupakan perisai dan menangkis serangan-serangan pedang Loan Eng yang bergerak cepat. Akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah yang besar sekali. Loan Eng terheran-heran, mengapa dalam hutan yang liar itu bisa terdapat sebuah rumah gedung ini? Tiba-tiba semua lawannya melompat masuk ke dalam rumah itu dan pintu depannya tertutup dengan mengeluarkan suara keras! Pek-cilan Thio Loan Eng ragu-ragu. Ia memandang bangunan di depannya yang kini nampak sunyi. Tak salah lagi, rumah ini tentu dulunya adalah sebuah kelenteng tua, pikirnya. Bagaimana kini bisa menjadi sarang penyamun? Ia tidak tahu bahwa kelenteng ini memang sudah lama ditinggalkan para hwesio yang mendapat gangguan perampok-perampok ini, dan bahwa perampok lalu memperbaikinya dan mempergunakan sebagai sarang mereka. Juga para wanita yang diculik, semua berada di dalam gedung yang besar dan berpekarangan belakang luas sekali ini. “Hm, mereka pasti akan menjebakku,” pikir Pek-cilan Thio Loan Eng. Sebagai seorang pendekar wanita yang banyak merantau dan banyak sekali menghadapi penjahat-penjahat, tentu saja ia banyak pengalaman dan berlaku hati-hati. Akan tetapi, keberaniannya luar biasa sekali dan biarpun ia sudah curiga dan menyangka akan adanya perangkap yang dipasang, ia tidak merasa takut. Dihampirinya pintu rumah gedung itu da beberapa kali bacok saja, sambil mengeluakan suara gaduh, daun pintu itu pecah dan roboh! “Syuuuuuut-syuuuut! Syuuut!” banyak sekali anak panah menyambar ke arah pintu itu dari depan kanan dan kiri. Kalau saja Loan Eng tadi terus menerjang masuk ke dalam, tentu ia akan terancam oleh anak panah ini, akan tetapi pendekar wanita ini sudah berlaku hati-hati sekali dan setelah tadi merobohkan pintu, ia melompat ke samping sehingga semua anak panah itu mengenai tempat kosong. Setelah semua anak panah yang terlepas dari tempat-tempat rahasia itu habis, barulah Loan Eng menerjang masuk sambil memutar pedangnya memasuki pintu yang sudah tidak berdaun lagi itu. Ia melihat keadaan dalam rumah sunyi saja, dan tidak nampak seorangpun manusia. Akan tetapi, baru saja ia melangkah beberapa tindak dengan amat hati-hati, tiba-tiba dari arah belakang gedung itu terdengar suara ribut-ribut dan di antara suara-suara manusia itu Loan Eng mendengar seruan-seruan, “Tangkap penjahat! Padamkan api….!” Loan Eng diam-diam tersenyum dan juga terheran. Pasti ada orang lain yang menyerbu sarang gerombolan ini. Akan tetapi ia tidak tertarik dan ingin terus menerjang masuk untuk membasmi gerombolan penjahat itu. Tiba-tiba terdengar isak tangis dan ia dapat memastikan bahwa di sebelah kanannya di mana nampak sebuah daun pintu kamar, ada seorang wanita yang sedang menangis sedih sekali. “Siapakah dia? Mengapa menangis? Ah, tentu seorang wanita yang diculik oleh gerombolan,” pikir Loan Eng. “Aku harus menolong dia.” Setelah berpikir demikian, ia tidak jadi menuju ke ruang belakang, melainkan menghampiri daun pintu kamar itu. Suara tangis itu makin mengeras dan tanpa banyak ragu-ragu lagi, Loan Eng membacok kedua pinggiran daun pintu sehingga terlepaslah daun pintu itu dari tiangnya. Seperti juga tadi, Loan Eng tidak menerjang masuk, bahkan mudur dua tindak ke belakang sambil memandang tajam. Ia tidak melihat apa-apa di dalam kamar itu, kosong melompong dan juga tidak kelihatan orang. Suara tangis wanita yang tadi kini telah pindah ke belakang kamar itu. Loan Eng melihat bahwa di dalam kamar itu terdapat sebuah pintu lain yang agaknya menembus ke ke ruang tengah, maka ia lalu masuk ke dalam kamar ini. Baru saja ia melangkah lima tindak di dalam kamar ini dengan hati-hati sekali, tiba-tiba ia merasa ada angin menyambar sebuah toya dari belakang. Pendekar wanita yang gagah ini tanpa menengok lalu menggerakkan pedangnya ke belakang, diayun dari kanan sambil memutar tubuhnya. Akan tetapi anehnya, toya itu tidak terpegang oleh siapapun juga dan kini sisanya tinggal sepotong masih tergantung di atas. Ketika Loan Eng berdongak ke atas, ia tersenyum sindir. Ia tahu bahwa itulah sebuah senjata rahasia yang digerakkan oleh alat-alat per dan yang otomatis bergerak memukul apabila ada orang memasuki kamar dan terkena injak alat penggeraknya. Namun ia tidak takut dan melangkah terus! Baru dua tindak ia melangkah, agaknya ia kena injak alat-alat penggerak lagi yang di pasang di bawah permadani, karena tiba-tiba terengar suara keras dan tiga macam senjata menyerangnya dari tiga jurusan! Sebatang golok melayang keluar dari tembok dan menyambar ke arah kakinya dengan gerakan membabat, sebatang tombak yang runcing tiba-tiba saja keluar dari tembok sebelah depan dan menusuk kearah perutnya, dan senjata ketiga adalah sebuah ruyung besar yang menyambar kepalanya. Jadi, sekaligus Loan Eng diserang kaki, perut dan kepalanya! ... Namun, Pek-cilan tidak gentar sedikit pun juga. “Perampok busuk, siapa takut dengan senjata-senjatamu?” bentaknya dan cepat ia merendahkan tubuh untuk menghindarkan kepala dari sambaran ruyung, dan golok yang menyambar ke arah kakinya itu dapat ditendangnya secara luar biasa sekali! Memang Loan Eng memiliki ilmu tendang yang hebat sehingga nyonya muda ini berani menghadapi senjata musuh yang tajam atau runcing dengan kedua kakinya! Adapun tombak yang menusuk ke arah perutnya dapat dibabat putus dengan pedangnya. “Gerombolan perampok, hari ini aku harus dapat membasmi kamu semua!” Loan Eng berseru dan hendak menerjang pintu yang berada di kamar itu? Akan tetapi, tiba-tiba saja dari langit-langit kamar menyambar turun semacam jala yang lebarnya memenuhi kamar itu, Loan Eng terkejut sekali dan hendak melompat keluar dari kamar itu, namun tidak keburu. Sebelum ia tiba di pintu tadi, jala itu sudah menerkamnya dan ternyata bahwa itu bukanlah jala biasa melainkan jala yang terbuat daripada kawat-kawat baja yang lemas namun kuat sekali! Untuk beberapa lamanya, Loan Eng menjadi bingung dan gelagapan. Ia meronta-ronta ke sana ke mari di dalam jala, seperti seekor ikan emas dalam jala seorang nelayan. Makin keras Loan Eng meronta, makin erat pula jala baja itu menekan tubuhnya! Pendekar wanita ini lalu diam tak bergerak. Otaknya yang cerdik bekerja keras. Ia tidak boleh gugup menghadap bahaya ini, kemudian ia menggunakan pedangnya, digosokkan pada kawat jala seperti orang orang menggergaji. Dengan pengerahan tenaga lweekangnya, ia berhasil dan kawat itu putus! Loan Eng girang sekali dan bekerja terus. Tak lama kemudian, ia telah dapat membikin putus beberapa helai kawat jala dan kini ia akan mudah saja dapat menerobos keluar dari jala yang sudah bocor itu. Akan tetapi ia tidak mau keluar, bahkan memegangi bagian jala yang yang sudah rantas, karena ia mendengar suara orang mendatangi. Muncullah dari pintu depan dengan seorang anggota gerombolan yang tertawa-tawa. “Ha, ha, ha, aku dapat menangkap seekor ikan duyung!” serunya girang. “Aduh cantiknya! Manis, kalau kau berjanji mau menjadi biniku, aku akan melepaskan kau dari jala itu. Ha, ha, ha!” Akan tetapi tiba-tiba dia menjadi pucat dan selanjutnya dia takkan dapat tertawa atau menangis lagi karena pada saat dia tertawa tadi, Loan Eng sudah menerobos keluar dan sekali pedangnya berkelebat, tubuh anggota gerombolan ini sudah putus menjadi dua bagian pinggangnya! Dengan marah sekali Loan Eng lalu menendang pintu dalam kamar itu yang menjadi pecah dan terbuka. Di situ ia melihat pemandangan yang bikin alisnya terangkat naik dan giginya digigitkan. Ternyata dibalik pintu itu adalah sebuah ruangan yang luas dan di seberang sana ia melihat seorang wanita yang pakaiannya cobak-cabik sedang di seret-seret oleh Sin Houw, kepala perampok kedua. Wanita itu masih muda sekali, mukanya pucat dan air matanya mengalir membasahi pipinya. Rambutnya yang hitam panjang itu terurai dan kini dijambak oleh Sin Houw yang menyeretnya ke arah lain. “Jahanam keparat!” Loan Eng memaki dan cepat ia berlari mengejar. Akan tetapi, celaka sekali baginya! Tidak tahunya bahwa Sin Houw sengaja berlaku kejam kepada wanita itu, yakni seorang di antara banyak wanita yang diculik oleh gerombolan, hanya dengan maksud agar Loan Eng menjadi marah, kurang hati-hati dan mengejarnya. Ketika pendekar wanita ini berlari mengejar sampai di tengah-tengah ruangan itu, tiba-tiba permadani yang diinjaknya menyeplos ke bawah! Di situ tidak ada lantainya sama sekali dan merupakan lobang yang besarnya ada sepuluh kaki segi empat dan dalam sekali, hanya ditutupi luarnya dengan permadani tebal. Tentu saja kalau diinjak lalu nyeplos ke bawah berikut permadaninya! Bukan main kagetnya hati Loan Eng, bukan karena kejatuhan itu, melainkan karena yang menerima tubuhnya di bawah adalah air yang dingin! Ia masih berusaha berpegang pada permadani yang tebal dan lebar itu, akan tetapi permadani itu berat sekali dan setelah terkena air, terus saja tenggelam! Loan Eng terpaksa cepat-cepat melepaskan pegangannya dan merasa betapa tubuhnya akan tenggelam terus. Bukan main dalamnya sumur yang lebar sekali ini dan ia tidak pandai berenang! Pada saat itu, air bergolak dan permadani tadi sudah tenggelam, kini tersembul kembali dengan cepatnya. Air muncrat tinggi dan pucatlah muka Loan Eng ketika melihat ujung ekor ikan yang besar! Ternyata bahwa di dalam sumur lebar itu hidup seekor ikan yang besar dan tadi menjadi marah karena permadani itu tenggelam. Sekarang ikan itu mengamuk dan menyerang permadani tadi. Terdengar suara kain robek dan sebentar saja permadani itu cobak-cabik. Ketika Loan Eng merasa tubuhnya hampir tenggelam, pendekar wanita ini menendang-nendangkan kedua kakinya ke bawah dan mumbul kembalilah dia. Cepat ia mengerahkan tenaganya menusuk dinding sumur dengan pedangnya yang tak pernah lepas dari tangannya. Biarpun dinding sumur itu berbatu dan keras, namun pedang Loan Eng dengan mudah menancap sampai setengahnya. Kini nyonya muda itu mempunyai pegangan, yakni gagang pedangnya dan karena tubuh di dalam air menjadi ringan sekali, maka ia dapat mengambang sambil berpegang pada pedangnya. Akan tetapi, setelah bahaya tenggelam tertolong, kini datang bahaya yang lebih hebat lagi, yaitu ikan itu! Beberapa kali kepala ikan tersembul dan ngeri sekali hati Loan Eng melihatnya. Ikan itu di depan mulutnya mempunyai sebatang senjata runcing seperti tombak dan tahulah Loan Eng bahwa itu ikan cucut yang jahat dan suka makan orang! “Celaka,” pikirnya dengan hati berdebar. Kalau ia berada di darat, biarpun ada sepuluh ekor binatang macam ini, ia takkan merasa jerih. Akan tetapi, karena ia tidak berdaya dan di dalam air kepandaiannya tiada gunanya lagi, tentu saja bahaya yang kini ia hadapi adalah bahaya maut yang sukar dielakkan lagi. “Betapapun juga, aku harus dapat melawannya,” pikir Loan Eng dengan gemas. Cepat nyonya muda ini mengerahkan tenaga lweekangnya dan dengan tangan kiri berpegang pada gagang pedang, jari-jari tangan kanannya ditusukkan kepada dinding sumur. Hebat juga tenaga lweekang nyonya ini karena biarpun ia merasa ujung jari-jari tangannya sakit, namun ia berhasil mencengkeram dinding itu dan membuat lobang di mana ia bisa memegang atau menjadikan sebagai tempat tangannya berpegang pada lekukan lobang. Lalu ia cepat mencabut pedang dengan tangan kanan karena ia melihat air berombak dan ikan itu muncul lagi! Bukan main dahsyatnya ikan itu. Panjangnya ada empat kaki dan kini ia menjadi marah sekali. Ketika ia melihat seorang manusia terapung, ia lalu menyerang dengan tombak di depan mulutnya dengan kecepatan luar biasa! Loan Eng sudah bersiap sedia dan cepat ia menggerakkan pedangnya menangkis tombak itu. Ia merasa seluruh lengannya kaku tergetar saking kuatnya ikan itu menyeleweng. Akan tetapi ia tidak mengira bahwa ikan itu benar-benar cerdik, karena berbareng dengan memutarnya tubuhnya karena tangkisan tadi, ekornya menyabet ke depan! Sebetulnya, serangan ini bagi Loan Eng tidak hebat sekali, yang celaka adalah air yang muncrat ke arah mukanya sehingga dia sukar membuka mata! Akan tetapi, nyonya ini masih sempat menggerakkan pedang, diputar depannya dan ketika ekor itu menyabet, terlukalah tubuh ikan itu oleh ujung pedang yang runcing tajam. Namun, berbareng dengan tubuh ikan yang meronta kesakitan, terdengar suara kain yang memberebet dan pecahlah ujung lengan baju Loan Eng terkena sambaran ekor. Hebat sekali karena ujung lengan baju itu membelit pada ekor sehingga ketika ikan itu meluncur pergi, terdengar suara kain terobek dan robek semuanya pakaian Loan Eng bagian atas! Pendekar wanita ini bingung sekali. Bajunya terlepas dan terobek dari tubuhnya, terbawa oleh ikan itu sehingga tubuhnya bagian atas hanya tertutup oleh pakaian dalam yang sempit dan tipis sehingga ia dalam keadaan setengah telanjang. “Bedebah! Kau harus mampus!” seru Loan Eng dengan marah sekali, akan tetapi berbareng ia pun menjadi merah mukanya saking malu dan jengah. Seandainya ia tertolong dan dapat keluar dari sumur ini, bagaimana ia berani bertemu dengan orang? Ikan itu kini tidak berani menyerang, tubuhnya berputar-putar karena ekornya terasa sakit sekali. Air sumur itu mulai menjadi kemerahan karena darahnya dan Loan Eng hampir menjadi pingsan oleh bau amis yang memuakkan perutnya. Ia mengincar dan bersiap-siap. Ketika ikan itu berenang berputaran dan dekat dengan dia, cepat sekali pedangnya ia gerakkan ke arah perut, menusuk kuat-kuat lalu menggerakkan pedang ke belakang tubuh ikan sehingga perut itu terbelah! Ikan itu meronta-ronta hebat sekali, air muncrat dan tubuh Loan Eng bergerak-gerak karena gelombang air. Akan tetapi hanya sebentar karena perut ikan itu telah terbuka dan isi perutnya berhamburan keluar. Matilah binantang itu. Akan tetapi, air menjadi makin merah dan bau amis tak tertahankan lagi. Ia mengeluh dan pegangannya pada lobang di dinding sumur makin mengendur. Ia masih ingat untuk menancapkan pedang pada dinding sekuatnya dan kini ia dapat berpegang pada gagang pedang lagi. Demikianlah, pendekar wanita ini bergantung pada gagang pedang dalam keadaan setengah pingsan. Ia mulai putus asa karena tidak melihat jalan keluar sama sekali. Tubuhnya kedinginan, karena dalam keadaan setengah telanjang itu, air yang dingin bagaikan menyusup ke dalam tulang-tulangnya. Pada saat yang amat berbahaya ini, tiba-tiba dari atas sumur terayun sehelai tambang dan terdengar suara orang. “He, kawan yang berada di bawah. Lekas berpegang pada tambang!” Pikiran Loan Eng sudah nanar dan pening. Ia tidak teringat akan apa-apa lagi tidak ingat akan keadaan tubuhnya yang setengah telanjang. Melihat tambang terayun di dekatnya, ia cepat menyambar, mencabut pedangnya dan bergantung pada tambang itu. Bau amis membuat dia muak dan lemah sehingga ia tidak kuasa lagi untuk merayap melalui tambang. Perlahan-lahan, tambang itu ditarik orang ke atas dan setibanya di lantai dalam ruang di mana ia tadi terjeblos, Loan Eng yang sudah pening sekali melihat wajah seorang pemuda yang tampan. Ia mempertahankan rasa muaknya, akan tetapi tak tertahankan lagi dan ia muntah-muntah lalu tak sadarkan diri. Akan tetapi tidak lama ia jatuh pingsan. Ketika ia membuka mata kembali, cepat ia melompat dan pada saat ia melompat itu, terbukalah sehelai baju panjang yang tadi menutupi tubuhnya bagian atas dan dengan kaget Loan Eng melihat betapa tubuhnya bagian atas itu setengah telanjang! Bukan main kagetnya dan cepat-cepat ia menyambar baju panjang itu dan dikerobongkan pada tubuhnya kembali. Ia menengok dan melihat seorang lelaki berdiri tak jauh dari situ sambil memandangnya dengan senyum! “Loan Eng, baiknya kau lekas sadar kembali. Aku sudah khawatir karena mereka itu masih mengancam keselamatan kita.” “Ohhh……..” Loan Eng terkejut sekali dan mukanya menjadi merah seperti kepiting direbus. “Kau……Ong Kiat…..? Bagaimana kau bisa berada di sini…..?” Orang muda itu tersenyum lagi, wajahnya tampan dan bagi Loan Eng, tidak ada perubahan pada wajah yang dikenalnya baik-baik semenjak masa kanak-kanak itu. “Tiada waktu bicara sekarang, Loan Eng. Lekas kau pakai pakaian kering ini dan kita bersiap menghadapi mereka!” Sambil berkata demikian, Ong Kiat lalu melemparkan segulung pakaian wanita kepada Loan Eng, kemudian dia membalikkan tubuhnya, membelakangi Loan Eng. Makin merah muka Loan Eng. Kalau bukan Ong Kiat yang sudah dipercaya penuh, ia tidak sudi berganti pakaian di dekat orang laki-laki, sungguhpun laki-laki itu telah berdiri membelakanginya. Namun, ia harus berganti pakaian, karena kalau nanti bertempur melawan gerombolan, bagaimana ia dapat bergerak dengan baju panjang yang mengerobongi tubuhnya yang setengah telanjang itu? Cepat-cepat ia membuka semua pakaiannya dan kalau ada perlombaan berganti pakaian pada waktu itu, pasti Loan Eng akan menjadi juaranya. Demikian cepatnya ia berganti pakaian! ... “Jadi kaukah orang yang menolongku dari sumur tadi?” tanyanya perlahan. “Tiada harganya untuk disebut-sebut, Loan Eng. Kau tahu bahwa aku bersiap sedia selalu untuk membelamu dengan taruhan nyawa sekalipun!” Berdebar jantung janda muda itu dan ia memeras rambutnya lalu digelungnya. “Punyamukah jubah panjang ini, Ong Kiat?” “Ya, aku melihat kau…..kau kedinginan, maka aku kerobongkan baju luarku.” Dengan muka terasa panas biarpun masih basah oleh air, Loan Eng mengerling ke arah punggung orang muda itu. “Dan…kau…..kau melihat…..” “Apa, Loan Eng?” “…….tidak apa-apa! Aku sudah selesai berpakaian, Ong Kiat!” Orang muda itu memutar tubuhnya dan mereka saling pandang. “Ah, kau tidak berubah, Loan Eng. Masih seperti dulu.” “Siapa bilang tidak berubah? Aku sekarang sudah tua.” “Kau keliru! Setiap orang akan dapat mengatakan bahwa kau tiada ubahnya seorang gadis berusia tujuh belas tahun saja. Sungguh, kau tidak berubah, Loan Eng.” “Kau pun tidak berubah, Ong Kiat, yakni…. watakmu, masih baik seperti dulu.” “Jadi keadaan jasmaniku berubah dalam pandanganmu?” “Hanya pakaianmu!” Ong Kiat tertawa dan biarpun usianya sudah hampir tiga puluh tahun, ketika tertawa dia nampak masih muda sekali. “Memang aku telah menjadi piauwsu pengantar dan pengawal barang kiriman dan aku tinggal di kota Hak-keng, tidak jauh dari sini.” Percakapan mereka terhenti karena terdengar suara orang dan dan tindakan kaki. “Akan kubasmi semua gerombolan anjing itu!” kata Loan Eng perlahan dan tanpa berjanji dulu, kedua orang ini lalu melompat menerjang ke arah pintu, keluar dari ruangan itu. Alangkah kagetnya Sin Sai dan Sin Houw yang memimpin orang-orangnya ketika melihat dua orang itu. Mereka tidak mengira bahwa Loan Eng sudah dapat keluar dari sumur itu. Namun Loan Eng dan Ong Kiat tidak memberi kesempatan lagi kepada mereka untuk berheran-heran lebih lama lagi karena Loan Eng sudah menggerakkan pedangnya dan menerjang dengan hebat sekali. Juga Ong Kiat telah menerjang dengan goloknya yang terkenal karena dia adalah anak murid Thian-san-pai yang berkepandaian tinggi. Hebat sekali sepak terjang kedua orang muda yang marah ini. Terutama sekali Loan Eng. Pendekar wanita ini mengarahkan serangannya khusus kepada Sin Sai dan Sin Houw yang mengeroyoknya, sedangkan Ong Kiat dengan enaknya membabati anak buah gerombolan yang segera roboh sambil menjerit kesakitan. Hanya dalam waktu tiga puluh jurus saja, berturut-turut Sin Sai dan Sin Houw roboh dan tewas di ujung pedang Loan Eng, kemudian bersama Ong Kiat ia membasmi semua anak buah gerombolan. Tak seorangpun dapat melarikan diri. Ong Kiat lalu mengajak Loan Eng menyerbu ke dalam gedung itu. Mereka membebaskan orang-orang wanita yang tadinya diculik oleh gerombolan itu dan jumlah mereka semua adalah sembilan orang, penduduk dusun-dusun dan juga ada dua orang berasal dari kota Hak-keng. Ong Kiat mengumpulkan barang-barang kawalannya yang tadinya dirampok oleh gerombolan itu. Ia tidak mau mengambil lain barang berharga untuk keperluannya sendiri, bahkan lalu membagi-bagikan barang-barang lainnya kepada sembilan orang wanita itu yang berlutut di depan Loan Eng dan Ong Kiat sambil menghaturkan terima kasih. Lalu mereka membakar gudang sarang gerombolan itu dan kedua orang gagah ini mengantar sembilan orang wanita itu menuju Hak-keng. Tak perlu kiranya diceritakan betapa dua orang muda pendekar ini disambut dengan penuh kegembiraan dan rasa terima kasih oleh keluarga para korban itu. Terutama sekali Ong Kiat yang memang sudah terkenal di kota Hak-keng sebagai seorang pendekar yang budiman, mendapat sambutan hangat, bahkan kepala daerah di Hak-keng memberi gelar Hak-keng taihiap kepadanya. Kemudian, di ruang tamu di rumah Ong Kiat, dua orang pendekar itu duduk menghadap arak. Loan Eng merasa terharu melihat betapa keadaan rumah bekas kawannya ini sunyi saja, hanya ada dua orang pelayan wanita tua yang mengurus rumah tangga. “Ong Kiat, di mana orang tuamu?” Ong Kiat menarik napas panjang. “Mereka telah meninggal dunia ketika di kota ini mengamuk wabah penyakit.” “Dan kau hidup sebatang kara?” Ong Kiat mengangguk. “Apakah kau tidak…… tidak beristri?” Mendengar pertanyaan ini, merahlah wajah Ong Kiat dan dia menjawab agak kasar, “Loan Eng, kaukira aku laki-laki macam apakah? Selama hidup, aku takkan melanggar sumpahku!” Kini Loan Eng menghela napas sambil menundukkan mukanya. Ia masih ingat baik-baik akan sumpah Ong Kiat, bahwa pemuda ini tidak akan menikah dengan lain orang wanita kecuali denganThio Loan Eng yang sudah dijodohkan oleh orang tuanya kepada Bun Liok Si! “Loan Eng, kau baik-baik saja selama ini? Bahagiakah hidupmu?” “Ah, Ong Kiat. Kau tidak tahu. Aku adalah seorang yang paling berdosa, seorang istri yang tidak baik. Aku…… aku telah membunuh suamiku sendiri.” Akan tetapi Ong Kiat tidak heran mendengar ini. “Aku sudah tahu, Loan Eng. Aku sudah mendengar tentang semua keadaanmu.” Kemudian untuk menggembirakan suasana, dia bertanya. “Ah, ya, bagaimana dengan puterimu? Sudah besarkah?” Berseri wajah Loan Eng. “Kalau tidak ada puteriku, agaknya aku takkan ada di dunia ini.” Setelah berhenti sebentar, Loan Eng lalu mengubah percakapan yang tidak enak itu. “Ong Kiat, bagaimana kau bisa berada di sarang gerombolan itu dan kebetulan sekali menolongku keluar dari dalam sumur?” Ong Kiat lalu bercerita. Telah beberapa tahun dia menjadi piauwsu dan karena gagahnya dan jujurnya, maka dia dipercaya penuh oleh banyak pedagang dan bangsawan. Pada suatu hari, pembantu-pembantunya mengantarkan barang-barang berharga dari seorang bangsawan dan barang-barang itu harus di antarkan ke kota raja. Pada waktu itu, Ong Kiat tidak berada di Hak-keng karena piauwsu muda ini sedang mengantar seorang keluarga, yang melakukan perjalanan jauh. Ketika dia datang di Hak-keng kembali, dia mendengar bahwa barang kiriman itu dirampok oleh gerombolan di dalam hutan itu. Marahlah Ong Kiat dan seorang diri saja dia lalu membawa goloknya melakukan penyelidikan. Melihat gerombolan itu terdiri dari dua puluh orang lebih, ia lalu melakukan pembakaran pada bagian belakang gedung itu, tidak tahu bahwa Loan Eng sudah menyerbu masuk ke dalam. Ong Kiat maklum akan kelihaian gerombolan ini, karena dia tahu bahwa bekas kelenteng ini memang mempunyai banyak bagian-bagian rahasia. Kemudian dia merobohkan beberapa orang anggota gerombolan dan menyerbu ke dalam. Ia datang pada saat yang tepat karena dia melihat empat orang gerombolan mengintai dari pintu sebuah ruangan besar, di mana terdapat sumur rahasia itu. Ia merobohkan dua orang anggota gerombolan dan yang dua lagi lari keluar. Maka tepat sekali kedatangannya dan dia masih sempat menolong Loan Eng dari bahaya maut. Ia tadinya tidak tahu bahwa orang yang terjebak adalah Loan Eng, wanita satu-satunya di dunia ini yang menjadi pujaan kalbunya. Melihat keadaan Loan Eng cepat Ong Kiat mengerobongi tubuh wanita yang dikasihinya ini dengan baju luarnya, kemudian dia menyerbu ke dalam kamar belakang dan minta sesetel pakaian dari seorang wanita tawanan untuk diberikan kepada Loan Eng setelah pendekar manita ini siuman kembali. Mendengar penuturan Ong Kiat, Loan Eng berkata kagum, “Tak kusangka bahwa kepandaianmu telah maju demikian hebatnya, Ong Kiat.” “Ah, mana bisa di bandingkan dengan ilmu pedangmu?” jawab Ong Kiat merendah, kemudian dengan wajah bersungguh-sungguh dia berkata, “Loan Eng, setelah kau sekarang menjadi janda, hidup berdua dengan puterimu, adakah harapan kiranya bagiku untuk membantumu mendidik puterimu itu? Aku akan menganggap sebagai anakku sendiri, Loan Eng.” Sambil berkata demikian, dia menatap wajah bekas kawannya itu dengan penuh harapan. Loan Eng tertegun dan menundukkan mukanya yang menjadi merah! Terus terang saja, dahulu sebelum ia dijodohkan dengan Bun Liok Si, diam-diam ia juga merasa suka kepada Ong Kiat, kawan mainnya semenjak ia kecil. Setelah mulai dewasa rasa suka ini menjadi perasaan cinta kasih yang terpendam. Akan tetapi, setelah menjadi istri Bun Liok Si, perasaan terhadap Ong Kiat ini diusirnya jauh-jauh, dan tidak pernah dipikirkannya lagi. Sebagai seorang istri, ia harus mencinta suaminya dan harus bersetia lahir dan batin! Biarpun suaminya telah meninggal dunia, namun andaikata ia tidak bertemu Ong Kiat, agaknya selama hidupnya ia pun tidak akan mengingat lagi kepada bekas kawan itu. Akan tetapi, nasib agaknya menghendaki lain, karena dalam keadaan yang amat tidak tersangka-sangka, ia bertemu dengan pemuda ini. Dan lebih hebat lagi, ternyata bahwa Ong Kiat masih setia dan tidak mau menikah dengan wanita lain, bahkan sekarang mengajukan pinangan kepadanya! Dapat dibayangkan betapa gelisah dan bingungnya hati Loan Eng menghadapi pinangan pemuda ini. Ia maklum akan kemuliaan hati dan kebaikan watak Ong Kiat, dan ia berani memastikan bahwa andaikata ia menerima pinangan ini, ia akan dapat hidup beruntung, dan juga puterinya, Sui Ceng, pasti akan menemukan seorang ayah tiri yang jauh lebih baik adat wataknya daripada ayahnya sendiri yang sudah meninggal! Akan tetapi….. hatinya masih terasa berat untuk menerima pinangan ini. Memang, di Tiongkok pada masa itu, adalah merupakan hal yang langka dan tidak mungkin bagi seorang janda, apalagi sudah mempunyai anak, untuk menikah lagi. Melihat sampai sekian lamanya Loan Eng tidak menjawab dan menunduk saja dengan muka sebentar merah sebentar pucat, Ong Kiat lalu bertanya, dengan nada mendesak. “Loan Eng, bagaimana jawabmu? Apakah masih juga aku tidak mempunyai harapan?” Loan Eng mengangkat mukanya memandang dan Ong Kiat melihat betapa sepasang mata yang bening itu menjadi basah. “Ong Kiat, bagaimana aku harus menjawabmu? Aku tidak ingin menyakitimu, tidak ingin mengecewakanmu, kau begitu baik…. Sedangkan aku……” “Hush Loan Eng, jangan ucapkan kata-kata seperti itu. Aku bukan seorang anak-anak lagi. Marilah kita bicara dengan tenang, tidak baik kalau orang-orang yang sudah banyak menderita seperti kita ini masih dapat dikuasai oleh nafsu.” Mendengar ucapan ini, legalah Loan Eng. Ia mengangkat mukanya lagi dan kini ia memandang dengan berani. Pandangan matanya penuh kekaguman. “Loan Eng, aku dapat menduga isi hatimu. Kau tentu suka sekali menerima pinanganku, akan tetapi kau merasa tidak enak, sebagai seorang janda muda menikah lagi, bukan?” Loan Eng mengangguk, “Bukan cuma itu, Ong Kiat. Aku telah membunuh suamiku sendiri karena dia menyeleweng karena cemburu. Kalau sekarang aku menikah lagi dengan kau, apakah orang lain tidak akan mengatakan bahwa aku sengaja membunuh suamiku untuk dapat menikah lagi dengan orang lain?” Ong Kiat mengerutkan keningnya, beralasan juga kata-kata wanita yang dicintainya ini. “Akan tetapi, Loan Eng. Dalam hal pembentukan rumah tangga, suara orang luar itu hanya mendatangkan kerusakan belaka. Apa sangkut pautnya orang lain dengan kita? Pula, hendak kulihat, siapa orang-orangnya yang berani mencacimu? Pendeknya begini, Loan Eng. Kau pulanglah dan pikirkanlah masak-masak. Aku tidak terburu-buru dan masih tetap bersabar, karena bertahun-tahun aku menanti, bahkan aku telah mengambil keputusan takkan menikah dengan orang lain. Masa aku tidak dapat bersabar menanti sampai kau dapat mengambil keputusan? Ingatlah selalu, bahwa di Hak-keng, aku selalu menanti kedatanganmu dan anakmu.” Demikianlah, Loan Eng lalu pulang ke Tun-hang dengan berat hati dan ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Dan dalam perjalanan pulang inilah ia bertemu dan menolong Lu Kwan Cu dari tangan Tauw-cai-houw sebagaimana telah dituturkan di bagian depan. Kemudian terjadi peristiwa penculikan Sui Ceng oleh anak buah suaminya, yakni anggota-anggota Sin-to-pang. Melihat keadaan ini, ngerilah hati Loan Eng. Ia takut kalau-kalau puterinya yang hanya satu-satunya dan yang amat dikasihinya itu akan benar-benar menjadi ketua dari Sin-to-pang! Maka ia lalu membawa pergi puterinya, meninggalkan Lu Kwan Cu. ... Ke manakah perginya Loan Eng dan Sui Ceng? Mudah diduga. Ke mana lagi kalau tidak ke Hak-keng, ke tempat tinggal Ong Kiat, satu-satunya orang di dunia ini yang menjadi harapan Loan Eng. Bukan demi rasa cintanya kepada Ong Kiat maka ia datang kepada piauwsu muda itu, melainkan karena ia bingung bagaimana harus mendidik Sui Ceng tanpa ayah. Ia tahu bahwa di samping Ong Kiat, ia akan merasa kuat dan tabah, dan Sui Ceng akan mendapatkan rumah tangga yang kokoh kuat dan berbahagia. Ong Kiat menerima mereka dengan girang bukan main. Pernikahan dilangsungkan secara sederhana sekali. Ong Kiat hanya mengundang kawan-kawan dan kenalan-kenalan yang dekat, dan upacara pernikahan hanya cukup dengan sembahyang dan disaksikan oleh para tamu. Akan tetapi, dalam upacara ini, terjadilah hal yang sangat hebat sekali. Selagi para tamu bergembira-ria minum arak dan makan hidangan, sedangkan Loan Eng telah kembali ke kamarnya, tiba-tiba dari luar datang seorang tokouw pendekar wanita yang tua akan tetapi berwajah keren sekali. Pendeta wanita ini memegang sebatang cambuk berbulu sembilan. Dia bukan lain adalah Kiu-bwe Coa-li, tokoh besar kedua dari selatan! Pada waktu itu, Loan Eng sedang memeluk puterinya, sambil menangis terisak-isak. Selama dilakukan upacara pernikahan, Sui Ceng tidak mau keluar dari kamar dan anak ini marah-marah saja dan menangis. “Ibu, kau terlalu! Mengapa menikah dengan Paman Ong Kiat?” demikian berkali-kali anak kecil ini menegur ibunya dengan muka cemberut. “Sst, anakku. Bukankah paman Ong amat baik? Dia akan menjadi ayahmu yang baik sekali.” “Ah, aku tidak suka, Ibu. Ayahku ketua dari Sin-to-pang, baik mati atau hidup dia tetap ayahku!” Mendengar ucapan ini, Loan Eng memeluk puterinya dan menangis. Ia tidak harus berbuat dan berkata bagaimana. Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di bagian luar. Suaminya masih melayani tamu di depan, maka mendengar suara ribut-ribut itu, Loan Eng lalu melepaskan penutup kepalanya, dan memang ia berpakaian sederhana. Kemudian ia lalu bertindak keluar, meninggalkan puterinya yang masih berbaring menangis di atas tempat tidur. Ketika Loan Eng tiba di luar, ia terkejut sekali. Ia melihat seorang tokouw dikelilingi oleh banyak tamu dan suaminya menghadapi tokouw itu dengan marah-marah. “Suthai, kau terlalu sekali! Bagaimana kau bisa minta begitu saja anak orang. Harap kau jangan mengganggu kami, Suthai. Kesalahan apakah yang telah kami lakukan sehingga kau datang-datang hendak mengacau?” Mendengar ucapan suaminya, Loan Eng terkejut sekali dan ia berseru keras, “Ong Kiat, jangan kurang ajar……!” Semua orang terkejut dan lebih-lebih heran mereka ketika melihat betapa Loan Eng berlari setelah tiba di depan tokouw itu, Loan Eng lalu menjatuhkan diri berlutut di depannya dan mengangguk-anggukkan kepala. “Teecu mengaku salah, harap Locianpwe sudi memberi maaf kepada teecu sekalian…….” katanya dengan suara amat menghormat. Kiu-bwe Coa-li tersenyum dan lenyaplah kekakuan pada mukanya. “Hm, Loang Eng, kau masih muda, tentu saja kau ingin berumah tangga lagi. Pinni bukan datang hendak mengganggu, hanya untuk minta anakmu, karena bukankah dia hanya mengganggu kebahagiaanmu saja?” Pada saat itu, Sui Ceng sudah muncul pula, karena anak ini tadi mengejar ibunya. Melihat tokouw itu, Sui Ceng tertegun. Mengapa ibunya berlutut di depan tokouw aneh ini? Sementara itu Kiu-bwe Coa-li ketika melihat Sui Ceng, lalu menggerakkan cambuknya. Dua helai bulu cambuknya itu melayang dan tahu-tahu telah melibat tubuh Sui Ceng. Sekali betot saja, tubuh anak itu telah melayang ke arahnya dan diterima terus di pondong oleh pendeta wanita itu. Sui Ceng bersorak girang. “Hebat, hebat! Kau lihai sekali, Suthai,” kata Sui Ceng. Kiu-bwe Coa-li tertawa. “Mau kau ikut aku belajar silat? Di sini kau hanya mengganggu ibumu yang sedang bersenang-senang!” Sui Ceng memandang kepada ibunya yang berlutut, kemudian memandangi Ong Kiat yang berdiri di dekat situ, lalu ia memandang kembali kepada Kiu-bwe Coa-li dan menganggukkan kepalanya. “Aku ingin belajar silat, karena aku adalah ketua dari Sin-to-pang. Aku harus lihai!” “Bagus, hayo ikut aku pergi!” Sambil berkata demikian, Kiu-bwe Coa-li membawa Sui Ceng. “Sui Ceng….!” Loan Eng mengeluh akan tetapi tidak berani mengejar. Tokouw itu menengok dan berkata dengan suara keren, “Loan Eng, apa kau tidak rela memberikan anakmu sebagai muridku?” “Bukan tidak rela, hanya teecu berat berpisah dari dia…..” jawab ibu ini. Kiu-bwe Coa-ii tertawa mengejek. “Bukankah kau sudah mendapatkan suami baru? Dia yang akan menghiburmu dan kau akan lupa kepada anakmu!”. “Suthai, kau terlalu sekali!” Ong Kiat membentak. “Kembalikan Sui Ceng kepada kami!” Piauwsu muda ini lalu melompat mengejar dan menubruk, hendak marampas Sui Ceng. “Ong Kiat, jangan…!” Loan Eng memberi peringatan, namun terlambat. Begitu Kiu-bwe Coa-li menggerakkan tangannya, tubuh Ong Kiat terpental ke belakang bagaikan tertiup angin puyuh. “Hm, kalau tidak ingat kau seorang pengantin baru, tentu kau sudah menggeletak tak bernyawa pula!” kata Kiu-bwe Coa-li dan sekali ia menggerakkan tubuhnya, lenyaplah bayangan bersama Sui-Ceng. Loan Eng menangis, dipeluk dan dihibur oleh suaminya yang masih terheran-heran bagaimana dia tadi sampai terpental ke belakang, karena dia tidak dapat melihat tangkisan atau serangan wanita tua yang lihai itu. “Sudahlah, Loan Eng. Tak perlu kita bersedih terus. Bukankah Sui Ceng berada dalam tangan orang sakti? Ia akan menerima latihan ilmu silat yang luar biasa. Guru-guruku sendiri di Thian-san tak mungkin dapat menandingi kelihaian nenek tadi. Siapakah dia itu?” Setelah menyusut air matanya dan dapat menentramkan hatinya, Loan Eng berkata, ”Tidak tahukah kau siapa dia? Dia adalah Kiu-bwe Coa-li!” “Ayaaa…….! Pantas saja ia demikian lihai dan aneh. Baiknya ia masih tidak berlaku kejam padaku, kalau tidak demikian, bagaimana aku masih bisa hidup?” kata Ong Kiat. “Dia telah beberapa kali menolongku dan aku percaya bahwa anakku tentu akan aman di dalam pendidikannya, akan tetapi, bagaimana aku bisa senang ditinggalkan oleh anakku?” Loan Eng mengeluh sedih. Ong Kiat menghiburnya dengan penuh cinta kasih dan perhatian sehingga lambat-laun dapat juga Loan Eng mengatasi kedukaannya. Demikianlah keadaan dan pengalaman Loan Eng sehingga Kiu-bwe Coa-li dapat muncul memperebutkan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng bersama Bun Sui Ceng yang telah menjadi muridnya. ** Sekarang baik kita mengikuti pengalaman dan perjalanan Lu Kwan Cu lebih lanjut. Sambil melakukan perjalanan menuju ke Gunung Liang-san untuk mencari peninggalan buku-buku dari Gui Tin, Lu Kwan Cu mulai menerima pelajaran ilmu silat dari gurunya, yakni Ang-bin Sin-kai Lu Sin. Ang-bin Sin-kai melihat bakat yang amat baik dalam diri muridnya, maka dia tidak berlaku kepalang tanggung dalam melatih ilmu silat. Ia melatih bhesi dan gerakan kaki dengan amat cermat, sehingga dalam beberapa bulan, dia masih belum memberi pelajaran ilmu pukulan, melainkan ilmu pelajaran pasang kuda-kuda kaki dan mengatur tenaga dalam kedudukan badan. Selain itu, dia memberi pelajaran cara bersiulian dan mengatur napas. Biarpun pelajaran ini menjemukan dan tidak menarik hati, namun Kwan Cu mempelajari dan melatih diri dengan amat tekun. Tubuhnya telah kehilangan tenaga lweekang yang dilatihnya menurut petunjuk kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng yang palsu, maka boleh dibilang dia mulai melatih diri dari tingkat bawah lagi. Akan tetapi, dalam hal latihan ginkang dan ilmu lari cepat, Kwan Cu benar-benar mendapat kemajuan pesat sekali. Hal ini adalah karena perjalanan itu sendiri merupakan latihan yang terus-menerus baginya. Tanpa memberitahukan muridnya, makin lama Ang-bin Sin-kai makin cepat menggerakkan kedua kakinya sehingga secara otomatis, ilmu lari cepat Kwan Cu maju pesat sekali. Kadang-kadang, di waktu melompati jurang-jurang kecil, kakek ini tidak membantu Kwan Cu dalam melompati jurang-jurang makin hebat dan makin lebarlah jurang yang dapat dilompatinya. Pada suatu hari, mereka mengaso di dalam sebuah hutan. Ang-bin Sin-kai tidur mendengkur sambil bersandar pada sebatang pohon besar. Kwan Cu berjalan di dalam hutan mencari bahan makan siang. Ia tahu bahwa suhunya doyan sekali makan daging kelinci panggang, maka dia mencari-cari binatang itu untuk ditangkapnya. Setelah mencari beberapa lama, akhirnya dia melihat seekor kelinci gemuk yang menggerak-gerakkan kedua telinganya dengan lucu sekali. Kelinci itu pun mendengar kedatangannya, dan cepat sekali binatang ini melompat ke dalam semak-semak. Kwan Cu mengejarnya dan mengambil beberapa potong batu kecil. Di goyang-goyangnya rumpun di mana kelinci itu bersembunyi. Binatang ini menjadi ketakutan dan melompat keluar lalu berlari cepat. Akan tetapi Kwan Cu lebih cepat gerakannya dan tangannya menyambar. Sebuah batu kecil meluncur ke arah binatang itu. Kwan Cu merasa yakin bahwa sambitannya pasti akan mengenai sasaran, karena dia telah mempelajari Pek-po-coa-yang Ilmu Timpuk Tepat Dalam Jarak Seratus Kaki. Akan tetapi, ketika batu itu sudah menyambar dekat dengan tubuh kelinci, tiba-tiba dari lain jurusan, menyambar sebutir batu bundar yang meluncur cepat sekali dan membentur batu yang disambitkan Kwan Cu. Kwan Cu terkejut dan juga heran sekali. Ia menoleh ke sana ke mari namun tidak melihat orang. Kelinci itu sudah berlari pergi dan sebentar saja lenyap. “Binatang yang begitu lucu mengapa harus dibunuh?” terdengar suara nyaring menegur dan tiba-tiba melompatlah bayangan seorang anak kecil keluar dari balik sebatang pohon besar. Ketika Kwan Cu memandang, ternyata bahwa anak itu adalah The Kun Beng, murid kedua dari Pak-lo-sian Siangkoan Hai! Kun Beng keluar sambil tersenyum-senyum ramah dan wajahnya yang tampan tampak menarik sekali. Kwan Cu tidak menjadi marah kehilangan kelincinya. “Maksudku bukan untuk membunuh, akan tetapi makan dagingnya,” bantahnya sambil tersenyum juga. Kun Beng membelalakkan kedua matanya. “Apa bedanya? Bukankah makan dagingnya berarti membunuh juga?” Dengan wajah sungguh-sungguh, Kwan Cu menggeleng kepalanya. “Jauh sekali bedanya! Membunuh karena marah dan mata gelap, itu bodoh namanya. Membunuh untuk memuaskan hati dan memperlihatkan keunggulan, itu kejam namanya. Akan tetapi membunuh untuk mengisi perut karena lapar, itu lain lagi, bukan membunuh lagi namanya!” Kun Beng tertegun. “Ah, lidahmu lemas sekali, Kawan. Ucapanmu itu benar-benar aku tidak mengerti maksudnya. Cara kau bicara seperti suhu saja, membingungkan. Bukan bicara anak-anak dan aku tidak suka. Lebih baik kita main gundu, lebih menggembirakan.” “Main gundu?” kini Kwan Cu yang terheran-heran. Anak aneh, datang-datang dan bertemu di tengah hutan mengajak main gundu! Pula, dia tidak bisa main gundu. Kun Beng mengeluarkan kelereng yang dipegangnya. Semua ada tujuh butir, terbuat daripada batu-batu hitam yang keras. “Sebetulnya harus delapan butir, akan tetapi yang sebutir tadi kupakai menolong nyawa kelinci,” kata Kun Beng sambil tertawa. “Akan tetapi tidak apa, pakai tujuh butir pun sudah cukup.” “Bagaimana cara memainkannya?” tanya Kwan Cu yang ikut pula berjongkok seperti Kun Beng. “Kau lihatlah baik-baik! Yang enam butir kulemparkan di atas tanah dan berpencaran, kemudian dengan sebutir ini aku membidik sehingga berganti-ganti dapat mengenai enam butir kelerang itu.” Sambil berkata demikian, Kun Beng lalu membidikkan sebutir kelereng dari jarak lima kaki. Kelereng itu meluncur dari tangannya dan menggelinding, dengan jitu sekali mengenai pertama, terus mental kepada kelereng kedua, ketiga dan seterusnya sampai enam butir kelereng itu itu terkena benturan semua! “Bagus!” kata Kwan Cu memuji, “Kau pandai sekali!” “Nah, yang berhasil membenturkan kelereng jagonya sampai mengenai enam yang lain, boleh main terus. Kalau tidak kena, baru kau boleh dapat giliran.” Demikianlah, dua orang anak-anak ini sambil berjongkok bermain gundu di tengah hutan! Akan tetapi karena tidak terlatih, tentu saja Kwan Cu kalah selalu. ... “Kau benar-benar pandai. Siapa sih namamu?’ “Namaku The Kun Beng. Aku sudah tahu namamu, Lu Kwan Cu, bukan?” Kwan Cu mengangguk. “Suhumu itu amat lihai dan terkenal. Suhuku sering kali memuji namanya. Dan suhengmu yang galak itu, siapa namanya?’ “Suheng bernama Gouw Swi Kiat, biarpun galak akan tetapi hatinya baik dan dia lihai mainkan sepasang kipas.” “Kau pun tentu lihai main kipas.” Kun Beng menggeleng kepalanya. “Aku lebih suka mainkan tombak dan pedang, terutama sekali tombak. Kau sendiri belajar apakah dari suhumu?” Kwan Cu menggelengkan kepalanya yang gundul. “Tidak belajar apa-apa, hanya belajar gerakan kaki saja. Eh, Kun Beng, kau mengapa bisa berada di tempat ini? Mana suhengmu dan suhumu?” “Mereka masih di belakang. Aku mendahului mereka masuk ke dalam hutan. Aku paling senang berada di dalam hutan, dikelilingi pohon-pohon besar dan daun-daun. Nah, itu dia suhengku datang.” Benar saja, Swi Kiat muncul dan datang-datang ia menegur sutenya. “Sute, kau terlalu sekali. Suhu menyuruh aku mencarimu di mana-mana hingga kucari sampai berputaran di dalam hutan ini. Eh, bukankah ini Lu Kwan Cu, bocah yang mengacaukan urusan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng itu?” tanyanya sambil memandang tajam kepada Kwan Cu. “Suheng, Kwan Cu kalah main kelereng denganku!” kata Kun Beng. “Main kelereng? Ah, kau seperti anak kecil saja. Mengapa tidak mengalahkan dalam dia main silat?” “Kwan Cu belum belajar silat, Suheng. Bagaimana bisa minta dia pibu mengadu kepandaian silat?” “Dia bohong! Mana bisa murid Ang-bin Sin-kai tidak mengerti ilmu silat? Hm, orang yang suka menyembunyikan kepandaiannya, dia mempunyai hati curang dan licik. Eh, Lu Kwan Cu, beranikah kau mengadu kepandaian dengan aku?” Gouw Swi Kiat menantang dengan sikap sombong. “Berani sih tentu saja berani. Takut atau tidak berani hanya bersarang dalam hati seorang bersalah, sedangkan aku tidak bersalah sesuatu terhadapmu. Akan tetapi, tentang mengadu kepandaian denganmu, apanya yang harus diadu? Aku tidak mempunyai kepandaian apa-apa,” jawab Kwan Cu sejujurnya. Memang, semenjak suhunya mengeluarkan semua tenaga yang dipelajarinya, dari kitab palsu, kini dia tidak mempunyai kepandaian silat sama sekali, kecuali ginkang dan lweekang yang masih dimiliki tanpa disadarinya. “Mulutmu lemas sekali seperti perempuan! Kau hanya mempergunakan lidahmu untuk mencari alasan, padahal sesungguhnya kau takut padaku. Hayo bilang saja kau takut!” Swi Kiat membentak sambil mengejek. “Aku tidak takut!” jawab Kwan Cu menggelengkan kepala. “Bagus, kalau begitu mari kita mengukur kepandaian!” Sebelum Kwan Cu sempat menjawab, Swi Kiat sudah menyerang dengan pukulan tangan kiri ke arah dada! Biarpun belum menerima latihan ilmu pukulan dari suhunya, namun Kwan Cu sudah mempelajari cara pergerakan kaki dan kedudukan tubuh, maka dia memiliki kegesitan dan gerakan otomatis dari seorang ahli silat tinggi. Menghadapi pukulan ini, dia miringkan tubuh dan menarik kaki yang berada di depan sehingga pukulan itu mengenai angin! Swi Kiat menjadi penasaran dan menyerang bertubi-tubi! Swi Kiat adalah murid pertama yang berbakat dari Pak-lo-sian Siangkoan Hai. Tentu saja ilmu silatnya sudah baik dan tinggi. Seorang laki-laki dewasa saja, dalam satu dua gebrakan tentu akan roboh olehnya. Usianya sebaya dengan Kwan Cu dan dalam hal ilmu silat, dia masih menang jauh. Maka, setelah dapat mengelak beberapa jurus, akhirnya kepala Kwan Cu yang gundul itu terkena pukulan tangan kiri Swi Kiat. “Buk!” Tubuh Kwan Cu berputaran saking kerasnya pukulan itu. Untuk sejenak kepalanya terasa pening dan seakan-akan kepalanya terasa bengkak membesar. Akan tetapi, hanya sebentar saja karena di dalam darah Kwan Cu telah mengalir darah ular dan buah coa-ko, ditambah pula latihannya lweekang tanpa disadarinya telah mencapai tingkat tinggi juga. “Kita tidak berkelahi, bagaimana aku bisa mengaku kalah?” Kwan Cu berkata sambil menggelengkan kepalanya. “Eh, gilakah kau? Bukankah baru saja kau kuserang dan kepalamu terpukul?” “Memang kau menyerangku, akan tetapi tidak berkelahi!” “Suheng, jangan pukul dia! Dia benar-benar tidak mempunyai kepandaian silat!” Kwan Cu mendengar suara Kun Beng mencegah suhengnya. Akan tetapi Swi Kiat sambil bertolak pinggang, berkata kepada Kwan Cu, “Hayo kau mengaku kalah padaku!” “Suheng, dia benar! Dia sama sekali tidak membalas seranganmu, bagaimana disebut berkelahi?” “Kalau begitu, sekarang aku akan memaksa dia berkelahi dengan aku!” seru Swi Kiat yang menyerang pula. Akan tetapi, tiba-tiba Kun Beng melompat menangkis serangan suhengnya itu. “Eh, Kun Beng. Apa kau sudah gila?” “Tidak segila engkau, Suheng! Seorang gagah tidak akan menyerang orang yang tidak mau membalas!” jawab Kun Beng. Swi Kiat ragu-ragu. Ia harus akui bahwa tingkat kepandaian sutenya tidak kalah olehnya, kalau tidak mau dibilang lebih tinggi dan lebih maju. Pula, dia sayang kepada sutenya ini dan tentu saja tidak mau cekcok dengan sutenya hanya karena Kwan Cu, bocah gundul itu. “Kau pergilah!” bentaknya kepada Kwan Cu, yang memandang semua itu dengan matanya yang bersinar-sinar. Mendengar bentakan ini, sebetulnya kalau menurut wataknya yang keras dan tidak mau tunduk, Kwan Cu tidak mau mengambil perhatian. Akan tetapi Kun Beng berkata halus, “Kwan Cu, lebih baik kau tinggalkan kami saja. Untuk apa mencari keributan?” Kwan Cu mengangguk dan berjalanlah dia untuk kembali kepada suhunya. Di tengah jalan, dia berhasil menimpuk mati seekor kelinci dan dengan girang dibawanya kelinci itu kepada suhunya. Ia mendapatkan gurunya telah bangun dari tidurnya dan kini gurunya itu duduk bersandar pada pohon dan memandangnya. “Suhu, teecu mendapatkan seekor kelinci!” kata anak itu girang. Akan tetapi gurunya tidak ikut bergembira, bahkan menegurnya. “Kwan Cu, kau membikin malu padaku! Kau hanya berani menyerang seekor kelinci, akan tetapi tidak berani membalas serangan seorang lawan yang menghinamu! Kau membiarkan kepalamu yang gundul itu menjadi permainan pukulan murid Pak-lo-sian Siangkoan Hai. Bukankah itu amat memalukan dan merendahkan nama guru?” Kwan Cu tertegun. Gurunya tadi tidur pulas di bawah pohon, bagaimana suhunya ini tahu akan peristiwa yang terjadi antara dia dan Swi Kiat? “Suhu, teecu tidak berniat berkelahi. Untuk apakah berkelahi dengan orang? Tidak ada alasannya bagi teecu untuk membalas serangannya. Dan pula, bagaimana teecu bisa membalas? Dia lihai sekali.” Merah muka Ang-bin Sin-kai yang memang sudah merah itu, “Murid goblok! Kalau tiada hujan tiada angin kau mengamuk dan memukul orang, itu memang tidak baik dan tidak beralasan. Akan tetapi kau dihina dan dipukul. Itu sudah merupakan alasan kuat sekali bagimu untuk membalas memukulnya!” “Akan tetapi, Suhu…..” “Tidak ada tapi! Lekas kau kembali dan membalas pukulannya!” “Dia lihai, Suhu……” “Eh, kau takut?” Mata bocah gundul itu bersinar penasaran, “Takut?? Siapa takut, Suhu? Biar kepada iblis sekalipun teecu tidak takut!” “Kalau begitu, kau lekas kembali kepadanya. Tanya apakah dia masih mau memukulmu, kalau dia menyerang, balas!” “Teecu belum pernah suhu ajari ilmu pukulan.” “Untuk apa kedua tangan dan kakimu? Belajar atau tidak, memukul dan menendang tak bisa lain harus menggunakan kaki tangan. Dan kaki tanganmu masih ada, bukan?” Kwan Cu mengaku kalah dan segera dia kembali mencari Swi Kiat! Di dalam hutan, dia melihat Swi Kiat dan Kun Beng duduk di bawah pohon bersama gurunya, yakni Pak-lo-sian Siangkoan Hai! Keder juga hati Kwan Cu melihat orang tua yang bertubuh pendek kecil itu, akan tetapi memang dia memang seorang anak yang tidak mengenal arti takut. Pendiriannya sungguh teguh, seteguh batu karang di pinggir laut, bahwa kalau tidak bersalah dia tidak boleh takut kepada siapapun juga! “Eh, Swi Kiat. Apakah kau masih juga mau memukulku seperti tadi?” tanyanya sambil menghampiri Swi Kiat yang memandangnya dengan mata terheran. Juga Kun Beng heran sekali sehingga tidak dapat mengeluarkan kata-kata. Adapun Siangkoan Hai memandang dengan mata penuh perhatian, lalu berkata, “Ah, bukankah bocah gundul itu murid Gui Tin?” “Teecu sekarang murid Ang-bin Sin-kai, Locianpwe.” Jawab Kwan Cu dengan suara tenang. Siangkoan Hai tertawa bergelak. “Bersemangat juga anak ini. Eh, Swi Kiat, dia datang menegurmu hendak apakah?” “Tadinya teecu telah menghajar dia, agaknya dia masih kurang dan minta tambah lagi,” kata Swi Kiat sambil bangun berdiri, “Kwan Cu, apakah kau datang hendak minta digebuk kepalamu yang gundul itu lagi? Jangan kurang ajar, lekaslah pergi dari sini!” “Aku datang hendak menyatakan bahwa kalau kau menyerangku, sekarang aku akan membalasmu!” Swi Kiat tertawa geli, bahkan Kun Beng juga tertawa, akan tetapi murid kedua dari Siangkoan Hai ini berkata, “Kwan Cu, jangan berlaku bodoh. Kau bukan tandingan Suheng, untuk apa mencari penyakit?” “Aku tidak ingin menyerangnya. Akan tetapi kalau dia berani memukulku, pasti kali ini akan membalasnya,” kata Kwan Cu masih tetap tenang. “Kalau begitu aku akan memukulmu!” kata Swi Kiat sambil bersiap-siap menyerang Kwan Cu. Bocah gundul ini tidak seperti tadi, sekarang diapun bersiap-siap dan memasang kuda-kuda. Melihat sikap Kwan Cu, Pak-lo-sian tertawa bergelak. “Eh, bocah gundul, benar-benarkah kau murid Ang-bin Sin-kai? Kalau benar kau murid Ang-bin Sin-kai, kau biasa mempelajari ilmu senjata apa sajakah?” Kini Kwan Cu mengerti bahwa tinggi rendahnya nama suhunya tergantung dari sikap dan sepak terjangnya, maka dia hendak menebus kesalahannya yang tadi membuat malu nama gurunya. Ia melihat sebatang ranting pohon di depan kakinya, maka dipungutnya ranting itu dan dia menjawab, “Apapun juga yang berada di tangan suhu, menjadi senjatanya yang ampuh. Kalau Lociapwe bertanya tentang senjata, pada waktu ini teecu memegang ranting dan inilah pula senjataku!” “Bagus! Eh, Kun Beng kaulawan bocah gundul ini. Kau pun boleh menggunakan ranting pohon!” Kun Beng tertegun, akan tetapi dia pikir lebih baik melawan dia daripada menghadapi suhengnya bagi Kwan Cu, “Kwan Cu, sekarang kita mengukur kepandaian, kalau kau roboh berarti kau kalah!” “Sesukamulah!” kata Kwan Cu karena baginya, bertanding dengan siapapun sama juga, asal dia telah dapat menebus nama suhunya dengan melawan. “Siapa saja yang memukul dan menyerangku, tentu kubalas.” Kun Beng menggerakkan rantingnya seperti kalau dia bermain tombak. Memang semenjak kecilnya, Kun Beng lebih suka mempelajari ilmu tombak dan berbeda dengan suhengnya, dia mewarisi ilmu tombak dari Pak-lo-sian Siangkoan Hai. “Awas senjata!” serunya dan Kwan Cu bingung sekali melihat betapa setelah ranting itu digerakkan oleh tangan Kun Beng, ujung ranting seakan-akan berubah menjadi banyak sekali yang kesemuanya menyerang tubuhnya dengan hebat! Ia lalu menggerakkan rantingnya menangkis sejadi-jadinya, namun karena tenaga lweekangnya memang sudah boleh juga, dia berhasil menyampok ranting di tangan Kun Beng. Akan tetapi, ilmu tombak yang dipelajari oleh Kun Beng termasuk ilmu silat tinggi yang jarang bandingannya, maka begitu terkena tangkisan, ranting itu meluncur turun dan tanpa dapat dicegah lagi, kaki Kwan Cu kena dikait dan terjungkallah bocah gundul itu! “Ha, ha, ha! Pukul kepalanya yang gundul, Sute, biar dia tahu rasa!” kata Swi Kiat tertawa gembira. Sebaliknya, Siangkoan Hai menjadi melongo. Bagaimana Ang-bin Sin-kai dapat mengambil seorang murid yang begini tolol? Ia akui bahwa memang si gundul ini bertulang baik, akan tetapi agaknya otaknya tidak genap! Kwan Cu memang bandel dan juga tubuhnya sudah kuat sekali. Begitu terjungkal dia bangun lagi dan siap sedia bertempur lagi. “Eh, Kwan Cu. Kau sudah kalah, mengakulah,” kata Kun Beng. Murid kedua Siangkoan Hai ini memang mempunyai perasaan yang halus dan dia tidak tega untuk melawan Kwan Cu lagi yang terang-terangan tidak mempunyai kepandaian silat. “Menyerah kalah tak mungkin. Kalau kau menyerang lagi, aku tetap akan melawan!” Kwan Cu membandel. Kun Beng tidak mau menyerang lagi, bahkan melempar rantingnya ke atas tanah. “Suhu, dia tidak bisa ilmu silat, bagaimana teecu dapat melawannya?” Tiba-tiba Swi Kiat melompat maju. “Anak ini memang bandel dan dia tidak akan tahu kelihaian ilmu Suhu kalau tidak diberi hajaran. Eh, Kwan Cu, apakah kau berani menghadapiku?” “Mengapa tidak berani?” jawab Kwan Cu tenang. “Kau boleh menggunakan rantingmu, biar aku menyerangmu dengan tangan kosong!” kata Swi Kiat. “Aku bukan pengecut yang menghadapi orang bertangan kosong dengan senjata,” Kwan Cu juga membuang rantingnya. Diam-diam Siangkoan Hai memuji. “Hm, anak gundul ini benar-benar memiliki sifat gagah, sayang sekali otaknya miring. Mana bisa dia belajar silat? Sungguh kali ini Ang-bin Sin-kai menggelikan sekali.” Swi Kiat sudah maju menyerang. Kwan Cu mengelak dan menangkis. Dalam hal mempertahankan diri, dia boleh juga dan beberapa jurus lewat tanpa ada pukulan dan tendangan Swi Kiat yang mengenai tubuh Kwan Cu. Akan tetapi, Kwan Cu hanya membalas dengan pukulan-pukulan ngawur saja, asal pukul dan asal menendang. Ketika dia menendang Swi Kiat menangkap tumitnya dan sekali mendorong ke depan, tubuh Kwan Cu terlempar ke belakang dan dengan suara keras tubuhnya mengukur tanah! Namun dia bangkit kembali dan sebelum dia dapat memperbaiki kedudukannya kembali Swi Kiat menyerbu dengan pukulannya yang membuat Kwan Cu untuk kedua kalinya jatuh tersungkur. ... “Kau masih belum mengaku kalah?” bentak Swi Kiat. Kekerasan hati Kwan Cu memang luar biasa sekali. Ia menggeleng kepala dan mencoba untuk merayap bangun pula, akan tetapi sebuah tendangan membuatnya terguling-guling. Sampai lima kali dia mencoba bangun dan terpaksa harus mencium tanah lagi, bahkan pukulan yang kelima kalinya membuat bibirnya pecah dan berdarah. Namun pukulan itu seperti tidak terasa olehnya karena sedikit pun dia tidak mengeluh dan begitu roboh, dia merayap bangun kembali. “Cukup, Suheng!” kata Kun Beng. “Diam kau, Sute. Di dalam pibu, yang kalah harus mengaku kalah!” jawab Swi Kiat yang mengejar Kwan Cu lagi. Sementara itu, Pak-lo-sian Siangkoan Hai hanya tertawa-tawa saja. Kakek ini merasa bangga sekali dan diam-diam dia pun mengakui kekuatan Kwan Cu. Jangankan seorang anak-anak, biarpun orang dewasa menghadapi pukulan bertubi-tubi dari Swi Kiat yang sudah memiliki tenaga lweekang lumayan itu, pasti akan terluka hebat. Bagaimana bocah gundul ini tubuhnya seakan-akan terbuat daripada baja dan tidak pernah merasa sakit? Kalau saja dia melihat bocah gundul itu terluka, tentu dia akan mencegah Swi Kiat melanjutkan serangannya, akan tetapi karena dia tahu betul bahwa Kwan Cu tidak terluka di dalam tubuhnya, maka dia hanya menonton saja. Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa, disusul oleh kata-kata, “Bagus sekali!! Memang seorang yang kalah dalam pibu harus mengakui kebodohannya. Hayo Kwan Cu, kau harus mengakui kekalahan dan kelemahanmu!”. Muncullah Ang-bin Sin-kai sambil tertawa-tawa. Melihat kakek ini, Swi Kiat melompat ke belakang dan tidak melanjutkan serangannya. Adapun Kwan Cu setelah mendengar kata-kata suhunya ini, merahlah mukanya. Ingin dia menangis keras, akan tetapi semangat dan kekerasan hatinya melarang air matanya mengucur keluar. Ia amat taat kepada suhunya, maka sambil menghadapi Swi Kiat yang berdiri dengan dada terangkat, dia berkata, “Swi Kiat, aku mengaku kalah.” Ang-bin Sin-kai tertawa bergelak dan berkata keras-keras. “Kwan Cu, dengan pengakuanmu ini, kau berarti menang! Seorang yang menangkan orang lain, belum boleh disebut gagah. Hanya orang yang sudah bisa mengalahkan kesombongan dan nafsunya sendirilah yang patut disebut gagah!. Orang menangkan orang lain tidak akan kekal, akan datang masanya dia dikalahkan oleh orang lain. Akan tetapi, kau telah dapat mengakui kelemahan, kebodohan dan kekalahanmu, inilah yang penting sekali. Kelak kau akan berlaku berhati-hati dan tidak akan terkalahkan untuk kedua kalinya. Ha, ha, ha!”. “Bagus, bagus!” Siangkoan Hai bertepuk tangan memuji dengan kagum. “Tak kusangka bahwa jembel tua ini bener-benar pandai menjadi guru. Eh, Swi Kiat dan Kun Beng, kau perhatikan baik-baik ajaran tadi. Memang bagus dan tepat sekali!”. Sambil tersenyum Ang-bin Sin-kai menghampiri Pak-lo-sian Siangkoan Hai dan bertanya, “Eh, jago tua utara! Kenapa kau bisa tersesat sampai disini?” “Kau kira aku akan membiarkan Hek-i Hui-mo berlaku kurang ajar begitu saja? Biarpun kitab itu palsu, aku harus mengejarnya dan memberi hajaran kepadanya!” kata Siangkoan Hai. “Hm, kau sudah tua akan tetapi masih berkepala batu. Kau hendak menyusulnya ke Tibet?” “Ke neraka sekalipun pasti akan kususul! Mana bisa orang merampas sesuatu dari depan hidungku begitu saja?” Kembali Ang-bin Sin-kai tertawa. “Kau benar-benar orang tua sombong sekali. Pantas muridmu juga memiliki sifat tidak baik itu.” “Bukan muridku yang sombong, melainkan muridmu yang terlalu bodoh. Eh, Ang-bin Sin-kai, mengapa kau memilih murid seorang bocah gendeng yang pikirannya miring?” Siangkoan Hai memandang ke arah Kwan Cu yang diam saja mendengarkan percakapan antara dua orang tokoh besar ini, sama sekali tidak bergerak, hanya hatinya saja terasa panas sekali. Ia tidak berdarah lagi pada bibirnya, karena luka di bibir itu telah rapat kembali. “Biarlah dia bodoh, dan biarlah kau menganggap miring otaknya. Akan tetapi coba saja kaulihat lima tahun lagi. Kukira dua orang muridmu ini takkan mampu mempermainkannya seperti tadi.” “Begitukah? Berani kau bertaruh, Ang-bin Sin-kai?” tantang Siangkoan Hai. “Lima tahun lagi kita adukan mereka, yang kalah gurunya harus memberi hadiah semacam ilmu pukulan kepada murid yang menang! Setujukah?” Berseri muka Ang-bin Sin-kai. Ia tahu bahwa di antara para tokoh besar, Pak-lo-sian Siangkoan Hai ini termasuk seorang yang baik hatinya, akan tetapi dia sombong sekali. “Jadi kalau muridku kalah, aku harus memberi hadiah ilmu pukulan kepada murid-muridmu, sebaliknya kalau muridku menang, kau akan memberi padanya semacam ilmu pukulan?” tanya Ang-bin Sin-kai Lu Sin kepadanya. “Benar, benar begitu. Bukankah adil sekali namanya?” “Baik. Kelak, lima tahun kemudian, aku kan membawa muridku mencarimu!” Siangkoan Hai lalu memberi tanda kepada murid-muridnya. “Hayo kita pergi, Hek-i Hui-mo takkan jauh dari tempat ini!” tanpa berpamit dan tanpa menoleh lagi, Siangkoan Hai dan murid-muridnya lalu pergi dari dalam hutan itu. Ang-bin Sin-kai menoleh kepada Kwan Cu yang menundukkan mukanya. “Suhu, apakah kekalahanku tadi membikin malu nama Suhu?” tanyanya perlahan. “Bukan memalukan aku, melainkan kuharap akan dapat membuka kedua matamu bahwa ilmu silat itu bukan tidak perlu sama sekali seperti yang kau kira. Coba kau dahulu tidak membenci ilmu silat, bukankah kau sudah dapat membela diri dan belum tentu dipermainkan orang.” “Mulai sekarang, teecu akan belajar ilmu pukulan dengan baik-baik, Suhu.” “Hm, tidak mudah. Kau mempunyai watak tidak mau menyakiti orang lain. Ini sukar sekali. Kalau kau belum mempunyai kekerasan hati dan ketegaan untuk memukul dan merobohkan orang, bagaimana kau dapat mempelajari ilmu pukulan? Kau harus berlatih ketabahan lebih dulu, baru ilmu pukulan ada gunanya. Hayo kau ikut aku!” Ang-bin Sin-kai melompat dan berlari pergi. Kwan Cu cepat mengejar suhunya sampai malam tiba, Ang-bin Sin-kai masih terus berlari, tanpa berhenti untuk makan, sedikitpun tidak pernah bicara. Diam-diam Kwan Cu mengerti bahwa gurunya ini marah dan kecewa kepadanya, karena kalau dia pikir-pikir, peristiwa dengan murid-murid Pak-lo-sian Siangkoan Hai tadi, tentu saja amat memalukan gurunya! “Aku harus belajar ilmu silat, aku harus dapat mengalahkan mereka,” demikian Kwan Cu berpikir sambil berlari di belakang suhunya. Setelah memasuki sebuah hutan besar, hari telah malam dan Ang-bin Sin-kai berhenti lalu mengaso di bawah pohon. “Kau lihat ini baik-baik!” kata kakek jembel itu dan setelah memasang kuda-kuda, dia lalu menggerakkan kedua kakinya. Terdengar suara keras dan tahu-tahu dua batang pohon yang besarnya setubuh orang menjadi tumbang! Semenjak tadi Kwan Cu memasang mata baik-baik dan dia mencatat dalam otaknya bagaimana tadi suhunya menggerakkan kedua tangan, bagaimana menggeser kaki dan cara memukul ke depan dan kanan kiri! “Nah, kau latih gerakan pukulan Sam-hoan-ciang Pukulan Tiga Lingkaran tadi!” “Teecu sudah melihat Suhu.” “Coba kau tiru gerakan Sam-hoan-ciang.” Kwan Cu memasang kuda-kuda seperti gurunya tadi, dan sambil mengerjakan otak mengingat bagaimana tadi suhunya bergerak, dia lalu memukul dengan kedua tangan dan menggeserkan kakinya, lalu mainkan tiga jurus Sam-hoan-ciang seperti yang dimainkan oleh Ang-bin Sin-kai tadi. Dari sepasang kepalan tangannya yang kecil, menyambar angin yang membuat daun-daun pohon kecil bergoyang-goyang! Ang-bin Sin-kai mengangguk setetlah Kwan Cu menyelesaikan gerakan tadi. “Gerakan tangamu sudah baik, hanya tenaga pukulan jangan kau buyarkan. Tenaga dalam pukulan Sam-hoan-ciang harus dikumpulkan, ditujukan kepada bagian tubuh yang lemah dan jalan darah yang penting, jika tangan kanan memukul, mulut harus mengeluarkan suara “hah!” dan jika tangan kiri memukul harus berbunyi “heh!” Ingat, Sam-hoan-ciang dilakukan tiga jurus, jurus pertama pukulan tangan kanan, jurus kedua pukulan tangan kiri, dan jurus ketiga pukulan kedua tangan dibarengkan, mendorong ke depan, agak jongkok dan tenaga dari pusar disalurkan kepada kedua lengan. Mengertikah?” Kwan Cu mengangguk. “Mengerti, Suhu.” “Coba lagi! Sekarang anggap aku sebagai lawanmu dan tiga macam pukulan itu lakukanlah terhadap tubuhku! Mulai!” Demikianlah, dalam keadaan yang remang-remang di dalam hutan itu, dengan perut kosong. Ang-bin Sin-kai mulai melatih muridnya. Kwan Cu memasang kuda-kuda, lalu mulai menggerakkan dua kakinya, dan melihat suhunya berdiri di depannya, ia lalu mulai menyerang dengan jurus pertama. Ia menyalurkan semua tenaganya, di ujung tangan kanannya, menyerang ke arah ulu hati gurunya sambil membentak, “Hah!” Ang-bin Sin-kai dengan gerakan sedikit saja dapat mengelak dari pukulan muridnya. Kwan Cu menyusul dengan jurus serangan kedua. Tangan kirinya yang telah diisi dengan tenaga lweekang yang dipindahkan dari tangan kanan, menyambar dengan pukulan dahsyat ke arah lambung suhunya dan mulutnya berbunyi, “Heh!” Kembali Ang-bin Sin-kai mengelak, lalu kakek jembel ini sengaja berdiri tegak untuk menanti datangnya pukulan ketiga dari muridnya. Kwan Cu lalu menyerangnya dengan jurus ketiga dari ilmu Sam-hoan-ciang. Anak ini sekarang memukul dengan kedua tangannya, mengerahkan tenaga dan mendorong ke arah tubuh suhunya bagian bawah. Kali ini Ang-bin Sin-kai tidak mengelak, melainkan mengulur kedua tangan pula menyambut dorongan muridnya. Dua pasang tangan bertemu dan Kwan Cu terlempar ke belakang, bergulingan sampai beberapa kaki jauhnya! Ia menjadi agak nanar, akan tetapi cepat bangkit kembali dan menjatuhkan diri berlutut di depan gurunya. “Mohon Suhu memberi petunjuk tentang bagian yang salah dari gerakan teecu,” katanya. “Kakimu yang salah, kalau tidak masa kau akan jatuh berguling-guling? Kau menghabiskan seluruh tenagamu pada lengan, sama sekali tidak mempedulikan kedudukan kaki. Kalau kau bertemu dengan lawan yang tenaganya kecil, itu masih tidak mengapa. Akan tetapi kalau kau menyerang orang yang tenaganya lebih besar, tentu kedua kakimu tidak kuasa menahan pertemuan tenaga dan kau akan terpelanting seperti tadi! Lupakah kau mengapa aku selama ini mengajarmu dengan gerakan kaki dan pemasangan kuda-kuda? Karena ilmu silat, pokok dasarnya terletak pada keteguhan pemasangan kuda-kuda, seperti bangunan berdasar kepada tiang-tiang yang kuat. Nah, berlatihlah lagi, dan kini perhatikan gerakan kaki, aku hanya akan memberi contoh sekali lagi.” Ang-bin Sin-kai kembali melakukan gerakan Sam-hoan-ciang. Kwan Cu memperhatikan dengan mata tak pernah berkedip. Setelah kakek jembel ini melakukan gerakannya, kembali dua batang pohon besar menjadi tumbang! Kwan Cu merasa kagum bukan main. Setelah memberi contoh untuk kedua kalinya, Ang-bin Sin-kai lalu duduk menyandar pohon dan sebentar saja dia telah tidur pulas! Sudah dua malam kakek ini tidak makan, namun dia dapat tidur begitu mudah, sungguh membuktikan adatnya aneh. Akan tetapi, Kwan Cu lebih aneh lagi dan kekerasan hatinya serta ketekunan hatinya boleh dipuji. Sebetulnya dia merasa lapar sekali, akan tetapi pelajaran baru ini membuat dia lupa akan keperihan perutnya. Ia terus berlatih ilmu pukulan Sam-hoan-ciang. Ia ulangi dan ulangi lagi dan mempergunakan batang pohon sebagai lawan! Makin lama, tenaganya bukan makin lemah, bahkan karena menghadapi kekuatan pohon, dia makin dapat mengatur tenaganya sedemikian rupa sehingga lambat-laun dapatlah dia mengerahkan tenaga sampai pada titik yang tepat! Kalau tadinya pukulannya pada pohon membuat kulit kepalan tangannya merah-merah sampai akhirnya lecet-lecet, menjelang fajar, dia telah dapat memukul pohon itu sampai menjadi doyong! ... Ketika Ang-bin Sin-kai pada keesokan harinya membuka matanya kakek ini girang dan kagum melihat muridnya masih berlatih diri dan melihat betapa gerakan Kwan Cu kini tidak kaku lagi! “Cukup! Jangan menghabiskan tenagamu!” serunya. Kwan Cu berhenti bersilat dan barulah dia merasa letih bukan main sehingga untuk berdiri saja kedua kakinya gemetar dan terpaksa dia menjatuhkan diri duduk di atas tanah. Akan tetapi kepalanya yang gundul dan mukanya yang berkilau karena peluh itu berseri-seri ketika suhunya memujinya, “Bagus, Kwan Cu, kau telah maju banyak sekali.” “Masih jauh, Suhu. Suhu tanpa menyentuh pohon, sudah dapat merobohkan pohon-pohon dalam jarak lima kaki lebih. Sedangkan teecu, sampai rusak kulit tangan, tetap saja tidak dapat merobohkan sebatang pohon juga.” Ang-bin Sin-kai tertawa bergelak. “Bocah bodoh. Kau lihat pohon ini, bukankah biarpun luarnya lecet kulitnya, akan tetapi dalamnya telah menderita pukulanmu yang bertubi-tubi itu? Kaulihat!” Sehabis berkata demikian, kakek ini mendorong pohon tadi dan sambil mengeluarkan suara keras, pohon itu tumbang. Ternyata bahwa di bagian dalamnya telah banyak yang remuk menjadi bubuk seperti dimakan kutu. Kwan Cu meleletkan lidahnya melihat kehebatan akibat pukulan-pukulannya yang telah membuat tangan-tangannya lecet-lecet malam tadi! “Harus kau ketahui bahwa ilmu pukulan Sam-hoan-ciang Pukulan Tiga Lingkaran mengandalkan tenaga lweekang. Kalau malam tadi memukul dengan tenaga gwakang dan mengandalkan kekerasan kulit tangan, kulitmu tidak akan lecet dan pohon ini pun hanya akan rusak luarnya saja. Akan tetapi karena kau menggunakan tenga lweekang, kulit tanganmu yang tak terjaga oleh tenaga gwakang menjadi rusak, sebaliknya pohon ini terluka di bagian dalamnya! Oleh Karena itu, penggunaan tenaga lweekang tidak boleh dilakukan secara membabi buta, harus sekali pukul dengan tepat seperti contoh ini. Lihat!” Ang-bin Sin-kai melakukan pukulan jurus kedua dari Sam-hoan-ciang dengan tangan kirinya, diarahkan kepada pohon yang terpisah beberapa kaki dari tempat dia berdiri dan “krakkk…..!!” pohon itu roboh! Kwan Cu menjatuhkan diri berlutut. “Terima kasih atas petunjuk yang amat berharga dari Suhu.” “Bangunlah,” kata Ang-bin Sin-kai sambil tertawa. “Kau seperti anak kecil yang mendapatkan permainan baru. Ketahuilah, ilmu pukulan Sam-hoan-ciang ini hanya merupakan pukulan pertama saja, dan kalau sudah mempelajari ilmu-ilmu silat dari aku, maka pukulan Sam-hoan-ciang ini belum ada seperseratusnya! Apa artinya mempunyai ilmu menyerang jika tidak mempertahankan diri? Di dalam ilmu silat, kepandaian harus dibagi dua. Mempertahankan diri dan menyerang, dan seorang ahli silat yang baik, mengisi dirinya dengan enam puluh bagian ilmu menjaga diri dan hanya empat puluh bagian ilmu menyerang lawan. Di dalam setiap gerakan menjaga diri, tersembunyi gerakan menyerang, sebaliknya kalau kau menyerang, berarti kau membuka kesempatan bagi lawan untuk membobolkan pertahananmu. Maka berlatihlah yang giat, karena ilmu silat bukanlah ilmu yang semudah orang kira!” Demikianlah, Ang-bin Sin-kai mulai membuka rahasia ilmu silat kepada muridnya dan semua kata-kata suhunya itu masuk ke dalam kepala yang gundul itu. “Apa kau tidak merasa lapar?” tiba-tiba Ang-bin Sin-kai bertanya. Mendengar ini, berkeruyuklah perut Kwan Cu, mendahului mulutnya menjawab pertanyaan suhunya. Merahlah wajah Kwan Cu mengharap mudah-mudahan suara perutnya itu tidak terdengar oleh suhunya. Akan tetapi, Ang-bin Sin-kai memiliki pendengaran yang amat tajam, jangankan suara perut, berkeruyuk, biar sehelai daun yang jatuh ke tanah saja dia akan mendengarnya. Maka tertawalah kakek itu. “Setelah latihan yang menggunakan banyak tenaga lweekang, tidak ada daging yang lebih baik melebihi daging ular besar. Hayo kita mencari daging ular. Di hutan depan banyak ular-ular besar!” Kakek ini lalu berlari ke hutan yang nampak kehijau-hijauan, dan Kwan Cu cepat menyusul gurunya. Ang-bin Sin-kai memasuki sebuah hutan yang penuh dengan pohon-pohon besar sekali sehingga Kwan Cu yang berjalan di belakang gurunya itu merasa betapa dirinya amat kecil tak berarti di bawah pohon-pohon raksasa itu. Ketika mereka sudah tiba di tengah hutan, Ang-bin Sin-kai menunjuk ke depan dan berkata, "Nah, itu dia calon daging untuk perut kita. Kau tangkap yang paling gemuk!" Setelah berkata demikian, Ang-bin Sin-kai lalu duduk bersandar pada sebatang pohon. Kwan Cu berdiri terpaku untuk beberapa lama. Di tempat itu, dia melihat beberapa ekor ular yang besar sekali. Yang paling kecil saja ukuran perutnya sama dengan pahanya dan panjangnya ada tujuh atau delapan kaki! Tubuh ular itu kekuning-kuningan, lidahnya panjang berwarna merah, demikianpun matanya, adapun mulutnya lebar sekali. Berdebar juga hati Kwan Cu saking ngerinya sungguhpun dia tidak merasa takut sama sekali. Untuk menangkap yang paling kecil saja, agaknya amat sukar dan mengerikan, apalagi suhunya minta dia menangkap yang paling gemuk yang berarti ular yang paling besar! Namun Kwan Cu tidak merasa jerih. Apalagi ada gurunya di situ, apakah yang perlu ditakutkan lagi? Ular-ular itu sebagian besar membelitkan tubuh mereka pads cabang-cabang pohon, dengan kepala bergantung, atau kepala mereka tersembunyi dalam lilitan tubuh. Ketika Kwan Cu mencari-cari dengan matanya untuk memilih, dia melihat seekor di antara ular-ular itu yang melingkar di bawah pohon. Ular ini besar sekali lagi gemuk. Agaknya lebih mudah menangkap yang melingkar di bawah ini sedang tidur, sedikit pun tidak bergerak, seakan-akan ular mati yang tidak bernapas sama sekali. "Suhu, teecu akan menangkap yang itu!" katanya sambil menunjuk ke arah ular terbesar yang melingkar di bawah pohon. "Bagus, tangkaplah, hitung-hitung latihan bagimu. Jangan takut, ular itu tidak berbisa. Makin besar, makin tidak berbahaya. Hanya dia kuat sekali, dan kalau sampai tergigit, sukar untuk melepaskan diri dari gigi-giginya yang doyong ke sebelah dalam itu," kata Ang-bin Sin-kai dengan suara tenang. Suara suhunya ini mendatangkan semangat dan keberanian dalam hati Kwan Cu, maka anak ini dengan hati-hati lalu mendekati ular besar itu. Biarpun tadinya kelihatan seperti mati atau tidur, namun ketika Kwan Cu sudah sangat dekat, ular itu mulai hidup. Ia mengangkat kepalanya dan sepasang matanya yang merah itu ditujukan kepada Kwan Cu dan tiba-tiba dia mengeluarkan suara mendesis. Mengebullah uap putih dari mulutnya yang terbuka lebar-lebar. Kini kelihatan betapa lebar mulutnya dan betapa mengerikan gigi-gigi yang runcing dan doyong ke dalam itu. Lidahnya yang panjang menjulur keluar dan bergerak-gerak keluar masuk cepat sekali. Kwan Cu tidak mau membuang waktu lagi. Melihat ular itu sudah mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, dia lalu melangkah maju dan melakukan serangan dengan ilmu pukulan Sam-hoan-ciang, karena untuk bergerak dengan ilmu silat lain dia tidak bisa. Ia melakukan jurus kedua, yakni tangan kiri bergerak maju, hanya mengubah sedikit. Kalau biasanya gerakan ini dilakukan dengan tangan terkepal untuk memukul, dia membuka jari tangannya dan kini menggunakan tangan kirinya untuk menerkam leher ular! Ular itu gesit sekali. Melihat tangan bocah gundul ini bergerak ke arah leher, dia cepat mengelak ke kiri. Namun Kwan Cu adalah anak yang amat cerdik. Biarpun dia baru mempelajari Sam-hoan-ciang, namun kecerdikannya membuat dia dapat memecah gerakan-gerakan ini sehingga jurus kedua yang dia pergunakan tadi sebenarnya adalah semacam pancingan belaka! Ia tidak melanjutkan serangan bahkan cepat menarik kembali serangannya dan kini disusul cepat dengan jurus ketiga, yakni kedua tangannya maju bareng an tubuhnya agak berjongkok. Dan gerakannya ini berhasil. Ia berhasil menangkap leher ular itu dengan kedua tangannya dan mencekiknya sekuat tenaganya. Ular itu marah sekali. Beberapa kali ia menggerakkan kepala dan menggoyangkan lehernya, meronta-ronta untuk melepaskan diri. Akan tetapi Kwan Cu mencengkeram makin keras karena merasa betapa ular itu licin sekali. Tiba-tiba ular itu berganti siasat dan seluruh tubuhnya bergerak, terus melilit tubuh Kwan Cu dengan ekornya. Sebentar saja tubuh bocah gundul ini telah dililit sedemikian rupa sehingga dari paha sampai dada tidak kelihatan lagi. Kwan Cu terkejut sekali dan sedapat mungkin dia mempertahankan kedua kakinya. Namun aneh sekali, tenaga ular itu makin lama makin hebat dan lilitannya makin lama makin erat. Ketika ular itu menggoyang-goyang tubuhnya, dia tidak dapat bertahan lebih lama dan tergulunglah Kwan Cu! Betapapun juga, dia masih dapat mengatur jatuhnya dan dia hanya jatuh duduk dengan tubuh masih dibelit-belit ular yang licin, dingin dan kuat. Ia memperkuat cekikannya, mengerahkan seluruh tenaga yang disalurkan kepada lengan tangannya. Akan tetapi, tiba-tiba Kwan Cu merasa betapa perut dan dadanya terhimpit keras sekali sehingga dia sukar untuk bernapas! Dengan menekan napas ke arah perut, dia membuat perut dan dadanya mengembung dan dapat menahan himpitan ular, akan tetapi oleh karena itu, tenaga pada dua lengannya berkurang. Sementara itu, ular tadi makin penasaran dan marah. Biasanya, kalau ia sudah mengerahkan tenaga dalam lilitannya, seekor kijang pun akan remuk-remuk tulangnya! Mengapa bocah gundul ini dari perut dan dadanya keluar hawa panas sekali? Apalagi, cekikan pada lehernya itu pun mendatangkan rasa sakit. Sambil mendesis hebat, ular itu membuka lebar-lebar mulutnya yang bergerak di depan muka Kwan Cu dan bergerak hendak menggigit kepala gundul itu. Kalau gigitannya ini berhasil, agaknya kepala Kwan Cu yang gundul itu akan masuk ke dalam mulutnya! Kwan Cu terkejut dan menahan dengan kedua tanganya, akan tetapi tiba-tiba dia merasa kepalanya yang gundul itu gatal-gatal. Ia mengerti bahwa ini tentulah akibat daripada semburan uap yang keluar dari mulut ular itu. Tadi ketika ular itu menyemburkan uap putih yang mengarah ke mukanya, dia menundukkan kepala untuk melindungi mukanya, maka kepalanya yang gundul itulah yang terkena uap putih dan kini gatal-gatal. Rasa gatalnya tidak tertahankan lagi, maka terpaksa dia melepaskan tangan kanan yang mencekik leher ular untuk dipergunakan menggaruk kepala gundulnya yang gatal setengah mati itu! Ular tadi setelah kini merasa bahwa yang mencekik lehernya hanya satu tangan saja, cepat memberontak dan cekikan tangan kiri Kwan Cu terlepas! Ular itu lalu menggerakkan lehernya dan mulutnya yang lebar itu menyerang kepala Kwan Cu dengan kecepatan luar biasa sekali. Akan tetapi Kwan Cu tidak berkurang waspada. Bocah gundul ini cepat mengelak ke kiri dan mulut itu meluncur lewat di samping telinga kanannya. Cepat Kwan Cu menggerakkan kedua tangan mencekik lagi dan pergulatan mati-matian terjadi. Kwan Cu mencekik sekuatnya, dan ular itu melilit perut dan dada Kwan Cu sambil meronta-ronta hendak melepaskan diri dari cekikan. Jari-jari tangan Kwan Cu tidak cukup panjang untuk mencengkeram leher ular yang besarnya seperti betis kakinya sendiri itu, maka beberapa kali, terpaksa dia melepaskan cekikannya dari kulit leher yang amat licinnya dan beberapa kali ular itu menyerang kepalanya yang dapat dihindarkan dengan elakan-elakan cepat. Tak dapat terus-terusan begini, pikir Kwan Cu. Dadanya terasa sesak dan tenaga kedua tangannya makin lama makin lemah. Ia memutar otak di dalam kepalanya yang gundul itu, mencari-cari akal. Akhirnya ia mendapat akal dan sambil mencekik leher ular dengan kedua tangan, dia menggelundung ke kiri di mana dia melihat beberapa potong batu karang. Setelah mengambil sepotong batu karang yang besarnya seperti kepalanya dan yang tajam runcing pinggirnya, dia lalu melepaskan cekikannya. Ular itu menyerang lagi dengan mulut terbuka dan Kwan Cu secepat kilat memasukkan batu itu ke dalam mulut ular! Karena dia memasukkan dengan tenaga kuat dan gigi-gigi ular itu mendoyong ke dalam, maka setelah batu karang ini memasuki mulut sampai di belakang gigi-gigi ular, batu itu tak dapat keluar kembali, terganjal oleh gigi atas dan bawah! "Bagus, Kwan Cu!" Ang-bin Sin-kai tertawa-tawa memuji. Mendengar pujian guru ini, besarlah hati Kwan Cu. Ia tidak takut akan gigitan ular itu lagi, dan ular itu pun kini menjadi bingung sekali, menggerak-gerakkan kepalanya hendak melepaskan benda aneh yang mengganjal mulutnya. Saking bingungnya, lilitan pada tubuh Kwan Cu yang untuk sesaat luar biasa eratnya, makin lama makin kendor dan akhirnya dia melepaskan tubuh yang dililitnya. Ia menggeliat-geliat, memukul-mukulkan kepalanya pada tanah dan Kwan Cu segera bertindak. Ia mengambil sepotong batu lagi dan sekali pukul saja pecahlah kepala ular itu! ... "Hm, bagus! Lekas bikin api dan panggang sebelum darahnya kering. Jangan terlalu lama, biar setengah matang saja!" kata Ang-bin Sin-kai dengan air liur memenuhi mulutnya dan beberapa kali menelan ludah. Setelah daging ular matang dan merasai daging itu, Kwan Cu harus mengakui kebenaran kata-kata suhunya. Daging itu terasa manis dan gurih sekali biarpun dipanggang tanpa diberi bumbu dan garam, hanya setelah memasuki tubuh, membuat perut dan dada terasa panas dan darah mengalir lebih cepat dari biasanya. Setelah makan kenyang. Ang-bin Sin-kai berkata kepada Kwan Cu, "Perkelahianmu dengan ular tadi merupakan pengalaman baik sekali. Kau sekarang tahu bahwa ular itu memiliki tenaga lemas. Kelihatannya saja ia lambat dan lemah, namun lilitannya makin lama makin kuat karena ia mempergunakan tenaga dalam yang mengalir di dalam tubuhnya. Menghadapi lawan yang memiliki tenaga lweekang tenaga dalam, memang kita harus melayani dengan kelicikan pula. Kalau kau mempergunakan tenaga kasar, kau akan kalah. Maka baik sekali kau tadi mengerahkan pernafasan untuk menghadapi lilitan tubuh ular. Kalau kau mempergunakan kekerasan, tentu ada tulangmu yang patah dan uratmu tergelincir dari tempatnya. Lain kali biar kau melatih diri menghadapi binatang yang selalu mempergunakan tenaga kasar, yakni harimau." Terbelalak sepasang mata Kwan Cu memandang suhunya. "Waaah, Suhu. Bagaimana teecu menghadapi seekor harimau? Binatang itu galak sekali dan terkenal sebagai raja hutan. Apakah teecu kiranya akan sanggup mengalahkan harimau?" "Kau baru saja mempunyai kepandaian ilmu pukulan Sam-hoan-ciang, tentu saja masih berat. Biar sekarang aku melatihmu dengan ilmu mempertahankan diri yang di sebut Ilmu Silat Pai-bun-tui-pek-to Mengatur Pintu Menghadapi Ratusan Golok. Kalau kau sudah bisa mainkan ilmu silat ini, agaknya takkan mudah kau diserang lawan." Dengan girang Kwan Cu lalu mulai mempelajari Pai-bun-tui-pek-to, yang dilakukan mengandalkan ginkang yang tinggi. Isinya hanya ilmu-ilmu untuk mengelak dan menangkis serangan lawan dan melindungi diri mempergunakan kecepatan tubuh dan mengatur pada saat bagaimana mempergunakan tenaga lweekang dan saat bagaimana pula mempergunakan gwakang. Terlalu panjang untuk dituturkan sejelasnya, pendeknya ilmu silat Pai-bun-tui-pek-to ini amat baik untuk seorang ahli silat tangan kosong kalau menghadapi lawan-lawan yang bersenjata. Beberapa bulan lewat tak terasa dan Kwan Cu sudah memperoleh kemajuan pesat. Belum boleh dikata bahwa dia telah menyempurnakan ilmu Pai-bun-tui-pek-to, karena tidak seperti Sam-hoan-ciang yang mempunyai tiga jurus, ilmu mempertahankan diri ini biarpun hanya mempunyai delapan belas macam jurus, namun setiap jurus dapat dipecah-pecah menjadi puluhan bagian. Semua tergantung daripada kedudukan lawan menyerang. Kini Ang-bin Sin-kai menurut kehendak muridnya lagi, yakni mencari Bukit Liang-san yang masih amat jauh. Ketika mereka tiba di kota Thiat-ang-bun, kota kecil yang berpintu gerbang besi berwarna merah, mereka berhenti selama tiga hari. Di dalam kota kecil itu banyak terdapat pemandangan indah, bahkan di sebelah selatan kota terdapat telaga kecil yang airnya biru dan dikelilingi pohon-pohon dan kembang-kembang. Ang-bin Sin-kai suka sekali pelesir di daerah ini, maka dia bermalas-malasan untuk meninggalkannya. Pada hari ketiga, ketika Kwan Cu dan gurunya tengah berjalan di dekat telaga itu, mereka melihat berkelebatnya seorang Tartar yang tampan dan berpakaian perwira. Ang-bin Sin-kai tidak mengenal orang ini, akan tetapi Kwan Cu mengenalnya baik-baik. Apalagi, semenjak mereka memasuki kota Thiat-ang-bun, Kwan Cu yang selalu mengambil perhatian pada apa yang berada di sekitarnya, melihat orang ini beberapa kali sehingga timbul pikirannya bahwa orang ini tentu sedang menyelidiki keadaan dia dan gurunya. Dan orang itu bukan lain adalah An Lu Kui, adik dari Panglima An Lu Shan. Akan tetapi An Lu Kui seperti yang tidak mengenal lagi kepada Kwan Cu dan anak ini pun tidak mempedulikannya. Ia tidak mempunyai hubungan lagi dengan perwira ini, tidak ada sangkut-pautnya lagi. Kwan Cu tidak tahu sebetulnya, setelah bertemu dengan dia dan gurunya, An Lu Kui diam-diam melakukan penyelidikan dan selalu mengikutinya. Siapa tahu kalau-kalau anak aneh ini hendak mengambil kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng yang asli? Adapun kakek jembel yang bersama dengan bocah itu, Lu Kui tidak mengenalnya sama sekali. Kalau saja dia tahu bahwa kakek itu adalah Ang-bin Sin-kai, agaknya siang-siang dia sudah angkat kaki dan kabur. "Suhu, ada orang mengikuti kita," kata Kwan Cu perlahan kepada suhunya. "Mana dia?" "Entah, dia sudah pergi lagi, Suhu. Akan tetapi, beberapa kali teecu melihatnya dan agaknya dia memperhatikan kita." "Siapa sih orangnya?" "Dia adalah penculik yang dahulu membawa teecu dan Gui-siucai ke markas Panglima An Lu Shan, yaitu adik dari panglima itu sendiri yang bernama An Lu Kui." "Hm, dia mau apa?" "Entahlah, Suhu. Akan tetapi, lebih baik kalau Suhu mengetahuinya, karena dia lihai. Dulu pernah teecu melihat dia mendorong roboh sebatang pohon besar, sungguhpun dia tidak berdaya menghadang Pak-lo-sian Siangkoan Hai dan dua orang muridnya." Kwan Cu lalu menuturkan pengalamannya ketika diculik oleh An Kui dahulu. Gurunya tersenyum dan berkata gembira, "Bagus, kalu begitu, biarlah dia menjadi pengujimu." "Penguji bagaimana, Suhu?" "Kau sudah mempelajari ilmu mempertahankan diri Pai-bun-tui-pek-to, coba kau menghadapi dia, hitung-hitung untuk berlatih. Kalau dia muncul lagi, kau pancing dia ke luar kota, ke tempat sunyi." Kwan Cu mengangguk, dan hatinya berdebar. Ia tahu bahwa An Lu Kui murid mendiang Li Kong Hoat-ong itu tidak boleh dibuat main-main. Ia adalah seorang perwira yang pandai dan gagah perkasa, bagaimana dia yang baru melatih ilmu silat beberapa bulan saja sanggup menghadapinya? Akan tetapi karena dia bersama suhunya perlawanannya adalah atas perintah suhunya, hatinya menjadi besar. Tak lama kemudian, benar saja dia melihat An Lu Kui muncul lagi, berjalan di sebelah belakang. Kwan Cu menengok dan sengaja memperlihatkan muka ketakutan, lalu menggandeng tangan suhunya dibawa berjalan menuju ke pegunungan kecil yang tidak jauh dari situ letaknya. Pancingannya berhasil karena An Lu Kui melihat wajah Kwan Cu nampak ketakutan dan bergesa-gesa ke bukit kecil, lalu mengejar! Setelah berada di tempat yang sunyi di bukit kecil itu, Kwan Cu berhenti dan bersama suhunya menengok ke belakang. An Lu Kui cepat berlari menghampiri mereka dan setelah berhadapan, dia menegur. "Eh, tidak tahunya kau Kwan Cu bocah itu! Kau hendak pergi ke manakah?" Kwan Cu memang sudah mendapat perintah dari gurunya untuk mencoba kepandaiannya dengan perwira ini, maka dia memancing keributan dengan meniru jawaban Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu ketika dahulu bertemu dengan dia di pintu gerbang kota raja, maka dia menjawab, "Aku datang dari belakang dan menuju ke depan. Ada urusan apakah kau menyusulku, An-sianseng?" Tentu saja An Lu Kui mendelikkan matanya mendengar jawaban yang kurang ajar ini. "Bocah gundul! Ketika dulu mejadi murid Gui-suicai, kau masih mengerti aturan dan bersikap sopan, sekarang kau telah menjadi seorang berandalan. Jawab yang betul, kau hendak pergi kemana?" "Ke mana pun aku pergi, tiada sangkut-pautnya dengan kau!" kata Kwan Cu dengan sengaja agar perwira ini marah dan menyerangnya sehingga dia dapat mempraktekkan ilmu silatnya Pai-bun-tui-pek-to. "Setan cilik! Bukankah kau pergi ke tempat disembunyikan Kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng? Hayo jawab yang betul, kalau tidak, akan kukemplang kepalamu yang gundul itu sampai pecah!" Tiba-tiba terdengar suara meledak dari Ang-bin Sin-kai. "Ha, ha, ha! Agaknya semua orang sudah tergila-gila kepada kitab tiada guna itu! Eh, Kwan Cu, kenapa kau meladeni badut ini? Kait saja kakinya, biar dia menggelundung ke bawah!" Bukan main marahnya An Lu Kui mendengar ejekan ini. Tua bangka! Apakah matamu buta dan tidak mengenal orang? Kau berhadapan dengan An Lu Kui, adik dari panglima besar An Lu Shan! Berlutut kau!" Kwan Cu melangkah maju. "Orang she An, jangan kau menghina guruku!" "Kau setan gundul mau apa?" bentak An Lu Kui yang cepat menampar dengan tangan kanannya ke arah kepala Kwan Cu yang gundul. Akan tetapi dengan sedikit menundukkan kepala saja, Kwan Cu sudah dapat mengelak dari pukulan ini. An Lu Kui penasaran dan marah sekali. Sambil menggereng seperti seekor harimau buas, dia menubruk maju dan mengirim pukulan bertubi-tubi, diselingi dengan tendangan kakinya! Akan tetapi, sebentar saja dia menjadi tertegun ketika melihat betapa dengan gerakan amat lincah, Kwan Cu dapat mengelak dari semua pukulan dan tendangannya itu. Bukan main! Baru beberapa bulan berselang, bocah gundul ini masih belum memiliki gerakan demikian lincah. Ah, jangan-jangan gurunya yang seperti pengemis jembel itu berkepandaian tinggi pula, pikirnya. Maka dia mempercepat serangannya dan kini dia menggunakan ilmu silatnya disertai pengerahan tenaga lweekang! Kwan Cu baru saja belajar beberapa bulan. Adapun An Lu Kui telah memiliki kepandaian tinggi, maka tentu saja menghadapi serangan-serangan hebat ini, Kwan Cu menjadi repot sekali. Memang betul bahwa dengan Ilmu Silat Pai-bun-tui-pek-to, dia masih dapat mengelak dan menangkis, akan tetapi dia tidak dapat membalas sama sekali dan seakan-akan untuk bernafas pun tiada kesempatan! "Kau menyia-nyiakan banyak kesempatan baik!" kata Ang-bin Sin-kai mencela muridnya. "Campur Pai-bun-tui-pek-to dengan Sam-hoan-ciang!" Kwan Cu maklum akan maksud suhunya namun karena kurang pengalaman tetap saja dia tidak dapat membalas serangan-serangan An Lu Kui yang mengamuk makin hebat itu. An Lu Kui kali ini benar-benar penasaran dan marah sekali. Sudah dua puluh jurus lebih dia menyerang, namun tetap saja belum pernah dia dapat menempiling kepala lawannya si bocah gundul ini. Kini mendengar ucapan kakek itu, mengertilah dia bahwa kakek ini memang benar-benar lihai dan terang bahwa si bocah gundul mendapat latihan dari dia. Celaka, keluh An Lu Kui, kalau aku tidak lekas-lekas mengalahkan setan cilik ini, aku bisa dipermainkan oleh setan besar itu. Maka dia lalu mencabut sepasang siang-kek senjata tombak bercagak dari punggungnya dan memutar dua senjata ini bagaikan kitiran cepatnya. "Kwan Cu kau melompatlah ke punggungku dan lihat baik-baik aku mainkan Pai-bun-tui-pek-to dan Sam-hoan-ciang!" kata Ang-bin Sin-kai. Kwan Cu tertawa girang dan sekali dia mengenjotkan kedua kakinya, bagaikan seekor monyet dia telah melompat ke atas punggung suhunya. An Lu Kui merasa kepalang dan dia sudah merasa malu dan marah dipermainkan oleh Kwan Cu, maka kini dia menyerang kakek jembel itu dengan ilmu silatnya yang lihai dan berbahaya. Kwan Cu melihat gerakan tubuh suhunya dengan penuh perhatian. Dengan digendong di punggung suhunya, dia merasa seakan-akan dia sendiri yang menghadapi An Lu Kui dan dia mengintai dari balik punggung gurunya itu kepada semua gerakan An Lu Kui dan gerakan suhunya. Benar saja, gurunya menghadapi sepasang tombak cagak An Lu Kui dengan ilmu mempertahankan diri Pai-bun-tui-pek-to! Melihat betapa gerakan gurunya amat sederhana, namun dapat dengan tepat dan tenang menghindarkan semua serangan sepasang tombak cagak di tangan An Lu Kui. Kwan Cu menjadi kagum sekali. Kini terbukalah matanya dan tahulah dia bahwa tadi di waktu menghadapi serangan An Lu Kui dia terlalu gugup dan terlalu membuang gerakan sendiri. Sebetulnya kalau dia bisa tenang seperti suhunya, tak usah terlalu banyak bergerak dan hanya bergerak seperlunya saja, ilmu silat Pai-bun-tui-pek-to sudah dapat menyelamatkan diri dari serangan lawan. ... "Kaulihat lowongan-lowongan itu?" kata Ang-bin Sin-kai kepada muridnya. "Buka matamu baik-baik, tiap kali dia melakukan serangan, tentu terbuka sebuah pintu! Mengertikah kau? Coba sekarang kau mencari dan menemukan pintu yang terbuka dan kaugunakan tanganmu menyerang pintu terbuka itu!" Kwan Cu mengerti. Yang dimaksud oleh gurunya tentang pintu terbuka adalah bagian-bagian tubuh yang terbuka atau tidak terlindung dari lawan dan kini setelah berada di punggung suhunya dan tidak gugup karena dia sendiri tidak menghadapi serangan, memang matanya terbuka dan dia dapat melihat betapa setiap kali menyerang, An Lu Kui membuka sebagian tubuhnya yang tidak terlindung sama sekali. Mendengar perintah suhunya, mulailah Kwan Cu menyerang dengan pukulan Sam-hoan-ciang! Tiap kali An Lu Kui menyerang, tentu terbuka sebuah pintu di dadanya, lambungnya, pundaknya, lehernya, dan lain-lain bagian tubuh lagi. Kwan Cu tidak menyia-nyiakan waktu baik ini dan tiap kali serangan datang, suhunya mengelak dan dia menghantam dengan tangannya. Sebentar kemudian terdengar suara "bak! bik! buk!" dan tubuh An Lu Kui selalu terpukul dengan tepat oleh tangan Kwan Cu yang kecil! An Lu Kui menyumpah-nyumpah. Ang-bin Sin-kai tertawa tergelak-gelak dan Kwan Cu bersorak girang. Bocah gundul itu kini duduk di punggung gurunya dengan tangan kanan terangkat, siap untuk menempiling, menampar, dan menghantam dan menyodok ke arah "pintu terbuka" dari lawannya! Adapun Ang-bin Sin-kai bagi An Lu Kui seolah-olah merupakan manusia asap saja. Ke mana pun sepasang tombaknya menyerang, selalu tidak dapat mengenai tubuh kakek aneh itu. Ia mulai menjadi gentar dan tamparan-tamparan tangan Kwan Cu biarpun tidak dapat melukainya, namun cukup pedas dan memanaskan kulit, terutama sekali memanaskan hatinya. "Orang Tartar, kau masih belum cukup?" tiba-tiba Ang-bin Sin-kai berseru dan entah dengan gerakan apa, karena Kwan Cu sendiri tidak mengenal gerakan gurunya ini, tahu-tahu sepasang tombak cagak di tangan An Lu Kui itu telah pindah tangan. Ang-bin Sin-kai menggerakkan kedua tombak itu dan terdengar suara "krak!" patahlah dua batang tombak itu menjadi empat batang! Dengan tersenyum Ang-bin Sin-kai melemparkan potongan-potongan tombak itu ke dalam jurang, lalu berkata kepada An Lu Kui yang berdiri dengan muka merah dan terheran-heran. "Tidak patut sekali seorang perwira seperti engkau ini menghina seorang bocah kecil. Pergilah!" An Lu Kui menjadi malu sekali. Ia menjura dan berkata, "Mohon banyak maaf siauwte tidak mengenal orang pandai. Siauwte An Lu Kui mohon tanya, siapakah nama Lo-enghiong yang terhormat?" Ang-bin Sin-kai tidak mau melayaninya, bahkan lalu menggerakkan kedua kakinya dan melompatlah dia turun dari bukit. "An-sian-seng tuan An, suhuku itu adalah Ang-bin Sin-kai!" kata Kwan Cu yang cepat-cepat berlari turun gunung mengikuti suhunya. An Lu Kui tertinggal di bukit itu, berdiri tak bergerak bagaikan patung. Celaka tiga belas, pikirnya. Mengapa aku selalu bertemu dengan setan-setan itu? Ia teringat akan pengalamannya dengan Pak-lo-sian Siangkoan Hai dan sebelum sakit hatinya karena terhina oleh kakek itu terbalas, sekarang dia mengalami hinaan pula dari Ang-bin Sin-kai! Aah, orang-orang Han banyak yang hebat dan luar biasa sekali, keluhnya. Baiknya mereka itu tidak ambil peduli tentang kedudukan dan keadaan pemerintah. Kalau kaisar tidak begitu bodoh dan dapat menghargai orang orang seperti itu, negara manakah di dunia ini yang dapat menandingi Tiongkok? Dengan hati mengkal sekali, An Lu Kui lalu turun dari bukit itu dan kembali ke markas besar kakaknya di mana dia melatih diri dalam ilmu silat dan ilmu perang dangan amat tekunnya. Dalam hal ilmu perang, barisan yang dipimpin An Lu Shan benar-benar memperoleh kemajuan hebat sekali, berkat petunjuk dan pelajaran dari kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng palsu yang diterjemahkan Gui Tin atau Gui-siucai itu. Adapun Kwan Cu lalu melanjutkan perjalanannya dengan Ang-bin Sin-kai, dan semenjak itu, Kwan Cu makin tekun mempelajari ilmu silat, karena kini terlihatlah olehnya kegunaan dari pada ilmu ini. Akan tetapi, tetap saja jika dibandingkan dengan murid-murid tokoh lain, dia terhitung yang paling bodoh. Terhitung beberapa bulan yang lalu, menghadapi kedua orang murid Pak-lo-sian Siangkoan Hai, dia masih dipermainkan dan beberapa hari kemudian semenjak bertemu dengan An Lu Kui, terjadilah peristiwa lain yang selain menunjukkan bahwa dia masih kalah jauh oleh murid tokoh lain, juga membikin tubuh dan hatinya sakit sekali. Hal itu terjadi ketika mereka telah tiba di kaki bukit Liang-san. Ketika itu, Kwan Cu sedang hendak bertanya keterangan kepada penduduk dusun tentang mendiang gurunya yang di tempat ini dahulu terkenal dengan sebutan Gui-lokai pengemis tua she Gui. Tiba-tiba terdengar suara ketawa seperti gembreng dipukul dan disusul oleh suara yang keras. "Lu Thong, lihat ini adalah saudara misanmu!" Di depan Kwan Cu, muncullah Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu, hwesio gundul yang bundar seperti bola tubuhnya itu, tokoh utama dari selatan! Dan di sampingnya berjalan seorang anak laki-laki yang dikenal baik oleh Kwan Cu sebagai putera bangsawan yang dahulu menghina Gui Tin dan yang memerintah anjingnya untuk mengeroyok Gui-suicai! Memang benar, anak itu adalah putera dari Lu Seng Hok, atau cucu dari Menteri Lu Pin! Seperti biasa, Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu melakukan perantauannya, kali ini diikuti oleh muridnya. Semenjak menjadi murid Kak Thong Taisu, sikap Lu Thong benar-benar berubah sekali. Ia mempelajari ilmu silat dengan amat tekunnya dan menurut segala nasihat suhunya. Di luarnya, anak ini bersikap baik sekali, pendiam dan tidak jahat atau sombong seperti dahulu. Bahkan pakaiannya, menurut petunjuk dari suhunya, tidak mewah seperti dulu pula, melainkan pakaian sederhana saja. Biarpun dia dibawa merantau dan hidup sengsara, dia tidak pernah mengeluh, bahkan tidak menolak ketika suhunya menyuruh dia mengemis makanan! Lu Thong memiliki kekerasan hati dan ketekunan luar biasa sekali sehingga segala keinginan dan nafsunya dapat dia tekan sedemikian rupa sehingga dia merupakan seorang murid yang baik sekali. Tentu saja gurunya amat sayang kepadanya dan menurunkan ilmu-ilmu silat yang tinggi sehingga sebentar saja Lu Thong memperoleh kemajuan pesat sekali. Ketika melihat Kwan Cu dan Ang-bin Sin-kai, tentu saja Jeng-kin-jiu menjadi girang sekali dan diam-diam dia mengandung hati iri terhadap Ang-bin Sin-kai. Sesungguhnya, adalah pengharapannya untuk menurunkan kepandaiannya bersama Ang-bin Sin-kai di tepi Laut Po-hai itu. Sebaliknya, Lu Thong mengenal Kwan Cu sebagai bocah jembel yang dulu menolong jembel tua di halaman rumahnya, maka diam-diam dia menjadi gemas sekali. Dulu dia mudah ditakut-takuti oleh bocah gundul ini, akan tetapi sekarang, setelah dia merasa mempunyai kepandaian ilmu silat, dia tidak takut lagi bahkan ingin dia membalasnya! Akan tetapi dia tidak kenal kepada Ang-bin Sin-kai, yang sesungguhnya masih kongkongnya sendiri, karena ayahnya adalah keponakan dari pengemis tua ini. "Gundul bangkotan! Kau di sini?" Ang-bin Sin-kai menegur dengan muka girang. Di antara para tokoh persilatan, dia lebih suka hwesio gemuk ini yang selain lucu, juga mempunyai kejujuran dan berhati baik. Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu tertawa bergelak. "Lucu, lucu sekali. Ha, ha, ha! Sekeluarga bertemu di sini, ha, ha, ha! Dan alangkah hebat dan lucunya keluarga ini. Eh, pengemis kelaparan, kau tahu siapa anak yang menjadi muridku ini?" Ang-bin Sin-kai memandang, akan tetapi dia tidak mengenal cucunya sendiri. Tadi ketika Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu memanggil Lu Thong, dia tidak memperhatikan. Maka dia lalu menggelengkan kepalanya. "Kenalkah kau pada pengemis kelaparan ini?" tanya Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu kepada muridnya. Juga Lu Thong menggelengkan kepalanya setelah memandang tajam. "Teecu tidak kenal, Suhu." "Lu Thong, inilah Kong-kongmu yang tidak mau mengajar ilmu silat padamu!" kata Kak Thong Taisu. Terbelalak mata Lu Thong. "Ang-bin Sin-kai.....??" katanya perlahan. "Ya, ya! Dialah Ang-bin Sin-kai Lu Sin, Twa-pek Uwa dari ayahmu!" Adapun Ang-bin Sin-kai juga terkejut mendengar kata-kata ini. "Gundul jahat! Apakah muridmu ini putera Lu Seng Hok?" Lu Thong sekarang telah dapat mengubah sikapnya dan diapun amat cerdik. Ia tahu bahwa Ang-bin Sin-kai ini seorang tokoh yang pandai, maka dia cepat menjatuhkan dirinya berlutut di depan pengemis tua itu. "Kong-kong, harap maafkan cucumu yang tidak tahu adat!" katanya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Diam-diam Kwan Cu merasa heran sekali mengapa anak yang begitu jahat seperti ketika dilihatnya di depan gedung itu, kini dapat bersikap sopan santun dan baik. Biarpun Ang-bin Sin-kai Lu Sin tidak setuju dengan pendirian adiknya Lu Pin yang bekerja membantu kaisar yang dianggapnya lemah dan tidak baik, namun melihat cucunya ini, timbul juga rasa terharu dalam hatinya. "Bagus kau menjadi murid Jeng-kin-jiu, belajarlah baik-baik," katanya sambil mengelus-elus kepala Lu Thong yang berambut hitam panjang itu. "Kong-kong, biarpun cucumu ini menjadi murid dari Suhu Kak Thong Taisu, namun masih amat mengharapkan semacam ilmu silat dari Kong-kong sebagai warisan sehingga kelak jangan ada yang mengatakan bahwa sebagai cucu Ang-bin Sin-kai yang terkenal, cucumu ini tidak tahu sama sekali tentang kepandaian Kong-kongnya sendiri. Bukankah itu amat tidak baik bagi keluarga kita?" Semua orang termasuk Kwan Cu, tertegun mendengar ini. Ucapan itu selain tepat, juga cerdik sekali. Jeng-kin-jiu menegur muridnya. "Eh, Lu Thong. Apakah kau tidak puas dengan pelajaran yang kaudapat dari pinceng?" Buru-buru Lu Thong memberi hormat kepada suhunya. "Tidak sama sekali, Suhu. Teecu merasa girang dan puas menerima pelajaran yang amat berharga dari Suhu. Hanya saja, teecu minta tanda mata sebagai warisan dari Kong-kong, apakah ini salah?" Terdengar Ang-bin Sin-kai tertawa bergelak. "Kau tidak mengecewakan menjadi cucu Lu Pin, karena kau memiliki kecerdikan. Ha, ha, ha, ha, ha! Jangan bicara tentang kekeluargaan, karena aku Lu Sin telah menjadi keluarga dari bumi dan langit. Tidak ada manusia yang bukan keluargaku, karena bukankah manusia di seluruh dunia ini bersaudara belaka? Betapapun juga, untuk kecerdikanmu itu, biarlah aku menurunkan ilmu silat keturunanku, yakni Ilmu Silat Kong-jiu-toat-beng Dengan Tangan Kosong Merenggut Nyawa! He, hwesio gundul, kau terimalah Kong-jiu-toat-beng untuk diajarkan kepada muridmu ini, akan tetapi bersumpahlah bahwa selama hidupmu kau takkan mempergunakan ilmu ini!" katanya kemudian kepada Kak Thong Taisu. Kak Thong Taisu tertawa bergelak. "Pengemis kelaparan! Kau kira aku sudah begitu rakus untuk mengambil ilmu silatmu? Tanpa meniru akupun tak dapat kau kalahkan. Aku bersumpah!" ia mengangkat kedua tangan di depan dada seperti menghormat kepada Buddha. Ang-bin Sin-kai mengangguk puas, lalu kakek ini bersilat tangan kosong. Dalam pandangan Lu Thong dan Kwan Cu, kakek ini bergerak cepat sekali seperti orang menari-nari dengan jari-jari tangan terbuka. Akan tetapi setelah Ang-bin Sin-kai mengulangi sampai dua kali ilmu silat tangan kosong yang terdiri dari dua puluh empat jurus itu, Jeng-kin-jiu sudah dapat menghafalnya! "Hebat, hebat! Pinceng sudah hafal semua," kata hwesio gemuk itu. ... Ang-bin Sin-kai tertawa lagi. "Eh, Thong-ji anak Thong, sekarang coba, kau menghadapi Kwan Cu, hendak kulihat hwesio bundar ini sampai berapa jauhnya memberi pelajaran kepadamu!" Kemudian dia menoleh kepada Kwan Cu. "Coba kau layani Lu Thong, hitung-hitung berlatih!" Kwan Cu baru saja mempelajari dua macam ilmu silat, yakni ilmu mempertahankan diri Pai-bun-tui-pek-to dan ilmu menyerang Sam-hoan-ciang. Mendengar ucapan suhunya, dengan taat dia lalu berdiri menghadapi Lu Thong sambil memasang kuda-kuda. "Lu Thong, kau hadapi dia dengan Lam-hai-kong-jiu Tangan kosong Dari Laut Selatan!" kata Jeng-kin-jiu sambil tertawa-tawa gembira. Bagi dia dan juga Ang-bin Sin-kai, tidak ada kesenangan yang lebih menggembirakan daripada pertandingan silat, seperti dua orang kakek yang sudah "nyandu" adu ayam melihat dua jago berlaga. Berbeda dengan Kwan Cu, Lu Thong sudah banyak mempelajari ilmu silat dari gurunya, dan dalam hal tingkat kepandaian silat, Lu Thong juga cerdik dan berbakat, terutama sekali karena baru-baru saja Kwan Cu mulai mempelajari ilmu pukulan dari Ang-bin Sin-kai dan juga baru saja anak ini mulai suka mempelajari ilmu silat yang tadinya dianggap sebagai ilmu memukul orang yang tiada gunanya. Akan tetapi, kalau dilihat dari isinya, dasar dalam diri Kwan Cu jauh lebih kuat. Bocah gundul ini memiliki tubuh yang kuat, ditambah pula oleh nasibnya yang baik sehingga dia tanpa sengaja telah makan coa-ko buah ular. Kemudian Ang-bin Sin-kai yang memang sengaja melatihnya kuda-kuda terus-menerus sehingga berdasar kuat sekali. Ketika Lu Thong sudah siap, cucu menteri ini serta-merta melancarkan serangan-serangan hebat dengan kedua kepalan tangannya. Kwan Cu cepat mainkan Pai-bun-tui-pek-to, ilmu silat mempertahankan diri yang baru saja dipelajarinya. Ketika lengan tangannya beradu dengan lengan tangan Lu Thong, dia merasa kulit lengannya pedas, maka tahulah dia bahwa Lu Thong memiliki tenaga gwakang yang lihai sekali. Memang, Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu adalah seorang ahli gwakang yang memiliki tenaga hebat. Semenjak belajar kepadanya, dia telah melatih kedua tangan muridnya ini dengan tekun dan menggembleng tangan Lu Thong dengan latihan-latihan memukul pasir panas. Biarpun usianya masih delapan tahun, namun Lu Thong telah berani mempergunakan lengannya untuk menangkis serangan tongkat! Kwan Cu berlaku hati-hati dan dalam menghadapi serangan lawannya, dia lalu mempergunakan tenaga lweekang. Ia tidak mau mengadu kekerasan, dan hanya menolak lengan lawan dengan meminjam tenaga. Kagetlah Lu Thong ketika dia merasa betapa kedua tangan Kwan Cu seperti karet saja, lunak dan setiap pukulannya dapat ditangkis dengan tak banyak tenaga. Ia menjadi penasaran dan mengeluarkan ilmu silatnya, menyerang dengan Ilmu Silat Lam-hai-kong-jiu yang ganasnya seperti gelombang Laut Selatan mengamuk. Kwan Cu terdesak hebat dan payah juga. Biarpun ilmu silatnya Pai-bun-tui-pek-to dapat dipergunakan untuk menghindarkan semua serangan lawan, dan biarpun dia melihat adanya pintu-pintu terbuka dalam kedudukan Lu Thong, namun dia tidak sempat membalas serangan lawan. Cara mengombinasikan Ilmu Silat Pai-bun-tui-pek-to dan Sam-hoan-ciang belum dipahaminya benar. Namun dengan sekuat tenaga dia melakukan perlawanan. Beberapa kali kepalan tangan Lu Thong telah mengenai tubuhnya, namun berkat tenaga lweekang, pukulan itu tidak sampai membuat dia terjungkal. Menarik sekali kalau dilihat sikap kedua orang kakek yang menonton murid-murid mereka bertempur. Ang-bin Sin-kai duduk di atas tanah, bersandar kepada pohon dan menonton dengan mata merem melek, sedikit pun tidak mengeluarkan suara dan tidak pula bergerak. Akan tetapi, sebaliknya, Jeng-kin-jiu Kak Thong Taisu tidak mau diam, seperti orang melihat ayamnya diadu. Ia berjingkrak-jingkrak, sebentar-sebentar berseru "ah!," "bagus!" atau mencela "salah!" sambil memperhatikan gerakan muridnya. Kaki tangannya bergerak-gerak seakan-akan dia sendiri yang bertempur. "Untuk apa kau mempelajari tendangan Liong-jiauw-twi Tendangan Kaki Naga?" tiba-tiba dia berkata seperti mencela muridnya. Padahal ucapan ini merupakan petunjuk dan mendengar ini, Lu Thong lalu menambah serangannya dengan tendangan yang datangnya bertubi-tubi dan cepat sekali. Menghadapi serangan ini, Kwan Cu tak berdaya dan dengan kerasnya sebuah tendangan mengenai pahanya sehingga tubuhnya terlempar jauh dan jatuh berduduk ke atas tanah! "Ha, ha, ha! Ang-bin Sin-kai, muridmu kalah!" Kwan Cu menjadi merah mukanya dan teringat akan nasihat suhunya, dia lalu menjura kepada Lu Thong dan berkata, "Kepandaianmu hebat. Aku mengaku kalah!" Lu Thong mengangkat dadanya dan memandang bangga. Gurunya menepuk-nepuk pundaknya dengan gembira. Ang-bin Sin-kai bangkit berdiri dan pada wajahnya terbayang sinar kegembiraan pula. Ia merasa gembira melihat jalannya pertandingan tadi, karena dia maklum bahwa dasar dari kedua orang anak itu sudah terlihat nyata. Kwan Cu jauh lebih kuat dan kalau saja anak gundul itu sudah mempelajari ilmu menyerang yang hebat, sekali terkena pukulannya Lu Thong tentu takkan dapat bangun kembali tanpa menderita luka hebat. Sedangkan Kwan Cu yang berkali-kali mengalami pukulan dan sekali tendangan hebat, sama sekali tidak terluka! Pula, dia senang melihat cara muridnya mengaku kalah. "Hwesio gendut. Yang baik-baik kau melatih Lu Thong agar kelak tidak mengecewakan. Sepuluh tahun kemudian, kita bertemu lagi dan kita mengadu murid-murid kita. Beranikah kau?" "Ha, ha, ha! Pengemis kurus, tentu saja aku berani. Boleh, boleh! Sepuluh tahun kemudian kita bertaruh dalam pibu murid-murid kita." "Bagus! Taruhanku begini. Kalau muridku menang kau harus memberi hadiah semacam ilmu silat, sebaliknya kalau Lu Thong menang aku akan menambah dengan semacam ilmu silat pula kepadanya. Bagaimana?" "Ha, ha, ha! Kau memang pengemis kelaparan yang licik! Bagimu, menambah pelajaran kepada muridku tidak ada ruginya karena dia adalah cucumu sendiri. Akan tetapi bolehlah, aku pun sudah berjanji ingin menjadi guru dari bocah gundul goblok ini!" Ang-bin Sin-kai lalu mengajak muridnya pergi, akan tetapi sebelum pergi, dia menoleh kepada Lu Thong dan memandang dengan tajam sambil berkata, "Thong-ji, karena kau adalah cucu dari Lu Pin, maka aku hendak memberi nasihat. Hilangkanlah sifat kesombonganmu, karena kalau kau pelihara sifat itu, kelak kau tentu akan mengalami kekecewan karena kesombonganmu." Ketika mengangkat muka memandang, Lu Thong merasa terkejut sekali melihat melihat sinar mata kakek itu demikian tajam dan seakan-akan menembus sampai menjenguk ke dalam lubuk hatinya! Ia buru-buru menundukkan mukanya dan belakang lehernya terasa dingin. "Baik, Kong-kong," katanya perlahan. Ang-bin Sin-kai lalu pergi bersama Kwan Cu. Bocah gundul ini merasa penasaran dan tidak hanya tubuhnya merasa sakit sekali. Begitu bertemu, gurunya telah menurunkan ilmu silat yang hebat kepada Lu Thong seperti yang dilihatnya tadi. Sedangkan dia hanya menerima ilmu-ilmu silat yang untuk menahan serangan Lu Thong saja masih tidak sanggup! Akan tetapi, dasar dia memang anak yang taat dan penerima, dia tidak mau berkata apa-apa dan diam-diam dia mengambil keputusan bahwa kelak dia akan mencari ilmu silat sendiri yang membuat dia tidak terkalahkan! ** Hek-i Hui-mo Iblis Tebang Baju Hitam setelah berhasil menggondol pergi kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, lalu melarikan diri secepatnya. Ia tidak percaya akan keterangan Kwan Cu, bocah gundul itu bahwa kitab itu palsu, karena kalau palsu, mengapa Panglima An Lu Shan begitu mau bersusah payah untuk menterjemahkannya? Hek-i Hui-mo adalah seorang pendeta Tibet yang selain berkepandaian tinggi sekali, juga dia membentuk sebuah perkumpulan agama di Tibet yang memisahkan diri dari Lama atau juga dari aliran pendeta Buddha jubah kuning. Semua murid-muridnya atau anak buahnya mengenakan jubah hitam seperti dia pula. Hwesio ini mempunyai cita-cita untuk menguasai daerah Tibet dan untuk keperluan ini, perlu sekali menterjemahkan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, selain untuk mempertinggi ilmu silat, juga untuk melatih ilmu perang kepada murid-muridnya. Kalau lain orang tokoh besar menganggap tidak ada gunanya lagi kitab itu yang selain di anggap palsu, juga dianggapnya tidak ada orang yang mampu menterjemahkannya, Hek-i Hui-mo beranggapan lain. Ia tahu bahwa di Tiongkok, tidak hanya Gui Tin yang pandai tentang sastra kuno. Ia mengenal pula nama dua orang sastrawan yang kepandaiannya mungkin tidak kalah oleh Gui Tin. Yang seorang adalah Li Po, dan orang ke dua adalah Tu Fu. Tidak ada harapan untuk minta bantuan Li Po karena sastrawan besar ini orangnya aneh dan keras. Ia hendak mencoba untuk minta bantuan sastrawan besar Tu Fu karena kebetulan sekali dia tahu di mana adanya sastrawan perantau ini pada waktu itu. Tu Fu di samping Li Po, adalah seorang sastrawan yang amat pandai dan terkenal. Bahkan sampai di jaman atom ini masih terkenal hasil- hasil karyanya. Ia adalah seorang dari keluarga terpelajar dan berpangkat. Ia masih keturunan dari Tu Yu, seorang jenderal besar yang gagah perkasa dan terkenal sekali dari Kerajaan Cin barat. Kakeknya juga seorang sastrawan besar yang ternama, bernama Tu Shen Yan, sedangkan ayahnya, pernah menjadi seorang jaksa. Namun Tu Fu berwatak jujur dan berjiwa patriot. Ia amat mencinta nusa bangsanya dan melihat keadaan pemerintahan yang dipimpin oleh orang-orang korup, dia tidak mau menduduki pangkat dan bahkan rela hidup sebagai perantau yang miskin, seperti halnya mendiang Gui Tin yang semasa hidupnya dia kenal baik. Hek-i Hui-mo maklum bahwa selain Gui Tin yang sudah tewas, orang-orang yang kiranya dapat menterjemahkan kitab kuno yang telah berada di tangannya, hanya Tu Fu dan Li Po, akan tetapi yang dapat dia mintai tolong hanya Tu Fu seorang. Maka pergilah dia ke Ho-nan di mana dia tahu sastrawan muda itu berada pada waktu itu. Memang Tu Fu telah menjadi seorang perantau yang menjelajah di provinsi-provinsi Kiang-su, Ce-king, Ho-nan, dan Shan-tung. Di kota Kai-feng sebelah timur ibukota Ceng-cou, di dekat pintu gerbang sebelah timur, terdapat sebuah rumah bobrok, bentuknya seperti kelenteng. Memang rumah ini adalah bekas kelenteng yang sudah rusak dan yang gentingnya sudah hampir tidak ada sehingga kalau hujan, tempat itu menjadi basah semua sedangkan di waktu panas tidak terlindung sama sekali. Agaknya yang dapat hidup di tempat rusak dan kotor ini hanya ayam dan babi belaka. Akan tetapi, pada waktu itu, sebelah dalam kelenteng, ada seorang manusia yang tinggal. Orang ini belum tua benar, usianya kurang lebih tiga puluh tiga tahun atau tidak lebih dari tiga puluh lima tahun. Melihat potongan pakainnya, biarpun kain bajunya sudah lapuk dan penuh tambalan, jelas dapat dilihat bahwa dia seorang terpelajar. Pakaiannya seperti pakaian pendeta, panjang sampai ke kaki, dengan ikat pinggang terbuat daripada tali hitam. Kumisnya hitam dan panjang, menggantung di kanan kiri mulutnya. Jenggotnya sedikit saja, di tengah-tengah dagu dan tergantung sepanjang lehernya. Kepalanya tertutup sebuah topi butut, topi sastrawan pula. Tubuhnya kecil kurus, tulang-tulang pipinya menonjol. Sepasang matanya lebar dan tajam sinarnya sedangkan dahinya lebar sekali. Inilah dia Tu Fu, sastrawan yang rela hidup dalam kemiskinan karena dia tidak suka pada pemerintah yang dipimpin oleh orang-orang tidak jujur. Ia rela menderita seperti bangsanya, yakni rakyat kecil yang banyak sekali menderita seperti dia pula. Di dalam penghidupannya yang miskin, kelaparan, ia berduka sekali dan menangis, bukan hanya karena kehilangan puteranya, terutama sekali karena penderitaan keluarganya ini mengingatkan dia akan keadaan para petani miskin, rakyat kecil yang banyak juga menderita kelaparan seperti keluarganya! Semenjak itu, dia pergi merantau, membuat sajak-sajak yang isinya selain memuji alam indah permai sebagaimana menjadi kesukaan para sastrawan, juga dia membuat sajak-sajak keluhan dan protes terhadap pemerintah yang lalim! Betapapun miskinnya Tu Fu, kalau orang menjenguk ke dalam kelenteng bobrok itu, dia akan melihat sastrawan ini tidak pernah berpisah dari alat tulisnya, yakni pena bulu, kertas, dan tinta! Pada waktu itu, matahari telah condong ke barat dan keadaan di dalam kelenteng sudah mulai remang-remang. Akan tetapi, Tu Fu seperti tidak merasa ini semua dan dia masih saja duduk termenung seperti orang bersamadhi, tangkai pena di tangan kanan dan sebuah kipas bobrok di tangan kiri. Tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan tahu-tahu di depannya telah berdiri seorang hwesio berpakaian hitam yang tubuhnya gendut, kulit mukanya hitam dan misainya panjang. Hwesio itu merangkapkan kedua tangan di depan dadanya dan berkata, "Omitohud! Tu-siucai benar-benar rajin sekali. Untuk apakah kau bekerja begitu keras?" tanya hwesio ini yang bukan lain adalah Hek-i Hui-mo adanya. Bagaikan dalam mimpi, Tu Fu menjawab, "Aku takkan berhenti bekerja sebelum berhasil menuliskan sesuatu yang berguna!" "Tu-siucai bersusah payah menulis sajak, untuk apakah gerangan?" tanya pula Hek-i Hui-mo. "Untuk siapa?" Tu Fu mengerutkan keningnya. "Tentu saja untuk rakyat sebagai penambah semangat dan untuk negara sebagai obat pahit yang manjur!" Sambil berkata demikian, Tu Fu bangkit berdiri dan baru sekarang dia memandang kepada pengunjungnya dengan mata terbelalak karena dia heran sekali siapa adanya pendeta yang tak dikenalnya ini. Namun, sebagai seorang terpelajar dan sopan, dia memberi hormat lalu bertanya, "Siapakah Losuhu ini? Dan mengapa datang mengunjungi siauwte yang miskin? Harap dimaafkan, di sini siauwte tidak mampu mengeluarkan air teh atau arak untuk disuguhkan." Hek-i Hui-mo tertawa bergelak. "Mengapa Siucai memikirkan keadaan lain orang? Bagi pinceng tidak membutuhkan makan minum, akan tetapi sebaliknya kaulah yang memerlukan makan dan minum. Lihat, pinceng membawa sedikit daging dan arak untukmu!" Sambil berkata demikian, Hek-I Hui-mo mengeluarkan seguci arak wangi dan sebungkus daging panggang dari saku bajunya yang lebar. To Fu menerima pemberian ini dan menghela napas, "Apa artinya haus dan lapar? Kadang-kadang sampai sepuluh hari aku tidak makan minum dan bajuku mempunyai tambalan lebih seratus jumlahnya, akan tetapi, apakah artinya kalau dibandingkan dengan penderitaan rakyat kecil? Mengingat penderitaan mereka itu, perutku terasa kenyang sendiri dan bajuku sudah terlampau baik! Ah, Losuhu, agaknya hidupmu sebagai pendeta lebih bahagia daripada hidupku sebagai seorang sastrawan!" "Keliru, keliru! Tu-siucai keliru sekali!" jawab Hek-i Hui-mo sambil menggoyang-goyangkan kedua tangannya. "Suka dan duka timbul karena hati dan pikiran sendiri. Kebahagiaan berada di dalam hati sendiri, demikian pula keadaan. Kebahagiaan dapat diusahakan dengan mudah, mengapa kau masih saja duduk merenung menyusahkan keadaan orang lain? Kalau kau suka menerima jabatan, apakah lagi yang menyusahkanmu? Kau memiliki kepandaian tinggi." "Cukup!" tiba-tiba Tu Fu membentak dan suaranya keras saking marahnya. "Siapa sudi membantu orang-orang yang hidup seperti lintah menghisap darah petani miskin? Tidak! Lebih baik mati!" Kemudian, teringat bahwa dia bersikap kasar terhadap seorang suci, dia lalu memberi hormat dan berkata dengan sikap halus, "Maaf, Losuhu. Kalau tadi siauwte dikuasai oleh nafsu amarah. Siapakah sebetulnya Losuhu?" ulangnya, karena pertanyaannya tadi belum terjawab. "Nama pinceng Thian Seng Hwesio dan pinceng datang dari Tibet," jawab Hek-i Hui-mo. Memang sebetulnya dia bernama Thian Seng Hwesio, dan di kalangan kang-ouw saja dia disebut Hek-i Hui-mo. Mendengar keterangan ini, Tu Fu memandang dengan mata lebar. "Dari barat? Ah, Losuhu melakukan perjalanan begitu jauh menjumpai siauwte, ada keperluan apakah?" "Tu-siucai, pinceng tidak mempedulikan perjalanan ribuan li jauhnya dengan maksud memohon sedikit pertolongan darimu, maka pinceng mengharap kemurahan hatimu dan mengharap Tu-siucai takkan menolak." Hek-i Hui-mo biarpun terkenal kejam dan ganas, namun dia juga seorang cerdik dan banyak pengalaman. Menghadapi seorang sastrawan seperti Tu Fu yang biarpun kepandaian tinggi tidak mau menduduki jabatan dan rela hidup menderita, maka dia tahu bahwa orang ini memiliki kekerasan hati yang luar biasa, dan seperti juga Gui Tin, tiada gunanya menghadapi orang seperti ini menggunakan kekerasan. Andaikata dia mempergunakan kekerasan memaksa sastrawan ini membantunya menterjemahkan kitab, hati sastrawan ini hanya akan tersinggung saja dan kalau sampai terjadi demikian, maka agaknya biarpun dia akan memukul sampai mati, sastrawan muda ini takkan sudi membantunya! Oleh karena itulah maka Hek-i Hui-mo menjalankan siasat licin dan bersikap halus dan manis budi. Berbeda dengan Gui Tin yang lebih tua yang sudah banyak bertemu dengan orang-orang kangouw, Tu Fu tidak mengenal tokoh-tokoh besar di dunia persilatan, maka dia tidak mengenal Hek-i Hui-mo dan keganasannya. Ia memang seorang yang berhati mulia dan suka menolong, apalagi menolong seorang hwesio yang lazimnya menuntut penghidupan beribadat suci, tentu saja dia bersiap sedia untuk menolong. "Tu-siucai tak perlu tergesa-gesa. Silakan makan lebih dulu, baru nanti kita bicara kembali," kata Hek-i Hui-mo. Tu Fu tidak berlaku sungkan-sungkan dan sastrawan muda ini lalu makan habis daging dan minum arak itu sampai setengah guci. Setelah tu Fu selesai makan, Hek-i Hui-mo lalu mengeluarkan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng dari saku bajunya, dan sambil memperlihatkan kitab itu kepada Tu Fu, dia berkata, "Pertama-tama pinceng ingin sekali mengetahui pendapat Siucai tentang kitab ini. Pinceng mendapat kitab kuno ini akan tetapi tidak dapat mengerti huruf-hurufnya yang kuno dan sukar dibaca. Dan karena kitab ini bagi pinceng penting sekali. Maka harap Siucai sudi menerangkan apakah kitab ini palsu atau bukan?" Tu Fu menerima kitab itu seperti seorang kelaparan menerima sepotong kue. Sastrawan mana yang tidak tertarik dan penuh gairah melihat sejilid kitab? Ia menerima kitab itu dengan penuh khidmat, lalu mulai membuka lembaran-lembaran pertamanya. "Hm, sebuah kitab kuno yang menarik hati sekali," katanya perlahan, didengarkan oleh Hek-i Hui-mo dengan penuh perhatian. "Sudah ribuan tahun usianya dan ditulis dengan bahasa dalam jaman Kerajaan Couw Timur!" Hek-i Hui-mo tertegun. "Pinceng mendengar bahwa kitab ini ditulis di jaman Shia!" Tu Fu menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin! Sudah pasti sekali ditulis dalam bahasa Couw Timur, Lo-suhu, siauwte tahu betul akan hal ini." "Kalau begitu, apakah kitab ini palsu?"
PusakaLidah Setan 193 Cerita_silat_kho_ping_hoo_pendekar_tanpa_bayangan Sementara pintu-pintu sudah tertutup rapat pdf Wiro Sableng 212 Episode 003: Dendam Orang-orang Sakti Semoga blog ini bisa berrmanfaat, atau minimal tidak merugikan pihak mana pun Semoga blog ini bisa berrmanfaat, atau minimal tidak merugikan pihak mana pun. Jilid 26"Pesilat luar perbatasan maupun seberang laut, semuanya mempertaruhkan nyawa untuk memperebutkan benda belasan tahun benda ini berada padaku, yang mengetahuinya tidak begitu banyak, lagi pula aku cukup terkenal di seberang laut, Kalau ada yang tahu aku berada di sini, mungkin juga tidak berani ke mari merebut benda ini dari tanganku," ujar wanita tua itu dan menambahkan "Seandainya pesilat luar perbatasan atau pesilat di seberang laut yang memperoleh benda ini, maka akan menimbulkan malapetaka, Engkau berasal dari Tionggoan, tentunya tiada seorang pun akan tahu bahwa benda ini berada padamu," "Apakah masih ada sebab lain?" tanya Bee Kun Bu."Kelihatannya aku akan mati di dalam gua ini, Oleh karena itu, aku ingin memohon bantuanmu," jawab wanita tua itu, kemudian menarik nafas panjang, "Entah engkau sudi membantu atau tidak?""Cianpwee lelah menyelamatkan nyawaku, maka aku pun harus membantu Cianpwee walau harus mempertaruhkan nyawaku," jawab Bee Kun Bu setulus hati, "Namun aku sama sekali tidak mengerti ilmu pengobatan, maka misalnya Cianpwee minta bantuanku mengenai itu, aku harus bagaimana?""Aku tahu engkau tidak mengerti ilmu pengobatan," ujar wanita tua itu, Tapi ada satu orang di luar perbatasan yang dapat memunahkan racun tersebut""Siapa orang itu?" tanya Bee Kun Bu tua itu tak segera menyahut, melainkan memperhatikan Bee Kun Bu, lama sekali barulah membuka mulut"Engkau seorang diri mendatangi tempat luar perbatasan tentunya bukan pesiar, tapi pasti punya tujuan tertentu, Dugaanku tidak meleset kan?"Bee Kun Bu diam, ia tidak berani berterus terang karena belum kenal siapa wanita tua terpisah jauh dengan luar perbatasan dan seberang laut, maka kalau engkau tidak tahu jelas tempat- tempat itu, pasti tidak berani datang seorang diri," lanjut wanita tua itu, "Apakah engkau pernah dengar istana Pit Sia Kiong di gunung Taysan?""Pernah." Bee Kun Bu mengangguk "Guruku pernah menceritakan tentang istana itu. Pendirinya adalah Sah Thai Ik, murid partai Khong Tong. Apakah istana itu yang Cianpwee maksudkan?" "Tidak salah, Tapi itu adalah urusan dua ratusan tahun yang lampau. Kini majikan Pit Sia Kiong itu adalah Kim Hun Tokouw, Lam Kiong Siu. pernahkah engkau mendengar nama tersebut?""Tidak pernah.""Kim Hun Tokouw memiliki kepandaian tinggi. Be-lasan tahun yang lalu ketika aku masih berada di luar gua ini, dia sudah amat terkenal Oleh karena itu, aku pun berangkat ke gunung Taysan untuk bertanding dengannya. Tapi sayang sekali, dia justru sedang berpergianTanpa sengaja aku melukai dua muridnya, dan sejak itu terjadilah permusuhan di antara kami. Dua tahun kemudian aku dengar dia memperoleh Pit Giok Cak Tusuk Konde Giok. Karena dia berkepandaian tinggi, maka tidak seorang pun berani mencoba merebutnya, Namun dia cuma memperoleh separuh, itu tiada guna nya. Tak lama aku pun dengar, dia memperoleh semacam obat, khususnya memunahkan racun Thoa Ning Poh Kut San, setengah tahun kemudian aku justru terkena racun tersebut Berhubung di antara kami sudah ada permusuhan maka aku tidak berani menemuinya, dan terpaksa datang ke gua ini untuk mengobati diri sendiri.""Apakah Cianpwee bermaksud menyuruhku pergi menemui Kim Hun Tokouw untuk minta obat pemunah racun tersebut?""ltu merupakan obat langka dan dia tidak mengenalmu, maka bagaimana mungkin dia akan memberimu?" Wanita tua itu tertawa, "Lagi pula kalau tahu bahwa aku yang terkena racun tersebut, dia pasti lebih senang melihat aku mati dari pada menolongku.""Kalau begitu harus bagaimana?"Wanita tua itu tidak menjawab, sebaliknya malah bergerak cepat mencengkeram urat nadi Bee Kun Bu. Betapa terkejutnya Bee Kun Bu, secara otomatis ia pun menghimpun Lweekangnya untuk melindungi urat nadi-nya, agar tidak terluka oleh cengkeraman wanita tua itu."Kenapa Cianpwee melakukan serangan gelap terhadap diriku?" tanya Bee Kun Bu gusar "Apa maksud Cianpwee bertindak demikian?"Wanita tua itu tertawa gelak, lalu melepaskan cengkeramannya seraya berkata."Aku dengar, kepandaian Kim Hun Tokouw seimbang dengan kepandaianku sesungguhnya aku ingin menyuruhmu pergi merebut obat itu, namun saat ini tiada gunanya lagi."Padahal sesungguhnya, wanita tua itu ingin mencengkeram urat nadi Bee Kun Bu untuk memaksanya mengabulkan permintaannya, yakni pergi ke gunung Taysan merebut obat tersebut. Akan tetapi, Bee Kun Bu justru mampu mengerahkan Lweekangnya untuk melindungi urat nadinya, sehingga wanita tua itu tidak dapat mengendalikan Bee Kun Bu. Oleh karena itu, wanita tua tersebut lalu mengatakan begitu, agar Bee Kun Bu tidak mencurigainya."Aku justru ingin mengunjungi Pit Sia Kiong juga, Kalau bisa bertemu Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu, aku pasti minta obat itu untuk Cianpwee," kata Bee Kun Bu."Oh?" wanita tua itu girang bukan main, "Kalau begitu, sebelumnya aku ucapkan banyak-banyak terima-kasih padamu, Juga berharap engkau tidak akan mengingkari janji!""Aku sudah berjanji, tentu tidak akan mengingkari-nya," ujar Bee Kun Bu dan menambahkan "Tapi aku mendatangi Swat Ling San ini justru ada sedikit urusan, mungkin masih membutuhkan waktu untuk menyelesaikan urusan itu, maka aku harap Cianpwee maklum!""ltu tidak jadi masalah." Wanita tua itu tertawa, "Karena engkau bersedia membantuku, aku pun harus menghadiahkan sepotong Pit Giok Cak ini padamu, harap engkau sudi menerimanya!"Wanita tua itu segera menyelipkan Pit Giok Cak itu ke tangan Bee Kun Bu. itu membuat Bee Kun Bu agak bereuriga, kenapa wanita tua itu mau menghadiahkan benda tersebut kepadanya?"Pit Giok Cak Tusuk Konde giok ini tidak utuh, namun tetap merupakan benda pusaka," ujar wanita tua itu ketika melihat Bee Kun Bu diam, "Engkau bisa melihat keanehan benda ini?"Bee Kun Bu memperhatikan benda tersebut, tapi tidak melihat keanehan apa pun, kecuali di pangkal benda itu terdapat dua butir mutiara yang memancarkan sinar"Maafl" ucap Bee Kun Bu. "Aku tidak melihat keanehan benda ini.""Menurut kaum rimba persilatan Lam Hai Laut Selatan, benda ini menyangkut suatu rahasia rimba persilatan, maka kaum pesilat rimba persilatan ingin memilikinya, Mengenai rahasia itu, aku pun tidak begitu jelas, tapi juga berkaitan dengan suatu cerita, aku akan memberitahukan.""Aku sudah siap mendengarkannya," ujar Bee Kun Bu tertarik."Sejak jaman dahulu hingga kini, semakin cantik seseorang wanita, justru semakin malang pula nasibnya." Wanita tua itu menarik nafas panjang, "Kira-kira tiga ratus tahun lalu, muncul seorang gadis yang amat cantik dan berkepandaian tinggi, namun dia tetap manusia, tidak terlepas dari dendam dan kebencian, Akhirnya dia cuma meninggalkan dua potong Pil Giok Cak dan sebuah cerita yang menggetarkan kalbu hingga sekarang,.-."Bee Kun Bu terus mendengarkan dengan penuh perhatian, apa lagi ketika melihat wajah wanita tua itu begitu murung, bahkan sebelah matanya pun telah basah. "Asal usul Pit Giok Cak ini memang agak sulit berasal dari salah seorang murid perguruan Sah, peninggalan Sam Im Sin Ni. Pada masa itu, Sam Im Sin Ni berniat sekali bertanding dengan Thian Ki Cinjin, maka Sam In Sin Ni berangkat ke Tionggoan menuju Kwat Cong San. ""Sam Im Sin Ni memang bertanding dengan Thian Ki Cinjin," sela Bee Kun Bu yang amat tertarik Tapi mereka berdua sama-sama terluka, akhirnya meninggal di Kwat Cong San."itu memang tidak salah." Wanita tua itu manggut-manggut. "Namun itu tiada kaitannya dengan Pit Giok Cak. Sebelum berangkat ke Kwat Cong San di Tionggoan, Sam Im Sin Ni sudah berpikir, mungkin dia dan Thian Ki Cinjin akan tewas bersama dalam pertandingan itu, maka sebelum berangkat ke Kwat Cong San, dia telah mengatur dirinya, Oleh karena itu, muncullah Pit Giok Cak ini."Wanita tua itu berhenti menutur, sedangkan Bee Kun Bu diam saja. Tak seberapa lama kemudian, wanita tua itu pun melanjutkan"Sudah lama Sam Im Sin Ni tinggal di gunung Taysan, Berhubung ingin berangkat ke Kwat Cong San, dan telah berpikir tidak akan pulang dengan selamat, maka sebelum berangkat dia pun lelah menyusun berbagai formasi di tempat tinggalnya untuk mencegah orang lain masuk.""Apakah Sam Im Sin Ni tidak punya pewaris? Kenapa tidak menyuruh pewarisnya untuk menjaga tempat ting-galnya?" tanya Bee Kun Bu."Sam Im Sin Ni tidak punya pewaris, maka menyusun berbagai formasi di tempat tinggalnya.""Pantas Sam Im Sin Ni dan Thian Ki Cinjin menulis kitab Kui Goan Pit Cek, ternyata mereka berdua tidak punya murid!" ujar Bee Kun tinggal Sam Im Sin Ni berada di Uah IIun yang menemukan tempat tinggalnya itu, tentunya orang yang berkepandaian tinggi, karena di tempat itu lelah dipasang berbagai formasi Ngo Heng, Kiu Kiong dan Pat Kwa! Lagi pula di gua itu telah ditutup dengan pintu, harus dibuka dengan kunci.""Apakah Pit Giok Cak adalah kunci itu?" tanya Bee KunBu."Engkau kelihatan agak meremehkan benda tersebut" ujarwanita tua itu dingin, "Benda itu adalah peninggalan Cianpwee dulu, Para pesilat luar perbatasan dan seberang laut menganggap di tempat tinggal Sam Im Sin Ni pasti menyimpan benda pusaka, maka para pesilat mempertaruhkan nyawa masing-masing demi memperoleh Pit Giok Cak ini.""Cianpwee jangan salah paham, aku sama sekali tidak meremehkan benda ini," sahut Bee Kun Bu. "Tadi cuma sekedar tanya.""Sam Im Sin Ni seorang diri berangkat ke Tionggoan dengan membawa Pit Giok Cak. Pada waktu itu tiada seorang pun tahu mengenai benda tersebut, namun setelah Sam Im Sin Ni tidak kembali ke tempat tinggalnya, banyak pula para pesilat luar perbatasan mati di Uah Hun Giam di gunung Taysan Altai.""Kenapa para pesilat luar perbatasan berani mencoba memasuki tempat tinggal Sam Im Sin Ni? Padahal waktu itu, mati hidupnya Sam Im Sim Ni masih belum ada yang tahu.""ltu dikarenakan ilmu silat Pesilat mana yang tidak tahu Sam Im Sin Ni memiliki ilmu silat yang amat tinggi? Oleh karena itu, para pesilat itu pun memberanikan diri memasuki tempat tinggal Sam Im Sin Ni, tapi meraka semua justru mati di sana.""Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut. "Setelah itu, tiada pesilat memasuki tempat itu lagi?""Tetap masih ada pesilat yang mencoba memasuki tempat tinggal Sam Im Sin Ni itu," ujar wanita tua itu. "Tapi pada waktu itu, justru terjadi sesuatu yang diluar dugaan, sehingga para pesilat luar perbatasan dan seberang laut semakin tertarik pada tempat tinggal Sam Im Sin Ni.""Mungkin pada waktu itu Sam Im Sin Ni telah meninggal, kok masih bisa terjadi sesuatu yang di luar dugaan?" tanya Bec Kun Bu heran*****Bab ke 16 - Menutur Kejadian Masa Lampau Wanita tua itu tidak segera menjawab, melainkantersenyum hambar, lama sekali barulah melanjutkan"Pernahkah engkau dengar nama Sah Thai Ik, murid murtad partai Khong Tong?""Guruku pernah menceritakannya. Setelah kejadian di Sao Sit Hong, Sah Thai Ik pun meninggalkan partai Khong Tong, kan?""ltu adalah kejadian dua ratusan tahun yang lampau, tentunya kita tidak tahu jelas tentang kejadian itu. Se-tahuku, Sah Thai Ik memilih gunung Taysan sebagai tempat tinggalnya, kemudian mendirikan istana Pit Sia Kiong, Lagi pula kini Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu memiliki sepotong Pit Giok Cak, maka cerita itu mungkin benar.""Cara bagaimana Sah Thai Ik itu ke gunung Taysan?" "Kebetulan Sah Thai Ik memperoleh Pit Giok Cak, maka dia memilih gunung Taysan sebagai tempat tinggalnya, kemudian mendirikan istana Pit Sia Kiong, itu karena ia ingin membuka gua tempat tinggal Sam Im Sin Ni di Uah Hun Thai Ik telah memperoleh Pit Giok Cak, kenapa tidak langsung pergi membuka pintu gua ilu, dan malah mendirikan Pit Sia Kiong?" Bee Kun Bu tidak mengerti"Sah Thai Ik berasal dari Tionggoan, maka tidak begitu jelas tentang gunung Taysan, lagi pula gunung Taysan merupakan gunung yang amat berbahaya, terutama Uah Hun Giam, tempat tinggal Sam Im Sin Ni itu, Karena amat memakan waktu untuk mencari tempat itu, maka Sah Thai Ik mendirikan istana Pit Sia Kiong,""Kalau begitu, hingga kini masih belum ada orang yang membuka pintu gua tempat tinggal Sam Im Sin Ni?""Entahlah." Wanita tua itu menggelengkan kepala, "Yang jelas akhirnya Pit Giok Cak dipatahkan jadi dua potong.""Kenapa begitu?" tanya Bee Kun Bu heran"Tidak begitu banyak orang tahu tentang itu, aku pun cuma dengar dari orang tua." Wanita tua itu memberitahukan "Setelah memperoleh sepotong Pit Giok Cak ini, barulah aku tahu ada sebab musababnya.""Oh?" Bee Kun Bu semakin tertarik"Pada waktu itu, Sah Thai Ik hanya merupakan murid partai KhongTong, yang sama sekali tidak terkenal Maka para pesilat luar perbatasan tidak begitu menaruh perhatian padanya, Ketika baru tiba di luar perbatasan, dia terus- menerus bertanya tentang gunung Taysan, itu sebabnya banyak pesilat mulai memperhatikannya. Un-tungnya pada waktu itu, kepandaian Sah Thai Ik belum tinggi, sehingga tidak begitu mencurigakan Oleh karena itu, dia bisa tenang tinggal di gunung Taysan dan mendirikan istana Pit Sia Kiong.""Kemudian bagaimana?" tanya Bee Kun Bu."Tapi ada dua orang yang sangat memperhatikan gerak gerik Sah Thai Ik. Kedua orang itu adalah murid dari Cianpwee di gunung Swat Ling San. Kedua orang itu bereuriga lantaran Sah Thai Ik terus-menerus menanyakan tentang gunung Taysan, Lagi pula Sah Thai Ik berasal dari Tionggoan, maka kedua orang tua itu ber-curiga, bahwa Sah Thai Ik telah memperoleh Pit Giok Cak untuk membuka pintu gua tempat tinggal Sam Im Sin Ni." "Sungguh bodoh Sah Thai Ik itu!" ujar Bee Kun Bu. "Kenapa dia terus-menerus menanyakan tentang gunung Taysan? Tentunya akan menimbulkan kecurigaan orang.""Sesungguhnya Sah Thai Ik tidak bodoh, sedangkan kedua murid aliran Swat Ling San cuma sibuk sendiri. Sah Thai Ik sama sekali tidak tahu jalan menuju gunung Taysan, maka terpaksa harus bertanya ke sana ke mati Setelah tahu, dia pun langsung menuju gunung Taysan." "Kedua murid aliran Swat Ling San pasti mengejar-nya.""Memang, Namun Sah Thai Ik sudah ada persiapan, sehingga membuat kedua murid aliran Swat Ling San itu pulang dengan tangan kosong.""Cara bagaimana Sah Thai Ik mengusir kedua murid aliran Swat Ling San?" tanya Bee Kun Bu ingin me-ngctahuinya."Siapapun tidak tahu jelas tentang itu," jawab wanita tua itu. "Walau Sah Thai Ik berkepandaian rendah, tahu kalau ada orang mengikutinya, maka dia tetap berlaku tenang, setibanya di gunung Taysan, dia sama sekali tidak pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni, sebaliknya malah mencari tempat yang indah dan sepi untuk memperdalam ilmu silatnya, Kedua murid aliran Swat Ling San terus menunggu sampai tujuh hari tujuh Sah Thai Ik tidak meninggalkan tempat itu. Mereka berdua cuma melihat Sah Thai Ik pergi cari buah-buahan di hutan, lalu kembali ke tempat itu lagi untuk bersemedi O!eh karena itu, kedua orang itu pun berunding dan memastikan bahwa Sah Thai Ik tidak memperoleh Pit Giok Cak, dan menganggap Sah Thai Ik mendatangi tempat itu cuma ingin memperdalam ilmu silatnya.""Apakah kedua orang itu lalu meninggalkan Sah Thai Ik?" "Setelah memastikan bahwa Sah Thai Ik tidak memperolehPit Giok Cak, kedua orang itu pun pergi, Kesempatan itu tidakdisia-siakan Sah Thai Ik, dia pun segera pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni." "Tentunya Sah Thai Ik menemukan Uah Hun Giam, tempat tinggal Sam Im Sin Ni itu," ujar Bee Kun Bu."Sah Thai Ik tidak menemukan tempat tinggal Sam Im Sin Ni." Wanita tua itu menggelengkan kepala, "Tiga hari tiga malam Sah Thai Ik mencari tempat itu, namun sama sekali tidak menemukannya akhirnya ia pun berhenti mencarinya. itu sungguh di luar dugaan kedua murid Swat Ling San. Kedua orang itu lalu pergi beristirahat di kaki gunung Taysan, dan beberapa hari kemudian baru kembali ke tempat Thai Ik untuk menyelidiknya."Kedua orang itu pasti tahu bahwa Sah Thai Ik pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni, kan?""Sah Thai Ik juga berotak cerdas, ternyata tindakan kedua orang itu sudah dalam perhitungannya, Keika kedua orang itu ke tempat Sah Thai Ik lagi, dan melihat Sah Thai Ik sedang bersemedi di tempat itu. Kedua orang itu menunggu beberapa hari, tapi Sah Thai Ik tidak beranjak dari tempat itu, akhirnya mereka pulang ke Swat Ling San.""Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut dan sangat kagum pada Sah Thai Ik yang berotak cerdas itu."Sejak itu, Sah Thai Ik pun menetap di gunung Taysan," lanjut wanita tua itu, "Dia masih mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni atau tidak, tiada seorang pun mengetahuinya.""Kemudian bagaimana?""Sah Thai Ik tinggal di tempat itu selama empat tahun. Dia menemukan tempat tinggal Sam Im Sin Ni atau tidak, tiada seorang pun tahu. Yang jelas kepandaiannya sudah bertambah tinggi, maka diapun meninggalkan gunung Taysan pergi menantang para pesilat untuk bertanding, dan selalu memperoleh kemenangan Akhirnya dia bertemu Pek Lui Taysu dari Pulau Thao Khong To. Taysu itu berasal dari kuil Siauw Lim, tapi menetap di pulau itu. Mereka berdua bertanding sehari semalam, dan pada jurus terakhir, Pek Liu Taysu berhasil menyentuh pakaian Sah Thai Ik, sehingga Pit Giok Cak itu pun melayang keluar jatuh di tanah, Pek Lui Taysu melihalnya, namun tidak tahu benda apa itu. Akhirnya Pit Giok Cak itu diambil lagi oleh Sah Thai Ik, Namun ketika Sah Thai Ik mengambil benda itu, orang suku Miau yang ada di sana melihatnya, Sejak itu tersiarlah bahwa Sah Thai Ik menyimpan benda tersebut, sehingga para pesilat luar perbatasan dan seberang laut selalu meng-incarnya."Kalau begilu, Sah Thai Ik pasti tidak bisa hidup tenang di Taysan," ujar Bee Kun Bu."Pada waktu iu, ia telah memiliki kepandaian tinggi, maka siapa berani mencoba merebut benda itu dari tangannya?" Wanita tua itu tertawa."Apakah tiada seorang pun pergi menemuinya untuk merebut Pit Giok Cak itu?" tanya Bee Kun Bu."Memang ada, tapi Sah Thai Ik dapat mengalahkannya." Wanita tua itu memberitahukan. "Setelah itu, Sah Thai Ik kembali ke Tionggoan menuju partai Khong Tong untuk bertanding dengan ketua Khong Tong Pay. Kepergiannya memakan waktu dua tahun, kemudian baru kembali ke Taysan dan mendirikan istana Pr,t Sia Kiong, Sejak itu pula ia menutup diri, sama sekali tidak menerima siapa pun. Kalau ada urusan, para muridnya yang membereskan. sedangkan Pit Giok Cak pun tidak pernah diungkit orang lagi.""Apakah masih ada kejadian lain?" tanya Bee Kun Bu ingin mengetahuinya."Ketika pulang dari Tionggoan, Sah Thai Ik menerima dua murid muda-mudi," jawab wanita tua itu dan melanjutkan "Digemblengnya kedua murid itu dengan ilmu silat tinggi, Setelah berusia enam puluhan, Sah Thai Ik pun meninggal Sebelum meninggal dia memberikan Pit Giok Cak kepada murid wanitanya." "Apakah Sah Thai Ik menceritakan tentang Pit Giok Cak itu?""ltu tidak jelas, Mungkin ia tidak menceritakan tentang itu." Wanita tua itu menarik nafas panjang, "Tapi kaum Bu Lim di luar perbatasan sama sekali tidak melupakan Pit Giok Cak itu, Oleh karena itu justru menimbulkan suatu kejadian lain yang masih menjadi buah bibir hingga kini, bahkan menyebabkan Pit Giok Cak terpotong menjadi dua.""Apakah kedua murid itu saling mencinta, lalu Pit Giok Cak itu, lalu dibagi dua?" tanya Bee Kun Bu men-duga."Kalau mereka berdua saling mencinta, tentunya Pit Giok Cak itu tidak akan dibagi dua." Wanita tua itu menarik nafas panjang, "Tentunya cinta mereka telah berubah, sehingga menimbulkan suatu kejadian.""Oh?" Bee Kun Bu mengerutkan kening. "Bagaimana kejadian itu?""Murid wanita itu memberikan Pit Giok Cak itu pada saudara seperguruannya, tapi saudara seperguruannya itu justru menggunakannya untuk menghias rambut, Padahal sesungguhnya, mereka berdua memang saling mencintai, tapi tiada seorang pun di antara mereka berani mencurahkan isi hati, malah timbullah rasa benci dalam hati murid wanita itu.""Murid lelaki itu memang bodoh, kenapa tidak mau menyatakan cintanya pada adik seperguruannya itu?""Mungkin itu sudah merupakan takdir." Wanita tua itu menggeleng-gelengkan kepala, "Setiap tahun gunung Taysan pasti tertutup salju. justru di saat itu muncul seorang pemuda berwajah ganteng di tempat itu, namun dalam keadaan kedinginan Kebetulan kedua murid Sah Thai Ik itu sedang bermain sa!ju. Ketika melihat pemuda itu, tanpa banyak pikir lagi mereka segera memapahnya ke istana Pit Sia Kiong, dan sejak itu timbullah suatu pereintaan.""Si pemuda jatuh cinta pada murid wanita itu?" "Yang benar adalah, murid wanita itu yang jatuh cinta pada pemuda tersebut Ternyata pemuda itu sakit, dua bulan kemudian baru sembuh, Kebetulan saat itu musim semi, maka dia pun jalan-jalan di sekitar istana.""Heran?" Bee Kun Bu tidak mengerti, "Padahal pemuda itu cuma kedinginan, kok bisa jadi sakit sampai dua bulan tidak bangun?""Ternyata mereka berdua telah saling jatuh cinta, sehingga pemuda itu pura-pura sakit, dan murid wanita itu terus menemaninya.""Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut Ternyata begitu!" "Dua bulan kemudian.,." lanjut wanita tua itu. "Merekaberdua betul-betul sudah saling mencinta, keluar masuk istana Pit Sia Kiong pasti berduaan. itu membuat murid lelaki jadi kesal, dan terus cari akal agar pemuda itu meninggalkan istana Pit Sia Kiong.""Lalu bagaimana?""Murid wanita itu tahu tujuan saudara seperguruannya, maka dia pun berterus terang pada kekasihnya, bahwa istana Pit Sia Kiong tidak menerima orang luar, maka dia menyuruh pemuda tersebut agar meninggalkan istana Pit Sia Kiong. ""Tentunya pemuda itu menurut, sebab itu merupakan peraturan istana Pit Sia Kiong," ujar Bee Kun Bu."Tidak salah." Wanita tua itu mengangguk Tanpa berpamit lagi pemuda itu meninggalkan istana Pit Sia Kiong.""Apakah pemuda itu masih kembali ke istana Pit Sia Kiong?""Tidak, Setelah pemuda itu pergi, malam harinya murid wanita itu justru menemui saudara perguruan, akhirnya mereka berdua ribut dan malam itu juga murid wanita tersebut pergi mencari pemuda itu, Karena mengerahkan ginkang, dia pun dapat menyusul pemuda itu di kaki gunung." "Murid wanita itu pasti pergi bersama pemuda ter-sebut," ujar Bee Kun Bu yakin."Tidak begitu." ujar wanita tua itu, "Karena pemuda itu mengatakan bahwa dia berhutang budi pada murid lelaki itu, bahkan juga mengatakan dirinya tidak mengerti ilmu silat, maka ia mengambil keputusan untuk belajar ilmu silat tingkat tinggi, dan setelah berhasil, barulah dia akan melamar gadis itu.""Kalau begitu, pemuda tersebut tidak jahat." Bee Kun Bu menarik nafas."SemuIa pemuda itu memang berhati baik, namun setelah meninggalkan Taysan sifatnya berubah," ujar wanita tua itu melanjutkan "Akhirnya dia masuk ke aliran Swat Ling tahun kemudian, dia pun berhasil mempelajari ilmu silat tinggi aliran Swat Ling San. itu membuat dirinya amat disayang oleh guru-gurunya, Kemudian secara tidak sengaja, ia mendengar tentang Sam Im Sin Ni dan tempat tinggal itu dari guru-gurunya, sehingga pemuda itu terpengaruh.""Kenapa dia terpengaruh?" tanya Bee Kun Bu heran. "Karena dia telah mengetahui tentang Pit Giok Cak itu,maka timbullah keserakahannya," jawab wanita tua itu. "Dia ingin menipu Pit Giok Cak itu dari tangan murid wanita Sah Thai Ik, lalu pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni.""Apakah dia berhasil menipu Pit Giok Cak itu?" "Setelah berniat jahat, dia pun segera berangkat kegunung Taysan menuju istana Pit Sia Kiong," "Berhasilkah dia memperoleh Pit Giok Cak?""Secara diam-diam dia memasuki istana Pit Sia Kiong, kemudian mengajak gadis itu keluar, Dia terus merayu dan membujuk, katanya sangat rindu dan lain sebagainya.""Gadis itu pasti kena rayuannya!" "Benar, Gadis itu memang terkena rayuannya, sebab pemuda itu mengatakan ingin mendapat benda kenang- kenangan dari gadis itu.""Tentunya benda itu Pit Giok Cak!""Tidak salah, Namun Pit Giok Cak itu dari suhengnya untuk menghias rambutnya, maka gadis itu pun tidak berani memberikannya Tapi kemudian gadis itu mematahkan benda itu jadi dua potong. itu sangat mengejutkan pemuda tersebut, dan bertanya kenapa gadis itu berbuat begitu?""Kenapa gadis itu mematahkan Pit Giok Cak jadi dua potong?" Bee Kun Bu pun merasa heran."Ternyata bagian ujung Pit Giok Cak itu diberikan pada pemuda tersebut, sedangkan pangkalnya tetap di-tancapkan pada rambutnya, itu agar suhengnya tidak mengetahui akan hal tersebut.""Kalau begitu, pemuda itu pasti kecewa sekali!""Benar, Pemuda itu memang kecewa sekali." Wanita tua itu menarik nafas panjang, "Justru karena sepotong Pit Giok Cak itu, akhirnya pemuda tersebut malah mati di tangan guru ke tiganya.""Lho?" Bee Kun Bu terbelalak "Kenapa bisa jadi begitu?" "Ternyata pemuda itu berangkat ke istana Pit Sia Kiong,guru-gurunya sudah tahu, Maka di saat ia kembali ke Swat Ling San, langsung dirangkap dan dibunuh.""Kenapa dia dibunuh? padahal dia tidak melanggar peraturan Swat Ling San!" .Bee Kun Bu tidak mengertL"Guru-gurunya mengiranya murid istana Pit Sia Kiong, Agar ilmu silat aliran Swat Ling San tidak di kuasai pihak istana Pit Sia Kiong, maka pemuda itu harus dibunuh.""Sungguh kasihan pemuda itu!" Bee Kun Bu menarik nafas, "Oh ya, bagaimana dengan sepotong Pit Giok Cak itu?" "Bagaimana selanjutnya, tiada seorang pun tahu." Wanita tua itu menggeleng-gelengkan kepala, "Tapi dua tahun kemudian, tersiar berita bahwa aliran Swat Ling San telah memperoleh sepotong Pit Giok Cak, Tentunya berita itu sangat mengejutkan murid wanita istana Pit Sia Kiong, Yang duluan mendengar berita itu malah Su-hengnya, karena itu, gunung Taysan pun menjadi ramai.""Mungkin karena pihak aliran Swat Ling San pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni, maka gunung Taysan menjadi ramai," ujar Bee Kun Bu."Tidak salah, Bahkan Murid lelaki itu pun mulai curiga, kemudian menemui adik seperguruannya untuk menanyakan Pit Giok Cak itu.""Bagaimana adik seperguruan itu menjelaskannya?" tanya Bee Kun Bu tegang."Gadis itu cuma menangis, karena tidak tahu Pit Giok Cak itu merupakan kunci pintu gua Sam Im Sin Ni.""Kemudian bagaimana?""Gadis itu cuma memperlihatkan sepotong Pit Giok Cak. suhengnya terperanjat ketika melihat Pit Giok Cak itu cuma tinggal sepotong. Sebelum dia melampiaskan kemarahannya, Sumoynya itu justru telah mencabut pe-dang, dan mendadak menusuk dadanya sendiri.""Haah?" Bee Kun Bu terbelalak "Dia bunuh diri?" "Ya." Wanita tua itu mengangguk. "Suhengnya ter-perangah atas tindakan Sumoynya itu, dia berdiri seperti kehilangan sukma.""Setelah kejadian itu, bagaimana murid lelaki itu?" "Setelah itu, murid lelaki itu pun pergi, dan ketika pulangmembawa dua pasang muda-mudi, Ternyata dia menerima dua pasang muda-mudi itu sebagai muridnya, Sejak itu dia tidak pernah meninggalkan istana Pit Sia Kiong lagi." "Cianpwce begitu jelas tentang kejadian itu, apakah Cianpwee punya hubungan dengan kejadian itu?" tanya Bee Kun Bu mendadak"Aku adalah darah daging pemuda dan murid wanita itu," jawab wanita tua itu dengan air mata bereucuran"Apa?" Bee Kun Bu melongo, "Itu... itu bagaimana mungkin?""Secara diam-diam murid wanita itu melahirkanku, kemudian aku dititipkan pada orang lain." Wanita tua itu memberitahukan "lbuku juga meninggalkan amanat, bahwa selamanya aku harus menghindari istana Pit Sia Kiong itu, Akan tetapi setelah aku dewasa, akupun pergi mengambil sepotong Pit Giok Cak. Namun akhirnya aku malah diracuni oleh murid durhaka itu. Mudah-mudahan engkau bersedia ke istana Pit Sia Kiong tersebut menemui Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu untuk meminta obat dengan menggunakan sepotong Pit Giok Cak ini!"Bee Kun Bu diam saja, dan tanpa sengaja ia menundukkan kepala memandang Pit Giok Cak tersebut, Ternyata di Pit Giok Cak tersebut terukir semacam pemandangan, mirip sebuah telaga dan puncak gunung."Bersediakah engkau pergi ke istana Pit Sia Kiong?" tanya wanita tua itu karena melihat Bee Kun Bu diam Kun Bu tersentak, lalu cepat-cepat mendongakkan kepala sambil menatap wanita tua itu, Kapan wanita tua itu dilahirkan dan kapan ia ke istana Pit Sia Kiong mengambil Pit Giok Cak itu? Ternyata Bee Kun Bu tidak habis berpikir tentang ini, Tapi karena menyangkut rahasia pribadi orang, maka ia pun tidak mau bertanya, khawatir wanita tua itu akan tersinggung."ltu menyangkut mati hidupnya Cianpwee tentunya aku tidak akan menolak." jawab Bee Kun Bu dan menambahkan "Namun dari tadi kita terus bereakap-cakap, Cianpwee masih belum memberitahukan nama besar Cianpwee Kalau aku ke istana Pit Sia Kiong, aku harus memberitahukan apa?""Namaku Ciu Lin." Wanita tua itu memberitahukan "Aku dijuluki Miauw Muk Jin Mo lblis Mata Picak.""Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut, dari julukan itu sudah dapat diketahui bahwa wanita tua itu berhati kejam."Dalam tiga puluh tahun ini, aku jarang bertemu lawan yang setimpal di luar perbatasan maupun di seberang laut," ujar Ciu Lin. "Kwa Ih Kang, setan tertua di Swat Ling San yang berkepandaian tinggi itu pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap diriku, Berhubung tubuhku mengidap racun, maka aku tiada kesempatan bertanding dengan Kim Hun Tokouw- Lam Kiong Siu, lagi pula almarhumah pun telah berpesan, agar aku tidak cari gara-gara dengan istana Pit Sia Kiong."Ciu Lin memandang Bee Kun Bu dan melanjutkan "Engkau datang ke Swat Ling San ini, tentunya punya masalah dengan Lima Setan Swat Ling San. Engkau bersedia membantuku ke istana Pit Sia Kiong meminta obat pemunah racun itu, maka aku pun bersedia membantumu dalam hal menghadapi Lima Setan Swat Ling San itu."Oh?" Bee Kun Bu girang sekali, "Aku ingin bertanya, bagaimana kepandaian mereka?""Benarkah engkau sama sekali tidak tahu bagaimana kepandaian mereka?" Ciu Lin balik bertanya."Terus terang," jawab Bee Kun Bu jujur "Aku sudah bertemu empat setan itu. Kiu Tok Ciu-Liu Bwee sangat licik dan banyak akalnya, bahkan juga mahir berbagai formasi Ngo Heng, Kiu Kiong dan Pat Kwa, Tan Cun Goan memiliki Lweekang tinggi, Ling Coa Hong Tok Oey Hue ahli dalam hal racun, sedangkan Ciak Bin Sal Sin tidak begitu tinggi kepandaiannya. Apakah Lam Thian It Sat berbeda dengan keempat saudara seperguruannya?""Lam Thian It San-Kwa Ih Kang adalah saudara tertua, tentunya berbeda dengan yang lain," sahut Ciu Lin sambil tersenyum "Sebelum terkena racun, aku pernah datang di Swat Ling San ini untuk menyelidiki riwayat hidup ibuku, Aku bertarung dengan empat setan, Seperti apa yang engkau katakan, Tan Cun Goan memang memiliki Lweekang tinggi, Kui Tok Ciu-Liu Bwee sangat licik dan mahir pula membentuk berbagai macam fornasi, Ling Coa Hong Tok-Oey Hue adalah pakar racun, ilmu silatnya tidak begitu tinggi, apalagi Ciak Bin Sat Sin itu, cuma sok jago tapi kosong, Lain halnya dengan Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, dia memang berkepandaian tinggi.""Kalau begitu, berarti Cianpwee pernah bertarung dengan Lam Thian It Sat?" tanya Bee Kun Bu."Tidak salah." Ciu Lin tersenyum "Setelah aku sampai di Siang Cing Koan, markas Lima Setan Swat Ling San itu, aku dan Lam Thian It Sat pun bertarung sengit Walau sudah lebih dari tiga ratus jurus, tapi masih tiada yang kalah dan menang, Kami boleh dikatakan setanding, maka aku pun amat kagum akan kepandaiannya Oleh karena itu, aku memberitahukan tentang tujuanku ke Siang Cing Koan, dia pun menanggapi dengan serius, sehingga kami pun berhenti bertarung, Setelah aku diracuni aku kemari untuk mengobati diriku sendiri, itu disebabkan tempat ini sangat aman, lagi pula musuh-musuhku pun tidak berani lancang memasuki Swat Ling San ini. sedangkan Lam Thian It Sat juga mengijinkan untuk tinggal di tempat ini.""Setelah bertarung dengan Lam Thian It Sat, apakah Cianpwee tahu ilmu silatnya berasal dari mana?""Memang berasal dari Tionggoan, namun telah dicampur adukkan dengan ilmu silat suku Miauw, seperti halnya ilmu silatku." Ciu Lin memberitahukan "llmu silat andalan Lam Thian It Sat adalah Im Hong Toan Hun Ciang llmu Pukulan pemutus Roh, PukuIan itu dapat menembus nadi menghancurkan jantung, bahkan mampu melukai orang dalam jarak sepuluh langkah. Kalau engkau bertarung dengannya, haruslah menjaga jarak di luar sepuluh langkah. itu pasti menguntungkan dirimu, Tapi ada satu hal yang engkau harus ingat, yakni Hong Hwee Tong Goa Angin Api yang ada di bawah altar ruang Siang Cing Koan itu, jangan sampai terperangkap ke dalamnya.""Terimakasih atas penjelasan Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu. "Oh ya, bolehkah Cianpwee memberitahukan di mana Siang Cing Koan itu?""Apa?" Ciu Lin tertegun "Jadi engkau masih belum tahu di mana Siang Cing Koan itu?""Ya." Bee Kun Bu mengangguk "Aku sama sekali tidak tahu, sehingga diriku terjebak masuk ke dalam jurang ini.""Ooooh!" Ciu Lin manggut-manggut. "Kui Tok Ciu tahu tidak mampu melawanmu, maka dia menjebakmu masuk ke jurang ini. Dia yakin aku membunuhmu, jadi dia ingin meminjam tanganku untuk melenyapkanmu. seandainya aku memberitahukan kepadamu di mana Siang Cing Koan itu, aku pun tidak akan merasa bersalah terhadap Lam Thian It Sat itu."Usai berkata begitu, Ciu Lin mengerutkan kening, kelihatannya sedang memikirkan sesuatu, Bee Kun Bu diam saja, Berselang sesaat, barulah Ciu Lin menatap Bee Kun Bu seraya berkata."Aku ke Siang Cing Koan sudah belasan tahun yang lalu, Di saat itu mereka juga mengurung Ku Cu Cen. Setelah berlalu belasan tahun, mungkin Siang Cing Koan itu pun telah dipugar dan dipasang berbagai jebakan. ""Aku tidak takut menghadapi jebakan-jebakan itu," ujar Bee Kun Bu."Engkau memang gagah berani, Kalau tidak, bagaimana mungkin engkau berani memasuki Swat Ling San ini?" Ciu Lin menatapnya da!am-dalam. "Keluar dari gua ini, engkau akan melihat sebuah puncak gunung yang mirip lima jari manusia, Setelah melewati puncak gunung itu sejauh ratusan mil, akan tampak sebuah bangunan, itulah Siang Cing Koan." "Terimakasih, Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu. "Aku mohon diri!""Engkau mau pergi?" tanya Ciu Lin dingin"Ya." Bee Kun Bu mengangguk "Memangnya kena pa?" "Bagaimana cara engkau meninggalkan tempat ini?" tanyaCiu Lin."Itu. " Bee Kun Bu memang tidak memikirkan hal ini."Akn., tidak tahu harus bagaimana ke luar dari sini.""Kalau aku tidak memberitahukan jalannya, engkau pasti tidak akan bisa keluar dart jurang ini," ujar Ciu Lin."Mohon Cianpwee sudi memberitahukannya!""Aku memang harus memberitahukan, namun,. " Ciu Linmenatapnya tajam "Engkau jangan lupa akan janjimu itu.""Harap Cianpwee berlega hati, aku tidak akan ingkar janji," sahut Bee Kun Bu sungguh-sungguh."Engkau pun harus ingat," ujar Ciu Lin memberitahukan "Kalau engkau tidak kembali dalam waktu enam buIan, aku pun tidak akan tertolong lagi."Bee Kun Bu jadi diam, sebab ia sendiri juga tidak tahu, apakah ia bisa kembali kemari dalam waktu enam bulan atau tidak."Sudahlah!" Ciu Lin menarik nafas panjang, "Aku pasrah dan mengikuti takdir saja, Namun mudah-mu-dahan engkau bisa kembali dalam waktu enam bulan dengan membawa obat pemunah racun itu.""Cianpwee, aku pasti berupaya agar bisa kembali ke mari tepat waktunya," ujar Bee Kun Bu berjanji"Mudah-mudahan!" sahut Ciu Lin. "Di belakangku terdapat sebuah lubang besar, di dalam lubang itu terdapat sebuah !orong, Engkau meloncat ke dalam lubang itu, dan melalui lorong itu engkau pasti dapat ke luar.""Oh?" Bee Kun Bu girang bukan main. Terimakasih, Cianpwee! Mudah-mudahan aku bisa kembali ke mari dalam waktu enam bulan!""Selamat jalan!" ucap Ciu Kun Bu melangkah ke belakang wanita tua itu, namun tidak melihat lubang tersebut"Cianpwee, di mana lubang itu?" tanya Bee Kun Bu heran. "Di balik batu yang besar itu!" Ciu Lin Kun Bu segera ke sana, tidak salah, di baliksebuah batu besar terdapat sebuah lubang yang cukup besar."Cianpwee, sampai jumpa!" ucap Bee Kun Bu, lalu meloncat ke dalam lubang itu. Memang tidak salah, lubang itu merupakan sebuah lorong yang amat panjang dan gelap pula....*****Bab ke 17 - Menghadapi Formasi Lima Unsur dan Barisan MacanSaat ini Bee Kun Bu sudah keluar dari jurang itu, Dapat dibayangkan betapa girang hatinya, sementara hari pun sudah gelap, namun diterangi oleh sinar bulan mendongakkan kepala dan terbelalak, ternyata ia melihat sebuah puncak gunung yang disebut Ngo Cih Hong Puncak Lima Jari. Menurut Miauw Muk Jin Mo Ciu Lin, setelah melewati puncak gunung itu sejauh ratusan mil, akan tampak sebuah bangunan yakni Siang Cing itu, Bee Kun Bu segera mengerahkan ginkangnya menuju puncak gunung itu, Tak lama ia mulai memasuki sebuah rimba yang penuh pepohonan dan batu-batu aneh, otomatis membuatnya tidak bisa mengerahkan ginkangnya lagi, hanya bisa berlari berkelebat sosok bayangan putih. Sosok bayangan putih itu berhenti di atas sebuah batu yang jaraknya sepuluhan depa di hadapan Bee Kun Bu. Sosok bayangan itu ternyata orang berbaju Lima Jari adalah tempat penting di Swat Ling San!Siapa yang memasuki tempat ini, harap memberitahukan nama, agar dilaporkan pada ketua!" bentak orang berbaju putih Kun Bu memandang orang berbaju putih itu, ia yakin bahwa orang itu cuma sebagai penjaga ditempat tersebut, maka Bee Kun Bu tidak menghiraukannya, dan langsung melesat ke depan orang berbaju putih itu mengeluarkan semacam terompet, lalu ditiupnya sehingga suaranya mendengung- Kun Bu memutar badannya, maksudnya ingin menangkap orang berbaju putih tersebut, akan tetapi, ketika ia memutar badannya, orang berbaju putih itu hilang entah ke membuat Bee Kun Bu terheran-heran, tapi kemudian ia teringat sesuaiu. Jangan-jangan kini ia berada di dalam semacam formasi, sebab ia pernah mengalami hal semacam ini ketika melawan Kiu Tok Ciu-Liu karena itu, ia mulai berhati hati dan siap menghadapi segala sesuatu, MuIailah ia berjalan menuju ke depan, Berselang beberapa saat, ia merasa heran karena tidak melihat suatu keanehan apa mengayunkan kakinya lagi. Pada waktu bersamaan terdengarlah suara tawa panjang di balik sebuah pohon, Seketika juga Bee Kun Bu mencabut pedang pusaka yang terselip di punggungnya. Trang! Bee Kun Bu sudah menggenggam pedang tawa itu terdengar lagi di balik pohon lain, tapi tidak tampak orangnya."Kalian para setan Swat Ling San, sudah banyak melakukan kejahatan." bentak Bee Kun Bu lantang, "Aku harap kalian keluar! Kalau tidak, kalian pasti menyesal!"Terdengar lagi suara tawa panjang, Berselang sesaat, muncullah belasan orang mengurung Bee Kun Kun Bu memandang mereka satu persatu, tampak dua orang di antara mereka berpakaian aneh. Bee Kun Bu juga terkejut, sebab belasan orang itu mengurungnya berdasarkan semacam formasi yang berbentuk Kiu Kiong dan Pat Kwa."Siapa engkau? Berani bertingkah di sini!" bentak orang yang berpakaian putih."Aku Bee Kun Bu, murid partai Kun Lun!" sahut Bee Kun Bu memberitahukan. "Aku ke mari ingin bertemu Kwa Ih Kang, sekaligus menangkap Souw Peng Hai dan Co Hiong! Harap kalian melapor pada Kwa Ih Kang, agar dia menyerahkan kedua orang itu padaku! Kalau ttdak, aku pasti meratakan Siang Cing Koan!""Partai Kun Lun jauh di Tionggoan, sama sekali tiada hubungan dengan Swat Ling San!" sahut orang berpakaian aneh, "Aku sudah menerima perintah dari ketua, melarang siapa pun yang ingin menemuinya. Tempat ini merupakan jalan masuk ke Siang Cing Koan, juga merupakan tempat larangan! Aku harap engkau tahu diri dan segera mundur! Kalau tidak, kami terpaksa me-nangkapmu!""Aku sudah bertemu empat setan Swat Ling San, bahkan juga sudah bertarung dengan mereka! Kalau kalian tahu diri, cepatlah buang senjata kalian dan segera tinggalkan tempat ini!" sahut Bee Kun Bu dingin. "Hm!" dengus orang berpakaian aneh. "Kematianmu sudah berada di ambang pintu, tapi masih berani omong besar! sekarang aku akan menyuruhmu merasakan ke-lihayan formasi lima unsur dari Swat Ling San kami!"Usai membentak, orang itu pun segera memberi aba-aba, dan seketika juga sembilan orang yang mengurung Bee Kun Bu menghunus senjata masing-masing, lalu berputar-putar dan menyerang Bee Kun Kun Bu tidak tahu bagaiman keanehan formasi lima unsur itu. ia cuma mengayunkan pedangnya ke arah orang berbaju putih, Maksudnya ingin membunuh orang itu dengan sekali tetapi, ketika pedangnya berkelebat ke arah orang baju putih itu, ia pun mendengar suara desiran senjata lain di belakangnya, Ternyata ia pun diserang dari belakang, sedang orang baju putih itu secepat kilat meloncat ke boleh buat! Bee Kun Bu harus berkelit pula, Kemudian ia pun memutar pedangnya menangkis semua senjata yang Terdengar suara benturan senjata, bunga api pun waktu bersamaan, sepuluh orang itu pun ber-putar- putar, lalu menyerang dan mundur berdasarkan lima unsur, yakni unsur Kim Emas, Muk Pepohon, Sui Air, Hwee Api dan Tou Tanah.Repot juga Bee Kun Bu menghadapi formasi tersebut sebab sepuluh orang itu dibagi lima pasang, kemudian lima orang menyerang dari bawah, dan yang lain menyerang dari atas. Setelah itu, berubah lagi dengan berbagai macam seranganpertarungan pun semakin seru, Ketika diserang dari bawah, Bee Kun Bu langsung menarik nafas dalam-dalam menghimpun Lweekangnya, lalu menangkis serangan- serangan itu dan meloncat ke belakang, namun tetap terkurung di dalam formasi terasa pertarungan sudah lebih dari dua puluh jurus, Bee Kun Bu tampak terkejut, karena tidak menyangka formasi lima unsur itu begitu hebat dan sulit dipecahkanTiba-tiba ia berdiri tegak di tempat, pedang diturunkan ke bawah menyentuh tanah, dan secara diam-diam dimasukkannya tangan kirinya ke dalam waktu bersamaan, serangan dahsyat pun mengarah padanya dari lima jurusan, Bee Kun Bu memekik keras sambil mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan- serangan itu, dan mendadak mengayunkan tangan kirinya."Aaakh!" Terdengar suara jcritan, tampak dua orang langsung Kun Bu tambah semangat, dan segera menyerang mereka dengan pedang dan jarum Toan Meng Cin. Terdengar lagi dua kali jeritan, ternyata dua orang lagi itu tampak sinar pedang berkelebatan, dan terdengarlah suara jeritan di sana-sini. Kini cuma tinggal empat orang, otomatis formasi lima unsur itu tidak dapat berfungsi terdengar suara siulan, kemudian ke empat orang itu pun langsung lari ke dalam rimba, Bee Kun Bu tidak mengejar mereka, melainkan memandang orang-orang yang tergeletak Salah seorang adalah orang yang berbaju putih, kelihatannya dia terluka oleh jarum Toan Meng berbaju putih itu merintih-rintih sambil mendekap perutnya, Keringatnya pun terus-menerus mengucur dari keningnya dengan sepasang mata mendelik-delik. Tak seberapa lama kemudian, orang itu pun itu, Bee Kun Bu terkejut tapi girang karena jarum Toan Meng Cin begitu lihay, Oleh karena itu, ia pun mengambil keputusan, apabila kelak bertemu lawan tangguh, ia akan menggunakan jarum tersebut Yang dimaksudkan lawan tangguh tentunya Kun Bu memandang yang lain, tampak dua orang terluka oleh pedangnya, tapi masih bernafas, justru membingungkannya, karena tidak tahu harus berbuat apa. Harus menolong mereka atau tidak? Di saat ia sedang bimbang, mendadak salah seorang yang luka itu menyerang dada Bee Kun Bu dengan mereka begitu dekat, sehingga sulit bagi Bee Kun Bu mengelak serangan yang mendadak itu. Namun ia masih sempat meloncat ke belakang, namun ujung golok itu berhasil merobek terhindar dari serangan itu, Bee Kun Bu pun mengucurkan keringat dingin, hampir saja nyawanya melayang. Karena itu, dapat dibayangkan betapa gusarnya Bee Kun Bu. ia segera menghimpun Lweekangnya, lalu memukul ke arah orang itu."Aaakh!" jerit orang itu dan terpental beberapa depa, dan nafasnya pun putus Kun Bu terdiri termangu-mangu, lama sekali barulah mengayunkan kakinya memasuki rimba itu, ia pun berharap akan bertemu Pek Yun Hui dan Gin Tie Suseng-Kim Eng Kun Bu terus melangkah, ia tahu bahwa tempat itu menuju Siang Cing Koan, tentunya banyak jebakan pula, maka ia melangkah dengan hati-hati sekali justru ia sama sekali tidak tahu bahwa dirinya sudah berada di dalam pengawasan penjaga di situ. Ternyata penjaga di situ sudah menerima laporan dari orang-orang yang menyerangnya ia mendengar suara semacam terompet, kemudian suara itu sambung-menyambung semakin Bee Kun Bu terus pasang telinga mendengarkan suara terompet itu. ia ingin memanfaatkan suara terompet itu sebagai petunjuk jalan, agar bisa mencapai Siang Cing suara terompet itu tidak terdengar lagi, badan Bee Kun Bu langsung melesat ke arah suara terompet itu, Akan tetapi, sungguh mengherankan Ketika sampai di tempat suara itu ia sama sekali tidak menemukan waktu bersamaan, terdengar lagi suara terompet sejauh setengah mil itu membuat Bee Kun Bu terheran-heran Ternyata suara terompet itu berada di tempat yang dilaluinya ketika masuk tadi, y "Hmm!" dengus Bee Kun Bu. "Mereka ingin memancing aku keluar, aku malah sengaja masuk ke dalam! Apakah kalian tidak akan keluar menyambutku?"Bee Kun Bu melesat ke dalam Terdengar lagi suara terompet, kali ini suara terompet tersebut berada jauh di depan sekitar tiga mil, Seketika juga ia melesat ke tempat itu. Berselang beberapa saat kemudian, ia sudah sampai di suatu tempat yang penuh ditumbuhi rerumputansementara malam pun semakin larut, sedangkan suara terompet itu terus berkumandang, seakan memberitahukan tentang kedatangan Bee Kun Bee Kun Bu melihat puluhan pasang bintik terang menyorot ke arahnya, ia mengernyitkan keing, tidak tahu benda apa itu, namun sudah bersiap untuk menghadapi segala kemungkinanSetelah mendekat, barulah ia terbelalak, ternyata bintik- bintik yang menyala terang itu adalah mata macan. Belasan ekor macan yang garang semakin mendekat, kemudian mengaum keras menggetarkan tempat belasan ekor macan itu menerjang ke arah Bee Kun Bu dengan terkaman Cepat-cepat Bee Kun Bu mengayunkan pedangnya, seketika juga belasan ekor macan itu meloncat mundur Kelihatannya macan-macan itu takut akan sabetan pedang Bee Kun Bu. Macan-macan itu mengaum keras lagi. Bee Kun Bu berpikir, tiada gunanya melawan macan-macan itu. Walau ia mampu membunuh semua macan itu, tapi akan menghamburkan tenaganya, maka lebih baik menghindarSetelah berpikir demikian, Bee Kun Bu memutar badannya, Namun ketika ia baru mau meloncat pergi, sekonyong-konyong muncul lagi belasan macan menghadang di hadapannya, bahkan terdengar suara tawa dingin, dan menyusul suara tua yang serak."Bee Kun Bu, kini engkau sudah terkurung oleh barisan macan! Kalau engkau tahu diri, masih ada kesempatan bagimu untuk meninggalkan tempat ini! Tapi kalau tidak jangan mempersalahkan pihak Swat Ling San bertindak kejam terhadapmu!"Bee Kun Bu terkejut ia tidak menyangka macan-macan itu telah dilatih dan mampu membentuk suatu barisan"Aku sudah mendapat pelajaran formasi lima unsur, itu cuma merupakan formasi anak kecil! Oleh karena itu, aku pun ingin belajar kenal dengan barisan macanmu ini!" sahut Bee Kun Bu dingin"Engkau yang menghendaki begitu, jangan mempersalahkanku!" Terdengar lagi suara serak, kemudian disusul oleh suara mengherankan, ketika macan-macan yang berjumlah tiga puluh enam ekor itu mendengar suara terompet, semuanya langsung duduk, Tak lama terompet itu berbunyi lagi, seketika juga macan-macan itu bangkit sambil mengaum Kun Bu terperanjat sebab macan-macan itu sangat menurut pada suara terompet."Aku harus berhati-hati!" ujarnya dalam hati, "Aku tidak melihat orang itu, tapi dia mampu memberi perintah pada macan-macan dengan suara terompet, itu membuktikan bahwa orang itu berkepandaian tinggi, aku tidak boleh meremehkannya!"Terdengar lagi suara terompet berbunyi aneh. Mendadak macan-macan itu berputar-putar mengelilingi Bee Kun Bu sambil mendongak-dongakkan kepala menatapnya tajam."Bee Kun Bu, engkau masih muda dan sudah terkenal di rimba persilatan Tionggoan, kenapa engkau malah ingin cari mati di tempat ini? Aku beri kesempatan terakhir padamu, cepatlah tinggalkan tempat ini! kalau tidak, begitu aku memberi perintah pada macan-macan itu, sulit bagimu untuk meloloskan diri!"sesungguhnya Bee Kun Bu memang sudah amat terkejut menyaksikan barisan macan-macan itu, tapi ketika mendengar ucapan orang itu, timbullah rasa panas dalam hatinya, lalu tertawa panjang."Mati atau hidup bukan merupakan masalah besar, maka engkau tidak perlu bermurah hati padaku!" ujar Bee Kun Bu lantang, "Aku berani memasuki Swat Ling San ini, tentunya sudah tidak menghiraukan soal mati lagi! Oleh karena itu, cepatlah perintahkan macan-macanmu itu menyerangku!"Tiada sahutan, rupanya orang itu amat kagum pada keberanian Bee Kun Bu. sementara macan-macan itu sudah tampak tidak sabaran, sebab sudah sekian lama menunggu perintah, dan mereka pun mulai kacau."Yaaah!" Terdengar suara helaan nafas, "Kalau be-gitu, harap Bee siauhiap berhati-hati!"Terompet berbunyi lagi tiga kali dengan nada aneh, Begitu mendengar suara terompet itu, tampak tiga ekor macan langsung menerkam Bee Kun ayal lagi Bee Kun Bu pun segera mengayunkan pedangnya, ia menyerang ketiga ekor macan itu dengan jurus Thui Coan Moh Goat Mendorong jendela Memandang Bulan, kemudian disusul pula dengan jurus Ceh Li Thou Cun Gadis Menenun Sutera.Akan tetapi, ketika ia menyerang ketiga ekor macan itu, tiba-tiba terompet berbunyi lagi, lalu tampak enam ekor macan menerkam Bee Kun Bu dari Kun Bu langsung memutar pedangnya dengan jurus Um Coan Hui Uh UIar Terbang Menari Lincah, yaitu salah satu jurus dari ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoat yang diserti dahsyat jurus itu, sehingga tiga ekor macan terpental terkena serangan tersebut Namun pada waktu bersamaan, lima ekor macan lainnya menerkam ke arahnya .Bee Kun Bu terpaksa memutar pedangnya membentuk sebuah payung melindungi dirinya, Kelima ekor macan itu terdorong mundur Ternyata Bee Kun Bu menyalurkan Lweekang pada pedangnya, sehingga menimbulkan segulung angin berhembus ke arah macan-macan yang menerkamnya kelima ekor macan itu terdorong mundur, tapi maju lagi macan lain menerkamnya, sehingga Bee Kun Bu kewalahan menghadapinya, Cepat-cepat ia mengerahkan ginkangnya lalu meloncat ke saat itu terdengar lagi suara terompet Semua macan itu langsung mundur, kemudian duduk diam, tentunya membuat Bee Kun Bu tereengang."Bee Kun Bu, apakah engkau punya hubungan dengan Tan Cun Goan?" tanya orang ketika bertanding dengan Tan Cun Goan di permukaan sungai, secara diam-diam Bee Kun Bu telah mempelajari ginkang Tan Cun Goan, Maka tadi tanpa pikir lagi, ia langsung mengerahkan ginkang tersebut"Aku memang pernah dua kali bertemu, namun aku tiada hubungan dengannya!" sahut Bee Kun Bu dingin. "Kalau begitu, kenapa engkau mahir ilmu ginkangnya yang disebut Ti Yun Chung Menembus Kelangit?""ltu bukan ilmu rahasia, maka aku mahir ilmu ginkang itu," sahut Bee Kun Bu sambil tertawa."Hm!" dengus orang itu dingin. "Meskipun engkau berkepandaian tinggi, tetap sulit bagimu untuk meloloskan diri dari kepungan barisan macan ini!"Usai berkata begitu, orang itu pun langsung meniup terompetnya, Macan-macan yang diam itu segera mengaum keras dan menyeringai Tiga puluh enam ekor macan itu mulai mendekati Bee Kun Bu, dan siap terdengar suara terompet meninggi, dan seketika juga tampak empat ekor macan menerkam ke arahnya, Kali ini Bee Kun Bu tidak bertindak main-main lagi, kecuali bergerak cepat dan mengayunkan pedangnya secepat kilatKeempat ekor macan itu tersabet pedang, dan langsung roboh dan tak bangun lagi, sedangkan yang tiga puluh dua ekor lagi kelihatan bertambah garang dan berpular-putar mengurung Bee Kun Bu. Mendadak muncul lagi empat ekor, ternyata menggantikan macan yang terluka tadi, sehingga jumlah mereka tiga puluh enam ekor seperti berbunyi lagi, dan seketika juga macan-macan itu menerkam Bee Kun Bu secara bergantian Bee Kun Bu terpaksa memutar-mutar pedangnya untuk melindungi diri, Akan tetapi, macan-macan itu terus-menerus menerkamnya."Bee Kun Bu!M Terdengar suara dingin. Tidak gampang engkau memperoleh kepandaian tinggi, lebih baik engkau pergi sekarang! jangan sampai aku perintahkan macan-macan itu mencabik-cabik tubuhmu!""Aku bukan orang yang takut mati dan gampang digertak!" sahut Bee Kun Bu sambil tertawa gelak, "Eng-kau boleh perintahkan macan-macan ini untuk mencabik-cabik tubuhku!" Ketika menyahut, Bee Kun Bu juga pasang kuping untuk mendengar suara tadi berasal dari mana, Sebab macan- macan itu tunduk pada orang yang meniup terompet, maka jalan satu-satunya adalah menangkap orang itu."Aku cukup baik memperingatkanmu, namun engkau tidak mau menurut!" ucap orang yang bersembunyi itu. "Apa boleh buat, jangan mempersalahkanku berlaku kejam padamu!"Ketika orang itu baru mau meniup terompetnya, Bee Kun Bu segera mengayunkan tangannya, Ternyata ia sudah tahu orang itu bersembunyi di mana, dan segeralah menyerangnya dengan jarum Toan Meng Cin."Aakh!" Terdengar suara jeritan, orang itu roboh dan sekaligus terguling keluar dari tempat Kun Bu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. ia pun segera menyerang mata dua ekor macan. Kedua macan itu mengaum keras, karena mata masing-masing telah tertusuk pedang Bee Kun tiga puluh enam ekor macan itu bergerak menurut suara terompet Kalau tidak mendengar suara terompet, maka barisan macan itu akan kacau dengan sendirinya, Apalagi dua ekor macan telah buta matanya, sehingga mengamuk ke sana ke mari membuat barisan itu bertambah itu dimanfaatkan Bee Kun Bu. Cepat-cepat ia mengayunkan pedangnya menyerang macan-macan ekor roboh mandi darah, sedangkan Bee Kun Bu tidak berhenti sampai di situ. Macan-macan itu tergeletak mandi darah, sisa beberapa ekor langsung kabur ke dalam seketika suasana di tempat itu. Bee Kun Bu berdiri termangu-mangu, beberapa saat kemudian, barulah mengayunkan kakinya mendekati orang yang terkena senjata rahasianya. Orang itu berusia enam puluhan, namun nyawanya telah putus, Bee Kun Bu menarik nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala, timbul rasa ibanya pada orang tua itu. Maka ia berjanji dalam hati, tidak akan sembarangan menggunakan jarum Toan Meng Cin saat bersamaan, tiba-tiba terdengar semacam suara siulan yang amat tajam, Bee Kun Bu segera bersiap-siap menghadapi apa yang akan terjadisekonyong-konyong tampak puluhan panah meluncur ke arah Bee Kun Bu. Begilu cepat luncuran panah itu, membuat Bee Kun Bu tidak sempat berpikir lagi, ia langsung memutarkan pedangnya untuk melindungi diri dan puluhan panah itu tersapu rontok oleh putaran pedang Bee Kun Bu."Jangan bertindak secara sembunyi-sembunyi, itu adalah pengecut! Ayoh! Cepat perlihatkan diri kalian!" sahutan, meluncur lagi puluhan panah ke arahnya, Kali ini Bee Kun Bu memutar pedangnya sambil meloncat ke tempat luncuran panah-panah tersebutAkan tetapi, di tempat itu tidak tampak seorang pun, namun Bee Kun Bu yakin ada orang bersembunyi di situ."Aku tahu kalian bersembunyi di balik air terjun itu!" ujar Bee Kun Bu lantang, Ternyata di tempat itu terdapat air terjun, "Kalau kalian tidak keluar, aku pasti menyerang kesitu!""Engkau mundur beberapa depa, kami akan segera keluar!" Terdengar suara sahutan sahutan itu membuat Bee Kun Bu terheran-heran, sebab suara itu mirip suara wanita tapi juga mirip suara lelaki, Walau terheran-heran, ia tidak lupa meloncat mundur beberapa depa."Aku sudah mundur beberapa depa, harap kalian keluar!" dua anak kecil melesat keluar, Usia anak kecil itu sekitar lima belasan, dengan rambut dikuncir ke atas, Masing- masing menggenggam pedang, dan langsung menyerang Bee Kun Kun Bu agak melongo ketika melihat dua anak kecil melesat keluar dari balik air terjun, justru ia tidak menyangka kalau kedua anak kecil itu akan menyerangnya secara mendadak, ia langsung meloncat mundur dan ujarnya sambil tertawa."Kalian berdua masih kecil, ada dendam apa kalian berdua denganku? Kenapa menyerangku dengan panah, dan kini menyerangku lagi dengan pedang?"Kedua anak kecil itu tidak menyahut, sebaliknya malah menyerang Bee Kun Bu lagi dari dua masih kecil, kedua anak itu memiliki ilmu pedang yang cukup lihay, sayangnya mereka masih kecil sehingga Lweekang mereka belum tinggi."Eeh?" Bee Kun Bu tertawa geli, "Kalian berdua sudah tidak menyayangi nyawa sendiri? Aku bertanya sekali lagi, kenapa kalian menyerangku? Kalau kalian tidak menjawab, aku pasti menghajar kalian!"Kedua anak kecil itu tetap tidak menyahut, Salah satunya malah menyerang Bee Kun Bu dengan sengit menggunakan jurus Tou Ciok Mun Lou Menyambit Batu Menanya Jalan, Yang satu lagi menyerang Bee Kun Bu dengan jurus Pat Hong Hong Ih Hujan Angin Delapan Penjuru.Bee Kun Bu terkejut juga menyaksikan serangan-serangan mereka, ia langsung menangkis menggunakan jurus Thian Kang Loh Mo lb!is Terbang Kelangit, itu merupakan jurus yang sangat dahsyat Akan tetapi mendadak kedua anak kecil itu membuang pedang masing-masing, kemudian menjatuhkan diri sambil menangis Kun Bu terbelalak ia tidak mengerti kenapa kedua anak kecil itu mendadak menangis begitu. "Hei, bocah! Kalian berdua tiada permusuhan denganku kenapa melancarkan serangan gelap terhadap-ku?" tanya nya."Engkau kejam!" sahut salah seorang anak kecil itu sengit "Engkau telah membunuh kakekku dengan senjata rahasia, maka kami harus menuntut balas! Tapi kami masih kecil, bukan lawanmu! Kalau kelak sudah besar kami berdua pasti membunuhmu untuk membalas dendam kakekku!"Bee Kun Bu teriegun, ia memandang kedua anak kecil itu, kemudian tanyanya heran."Apakah orang tua itu kakek kalian?"Kedua anak kecil itu tidak menyahut, melainkan terus menangis sedih, itu membuat Bee Kun Bu salah tingkah, dan tidak tahu harus berbuat apa?"Sudahlah!" ujar Bee Kun Bu seakan menghibur "Kalian berdua tidak perlu menangis, orang sudah mati tidak bisa hidup lagi, Kakek kalian menurut pada perintah Lima Setan Swat Ling San, itu pertanda ia bukan orang baik. Oleh karena itu, kalian berdua jangan mencontohi kakek kalian itu, dan harus jadi orang baik.""Siapa bilang kakekku bukan orang baik? Engkau yang jahat!" bentak salah seorang anak itu."Adik, jangan mencaci orang!" ujar anak yang memakai baju hijau, "Kakak akan bertanya padanya."Tanyalah!" sahut Bee Kun Bu cepat"Engkau bukan orang Swat Ling San?" tanya anak yang berbaju hijau."Aku datang dari Kwat Cong San di Tionggoan, murid partai Kun Lun," jawab Bee Kun Bu memberitahukan, "Aku ke mari ingin membuat perhitungan dengan Lima Setan Swat Ling San, maka bagaimana mungkin aku orang Swat Ling San?" "Kalau begitu, engkau naik ke mari dari mana?" Bocah berbaju hijau menatapnya tajam."Aku ke mari melalui Bo Cih Hong Puncak ibu Jari," jawab Bee Kun Bu heran, "Memangnya kenapa?""Apakah engkau bertemu formasi di tempat itu?Bagaimana caramu meloloskan diri dari formasi itu?" Tanya bocah berbaju hijau dan tampak bingung pula."Di tempat itu memang ada formasi lima unsur, tapi telah kupecahkan." Bee Kun Bu bocah itu tampak kurang pereaya, Mereka memandang Bee Kun Bu dengan mata terbelalak"Bukankah tadi aku sudah bilang pada kakek kalian, apakah kalian berdua tidak mendengar?" Bec Kun Bu tersenyum."Kakak!" ujar bocah berbaju merah pada saudaranya, "Tidak salah, orang ini bukan orang Swat Ling San.""Dia telah membunuh kakek," sahut bocah berbaju hijau, "Dia... dia bukan orang baik."Pereakapan kedua bocah itu membuat Bee Kun Bu tidak habis berpikir, sebab kedengaran kakek mereka bukan anak buah Lima Setan Swat Ling San, namun kenapa kakek mereka menjaga di tempat itu bersama macan-macan."Adik kecil, kalian berdua jangan emosi," ujar Bee Kun Bu lembut. "Biar aku menjelaskan persoalan itu. Aku ke mari justru ingin membasmi Lima Setan Swat Ling San, tapi kakek kalian menghalangiku, bahkan memberi perintah pada macan- macannya untuk menerkam ku. Aku harus meloloskan diri, maka terpaksa turun tangan jahat terhadap kakek harus berterus terang padaku, kalau kalian bukan orang Swat Ling San, aku pasti mewakili kakek kalian membalas dendam, bahkan akan membawa kalian pergi meninggalkan Swat Ling San ini. Setujukah kalian?" "Engkau bukan orang Swat Ling San, tentunya orang baik," ujar bocah berbaju hijau, "Tapi kenapa engkau tega membunuh kakek kami?""Kalian harus tahu, barisan macan itu sangat lihay, Kalau aku tidak melukai kakek kalian, tentunya diriku yang bakal celaka, Kakek kalian juga bersalah, kenapa mau menjual nyawanya demi Lima Setan Swat Ling San?""Jangan mempersalahkan kakek kami!" Sahut bocah berbaju hijau, "Tubuh kakek kami mengidap racun ular, maka tidak bisa jalan, Kalau engkau tidak pereaya, aku akan mengajakmu pergi melihatnya.""Sebelumnya memang aku tidak tahu," ujar Bee Kun Bu. "Baiklah! Mari kita pergi melihat mayat kakekmu!"Mereka bertiga menuju tempat mayat orang tua itu tergeletak Ternyata di tempat itu terdapat sebuah kali kecil"Lihatlah!" Bocah berbaju hijau menunjuk mayat kakeknya, "Bukankah di punggung kakekku dibelenggu dengan rantai?"Bee Kun Bu memandang punggung orang tua yang lelah jadi mayat itu, memang ada rantai halus membelenggunya."Kenapa begitu? Bolehkah kalian memberitahukan padaku?" tanya Bee Kun Bu."Kakek kami ditangkap Lima Setan Swat Ling San, kemudian Ling Coa Hong Tok meracuni kakek, setelah itu mengurung kakek di balik air terjun untuk menjaga tempat ini." Bocah berbaju hijau memberitahukan. "Kakek kami pawang macan, tapi Lima Setan Swat Ling San khawatir kakek akan kabur, maka tulang punggung kakek dibelenggu dengan rantai besi. Sudah beberapa tahun kami ikut kakek tinggal di balik air terjun."" keluh Bee Kun Bu dan merasa menyesal sekali telah menggunakan jarum Toan Meng Cin untuk membunuh orang tua itu, ia tak menyangka bahwa orang tua itu bukan orang Swat Ling San. "Adik-adik, mari kita kubur mayat kakek kalian!""Kini kakek sudah tidak punya nyawa!" sahut bocah berbaju merah, "Mayat itu jangan diganggu, biarkan saja begitu!""Kenapa?" tanya Bee Kun Bu heran."Kakek pernah berpesan begitu pada kami," Bocah berbaju hijau memberitahukan."Kalau begitu. " Bee Kun Bu menarik nafas panjang,"Baiklah! Oh ya, kenapa kakek kalian bisa ditangkap Lima Setan Swat Ling San?""Beberapa tahun lalu, kakek mengajak kami berdua ke gunung mencari rumput obat, tak disangka bertemu Lima Setan Swat Ling San, akhirnya mereka bertarung Padahal kakek tidak kalah melawan mereka, tapi kami berdua ditangkap duluan untuk dijadikan sandera, maka kakek terpaksa menyerah," tutur bocah berbaju hijau, "Setelah itu, Ling Coa Hong Tok meracuni dan mengurung kakek di balik air terjun, bahkan memasang rantai besi di punggungnya, agar kakek tidak bisa kabur.""Aaakh. !" Bee Kun Bu menarik nafas panjang danbertambah menyesal, karena telah salah tangan membunuh orang tua itu dengan jarum Toan Meng Cin. "Kalian berdua harus ingat, aliran Swat Ling San adalah musuh kalian, Maka setelah kalian dewasa kelak, kalian harus menuntut balas!""Kakek sudah bilang, kalau kakek mati, kami berdua harus berusaha kabur dari tempat ini," ujar bocah berbaju hijau."Kakek kalian pernah bilang, bahwa kalian harus pergi mencari siapa?" tanya Bee Kun Bu sambil memandang mereka berdua."Kami akan pergi mencari paman," sahut bocah berbaju merah. "Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut, "Kalian tahu jalan keluar dari tempat ini?""Tahu." Bocah berbaju merah mengangguk "Setiap hari kami berdua berkeluyuran di gunung ini, maka tahu jalan keluar.""Engkau bukan orang Swat Ling San, lebih baik aku beritahukan," sambung bocah berbaju hijau, "Kakek memang punya rencana untuk membalas dendam, maka kami disuruh belajar ginkang agar lebih leluasa berkeluyuran di gunung ini. Kami telah menemukan sebuah jalan di belakang gunung, Memang agak sulit melewati jalan itu, tapi aman sebab tiada penjaga di sana, Lagi pula orang-orang Swat Ling San pun tidak tahu jalan itu, maka gampang sekali kami kabur dari sini.""Kalau begitu, apakah kalian tahu jalan yang menuju Siang Cing Koan?" tanya Bee Kun Bu mendadak, "Tahu." Bocah berbaju hijau mengangguk "Bagus." Bee Kun Bu girang. "Kalau begitu, maukah kalian menunjukkan jalan itu, agar aku dapat membalas dendam kakek kalian?"Kedua bocah itu saling memandang, kemudian bocah berbaju merah mengarah pada mayat kakeknya, Ternyata mayat orang tua itu telah masuk sungai, dan mulai tengge!am."Kakek mulai tenggelam! Kakek mulai tenggelam!" teriak bocah berbaju Kun Bu pun mengarah ke sana, mayat orang tua itu memang sudah mulai tenggelam, seketika juga Bee Kun Bu berlutut menghadap ke arah mayat orang tua itu."Aku Bee Kun Bu mohon maaf, karena tidak tahu hal yang sebenarnya, maka menggunakan jarum Toan Meng Cin melukai Cianpwee, sehingga membuat Cian-pwee menemui ajal." sementara mayat itu terus tenggelam, akhirnya tidak kelihatan lagi, Bee Kun Bu menarik nafas panjang, kemudian ujarnya kepada kedua bocah itu."Tempat ini amat bahaya, maka aku akan mengantar kalian turun gunung, Sebelum berhasil mempelajari ilmu silat tinggi, janganlah kalian ke mari!""Kami sudah tahu jalan ke luar itu, tidak perlu diantar," sahut bocah berbaju hijau, "Sebaliknya engkau tidak tahu jalan ke Siang Cing Koan, maka harus bagai-mana?""Walau tidak tahu jalan ke sana, aku tetap harus maju." Bee Kun Bu tersenyum."Ngo Cih Hong Puncak Lima Jari terdiri dari lima puncak, dan setiap puncak merupakan tempat yang amat bahaya, Kalau engkau maju terus ke depan, itu sangat membahayakan dirimu," ujar bocah berbaju hijau dan menambahkan "Tadi engkau kelihatan menyesal, itu membuktikan engkau adalah orang baik, Jadi lebih baik kita bekerja sama, kami berdua akan menunjukkan jalan rahasia yang menuju Siang Cing Koan, Cepal sampai bisa pula cepat membunuh Lima Setan Swat Ling San, maka kakek pun dapat tenang di alam baka.""Baiklah." Bee Kun Bu mengangguk "Setelah itu, aku pun akan mengantar kalian turun gunung,""Kakek sudah berpesan, apabila dia mati, aku harus segera membawa adikku meninggalkan Swat Ling San. Aku tidak berani melanggar pesan itu, Aku akan menunjukkan jalan rahasia itu, lalu akan membawa adikku pergi," sahut bocah baju hijau, "Apakah engkau setuju?""Baiklah, aku setuju!" Bee Kun Bu mengangguk "Nah, sekarang engkau boleh menunjukkan jalan itu, aku ikut di belakang kalian.""Tadi suara terompet bergema sampai ke Siang Cing Koan, maka setiap tempat pasti dijaga ketat," ujar bocah berbaju hijau, "Jalan rahasia itu memang tiada seorang pun tahu, tapi kita tetap harus waspada." itu. "BetuI." Bee Kun Bu kagum sekali akan ketelitian bocah"Jalan rahasia itu berada di salah sebuah gua di balik air terjun Kita harus melalui gua itu, Tapi gua itu sangat gelap, engkau harus hati-hati." Bocah berbaju hijau memberitahukanSetelah itu, ia dan adiknya segera melesat ke arah air terjun itu, dan Bee Kun Bu segera melesat mengikuti kedua bocah itu. Tiba-tiba Bee Kun Bu melihat sebuah gua. Kedua bocah itu melesat ke dalamnya, kemudian Bee Kun Bu mengikuti dalam gua gelap gulita, Bee Kun Bu langsung menghimpun Lweekangnya untuk menjaga segala kemungkinan"Meskipun tempat ini amat gelap, kami tidak pernah menyalakan lampu, itu agar tidak terlihat orang, Coba perhatikan ke depan, itu adalah tempat duduk kami," ujar bocah berbaju hijau memberitahukan Bee Kun Bu melihat ke depan, memang tampak beberapa buah batu tempat duduk."Dapatkah engkau melihat keanehan gua ini?" tanya bocah berbaju merah mendadak sambil tersenyumBee Kun Bu segera memperhatikan gua tersebut, namun ia sama sekali tidak melihat keanehan apa ada jalan keluar kan?" Bocah baju merah tertawa. "Kalian mengajakku ke mari, maka aku yakin di dalam guaini terdapat jalan rahasia, Ya, kan?" Bee Kun Bu tersenyum"Betul Di dalam gua ini memang ada jalan rahasia," sahut bocah berbaju merah, "Namun Lima Setan Swat Ling San sama sekali tidak tahu, kalau kami berdua yang membuat jalan rahasia itu.""Oh?" Bee Kun Bu terbelalak Kedua bocah itu mendekati salah sebuah batu, lalu menggeserkannya, Ternyata di bawah batu itu terdapat sebuah lubang."Lubang ini merupakan mulut terowongan di bawah tanah, panjang terowongan sekitar tiga mil, tapi banyak tanah becek di sana, maka engkau harus mengikuti langkah kami," ujar bocah baju Kun Bu semakin kagum pada kedua bocah itu. Usia mereka masih begitu kecil, tapi justru memiliki daya pikir yang begitu panjang."Ayolah! Mari kita meloncat ke dalam!" ajak bocah berbaju merah dan langsung meloncat ke dalam lubang itu, Bocah berbaju hijau lalu menyusul, begitu juga Bee Kun di luar dugaan, ia merasa menginjak tanah keras. sedangkan bocah berbaju hijau segera menekan sebuah tombol, dan seketika lubang itu tertutup dibayangkan, betapa gelapnya terowongan itu. "Jalan di terowongan ini banyak turun naiknya, makaengkau harus berhati-hati!" pesan bocah berbaju merah."Kalian boleh segera melangkah, aku pasti mengikuti langkah kalian," sahut Bee Kun Bu sambil tersenyumKedua bocah itu mengangguk lalu mulai melangkah ke kiri, ke kanan dan ke depan, Bee Kun Bu terus mengikuti langkah mereka."Aku sama sekali tidak kenal ke dua bocah itu. Walau mereka berdua sangat mendendam pada Lima Setan Swat Ling San, tapi yang membunuh kakek mereka adalah aku. Kalau mereka menjebak aku di terowongan ini, bukankah aku akan menjadi repot sekali?" ujar Bee Kun Bu dalam hati, "Oleh karena itu, aku pun harus waspada."Kedua bocah itu terus melangkah semakin cepat, Bee Kun Bu terus mengikuti mereka dengan berhati-hati. Berselang beberapa saat kemudian, kedua bocah itu berhenti, Bee Kun Bu pun mengikuti berhenti dan tereengang"Kenapa berhenti di sini?" Tanyanya."Tidak lama lagi kita akan keluar dari terowongan ini, berarti kita sudah sampai di puncak ke dua dan terdapat dua jalan pula," jawab bocah berbaju hijau memberitahukan "Yang satu adalah jalan rahasia yang akan menembus ke belakang Siang Cing Koan, jalan yang lain harus melalui sisi puncak, tapi bisa secara diam-diam menuju Siang Cing Koan, Nah, engkau mau pilih jalan yang mana?""Bagaimana selisih waktu di antara kedua jalan itu?" tanya Bee Kun Bu."Kalau melalui jalan rahasia, itu akan memakan waktu sehari semalam," jawab bocah baju hijau, "Kalau melalui sisi puncak, mungkin akan terhalang oleh salju, maka menurutku lebih baik engkau menempuh jalan rahasia saja.""Baiklah. Aku akan menempuh jalan rahasia itu. Kalian boleh menunjukkan jalan rahasia itu, aku akan mengikuti kalian dari belakang," sahut Bee Kun Bu."Maaf!" ucap bocah berbaju hijau, "Sebelum kakek mati, dia sudah berpesan pada kami, jangan ke puncak ke tiga kalau kepandaian kami masih rendah, Oleh karena itu, kami tidak bisa menemanimu lagi.""Lalu bagaimana dengan kalian?" tanya Bee Kun Bu. "Kini kakek kalian telah mati, kalau kalian tidak ikut aku ke atas, kalian mau ke mana?""Aku akan pergi mencari paman, itu amanat kakek sebelum mati," jawab bocah berbaju hijau dengan mata basah, "Kami sudah tahu jalan untuk meninggalkan Swat Ling San ini, engkau tidak usah mengkhawatirkan kami!""Yaah!" Bee Kun Bu menarik nafas panjang, "Aku pun sangat menyesal Karena mengira kakek kalian itu orang Swat Ling San , maka aku menggunakan senjata membunuhnya Harap kalian berdua jangan menaruh dendam padaku!""Engkau telah membunuh kakek dengan senjata rahasia, kelihatannya kita sudah punya dendam berdarah, sesungguhnya kakek sudah punya rencana, dan memberitahukan pada kami berdua, bahwa dia sangat mendendam pada Lima Setan Swat Ling San. Akan tetapi kakek malah harus menjaga tempat itu agar tidak di-masuki orang lain, Kalau orang yang berkepandaian rendah, kakek pasti mengusirnya.""Kenapa begitu?" tanya Bee Kun Bu. "Kakek kalian mendendam pada Lima Setan Swat Ling San tapi kenapa mau membantu mereka mengusir orang yang ingin memasuki tempat itu?""Kakek bilang, kalau ada orang datang, tentunya ingin membunuh Lima Setan Swat Ling San. Tapi kalau yang datang itu tidak mampu memecahkan barisan ma-can, bagaimana mungkin melawan Lima Setan Swat Ling San itu? Lalu untuk apa harus mengantar nyawa ke Siang Cing Koan? Bukankah lebih baik pergi? ketika terkena senjata rahasia itu, kakek pun berpesan pada kami untuk menanyakan perguruanmu dan melarang kami memusuhimu, Namun. "Bocah berbaju hijau mulai terisak, "Kakek kami mati secara mengenaskan, maka kami berdua sangat sedih sehingga menyerangmu dengan panah, kemudian menyerang lagi dengan pedang. Kami telah melanggar pesan kakek, harap engkau sudi memaafkan kami kakak beradik!""Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut"Aku tahu engkau bernama Bee Kun Bu, tapi belum tahu dari perguruan mana," ujar bocah berbaju hijau, "Bolehkah engkau memberitahukan pada kami?""Aku murid partai Kun Lun." Bee Kun Bu memberitahukan sambil tersenyum, "Hian Ceng Totiang adalah guruku, aku datang dari Tionggoan." "Pantas engkau berkepandaian tinggi, ternyata berasal dari partai terkemuka di Tionggoan!" ujar bocah berbaju hijau terbelalak"Adik-adik kecil!" Bee Kun Bu tersenyum lagi, "Bolehkah aku tahu nama kalian dan nama kakek kalian itu?""Nama kami adalah Cui Cing Hiong dan Cui Cing Bun," jawab bocah berbaju hijau memberitahukan "Kakek bernama Cui It Peng, julukannya adalah Ju Houw Koai Siu Kakek Aneh Penakluk Harimau.""Kalian berdua masih kecil, bagaimana mungkin dapat menemukan paman kalian? Lebih baik ikut aku ke Siang Cing Koan, Setelah aku meratakan tempat itu, aku akan mengantar kalian pergi mencari paman kalian itu," usul Bee Kun Bu."Maafl" ucap Cui Cing Hiong, "Kami kakak beradik tidak berani melanggar amanat kakek, kita berpisah di sini, Kalau punya jodoh, kelak kita pasti berjumpa kembali"Jalan rahasia yang menuju belakang Siang Cing Koan itu, apakah kalian yang membuatnya? Selain katian, siapa yang tahu jalan rahasia tersebut?" tanya Bee Kun Bu."Jalan rahasia itu memang sudah ada," jawab Cui Cing Hiong dan menambahkan "Tapi kami berdua yang memperbaikinya, Kami yakin tidak ada orang lain yang tahu jalan rahasia itu.""Kalau begitu, kita terpaksa berpisah di sini, mudah- mudahan kita akan berjumpa kelak!" ucap Bee Kun Bu."Sebelum kakek menghembuskan nafas penghabisan dia pun menyuruh kami memberitahukan padamu," ujar Cui Cing Hiong. "Katanya, Lima Setan Swat Ling San sangat licik dan banyak akal busuk, maka engkau harus berhati-hati menuju ke Siang Cing Koan,"Terimakasih!" ucap Bee Kun Bu terharu, "Lima Setan Swat Ling San amat jahat, mereka berlima pasti akan mendapat ganjarannya! Aku akan segera ke sana, kalian berdua boleh pergi sekarang.""Mari kita naik ke atas dulu!" ajak Cui Cing dan adiknya langsung naik ke atas, Bee Kun Bu pun menyusul Ternyata mereka berada di dalam rimba. Bee Kun Bu menengok ke sana ke mari, kemudian matanya melihat sebuah jalan setapak."Jalan setapak itu menuju ke belakang Siang Cing Koan?" tanya Bee Kun Bu."Bukan." Cui Cing Hiong menggelengkan kepala, "ltu adalah jalan yang akan melalui sisi puncak. Sedangkan jalan rahasia yang menuju belakang Siang Cing Koan berada di dalam gua.""Di mana gua itu?" tanya Bee Kun Bu cepat."Tuh!" Cui Cing Hiong menunjuk sebuah batu besar, "Gcser batu itu, dibalik batu itu terdapat sebuah gua.""Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut Terima-kasih!" "Kalau begitu, kami harus segera meninggalkan tempat ini,sampai jumpa!" ucap Cui Cing Hiong, lalu mengajak adiknya meninggalkan tempat mereka berdua pergi jauh, barulah Bee Kun Bu mendekati batu besar itu. ia menggeserkan batu tersebut, tampaklah sebuah gua di balik batu Kun Bu memasuki gua itu, kemudian menutupnya kembali dengan batu tersebut, Gelap sekali di dalam gua itu tapi Bee Kun Bu tidak melihat dengan jelas, ia tidak bergerak maju, melainkan berdiri di situ sambil memperhatikan lorong gua itu, ia menghunus pedangnya, barulah melangkah ke dalam dengan hati-hati sekali, sebab ia sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan di gua itu.***** Bab ke 18 - Pertarungan di Siang Cin KoanBee Kun Bu terus melangkah dengan hati-hati di dalam lorong itu. ia berlega hati karena tidak mengalami suatu kejadian apa pun. Entah berapa lama kemudian, ia sudah berada di ujung lorong, tapi tiada jalan menuju Kun Bu merasa heran, ia menengok ke sana ke mari, tetapi tidak melihat adanya jalan keluar itu membuatnya kebingungan Tidak mungkin kedua bocah itu membohonginya, namun berada di mana jalan ke luar itu?"sementara Bee Kun Bu berdiri sambil berpikir, tiba-tiba tampak sedikit cahaya menyorot ke dalam, tapi cepat sekali sudah hilang. Walau begitu, Bee Kun Bu sudah tahu cahaya itu berasal dari langit-langit ia meloncat ke atas sebuah batu, lalu tangannya meraba-raba langit-Iangit lorong tersebut seketika wajahnya berseri, ternyata tempat yang dirabanya itu bisa bergerak dan akhirnya terbuka sedikitBee Kun Bu melongok ke luar dan terbelalak, karena melihat sebuah halaman yang penuh ditumbuhi berbagai jenis bunga. Menyaksikan itu, hatinya merasa girang, Tiba-tiba ia pun bersiap-siap, ternyata melihat beberapa orang membawa lentera. Kelihatannya mereka itu pe-ronda, sedangkan cahaya yang dilihat Bee Kun Bu di dalam lorong tadi adalah cahaya lentera tersebutSetelah para peronda itu pergi, Bee Kun Bu menggeserkan batu yang di atas itu, lalu melompat ke luar sekaligus bersembunyi Batu yang digesernya itu adalah semacam batu hiasan di taman itu. Tak lupa Bee Kun Bu menggeserkan kembali, setelah itu barulah berendap-endap mendekati bangunan yang ada di ia melihat dua sosok bayangan, maka cepat- cepatlah bersembunyi di tempat yang gelap, Siapa ke dua orang itu, tidak lain adalah Ling Coa ilmu Tok-Oey Hue dan Kui Tok Ciu-Liu Bwce, yang sedang berjalan sambil bereakap- cakap, Namun kemudian, tampak lagi sosok bayangan melewati kedua orang itu, bahkan memperdengarkan suara keluhan, ternyata Ciak Bin , Sat Sin."kepandaian Ji Suheng semakin maju," ujar Ling Coa Hong Tok. "Ginkangnya sungguh mengejutkan!"Kiu Tok Ciu tertawa dingin, lalu sahutnya dengan suara nyaring."Dugaan adik telah salah, Ji Suheng terkena senjata rahasia, maka dia harus cepat ke Siang Cing Koan menemui Toa Suheng, agar segera diobati.""Pantas dia sama sekali tidak meladeni kita!" ujar Ling Coa Hong Tok. "Oh ya! Kok engkau tahu badannya terkena senjata rahasia? Lagi pula siapa yang menggunakan senjata rahasia melukainya?""Siapa yang menggunakan senjata rahasia melukainya, aku pun tidak tahu, mungkin salah seorang dari tiga orang yang kita jumpai itu," jawab Kiu Tok Ciu dan melanjutkan "Tadi ketika melewati kita, dia mengeluarkan suara keluhan, lagi pula tangan kirinya memegang erat-erat lengan kanannya, itu pertanda lengan kanannya terkena senjata rahasia.""Dua lelaki dan satu wanita yang kujumpai itu, salah satu lelakinya telah kita pukul ke dalam jurang, Meskipun dia berkepandaian tinggi, tidak akan selamat sedangkan lelaki dan wanita itu, jelas sudah memasuki puncak Lima Jari, mungin mereka masih terkurung di dalam formasi Lima Unsur, Tapi... kenapa Ji Suheng berlari begitu kencang seperti dikejar selan?""Walau Bee Kun Bu telah kita pukul ke dalam jurang, namun lelaki dan wanita itu juga berkepandaian tinggi," ujar Kiu Tok Ciu memberitahukan. "Engkau harus tahu, bahwa wanita itu yang mengalahkan Souw Peng Hai, namanya Pek Yun Hui. jangankan berdua, mungkin Toa Suheng masih tidak mampu mengalahkannya, Nah, alangkah baiknya kalau kita pergi menemui Toa Suheng untuk melaporkan itu."Kiu Tok Ciu segera mengerahkan ginkangnya, Ling Coa Hong Tok pun mengerahkan ginkangnya untuk mengikuti Kiu Tok Bee Kun Bu girang bukan main, karena secara tidak langsung ia telah tahu keadaan Pek Yun Hui dan Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw, Terlintas pula suatu pikiran, yakni mengikuti kedua orang Kun Bu segera mengerahkan ginkangnya menguntit kedua orang itu, dan sekaligus memperhatikan tempat Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok terus melesat ke depan, sama sekali tidak bereuriga ada orang menguntit girangnya Bee Kun Bu, tapi juga tidak habis berpikir, tempat mereka muncul tadi merupakan tempat apa? ia sama sekali tidak mengetahuinya. sesungguhnya itu adalah pos terakhir jadi setiap orang yang ingin ke Siang Cing Koan, harus melalui pos tersebut yang merupakan sebuah bangunan, Cvii Cing Hiong dan Cui Cing Bun, kedua bocah tersebut mengira bahwa bangunan itu adalah Siang Cing Koan, maka memberitahukan pada Bee Kun Bu, bahwa lorong rahasia itu akan menembus ke belakang Siang Cing beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di sebuah tebing yang sangat tinggi menjulang seakan menyambung dengan langit Di sisi tebing itu terdapat jurang yang sangat dalam, bahkan jalan yang menuju ke tebing itu pun sangat berbahaya, itu adalah Moh Siang Ngai Tebing Memandang Kampung Hala-man, Siang Cing Koan berada di sebuah bangunan yang amat besar berdiri tegar di tebing itu, yakni bangunan Siang Cing Koan yang megah. sementara Ciak Bin Sat Sin terus berlari menuju ke bangunan itu, Saat ini pintu Siang Cing Koan terbuka lebar, maka ia langsung menerobos ke da!am. Ling Coa Hong Tok dan Kiu Tok Ciu terlambat Setelah Ciak Bin Sat Sin menerobos ke dalam, barulah giliran Ling Coa Hong Tok dan Kiu Tok Kun Bu yang terus menguntit itu sudah tahu, bahwa bangunan itu adalah Siang Cing Koan, markas Lima Setan Swat Ling San. Karena tidak tahu jelas bagaimana keadaan di dalammu maka ia tidak berani bertindak ceroboh ikut menerobos ke dalam, melainkan bersembunyi di balik sebuah Bee Kun Bu bersembunyi dari dalam bangunan itu terdengar suara lonceng yang amat nyaring, berkumandang sampai puluhan mil Kun Bu mengira, bahwa bunyi lonceng itu sebagai tanda pemanggilan kepada para murid Swat Ling San untuk berlatih ilmu silat Namun setelah didengarkan dengan seksama, suara lonceng itu agak kacau, Mungkin telah terjadi sesuatu di dalam Siang Cing Koan menguntit Ling Coa Hong Tok dan Kiu Tok Ciu, Bee Kun Bu sama sekali tidak melihat orang lain, tapi kenapa... mungkinkah Pek Yun Hui telah sampai duluan ke dalam Siang Cing Koan? Tanya Bee Kun Bu dalam ia melihat puluhan sosok bayangan berkelebat menuju ke Siang Cing Koan, Ketika melihat bayangan- bayangan itu, ia pun berpikir, bagaimana cara menyelinap ke dalam Siang Cing Koan, karena ia ingin tahu apa yang telah terjadi di beberapa sosok bayangan melewati Bee Kun Bu menerobos ke dalam Siang Cing Koan, sedangkan yang lilin masih belum menyusui Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Bee Kun Bu. ia segera mengerahkan ginkangnya mengikuti mereka menuju pintu masuk bangunan sampai di dalam, hati Bee Kun Bu pun tersentak, ternyata di dalam terdapat suatu disiplin, yakni setiap orang berdiri ditempat yang sesuai dengan kedudukan masing- orang yang baru masuk itu, segera menuju ke tempat sebelah Timur, lalu berdiri diam di tempatKini Bee Kun Bu jadi serba salah, ia tidak tahu harus berdiri di mana, sebab kalau mundur pasti ketahuan, lagi pula telah masuk empat orang di belakangnya, posisinya memang dalam bahaya, tapi ia bernyali besar dan dapat berlaku tenang di saat demikian Kemudian secepat kilat ia melesat ke belakang kursi yang berkulit melesat ke tempat itu untuk bersembunyi, empat orang yang di belakangnya juga lelah masuk ke dalam, mereka menuju ke tempat sebelah Barat, lalu berdiri diam di persembunyian Bee Kun Bu memang stra-tegis, bisa melihat jelas seluruh ruangan itu, Tak seberapa lama kemudian, masuk lagi belasan orang, Bee Kun Bu pun menghitung, jumlah orang yang berada di dalam ruang tersebut sekitar empat puluhan dan masing-masing membawa beberapa saat, tampak seorang anak berbaju hijau berjalan ke luar dari dalam ruangan, menuju sebuah meja yang terdapat sebuah lonceng kecil di anak lelaki itu mengambil sebuah alat, lalu memukul lonceng itu tiga kali, dan terdengarlah suara lonceng yang amat nyaring, Sebelum suara lonceng itu hilang, di belakang ruangan itu muncul enam yang berjalan duluan itu tampak serius, namun Bee Kun Bu tidak mengenal inya, sedangkan lima orang lainnya adalah Souw Peng Hai, Ciak Bin Sat Sin-Sang Yang, Tan Cun Goan, Kiu Tok Ciu-Liu Bwee dan Ling Coa Hong Tok-Oey Hue. Keenam orang itu duduk di kursi masing-masing yang telah tersedia di ruang Siang Cing Koan. Lengan kanan Ciak Bin Sat Sin-Sang Yang telah dibalut, akan tetapi, orang yang pertama itu mendadak bangkit berdiri lalu memandangnya."Adik ke dua, bagaimana luka di lenganmu? Biar kuperiksa lukamu itu!" ujar orang Bin Sat Sin tampak menghormat sekali pada orang itu. ia langsung bangkit berdiri, lalu membuka balutan dan memperlihatkan luka itu memperhatikan luka di lengan Ciak Bin Sat Sin, lalu tertawa dingin"Melihat luka di lenganmu, dapat diketahui bahwa senjata rahasia itu mirip jarum Pho Yong Cin, tapi justru bukan jarum tersebut," ujar orang itu sambil mengernyitkan kening, "Untung jarum itu cuma melukai kulit luar, kalau masuk ke dalam, sulitlah untuk mengeIuar-kannya, Yang jelas jarum itu tidak mengandung racun, hanya jalan darah di lenganmu itu tertotok sedikit, sehingga lenganmu tidak bisa digerakkan Aku akan membantumu dengan Lweekang, agar lenganmu bisa digerakkan seperti semuIa."Orang itu langsung menggenggam lengan Ciak Bin Sat Sin, kemudian mengerahkan Lweekangnya untuk menembus ke jalan darah yang tertotok itu. Tak seberapa lama, ubun- ubun orang itu tampak mengeluarkan semacam Kun Bu terkejut ia yakin bahwa orang itu memiliki Lwekang yang amat tinggi, Saat ini Bee Kun Bu sudah tidak bersembunyi di balik kursi lagi. Ternyata ketika anak lelaki tadi memukul lonceng, ia pun mengerahkan ginkangnya melesat ke atas, dan sekaligus bersembunyi di balik sebuah tiang yang melintang di atas sana, seandainya ia tidak bergerak cepat, tentunya ke-enam orang itu akan tahu keberadaannya di Bee Kun Bu terus memperhatikan orang itu. Orang itu berusia enam puluhan, memakai jubah hitam, dan wajah kekuning-kuningan, Mendadak Bee Kun Bu teringat sesuatu dan membatinOrang itu pasti Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, tapi kenapa wajahnya kekuning-kuningan?"Tidak sa!ah, orang tersebut memang Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, tetapi kenapa wajahnya kekuning-kuningan? Apakah terpengaruh oleh ilmu silat yang beberapa saat, Ciak Bin Sat Sin menarik nafas ringan, sedangkan Lam Thian It Sat pun melepaskan tangannya."Terimakasih, Toa Suheng!" ucap Ciak Bin Sat Sin, Tangannya yang terluka itu sudah bisa Thian It Sat diam saja, ia kembali duduk kemudian menyebarkan pandangannya dengan sorotan tajam"Bee Kun Bu!" ujar Lam Thian It Sat dingin, "Engkau seorang pendekar sejati, tetapi kenapa harus bersem-bunyi? cepatlah turun!"Puluhan pasang mata langsung mengarah ke atas, melihat Bee Kun Bu bersembunyi di atas tiang yang melintang tiada seorang pun berani me-nyerangnya, karena tiada perintah dari ketua aliran Swat Ling terkejutnya Bee Kun Bu, karena sama sekali tidak menyangka kalau Lam Thian It Sat akan tahu dirinya bersembunyi di situ, ia lalu tertawa panjang sambil meloncat turun."llmu silat Swat Ling San memang hebat, sungguh membuatku kagum sekali!" ujar Bee Kun Bu."Pihak kami tidak bermusuhan dengan partai Kun Lun, kenapa engkau ke mari melukai Ji Suteeku dan memecahkan formasi Lima Unsur? Apa maksudmu?" tanya Lam Thian It Sat dingin. "Partai Thian Liong telah bubar, kalau isteri Souw Peng Hai tidak bermohon pengampunan Souw Peng Hai pasti sudah mati ditanganku! Dia menyatakan mau bertobat dan ikut isterinya ke Kuil Yang Sim Am! Tidak tahunya malah punya rencana untuk menimbulkan bencana di rimba persilatan lagi, bahkan minta bantuan pada beberapa aliran yang ada di luar perbatasan dan di seberang laut! Aku tiada permusuhan dengan aliran Swat Ling San, jadi ke mari cuma karena Souw Peng Hai! Harap ketua maklum dan bersedia menyerahkan Souw Peng Hai padaku, aku pasti berterima kasih sekali!"Lam Thian It Sat tertawa gelak, lalu menatap Bee Kun Bu dalam-dalam seraya berkata."Souw Peng Hai punya hubungan erat denganku, dia sangat mendendam sehingga berkunjung ke mari menemuiku! Bagaimana mungkin aku menyerahkannya padamu? Lagi pula kami berprinsip, orang tidak gangguku, aku pun tidak ganggu orang! Namun engkau memasuki Swat Ling San, bahkan telah melukai beberapa orangku! Kini engkau harus bagaimana mempertanggungjawabkan perbuatanmu itu?"Mendengar itu, Bee Kun Bu sudah tahu bahwa Lam Thian It Sat membela Souw Peng Hai, maka jelas pertarungannya tak akan terhindar lagi. Oleh karena itu, ia tertawa seraya berkata."Apa yang harus kupertanggungjawabkan? Aku ke mari secara baik-baik, tapi disambut dengan cara tidak karuan, bahkan hendak membunuhku! itu bagaimana pertanggungjawabanmu?""Bocah!" bentak Lam Thian It Sat mengguntur, "Berapa tinggi kepandaianmu sehingga engkau berani bertingkah di Siang Cing Koan? Hari ini engkau mengantarkan diri, maka kalau hari ini aku tidak mencincang-mu, mungkin engkau akan merasa tidak puas!"Wajah Lam Thian It Sat bertambah kuning, pertanda kegusarannya telah memuncak Maka Bee Kun Bu pun bersiap-siap, akan tetapi, Lam Thian It Sat masih tetap duduk, hanya mengibaskan memberi isyarat pada tiga puluh enam orang yang berkumpul di tempat ituSeketika juga tiga puluh enam orang itu maju mengurung Bee Kun Bu. tentunya Bee Kun Bu tahu akan maksud Lam Thian It Sat yang ingin mencoba kepandaiannya dengan semacam formasi"Hm!" dengus Bee Kun Bu dalam hati. "Aku telah memecahkan formasi Lima Unsur dan barisan macan! Kini aku pun harus berhati-hati, dan harus pula menghancurkan formasi yang ada di sini!"Bee Kun Bu menghunus pedangnya, kemudian mengambil segenggam jarum Toan Meng Thian It Sat terus menatap Bee Kun Bu, kemudian memberi aba-aba pada tiga puluh enam orang itu. Seketika juga tiga puluh enam orang itu membentuk formasi Lima Unsur, dan sekaligus menyerang Bee Kun Kun Bu sudah cukup berpengalaman menghadapi formasi tersebut, maka ia tampak tenang sekali, dan langsung menggerakkan pedangnya mengeluarkan ilmu pedang andalannya untuk balas menyerang orang-orang jurus kemudian, Bee Kun Bu sudah tahu, bahwa formasi Lima Unsur ini berbeda dengan formasi Lima Unsur yang pernah dihadapinya, jauh lebih hebat dan banyak variasinya."Selain tiga puluh enam orang ini, masih ada enam orang yang amat sulit dihadapi. Kalau aku tidak segera menghancurkan formasi ini, aku pasti celaka!" ujar Bee Kun Bu dalam tiga puluh orang itu terus bergerak, maju mundur dan lain sebagai nya. sedangkan Bee Kun Bu berdiri diam di tempat sambil menengok ke sana ke mari, Tiba-tiba ia melihat beberapa pilar di situ, sekelebatan timbullah suatu ide dalam hatinya. Bee Kun Bu segera memutar-mutarkan pedangnya, kemudian mendadak menyerang mereka, Tapi secara diam- diam ia pun melancarkan pukulan tangan kosong ke salah sebuah pilarBraaak! Pilar itu hancur membuat ruangan Siang Cing Koan itu tergetarTiga puluh enam orang itu tampak tertegun, karena tidak menyangka kalau Bee Kun Bu akan menghancurkan pilar Kun Bu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, langsung menyerang melukai empat orang. Kini cuma tinggal tiga puluh dua orang, maka formasi itu pun mulai kacau sinar pedang berkelebatan, dan korban pun berjatuhan Pada waktu bersamaan, terdengarlah suara bentakan keras, seketika juga orang-orang yang menyerang Bee Kun Bu pun berhenti, kemudian mereka me-mapah yang terluka lalu ditaruh di tengah pintu."Formasi Lima Unsur itu cuma begitu saja!" ujar Bee Kun Bu dingin "Namun berani berniat ingin menguasai rimba persilatan Tionggoan! Sungguh tak tahu diri! Hari ini aku memang cuma datang seorang diri, namun kelak kalau kaum pesilat rimba persilatan Tionggoan bergabung menyerbu ke mari, bukankah Siang Cing Koan akan musnah? Nah, menurut aku, lebih baik sekarang saja serahkan Souw Peng Hai dan Co Hiong padaku! Aku pun akan memberitahukan pada kaum Bu Lim di Tionggoan agar tidak menyerbu ke mari!"Lam Thian It Sat diam saja, ia memang licik tapi sangat kagum akan kepandaian Bee Kun Bu, sementara yang paling tidak tenang adalah Souw Peng Hai."Bee Kun Bu ke mari karena diriku dan Co Hiong, maka kalau aku diam tentunya tidak akan enak terhadap pihak Swat Ling San. Saat ini Bee Kun Bu cuma seorang diri, lebih baik aku turun tangan duluan!" ujarnya dalam membatin, Souw Peng Hai pun bangkit berdiri sambil menatap Bee Kun Bu tajam "Bee Kun Bu! Kau jangan banyak bertingkah di sini! Biar aku bertarung beberapa jurus denganmu!" bentaknya lalu menghampiri Bee Kun melihat Souw Peng Hai tampil, Bee Kun Bu pun langsung tertawa dingin"Souw Peng Hai!" bentaknya, "Di Toan Hun Ya, kalau bukan isterimu bermohon pengampunan untukmu, engkau pasti sudah mati! Aku kira engkau mau bertobat, tidak tahunya malah bergabung dengan para setan iblis luar perbatasan dan seberang laut untuk menimbulkan bencana di rimba persilatan Tionggoan! Oleh karena itu, hari ini aku harus menangkapmu dan Co Hiong!""Ha ha ha!" Souw Peng Hai tertawa keras, "Hei! Murid Kun Lun, berapa tinggi kepandaianmu sehingga berani omong besar di sini? Hari ini kalau aku tidak membunuhmu, rasanya hatiku tidak akan puas!"Usai berkata begitu, ia pun langsung menyerang Bee Kun Bu dengan ilmu Kan Goan Cih. Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya serangan itu, sebab Souw Peng Hai menyerang dalam keadaan gusarBee Kun Bu tidak mau menyambut serangan itu, dan cepat-cepat mengerahkan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu Langkah Ajaib untuk karena itu, serangan tersebut jadi mengarah kepada belasan orang yang berdiri di belakang Bee Kun orang itu tidak tahu kelihayan Kan Goan Cih. Ketika angin pukulan itu sudah mendekat, barulah mereka serentak kaget dan segera menangkis."Aaakh!" Terdengar suara jeritan, ternyata belasan orang itu telah terluka oleh Kan Goan gusarnya Souw Peng Hai, ia tidak menyangka Bee Kun Bu dapat menghindar sehingga melukai orang-orang Swat Ling San. Setelah itu, Souw Peng Hai mulai menyerang Bee Kun Bu lagi dengan ilmu Kan Goan Cih, tapi kati ini ia sangat berhati-hati, agar tidak melukai orang Kun Bu tetap menggunakan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar agar membuat Souw Peng Hai penasaran sekali."Aku sebagai tamu di sini, kalau aku tidak dapat merobohkan Bee Kun Bu, tentunya Lam Thian It Sat akan memandang rendah diriku, bahkan mungkin juga tidak jadi bekerja sama denganku, maka aku harus segera merobohkannya," ujar Souw Peng Hai dalam hati sambil menyerang Bee Kun mengambil keputusan ini, Souw Peng Hai menyalurkan Lweekangnya ke jari tangannya, ia ingin menyerang Bee Kun Budari tigajurusan, agar tidak dapat menghindar Kun Bu sudah siap, maka ketika Souw Peng Hai menyerangnya, langkah ajaibnya pun Peng Hai terkejut, karena tidak menyangka kalau Bee Kun Bu akan bergerak begitu cepat Ketika melihat Bee Kun Bu sudah berdiri, giranglah hatinya dan memekik keras sambil menyerang dengan ilmu Kan Ooan tetapi, kali ini Bee Kun Bu tidak menggunakan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar melainkan menyambut serangan itu dengan jari tangannya, Ternyata Bee Kun Bu menggunakan Tan Cih Sin Kang llmu Telunjuk Sakti.Souw Peng Hai sama sekali tidak tahu bahwa Bee Kun Bu memiliki ilmu tersebut, maka membuat hatinya tersentak Sungguh di luar dugaan Souw Peng Hai, ilmu Telunjuk Sakti itu mampu membuyarkan tenaga Kan Goan Cih, bahkan langsung terkejutnya Souw Peng Hai, dan tanpa banyak pikir lagi ia langsung meloncat mundur Bee Kun Bu tidak mengejarnya, cuma tersenyum hambar sambil menatapnya, lalu berkata."Belum lama ini aku bertemu dengan isterimu dan Nona Souw Hui Hong. Mereka berdua bermohon padaku agar tidak membunuhmu! Aku masih memandang muka isterimu dan Nona Souw Hui Hong, Padahal kalau aku ingin melukaimu saat ini, tentunya gampang sekali! Tapi mengingat usiamu sudah mulai lanjut maka aku pun tidak mau melukaimu Namun engkau harus segera kembali ke Kuil Yang Sim Am untuk bertobat!"Akan tetapi, mendadak melayang sosok bayangan, tampak seseorang sudah berdiri di hadapan Bee Kun Bu. Orang itu tidak lain adalah Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, ia tersenyum- senyum seraya berkata lantang."Tidak sampai satu jam, engkau sudah memperlihatkan ilmu pedang, pukulan dan telunjuk, bahkan melukai orang- orangku! Engkau memang berkepandaian tinggi, sungguh membuatku kagum sekali! Selama ini aku cuma berada di Swat Ling San, jarang bertemu orang berkepandaian tinggi!Sungguh tak disangka, hari ini justru muncul engkau yang berkepandaian tinggi, itu membuat tanganku jadi gatal! Kalau engkau dapat mengalahkanku, segalanya aku akan menurut padamu! sebaliknya kalau engkau kalah, aku pasti membawamu ke gunung Kun Lun menemui Hian Ceng Totiang untuk minta pertanggungjawabannya!""Partai Kun Lun dan aliran Swat Ling San tiada permusuhan apa pun! Aku ke mari cuma ingin menangkap Souw Peng Hai dan Co Hiong berdua!" sahut Bee Kun Bu sambil tersenyum. "Asal engkau tidak turut campur, aku akan segera membawa mereka pergi!""Ha ha ha!" Lam Thian It Sat tertawa ge!ak. "Engkau memasuki Swat Ling San dan melukai orang-orangku, itu membuktikan engkau sama sekali tidak memandang sebelah mata pada pihak Swat LingSan! Apakah aku harus menyudahi begitu saja?" "Bagaimana baiknya menurutmu?" tanya Bee Kun Bu. ia tahu bahwa pertarungan tak akan terhindar lagi."Hari ini, kalau engkau tidak menyerahkan nyawamu, jangan harap bisa lolos dari tempat ini!" bentak Lam Thian It Sat melotot"Kalau begitu, silakan maju!" tantang Bec Kun Bu."Lihat serangan!" seru Lam Thian It Sat sambil menyerang Bee Kun Bu dengan Kun Bu menangkis serangan itu, tapi diam-diam ia memperhatikan pukulan Lam Thian It badan Lam Thian It Sat melambung ke atas, lalu menyerang Bee Kun Bu secepat kilat Bee Kun Bu tidak berani berlaku ayal lagi. Cepat-cepat ia menghunus pedangnya, dan sekaligus menangkis serangan itu dengan jurus Thai Ong Hu Kiam Raja Thai Memutar Pedang.Seketika juga berkelebat sinar pedang berbentuk seperti pelangi, ternyata jurus itu mematahkan serangan Lam Thian It Thian It Sat merasa kagum menyaksikannya, sebab Bee Kun Bu mampu menangkis serangannya, bahkan sekaligus menyerangnya, Walau badannya masih terapung, Lam Thian It Sat masih bisa berkelit, dan menyerang Bee Kun Bu dengan tendanganBee Kun Bu segera meloncat mundur, sedangkan Lam Thian It Sat melayang turun, Sesaat mereka saling memandang. Lam Thian It Sat tidak habis berpikir, kenapa Bee Kun Bu begitu gampang menghindari serangan- bahu Lam Thian It Sat bergerak, kemudian melesat ke arah Bee Kun Bu sambil menyerang dengan jurus aneh, Bee Kun Bu cepat-cepat menggerakkan pedangnya menggunakan jurus Kim Sih Jauw Wua Benang Emas Melilit pergelangan Tangan. Mendadak Lam Thian It Sal merubah jurusnya, seketika juga tampak berpuluh pasang tangan mengarah pada pergelangan tangan Bee Kun Bu. Kelihatannya Lam Thian It Sat ingin merebut pedang yang aneh jurus itu, bahkan sepasang kaki Lam Thian It Sat pun bergerak maju, Bee Kun Bu segera berkelit Ketika melihat serangan itu, ia pun merasa heran lantaran tangan kiri Lam Thian It Sat sama sekali tidak Kun Bu memang tidak tahu bahwa tangan kiri Lam Thian It Sat khusus untuk melancarkan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat llmu PukuIan Sembilan Racun Dingin yang amat Lam Thian It Sat sudah ingin melancarkan ilmu tersebut, namun ketika menyaksikan kegagahan Bee Kun Bu, hatinya pun tergerak dan merasa sayang akan bakatnya, Maka ia tidak mau mengeluarkan ilmu Bee Kun Bu tertawa panjang, dan sekaligus menyerang lengan kiri Lam Thian li Sat secepat kilat Ketika pedang itu hampir menusuk lengan kirinya, mendadak Lam Thian It Sat menggerakkan bahu kirinya, sehingga pedang Bee Kun Bu jadi luputjustru pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu pun melancarkan pukulannya ke arah punggung Lam Thian It SatTanpa melihat, Lam Thian It Sat menggerakkan tangan kanannya menotok jalan darah di lengan Bee Kun Bu. Untung Bee Kun Bu sudah menduga akan serangan itu, maka dapat mengelak, Lam Thian It Sat semakin kagum, sehingga tanpa sadar ia pun berseru."Bagus!"Setelah mengelak, Bee Kun Bu tidak tinggal diam, ia segera menyerang dengan pedangnya lagi, Sungguh dahsyat serangan Bin Sat Sin yang pernah merasakan kelihayan Bee Kun Bu, begitu melihat serangan itu, berseru tak tertahan. "Toa Suheng, hati-hati!"Setelah berseru, Ciak Bin Sat Sin bangkit berdiri, begitu pula Tan Cun Goan, Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok. Kalau Lam Thian It Sat tidak dapat mengelak serangan itu, mereka berempat akan melancarkan serangan serentak pada Bee Kun tetapi, Lam Thian It Sat sudah tahu akan kelihayan serangan itu. ia ingin mengeluarkan ilmu Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat, namun mendadak dibatalkannya, sebaliknya malah menangkis serangan itu dengan pukulan tangan kanannya, dan sekaligus menotok jalan darah di lengan Bee Kun Bu Bee Kun Bu terus melanjutkan serangan itu, tentunya mereka berdua akan terluka bersama. Bee Kun Bu tidak menghendaki hal itu, maka ia pun cepat-cepat merubah jurus pedangnya, yakni membabat lengan Lam Thian It Sat."Dia masih begitu muda, namun kepandaiannya sudah begitu tinggi," ujar Lam Thian It Sat dalam hati, "Kalau aku tidak segera merobohkannya, tentunya akan ditertawakan semua orang yang berada di sini. Aku terpaksa bertindak kejam terhadapnya."Lam Thian li Sat menggeserkan badannya, sekaligus mendorongkan telapak tangan kirinya, ternyata ia telah mengeluarkan ilmu Kiu Tok Im Sat Ciang Kun Bu terkejut melihat pukulan yang tampak sederhana itu. Segera ia mengerahkan ginkangnya meloncat ke atas, kemudian menangkis pukulan itu dengan ilmu Tan Cih Sin Kang. ia ingin membuyarkan tenaga pukulan itu dengan ilmu telunjuk Tan Cih Sin Kang berasal dari kitab ajaib Kui Goan Pit Cek, sudah tentu sangat dahsyat dan dapat membuyarkan tenaga pukulan Lam Thian It Sat. Akan tetapi, sungguh mengherankan Ternyata tenaga pukulan itu mendadak menyatu lagi menyerang ke arah Bee Kun Bu. Betapa terkejutnya Bee Kun Bu, cepat-cepat ia mengerahkan ginkang Ling Khong Sih Tou untuk menghindari pukulan melihat Bee Kun Bu mengeluarkan ilmu ginkangnya itu, timbullah suatu niat aneh dalam benak Lam Thian It ia pernah mendengar tentang ilmu ginkang Ling Khong Sih Tou, namun tidak pernah menya ks ikan nya. Kini ia telah menyaksikan ilmu ginkang tersebut, sehingga membuatnya tertarik, dan ingin menangkap Bee Kun Bu hidup-hidup, lantaran berniat mempelajari ilmu ginkang tersebut Setelah itu, barulah niat itu, maka ia pun segera menyerang Bee Kun Bu dengan sepasang tangannya, yakni pukulan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat, ia menyerang Bee Kun Bu dari dua arah, agar Bee Kun Bu tidak dapat menghindarBee Kun Bu sama sekali tidak tahu itu dan ia pun berkelit itu membuat Lam Thian It Sat bergirang dalam hati, Secepat kilat ia menyerang lagi dengan pukulan Kiu Tok Im Sat Ciang Bee Kun Bu telah terperangkap di dalam pukulannya, ia tampak gugup, apalagi ketika Lam Thian It Sat membentaknya."Lihat pukulan!"Bee Kun Bu langsung berkelit, akan tetapi mendadak ia mendengar suara "Braaaak", ternyata lantai yang diinjak Bee Kun Bu terbuka secara tiba-tiba, sehingga badan Bee Kun Bu terperosok ke dalamnya, Namun ia memiliki ginkang yang amat tinggi, sehingga dapat dengan cepat mengerahkan ginkangnya dengan cara sebelah kaki menginjak kaki lain, maka badannya melambung ke tetapi, Lam Thian It Sat tidak memberi kesempatan padanya untuk mencapai ke atas, ia langsung melancarkan pukulan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat ke arah Bee Kun Bu, Karena badan sedang melambung, maka sulit bagi Bee Kun Bu untuk menghindari maupun menangkis, Dari pada terluka oleh pukulan itu, lebih baik masuk ke lubang itu! Pikirnya. Oleh karena itu, ia pun memberatkan badannya agar merosot ke bawah, sekaligus merogoh ke dalam bajunya, dan secepat kilat melemparkan sesuatu ke ruang Siang Cing ia melempar semacam bahan peledak, ingin membakar ruang Siang Cing Koan dengan bahan peledak itu melayang ke arah jendela, kemudian meledak di situ mengeluarkan api. Lam Thian It Sat terkejut bukan main. ia langsung mengibaskan lengan bajunya ke arah jendela, dan seketika juga api itu pun Bee Kun Bu terus merosot ke bawah, namun cepat menghimpun Lweekangnya untuk menjaga diri, khawatir masih ada jebakan lain di dalam lubang Bee Kun Bu terjatuh ke dalam air. Sungguh di luar dugaannya, di tempat itu persisnya di bawah Siang Cing Koan terdapat sebuah telaga yang airnya sangat dingin menusuk tu!ang.*****Bab ke 19 - Bertarung di Ruang Bawah Tanah Bee Kun Bu yang terjatuh di dalam air, langsungmenggerakkan pedangnya ke sana ke mari, khawatir ada binatang beracun di dalam air itu. Tapi tidak, itu membuatnya menarik nafas Iega. Setelah itu, barulah ia meloncat ke pinggir telaga gulita di tempat itu, Tiba-tiba Bee Kun Bu teringat akan Pit Giok Cak pemberian Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin, wanita tua picak yang tinggal di dalam ia mengeluarkan benda tersebut, dan seketika juga tampak cahaya kehijau-hijauan menerangi tempat itu, Bee Kun Bu menengok ke sana ke mari dan hati pun tersentak, ternyata dinding-dinding itu dibuat dari baja, bahkan sudah berlumut, maka sulit baginya untuk naik ke tahu, bahwa kali ini tidak bisa meloloskan diri dari lubang tersebut, mungkin akan mati di tempat ini."Lam Thian It Sat berkepandaian tinggi, tapL." gumam Bee Kun Bu sambil berpikir "Kenapa dia menjebak aku di dalam lubang ini? Lagi pula kelihatannya dia tidak ingin melukai diriku dengan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoatnya, itu dikarenakan apa? Aku harus memperhatikan hal tersebut!"Pada waktu bersamaan, ia mendengar suara hiruk-pikuk di atas. Suara itu sangat lirih, tapi ia dapat mendengar dengan jelas, Kemudian terdengar pula suara seruan kebakaran Mendengar suara seruan itu, ia pun tertawa gembira."Siang Cing Koan pasti terjadi kebakaran, gara-gara aku melempar bahan peledak itu!" ujarnya sambil salah, Di Siang Cing Koan itu memang lelah terjadi kebakaran, Ternyata bahan peledak yang dilemparkan Bee Kun Bu tadi berupa bahan peledak istimewa, dapat meledak berkali-kali dan api pun semakin Thian It Sat mengibaskan lengan bajunya memadamkan api itu, namun kemudian bahan peledak itu meledak dan meledak lagi, Apinya pun bertambah besar, sehingga kibasan lengan baju Lam Thian It Sat sudah tiada waktu sekejap, api itu sudah berkobar-kobar, sekaligus menjalar ke mana-mana, Betapa gusarnya Lam Thian It Sat begitu melihat api itu tidak bisa dipadamkan lagi,Segeralah ia menyuruh orang-orangnya cepat menyingkiria masih ingat Bee Kun Bu berada di dalam lubang itu, tapi tidak mau menolongnya, lantaran sangat gusar padanya yang telah melempar bahan peledak Suheng! Bagaimana baiknya?" tanya Ciak Bin Sat Sin. "Mari kita mundur!" sahut Lam Thian It Sat dan menambahkan "Agar api itu tidak menjalar ke bangunan belakang, kita harus menghancurkan ruang Siang Cing Koan ini!""Baiklah." Ciak Bin Sat Sin menganggukMereka mundur sambil memancarkan pukulan ke arah tiang-tiang, tembok dan berbagai tempat, akhirnya robohlah ruang Siang Cing Koan waktu bersamaan, tanpa setahu siapa pun, Tan Cun Goan membuka sebuah pintu rahasia, lalu secepat kilat masuk ke dalam, pintu rahasia itu pun tertutup kembaiLSungguh di luar dugaan, ternyata pintu rahasia itu menembus ke lubang tempat Bee Kun Bu terjatuh, Akan tetapi, mendadak Tan Cun Goan mendengar suara beradunya senjata tajam, Segeralah ia memandang ke arah suara itu, ternyata Bee Kun Bu sedang bertarung dengan Co Tan Cun Goan datang di tempat itu? Tidak lain ingin menolong Bee Kun Bu, namun justru tidak disangka, Co Hiong sudah muncul duluan di situ, bahkan sedang bertempur dengan Bee Kun Bu. Serangan-se-rangan Co Hiong ganas sekali, kelihatannya ia memang ingin membunuh Bee Kun Bu."Hm!" dengus Tan Cun Goan dingin. "Sungguh licik Co Hiong, tapi aku tidak pernah menyaksikan kepandaiannya, Biar aku menonton sebentar Kalau Bee Kun Bu kalah, barulah aku muncul."sementara pertarungan itu semakin sengit Tidak disangka kepandaian Co Hiong sudah begitu tinggi, terus menyerang Bee Kun Bu dengan jurus-jurus yang mematikan"Celaka!" seru Tan Cun Goan dalam hati meng- khawatirkan Bee Kun diserang bertubi-tubi, Bee Kun Bu masih dapat melayaninya dengan baik, bahkan sekali-kali batas menyerang. Tidak bertemu beberapa bulan, kepandaianmu sudah begitu maju!" ujar Co Hiong dingin, "Hari ini kita bertemu di sini, maka harus ada yang mati di antara kita berdua!""Co Hiong!" bentak Bee Kun Bu. "Semula kuanggap engkau sebagai lelaki sejati, tidak tahunya begitu licik dan jahat! Bahkan memaksaku menelan racun Hua Kut Siau Yen San, sehingga aku diusir dari gunung Kun Lun! Kini aku terkurung di sini, engkau malah menyerangku! Baik, hari ini kita memang harus membuat pernitunganl"Ternyata saat ini Bee Kun Bu berada di atas permukaan telaga. Co Hiong terus-menerus menyerangnya, agar dia tidak bisa melompat ke pinggir"Ha ha ha!" Co Hiong tertawa gelak, "Siapa suruh engkau berani mencuri cinta adik seperguruanku itu? Oleh karena itu, aku sangat mendendam padamu!"Co Hiong menyerang lagi, Bee Kun Bu membentak keras, kemudian mengerahkan ginkangnya, sehingga badannya meluncur ke atas, dan sekaligus menangkis serangan itu, Tan Cun Goan kagum bukan main. sebaliknya ia malah tersentak kaget, karena tidak menyangka kalau kepandaian Bee Kun Bu sudah sedemikian tinggi-"Kalau aku tidak membunuhnya sekarang, sudah tiada kesempatan lagi!" ujar Co Hiong dalam hati, lalu menyerang Bee Kun Kun Bu terpaksa menangkis, kemudian badannya melayang turun ke atas permukaan air. Akan tetapi, Co Hiong pun langsung menyerangnya lagi, Kalau Bee Kun Bu tidak memiliki kepandaian tinggi, pasti sudah tenggelam ke dasar telaga itu."Kepandaianmu memang tinggi, maka jangan menyalahkan kalau aku turun tangan jahat terhadapmu!" ujar Co Hiong dingin. Kini Co Hiong menyerang Bee Kun Bu dengan Kan Kun Kiam Hoat llmu pedang Jagat, ilmu pedang tersebut memang dahsyat sekali, namun Na Hai Peng pernah menguraikannya pada Bee Kun Bu, maka Bee Kun Bu karena itu, ia cuma menangkis, sama sekali tidak balas menyerang."Co Hiong!" ujar Bee Kun Bu dingin, "llmu pedang Kan Kun Kiam Hoatmu tidak bisa melukai diriku!"Co Hiong terperanjat ia tidak menyangka kalau Bee Kun Bu mengenali ilmu pedangnya, Namun kenapa dia tidak berani balas menyerang? Pikir Co Hiong, Mungkin dia takut akan ilmu pedangku ini!Karena berpikir begitu, Co Hiong pun terus-menerus menyerangnya dengan jurus-jurus yang mematikanAkan tetapi, Bee Kun Bu tetap dapat mematahkan jurus- jurus ilmu pedangnya, malah masih tidak balas Cun Goan yang mengintip pertarungan itu juga tertarik akan ilmu pedang Kan Kun Kiam Hoat Ternyata ia pernah mendengar kehebatan ilmu pedang itu, Tan Cun Goan pun memusatkan perhatiannya pada ilmu pedang hebat dan dahsyat ilmu pedang Kan Kun Kiam Hoat, batu-batu yang berada di sekitarnya pun mulai hancur tersambar hawa Tan Cun Goan juga memandang ke arah Bee Kun Bu. ia sama sekali tidak mengerti, kenapa Bee Kun Bu cuma bertahan, tidak mau balas saat ia terheran-heran, tiba-tiba pedang Bee Kun Bu bergerak agak lamban, dan badan Bee Kun Bu pun tampak agak sempoyongan seakan mau jatuh. Betapa girangnya Co Hiong, ia membentak keras dengan badan melambung ke atas, kemudian menukik ke bawah bagaikan burungelang menyerang Bee Kun Bu, dan pedangnya mengarah pada dada Bee Kun Cun Goan pergi ke ruang bawah tanah itu justru ingin menolong Bee Kun Bu, maka ketika melihat serangan yang sangat membahayakan pemuda tersebut, segeralah ia membentak"Hentikan!"Tan Cun Goan melesat ke luar dari tempat persembunyiannya, sepasang tangannya dijulurkan ke depan ingin mencengkeram bahu Co tetapi, pada waktu bersamaan, ia melihat Bee Kun Bu melesat ke arah Co Hiong, menyerang dengan pedang dan sebuah pukulan sambil membentak"Pergi!"Ketika mendengar suara bentakan Tan Cun Goan, Co Hiong terkejut sehingga menoleh ke arahnya, sesungguhnya Bee Kun Bu di saat itu cuma pura-pura mau jatuh, itu agar Co Hiong ini Co Hiong tidak berani menyambut serangan Bee Kun Bu, dan segera melesat menerobos ke dalam pintu Tan Cun Goan jatuh di tempat ko-song, justru di hadapan Bee Kun Bu. sementara Bee Kun Bu cuma berdiri acuh tak acuh, namun sepasang matanya menatap tajam pada Tan Cun Goan, seakan menunggunya membuka mulutTan Cun Goan tahu, kalau ia tidak segera membuka mulut, niseaya akan menimbulkan kesalah pahaman."Sungguh hebat dan tinggi kepandaian Bee siauhiap!" Tan Cun Goan membuka mulut duluan sambil tersenyum "Aku ceroboh mengeluarkan suara bentakan, sehingga Bee siauhiap kehilangan kesempatan untuk membasmi Co Hiong."Setelah Tan Cun Goan berkata begitu, Bee Kun Bu menyarungkan pedangnya seraya menyahut atas pujian Cianpwee! Kini aku telah dijebak Kwa Ih Kang ke dalam lubang ini, maka aku sudah bermusuhan dengan aliran Swat Ling San, kenapa Cian-pwee masih datang ke mari? Kalau aku tidak salah lihat, Cianpwee tadi menyerang Co Hiong, seakan ingin membantuku Bagaimana penjelasan tentang itu?"Tan Cun Goan kagum, sebab meskipun dalam keadaan bahaya Bee Kun Bu masih sempat melihat gelagat Terus terang," sahut Tan Cun Goan sambil tersenyum, "Kita ada kecocokan dan berjodoh pu!a. padahal ketika di Sungai Bu Han, aku telah memperingatkan Bee siauhiap agar jangan menempuh bahaya ke Swat Ling San. Dan sesungguhnya tindakanku itu telah melanggar peraturan aliran Swat Ling San. Namun Bee siauhiap tetap datang ke mari, bahkan telah bentrok dengan Suhengku, Aku datang ke mari ingin menolong Bee siauhiap keluar dari ruang bawah ini, tapi harap Bee siauhiap memikirkan nasihatku!""Sebenarnya aku tidak punya permusuhan apa-apa dengan aliran Swat Ling San, dan aku datang ke mari hanya karena Souw Peng Hai dan Co Hiong, Tadi Cianpwee sudah menyaksikan betapa liciknya Co Hiong, Dia memasuki tempat ini dan menyerangku yang masih dalam kondisi lemah. Asal pihak Swat Ling San bersedia menyerahkan Souw Peng Hai dan Co Hiong padaku, aku pasti berterimakasih dan segera meninggalkan Swat Ling San.""Bee siauhiap. " Tan Cun Goan menarik nafas pan-jang."Aku kagum akan kegagahanmu, bahkan sudah ada suatu perhitungan dalam hati, Kalau tidak, bagaimana mungkin aku akan turun tangan membantumu tadi? Namun malah membuat Co Hiongdapat meloloskan diri, dalam hal itu aku minta maaft" "ltu tidak menjadi masalah," sahut Bee Kun Bu."Mengenai Souw Peng Hai dengan Suhengku, mereka berdua memang punya hubungan istimewa," lanjut Tan Cun Goan, "Ceritanya agak panjang, namun waktu sudah tidak mengijinkan lagi, sekarang alangkah baiknya Bee siauhiap ikut aku meloloskan diri dari tempat ini, sebab api sudah berkobar- kobar di Siang Cing Koan, Kalau terlambat kita akan menemui kesulitan untuk meninggalkan ruang bawah tanah ini."Akan tetapi, mendadak tampak api bergulung-gulung menerobos masuk melalui kedua pintu rahasia ruangan itu."Celaka!" seru Tan Cun Goan. "Api telah menjalar ke mari, kita tidak bisa ke luar melalui kedua pintu rahasia itu lagi!"pada waktu Tan Cun Goan berkata begitu, tampak beberapa balok kecil yang menyala jatuh ke dalam telaga, dan seketika juga air telaga itu menyala."Haah?" Tan Cun Goan terkejut menyaksikannya, "Kok bisa begitu?"Tadi Co Hiong telah menuang semacam minyak ke dalam telaga ini!" sahut Bee Kun Bu."Sungguh jahat Co Hiong!"Tan Cun Goan berkertak gigj, "Dia menghendaki kita mati terbakar di sini!""Ha ha ha!" Terdengar suara tawa Co Hiong dari luar "Bee Kun Bu! Aku tiada waktu menunggumu! Mudah-mudahan engkau akan terpanggang di situ! Selamat tinggal!""Co Hiong!" bentak Bee Kun Bu. "Kalau lain kali kita bertemu, aku tidak akan melepaskanmu!""Bee siauhiap!" Tan Cun Goan mengernyitkan ke-ning, "Kini kita telah terkurung api, harus cepat-cepat cari jalan ke luar!""Keluar dari mana?" Bee Kun Bu menggeleng-geleng kepala, "Aku tak menyangka sama sekali, kita akan mati terbakar di sini!" sementara api semakin besar, karena tanpa setahu Bee Kun Bu, seluruh ruang bawah tanah itu telah disiram dengan minyak."Co Hiong sungguh licik dan jahat!" ujar Tan Cun Goan, "Belum ada satu bulan dia berada di Swat Ling San ini, sudah tahu jelas tentang rahasia ruang bawah tanah ini! Untung aku ke mari, kalau tidak Bee siauhiap pasti mati terbakar di sini!""Maksud Cianpwee?""Aku teringat ada sebuah jalan rahasia lain, yang Co Hiong dan Suhengku tidak tahu sama sekali!" Tan Cun Goan memberitahukan "Bee siauhiap, cepatlah ikut aku!"Tan Cun Goan melesat ke suatu tempat melewati api yang tengah berkobar-kobar, dan Bee Kun Bu segera mengerahkan ginkang mengikutinya, Ketika menginjak tempat itu, api pun telah berkobar di sana."Cianpwee, di mana pintu rahasia itu?" tanya Bee Kun Bu. "Kalau tidak salah, pintu rahasia itu berada di tempat ini!"sahut Tan Cun Goan sambil memperhatikan dinding-dinding ruang itu, Kemudian ia melihat ada dinding yang agak berbeda, dan seketika juga wajahnya berseri, "Di sini!"Tan Cun Goan mulai mendorong pintu rahasia itu, namun tidak terbuka, sehingga membuatnya terheran-heran."Cianpwee!" ujar Bee Kun Bu, "Mungkin ada tombol rahasia untuk membukanya!""Mungkin!" sahut Tan Cun Goan sambil memeriksa kian ke mari, tapi tidak melihat apa api semakin membesar, bahkan mulai menjalar ke tempat mereka sehingga membuat Tan Cun Goan semakin tegang."Cianpwee!" seru Bee Kun Bu. "Lihatlah! Bukankah batu yang di atas itu tampak anch? Jangan-jangan batu aneh itu tombol untuk menggerakkan pintu rahasia ini!" "Benar!" Tan Cun Goan tertawa gembira, lalu melesat ke atas, dan sekaligus menekan batu berbentuk aneh itu."Kraaak!" Pintu rahasia itu Cun Goan meloncat turun, kemudian secepat kilat melesat ke dalam pintu rahasia itu seraya berseru."Bee siauhiap cepat masuki Api sudah menjalar ke mari!" Tanpa banyak pikir lagi, Bee Kun Bu langsung melesat ke dalam pintu rahasia itu. setelah berada di dalam pintu rahasia tersebut mereka berdua pun menarik nafas lega."Bee siauhiap, kita nyaris terpanggang," ujar Tan Cun Goan sambil tertawa."Kalau tidak ada Cianpwee, aku pasti mati terbakar di silu," ucap Bee Kun Bu. Terimakasih, Cianpwee!""Ha ha ha!" Tan Cun Goan tertawa gelak, "Engkau tidak perlu mengucapkan terimakasih kepadaku! Kita berdua memang ada kecocokan, dan pada dasarnya kita memang berjodoh.""Cianpwee. " Bee Kun Bu ingin mengatakan se-suatu,tapi dibatalkannya."Bee siauhiap!" Tan Cun Goan tersenyum. "Jangan banyak curiga, aku menolongmu tanpa pamrih!"Terimakasih, Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu setulus hati. "Bee siauhiap, kita tidak bisa lama-lama di sini, harussegera pergi," ujar Tan Cun Goan sungguh-sungguh. "Kalautidak salah, panjang terowongan ini hampir dua miI. Keluar dari terowongan ini, barulah engkau aman."Tan Cun Goan segera mengayunkan kakinya, dan Bee Kun Bu mengikutinya dari belakang ia tetap tidak habis berpikir, kenapa Tan Cun Goan mau menoIongnya?Mungkinkah mengandung suatu maksud tertentu? Pikir Bee Kun Bu dan terus mengikuti Tan Cun Goan dari belakang. *****Tan Cun Goan dan Bee Kun Bu sudah sampai di ujung terowongan. Namun sungguh mengherankan, di ujung terowongan itu tiada jalan ke luar"Cianpwee! Kok tidak ada jalan keluar?" tanya Bee Kun Bu heran."Pasti ada," sahut Tan Cun Goan. "Cuma kita belum menemukannya."Tan Cun Goan menengok ke sana ke mari. Watau keadaan di dalam terowongan itu amat gelap, tapi Tan Cun Goan dapat melihat dengan jelas, begitu pula BeeKun tetapi, di tempat itu sama sekali tidak terdapat pintu rahasia untuk ke luar Tan Cun Goan segera memeriksa dinding-dinding terowongan itu, namun tetap tidak menemukan jalan ke luar dari terowongan tersebut"Cianpwee!" ujar Bee Kun Bu sambil menatapnya, "Hingga saat ini, aku masih merasa bingung. ""Bingung kenapa?" Tan Cun Goan tersenyum."Kenapa Cianpwee mau melanggar peraturan aliran Swat Ung San demi menoIongku? Apakah ada suatu maksud tertentu dalam hati Cianpwee?""Bee siauhiap jangan salah paham!" sahut Tan Cun Goan sambil tersenyum lagi. "Aku menolongmu meloloskan diri dari ruang bawah tanah itu, sama sekali tiada maksud tertentu.""Kalau begitu, aku harus bagaimana berterimakasih kepada Cianpwee?" tanya Bee Kun Bu sungguh-sungguh."Tidak perlu berterimakasih kepadaku," jawab Tan Cun Goan. "Asal Bee siauhiap tidak kembali ke Swat Ung San lagi setelah meloloskan diri dari sini, aku sudah merasa puas."Tapi. " "Bee siauhiap jangan keras hati!" Tan Cun Goan menarik nafas panjang, Tentunya engkau sudah tahu bahwa Suheng, Sutee dan Sumoyku berkepandaian ting-gi, terutama suhengku itu. sedangkan Suteeku, Ling Coa Hong Tok ahli dalam hal racun, belum ditambah Ciak Bin Sat Sin dan Kiu Tok Ciu, maka bagaimana mungkin engkau dapat menghadapi mereka? Kalian cuma bertiga datang ke mari, bahkan sudah berpencar Kekuatan kalian masih belum mampu untuk memusnahkan Swat Ling San. Apalagi kini Siang Cing Koan telah terbakar, otomatis membuat suhengku amat mendendam padamu, Oleh karena itu, janganlah engkau menyia-nyiakan pertolonganku ini!""Tapi itu menyangkut keselamatan Bu Lim Tiong-goan, apakah aku harus berhenti sampai di sini?" Bee Kun Bu menggeleng-gelengkan kepala, "Mungkinkan Cianpwee punya kesulitan? Kalau ada, tolong beritahukan agar aku bisa menceritakan pada kedua temanku itu!""Aku memang ada kesulitan, namun terlampau panjang kalau diceritakan Asal Bee siauhiap tidak mencurigaiku, aku sudah merasa puas," ujar Tan Cun Goan dan menambahkan, "Setelah Bee siauhiap keluar dari terowongan ini, selanjutnya kita adalah musuh atau kawan, itu bergantung pada Bee siauhiap.""Cianpwee. " Ketika Bee Kun Bu ingin mengatakansesuatu, tiba-tiba terdengar suara senjata tajam beradu."Mulut terowongan ini pasti berada di sini. Kita tidak tahu siapa yang bertarung di luar, maka kita harus berhati-hati, Harus keluar sekarang atau menunggu, bagaimana menurut Bee siauhiap?""Cianpwee saja yang memutuskan!" jawab Bee Kun Bu. sementara suara senjata beradu tajam di luar se makinkedengaran jelas, Berdasarkan suara itu, Bee Kun Bu beranimemastikan bahwa di luar sedang terjadi pertarungan hebat. "Siapa yang bertarung itu?" tanyanya dalam hati. sementara Tan Cun Goan pun membatin sambil mengerutkan kening."Bagian belakang tebing Moh Siang Ngai merupakan tempat yang amat berbahaya, banyak batu curam yang tajam, tapi justru ada orang bertarung di situ, Siapa yang sedang bertarung itu?"Mendadak terdengar suara tawa dingin di luar, menyusul terdengar pula suara yang sangat dikenal, yakni suara Co Hiong."llmu silat Tay Pah San ternyata cuma begini! Kalau hari ini engkau tidak mati di ujung pedangku, engkau pasti tidak akan puas!""Sungguh tidak beruntung rimba persilatan Tiong-goan muncul pesilat tak bermoral! Meskipun engkau licik dan berakal busuk, tapi tak akan bisa berbuat apa-apa terhadap diriku! Aku akan mewakili rimba persilatan Tionggoan untuk melenyapkanmu!" Terdengar suara sa-hutan, yakni suara Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw."Ha ha ha!" Co Hiong tertawa panjang, "Aku licik atau banyak akal busuk, tapi masih tidak seperti engkau yang cuma bersembunyi di tempat ini! Ternyata engkau bukan pendekar sejati!"Kemudian terdengar lagi suara senjata tajam beradu, Bee Kun Bu dan Tan Cun Goan tahu, bahwa kedua orang itu mulai bertarung mati-matian Iagi."Kepandaian Gin Tie Suseng cukup tinggi, tapi kalau bertarung lama, dia pasti kalah melawah Co Hiong," ujar Bee Kun Bu dalam hati."Bee siauhiap!" seru Tan Cun Goan girang, "Batu besar itu agak menonjo!, mungkin menyumbat mulut terowongan ini!"Bee Kun Bu memperhatikan batu besar yang agak menonjol itu, lalu manggut-manggut seraya berkata. "Memang mungkin!""Kalau begitu, aku akan mencoba mendorongnya," ujar Tan Cun Goan. Didorongnya batu batu besar itu dengan Lweekangnya, tapi batu besar itu sama sekali tidak bergeming. ia merasa penasaran, lalu menambah Lweekangnya, akan tetapi batu besar itu tetap tidak bergeming sedikit pun."Cianpwee, biar kubantu!" Bee Kun Bu mengerahkan Lweekangnya, membantu Tan Cun Goan mendorong batu besar juga batu besar itu bergerak berdua terus mendorong, dan tak lama batu besar itu pun tergeser bahkan tampak sebuah Kun Bu langsung melesat ke luar menggunakan ginkangnya, Tepat pada saat bersamaan, kedua orang yang sedang bertarung mati-matian itu terkejut rupanya mereka mendengar suara batu bergerakGin Tie Suseng langsung mengarah ke sana, sehingga perhatiannya terpecah. Co Hiong tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dan secepat kilat ia menyerang Gin Tie waktu bersamaan, Bee Kun Bu sudah melesat ke luar dan melihat serangan yang dilancarkan Co Hiong."Hati-hati Saudara Kim!" Tie Suseng tersentak, karena merasa ada suara desiran di belakangnya, Tanpa banyak pikir lagi ia langsung mengayunkan suling peraknya menggunakan jurus Kwan Im Hu Coh Dewi Kwan Im Duduk Bersila.Setelah mengayunkan suling perak, ia pun menjatuhkan diri dan secepat kilat berguling menjauhi tempat mungkin Co Hiong akan melepaskannya begitu saja? Akan tetapi ia justru mendengar suara bentakan Bee Kun Bu yang membuatnya terkejut sehingga perhatiannya terpecahGin Tie Suseng yang bergulingan itu mendadak melesat pergi, maka ia terluput dari serangan yang nyaris merenggut nyawanya, sedangkan Co Hiong tidak melanjutkan serangannya lagi, malah berdiri di tempat karena Bee Kun Bu sudah muncul di sisi nya."Co Hiong!" Bee Kun Bu menudingnya, "Engkau membakar ruang bawah tanah itu agar aku mati terbakar, namun aku masih hidup! Kini setelah kita bertemu di sini, engkau mau bilang apa lagi sekarang?""ltu bukan kesalahanku!" sahut Co Hiong sambil tertawa. "Gin Tie Suseng yang membakar ruang belakang Siang Cing Koan, maka api itu menjalar ke dalam ruang bawah tanah itu!"Bee Kun Bu cuma tertawa dingin sambil menatap Co Hiong dengan penuh kebencian Co Hiong menatapnya dingin, kemudian mendadak menyerangnya secepat kilat, karena melihat Bee Kun Bu tidak Co Hiong memang memiliki kepandaian tinggi, begitu pula Lweekangnya, sebab ia telah memperoleh kepandaian dari Leng Yan Su Cun, yaitu orang tua aneh berambut panjang di Kuil Toa Ciok ia tidak memandang sebelah mata akan kepandaian Bee Kun Bu, tetapi setelah bertarung di ruang bawah tanah itu, ia pun amat terkejut lantaran Bee Kun Bu juga memiliki kepandaian tinggi, Oleh karena itu, ia ingin menghabiskan Bee Kun Bu dengan cara membakar ruang bawah tanah itu. Namun sungguh di luar dugaannya, kini Bee Kun Bu masih hidup segar bugarCo Hiong melancarkan serangan mendadak, menggunakan jurus Ciau Ceh Lam Hai Ombak Laut Selatan Menderu. Bee Kun Bu berkelit sambil tertawa dingin lalu balas menyerang dengan jurus Kim Sih Jauw Wua Benang Emas Melilit pergelangan Tangan.jurus tersebut selain dapat mematahkan serangan Co Hiong, juga menyerang urat nadi di pergelangan tangannya. Akan tetapi, Co Hiong sama sekali tidak gugup, malah langsung meloncat mundur dua depa sambil tersenyum licik."Baru berapa bulan tak bertemu, tetapi kepandaianmu kelihatan begitu maju! Aku turut gembira, juga ingin minta pelajaranmu!""Bagaimana mungkin aku berani memberi pelajaran padamu?" sahut Bee Kun Bu dingin, "Hanya aku harus membual perhitungan denganmu! Kalau tidak, Sumoymu pasti tidak senang!"Mendengar ucapan ilu, air muka Co Hiong langsung berubah, kemudian membentak gusar dengan suara menggunlur."Bee Kun Bu! Apakah engkau ke Toan Hun Ya menemui Souw Hui Hong, maka tahu jejakku dan guru-ku?"Ketika melihat air muka Co Hiong berubah dan mengajukan pertanyaan tersebut, Bee Kun Bu tidak berani sembarangan menjawab, Sebab kalau ia salah menjawab, tentu akan menimbulkan masalah lain yang menyangkut Souw Hui Hong dan ibunya, Oleh karena itu ia diam saja."Hmm!" dengus Co Hiong dingin, "Engkau berani ke Toan Hun Ya, bahkan juga memecah belah hubungan ayah dengan anak, maka hari ini aku harus mencincangmu!"Setelah berkata begitu, ia pun langsung menyerang Bee Kun Bu dengan pedangnya, Tampak berkelebat sinar pedang, berkelebat mengarah pada Bee Kun melihat serangan itu, Bee Kun Bu tahu bahwa Co Hiong menggunakan jurus Cong Sing Cui Goat Semua Bintang Mengelilingi Butan, Kemudian pedang Co Hiong berubah menjadi puluhan pasang mengelilingi Bee Kun Bu."Sungguh kejam Co Hiong!" ujar Bee Kun Bu dalam hati. "Dia ingin membunuhku dengan jurus begitu licik, jahat dan kejam, maka kalau aku tidak membunuhnya sekarang, kelak dia pasti menimbulkan bencana dalam rimba persilatan Apa boleh buat, aku harus turun tangan jahat terhadapnya!"Bee Kun Bu menangkis serangan itu. Akan tetapi, sebelum Bee Kun Bu menyerang, Co Hiong sudah melanjutkan serangannya dengan jurus Pek Lang Thau Thian Ombak Putih Menjulang Ke LangitBee Kun Bu sama sekali tidak mundur atau berkelip sebaliknya malah balas menyerang menggunakan jurus Wei Kam Ngo Gak Menindih Lima Gunung, jurus tersebut juga sangat membahayakan diri sendiri, sebab tidak menangkis melainkan langsung menyerang dengan kecepatan dan disertai Lweekang, Bee Kun Bu memang sengaja mengeluarkan jurus ini, sebab meskipun menyerempet bahaya, namun jurus tersebut dapat melukai dada Co terkejutnya Co Hiong, Kalau ia terus melanjutkan serangannya, paling juga dapat melukai lengan Bee Kun Bu, namun dadanya pasti tertembus oleh pedang Bee Kun karena itu, ia tidak mau mengambil risiko, dan cepat- cepat merubah jurusnya dengan jurus Tong Cu Hian Hud Bocah Menyembah Buddha, Jurus ini membuyarkan Lweekang Bee Kun Bu dan sekaligus menangkis serangannyaTernyata Bee Kun Bu sudah menduga, bahwa Co Hiong pasti mengeluarkan jurus tersebut Maka ia telah menyalurkan Lweekangnya pada lengan kirinya, dan langsung menyerang perut Co Hiong dengan lengan kirinya Hiong sama sekali tidak tampak gugup, sebab ia telah memperhitungkan, bahwa Bee Kun Bu akan memukul perutnya, Segeralah ia melesat ke atas dan terpaksa menangkis pukulan itu, sehingga terdengarlah suara benturan keras.

DaftarLengkap Cerita Silat Karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo dan penulis Indonesia lainnya (serial maupun judul lepas) yang bisa Anda beli dalam bentuk buku cetak untuk koleksi. Daftar ini ditulis karena ada beberapa dari Anda yang memintanya, meskipun di dalam halaman fanpage di tab (kotak kecil) notes sudah Saya tuliskan.

Serial Pendekar Rajawali Sakti Pendekar Rajawali Sakti adalah nama julukan dari Rangga Pati, seorang pendekar sakti yang dalam petualangannya membasmi kejahatan ditemani oleh seekor burung rajawali raksasa yang sakti. Sinopsis Pendekar Rajawali Sakti Rangga Pati adalah putra dari adipati Karang Setra dan Ibunya bernama Tunjung Melur. Dikisahkan di awal bahwa pada saat Rangga berumur lima tahun, bersama kedua orang tuanya mereka hendak mengunjungi kakeknya. Naas, di tengah perjalanan mereka dicegat oleh pentolan golongan hitam yang sangat kejam dan telengas berjuluk Iblis lembah tengkorak. Penjahat nomor wahid ini dengan kejamnya telah membunuh ayahnya Rangga melalui pertarungan yang tidak imbang, serta memperkosa dan membunuh Ibunya di depan mata. Rangga kecil yang tak berdaya kemudian ditendang ke dalam jurang Lembah Bangkai. Namun takdir berkata lain. Alih-alih si Rangga kecil hancur lumat dalam jurang, dia justru diselamatkan oleh seekor Rajawali Sakti yang kemudian mengobati dan mengajarinya olah kanuragan. Serial Pendekar Rajawali Sakti Rajawali sakti ini dulunya adalah peliharaan dari Pendekar Rajawali Sakti yang hidup di seratus tahun lalu dan merupakan pendekar tanpa tanding hingga akhir hayatnya. Selama lima belas tahun lamanya Rangga hidup di dasar lembah bangkai bersama sang Rajawali. Selain dilatih ilmu silat oleh Sang Rajawali, dalam kesehariannya Rangga diberikan makanan berupa jamur yang mempunyai khasiat memperkuat tenaga dalamnya. Setelah lima belas tahun berlalu dan Rangga berumur dua puluh tahunan, dia dibawa ke sebuah gua yang masih bertempat di lembah bangkai juga. Gua tersebut adalah peninggalan dari Sang Pendekar Rajawali,tuan dari Rajawali yang terdahulu. Di sana Rangga menemukan kitab yang ditulis oleh sang pendekar Rajawali berisi inti sari dari keseluruhan ilmu silat yang dipunyainya. Selain itu juga dia mendapatkan sebilah pedang sakti berukir kepala Rajawali peninggalan sang pendekar. Akhirnya Rangga berlatih di situ kurang lebih lima tahunan sampai ilmu kanuragannya maju pesat mencapai kesempurnaan yang bahkan melebihi dari Pendekar Rajawali Sakti yang terdahulu. Jurus andalan dari Rangga adalah jurus Rajawali Sakti yang terdiri dari lima bagian, yakni Jurus Cakar Rajawali Jurus Sayap Rajawali Membelah Mega Jurus Rajawali Menukik Menyambar Mangsa Jurus Pukulan Maut Paruh Rajawali Jurus Seribu Rajawali Jurus yang terakhir jurus seribu rajawali adalah jurus pamungkas ciptaannya yang merupakan gabungan atau intisari dari keempat jurus terdahulu. Akhirnya setelah berumur dua puluh lima tahun Rangga baru turun dari tempat semedinya dengan menggunakan julukan Pendekar Rajawali Sakti setelah mendapat restu dari roh pendekar rajawali sakti terdahulu. Itulah sinopsis atau gambaran tentang Pendekar kita; Pendekar Rajawali Sakti. Untuk mengikuti sepak terjangnya di dunia kangouw silakan anda baca semua episodenya yang saya sertakan di bawah ini. Selamat menikmati. Download Cersil Serial Pendekar Rajawali Sakti Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 01 iblis lembah Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 02 bidadari sungai Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 03 sepasang walet Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 04 kitab tapak Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 05 naga Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 06 prahara gadis Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 07 pertarungan di bukit Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 08 iblis berwajah Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 09 manusia bertopeng Serial Pendekar Rajawali Sakti Jilid 10 pengantin Pendekar Rajawali Sakti 9 Kakak Rajawali - ROCH. ini adalah binatang yang paling terkenal di karya om Jin Yong, yang melatih Yang Guo (yoko) bertangan satu menjadi pendekar rajawali yang kuat, dengan bantuan pedang besi berat dan berlatih di air terjun, menjadikannya bahkan lebih kuat dibanding saat mempunyai 2 tangan. Temukan kisah seru tentang Adi dan Bima yang berusaha untuk menemukan kitab sakti dalam sebuah gua di “Cerita Silat Kitab Sakti dalam Gua”. Akan ada banyak rintangan dan bahaya yang mereka hadapi dalam perjalanan mereka. Temukan kisah selengkapnya dalam artikel ini. cerita silat kitab sakti dalam gua Di sebuah gua tersembunyi di tepi kota, terdapat sebuah kitab sakti yang konon memiliki kekuatan yang sangat besar. Namun, hanya sedikit orang yang tahu keberadaannya, dan mereka yang mencarinya selalu gagal kembali. Legenda mengatakan bahwa hanya mereka yang memiliki keberanian dan ketabahan yang cukup yang akan berhasil menemukan kitab sakti tersebut. Banyak pejuang silat telah mencoba untuk mencari kitab sakti itu, namun mereka semua gagal. Namun, seorang pendekar silat yang sangat terampil, bernama Adi, bersama dengan muridnya yang bernama Bima, memutuskan untuk mencoba keberuntungan mereka. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, Adi dan Bima masuk ke dalam gua yang gelap itu. Mereka melalui jalan setapak yang berliku-liku, menghadapi berbagai rintangan dan bahaya yang mengancam nyawa mereka. Namun, mereka terus maju, berharap bisa menemukan kitab sakti yang diincar. Setelah melewati rintangan yang sulit, mereka akhirnya sampai ke sebuah ruangan di dalam gua. Di tengah ruangan itu, ada sebuah meja kecil dengan sebuah buku di atasnya. Adi dan Bima langsung tahu bahwa itulah kitab sakti yang mereka cari. Namun, mereka juga tahu bahwa banyak pejuang silat yang ingin memiliki kitab sakti itu, dan mereka tidak akan berhenti sebelum mereka mendapatkannya. Adi dan Bima memutuskan untuk melindungi kitab sakti itu, dan mereka siap menghadapi siapa saja yang mencoba merebutnya. Akankah Adi dan Bima berhasil melindungi kitab sakti tersebut dari para pejuang silat yang ganas? Apa rahasia yang tersimpan di dalam kitab sakti itu? Ikuti cerita selengkapnya dalam “Cerita Silat Kitab Sakti dalam Gua.” PendekarSakti-jilid 1 ~ CERITA SILAT Pendekar Sakti-jilid 1 Wajah Hek-mo-ong tidak berubah, namun sepasang matanya mengeluarkan sinar kilat ketika dia berpaling kepada Li Kong Hoat-ong. "Hm" Ia mengeluarkan suara dari hidung, sikapnya menghina sekali, "Kalau tidak salah kau adalah Li Kong Hoat-ong, raja yang sudah kehilangan mahkotanya itu? Cerita Silat – Cerita silat adalah cerita laga dengan berbagai cerita. Serial bahkan sinema silat dan kungfu mewarnai layar kaca pada zaman ini. Namun jangan salah sampai saat ini serial cerita silat masih sangat digemari oleh para anak lelaki. Bahkan banyak anime bertemakan silat juga masih digemari oleh anak-anaknya. Kali ini ada serial cerita silat berjudul lahirnya pendekar giok hijau yang cukup menarik dan cocok untuk dijadikan bacaan. Selain cerita mengisyaratkan akan keberanian dan ketangguhan cerita ini juga penuh sarat makna. Serial Cerita Silat lahirnya Pendekar Giok Hijau Berikut ini adalah beberapa cerita silat beberapa bagian. Bagian ini menjadi beberapa episode yang sayang untuk dilewatkan. Beberapa bagian ini akan menceritakan perjalanan lahirnya pendekar giok hijau dari Taipei yang sangat terkenal ketangguhanya. 1. Kesedihan Pendekar Khan Kesedihan Pendekar Khan Dalam episode ini khan menjadi brutal karena dendam atas kematian kakaknya beberapa silam yang dibunuh oleh pendekar bermata biru yang terkenal sangat kejam dan sadis. Bahagian 1 Guru besar Han memanggilmu, cepatlah segera menemuinya terlihatnya penting. Gadis pink berkata padanya. Pendekar khan pun menoleh ke arahnya lalu pergi meninggalkan gadis pink. Sang guru telah berdiri di balik dipan dengan melipat tangannya di belakang punggungnya. Khan..apa yang kau lakukan? Guru Kho berkata padaku karena engkau telah menghabisi muridnya. Tapi guru, khan menjawab! Aku sudah katakan padamu jangan ikuti amarahmu? Bukan seperti itu membalaskan dendam kakakmu. Tahukah akibat ulahmu, tuan guru muda chengfi nyaris terbunuh karena menyangka dirinya yang sengaja menyerang perguruan bintang merah. Guru ha memalingkan wajahnya ke arah khan, sembari mendekat dan berkata aku tau engkau kecewa tapi demi menjaga nama baik guru kita harus menahan semua. Dengan rasa kesal khan meninggalkan sang guru dan pergi keluar ruangan itu menuju tempat favoritnya yaitu dibawah pohon bambu tempat dirinya dan kakaknya dahulu ketika bersama. Ia meneteskan mata lalu tiba tiba ia mengambil pedangnya lalu dengan cepat menebas dengan cepat serta mematikan pohon bambu sejarah itu. Kungfumu maju dengan sangat pesat, aku bangga denganmu engkaulah muridku yang paling pintar guru Han datang dari arah belakang yang tidak disangka dan membuatnya terkejut. Sayangnya kungfu sangat mudah dipatahkan lawan karena kekuatannya belum begitu tajam. Khan langsung mengembalikan pedang nya kepada sarungnya. Temui aku di bukit biasa itu besok malam…..! guru Han langsung meninggalkan khan. Entah apa yang akan ingin guru ha tunjukan pada khan sehingga harus datang ke atas bukit. Baca Juga Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Cerpen 2. Guru Han Mati Terbunuh Guru Han Mati Terbunuh Dalam episode ini kesedihan khan bertambah kala perguruannya diserang oleh sekelompok perguruan yang hendak mencuri giok hijau saat khan tidak ada. Dalam peristiwa ini guru Han dan kakak Wan tewas terbunuh. Kedua Pendekar khan tidak terlihat siang itu entah apa dan dimana dia mungkin sedang memikirkan kejadian peristiwa yang memilukan saat itu. Anak itu memang sangat penyedih Nona Lee menimpali kata-kata tuan Pie. Sudahlah jangan dipikirkan anak itu biarkan saja dia ikut mati dengan kakaknya dasar payah. Teman seperguruannya menimpali. Lalu tiba-tiba guru ha mengejutkan mereka sehingga dengan wajah yang ketakutan. Dimana khan katakan padanya aku mencarinya. Kemana anak itu? Tadi malam juga ia tidak tidur di kamarnya guru. Hemmm…guru Ha kembali ke ruangannya dengan wajah cemas. Dasar anak manja nona Lee berkata eh sudah sudah nanti guru marah padamu. Khan murid kesayangan guru han. Seperti biasa para murid berlatih kungfu untuk menambah kemampuannya dalam silat. Entah apa yang terjadi kali ini di ruangan guru ha tidak terlihat hanya ada kakak Wan yang memberikan latihan siang ini. Mungkin guru ha sedang istirahat atau sedang bermeditasi. Tiba-tiba saat sedang latihan ruangan dikepung dan melakukan penyerangan bertubi-tubi dengan wajah yang ditutupi kain hitam entah siapa. Pertarungan sengit terjadi sampai pertumpahan darah. Suara pedang dan suara keras terdengar sangat keras dan riuh membuat semua orang panik. Lindungi guru ha…kata kakak Wan. Semua murid guru ha berjatuhan bersimbah darah para penjaga di depan mungkin sedang beristirahat atau telah mati terbunuh di tiba selang waktu kemudian khan tiba dan bingung melihat porak-poranda perguruannya entah siapa yang melakukan. Dengan sigap khan berlari menuju ruangan guru ha terlihat kakak Wan mati terbunuh dan guru ha terluka parah. Guru apa yang terjadi….siapa yang melakukannya katakan padaku. Khan memangku guru Ha lalu membawanya ke tempat yang aman. Lalu memberikan penawar racun kepada guru Han. 3. Giok Hijau Closeup of male karate fighter hands. Black and white. Dalam bagian ini pendekar khan diberikan warisan berubah giok hijau yang memiliki kekuatan dahsyat. Dan menjadi rebutan oleh beberapa perguruan kakek Han memberikan giok itu padanya. Giok Hijau Ketiga Sudahlah guru jangan memaksakan diri guru kan sedang terluka. Jika telah sembuh baru kita ke bukit itu. Sudahlah jangan membantahku aku tidak apa-apa sambil terbatuk-batuk. Baiklah guru aku akan menggendongmu ke bukit. Entah apa yang diinginkan gurunya itu sehingga memaksanya terus sampai ke bukit bahkan sedang terluka. Papah aku di balik gua itu katanya, baik guru. Khan umurku tidak lama lagi guru bicara apa sih. Guru akan pulih aku akan menjaga guru. Dasar kamu anak yang manja guru Han menimpali. Khan ambil giok hijau ini jaga ini sampai dasar penghabisanmu jangan sampai giok ini jatuh ke tangan perguruan pendekar biru atau siapapun. Sudah saatnya aku katakan padamu. Bahwa mereka mencariku untuk merebut giok hijau ini. Giok ini adalah peninggalan guru besar Youn JI yang memiliki kesaktian luar biasa. Jaga perguruan kita aku tidak lagi bisa menjaganya hanya kau lah yang dapat menjaga perguruan menjadi aman dan baik. Tuntun adik seperguruanmu menjadi pendekar yang berhati mulia. Jangan pernah dendam dan penuh dengan amarah karena semua itu akan menghancurkan dirimu. Apakah engkau mau berjanji padaku. Pasti guru aku akan menjaganya sepenuh hatiku. Aku sudah tidak tahan lagi aku akan mewarisi ilmuku padamu duduklah aku akan menyalurkan ini padamu. Khan pun duduk dengan telapak tangan bertemu serta mata yang tutup konsentrasi penuh. Lalu guru Han menyalurkan ilmunya kepada khan selama satu malam itu mereka bertapa. Sesekali guru Han terlihat kehabisan energi. Guru sudahlah aku tak ingin dirimu terluka. Guru-guru ha…khan memanggil guru dan menangisi kepergian guru Han . Maafkan aku guru tidak selalu mengikuti kata-katamu. Jika saja malam itu aku tidak pergi engkau tidak akan terluka betapa bodohnya aku. Baca Juga Cerpen Tentang Persahabatan 4. Pertarungan Dua Pendekar Dari peristiwa ini lahirnya seorang pendekar giok hijau yang tersohor dan terkenal. Pertarungan mengalahkan sang pendekar mata biru. Atas bimbingan gurunya khan mampu mengalahkan pendekar bermata biru. Pertarungan Dua Pendekar Keempat Malam itu sang pendekar Khan terlihat bingung entah apa yang ia pikirkan mungkin ia ragu antara memilih untuk melawan pendekar bermata biru atau pergi menjauh tiada yang mengetahui. Kalau aku tidak datang memenuhi tantangan si mata biru reputasi perguruan akan kupertaruhkan sementara jika namun jika aku datang tidak mampu mengalahkan nya maka giok hijau akan jatuh ke tangannya. Setelah 6 tahun ia berlatih menguasai semua ilmu yang diturunkan oleh guru Han, kali ini saatnya aku membuktikan dan membalaskan dendam kakakku, kakak Wan dan guru Han. Lelaki perawakan tampan itu sudah bertekat untuk datang dalam pertarungan itu. Dia memakai baju tarung peninggalan guru Han, serta pedang suci putih. Ia datang ke gua tempat pemakaman dan pertemuan terakhirnya dengan Guru Han. Ia berlutut di Gua itu..’Guru maafkanlah aku yang tidak bisa menjadi murid terbaik. Esok aku akan membalaskan semua dendam perguruan kita. Ia menjerit sekuat kuatnya, tiba tiba ia tertidur di pusara guru Han. Khan pertempuran adalah menaklukkan dendam dan mengedepankan rasa jika engkau dapat menghapus dendam di hatimu engkau akan mengalahkanya namun jika hatimu masih diliputi dendam engkau tak kan bisa mengalahkan pendekar biru. Pendekar khan kaget dan terbangun ternyata hari telah siang ia bermimpi bertemu sang guru. Dengan seluruh kekuatan hatinya ia memutuskan untuk mengikuti seluruh pesan sang kakek. Kakek engkau kah itu aku rindu padamu kakek..kakek. Ia berjalan dengan membawa pedang yang ada di punggungnya dengan penuh keberanian ia datang kedalam pertarungan itu. Tampak sang pendekar biru dan seluruh perguruan ternama di Taipei hadir disitu. Tangannya digenggamnya. Pertarungan telah dimulai hentakkan para pendekar pilihan tampak bertarung dengan segala kekuatan menang atau duduk dengan menunggu giliran. Baca Juga Contoh Struktur Cerpen 5. Lahirnya Sang Pendekar Giok Hijau Lahirnya Sang Pendekar Giok Hijau Kekalahan demi kekalahan saat bertarung membuat khan hampir terbunuh oleh pendekar bermata biru namun perlahan guru Han datang memberikan kekuatan padanya. Dan dengan sekali pukulan pendekar bermata biru jatuh terluka tak berdaya. kelima Pertarungan mencengangkan antara perguruan masih berlangsung sengit ceceran darah disana sini sorak sorak teriakan para penonton menambah pertarungan semangkin menarik. Dan saatnya pun tiba sangat hakim mengumumkan pertarungan akan ditutup oleh kedua perguruan paling hebat yaitu pendekar bermata biru dengan pendekar Khan. Akupun berdiri menuju sasana pertandingan. Aku putarkan penglihatanku dan menentramkan hati senyap seketika aku hanya melihat pendekar bermata biru dan kakek yang sedang duduk menyaksikan..kakek aku kaget dan bahagia melihat kakek. Pendekar bermata biru pun menyerangku dengan sangat liar ujung pedangnya siap merobek apapun yang mengenainya lincah setiap gerakan kungfu nya tidak dapat aku remehkan begitu saja. Dan ah…tanganku basah oleh darah yang mengalir di tanganku..dia berhasil merobek tangan kananku. Aku serang aku dengan gerakan kanan dan kiri lalu menebas langsung kepalanya namun tidak semudah itu..dan lagi lagi ia berhasil menebas jari kananku. Aku semakin kehilangan keseimbangan..aku lemah dendam semakin menguasai tubuhku dan jiwaku. Kupejamkan mata. Lalu ku lepaskan pedangku. Aku ambil kuda kuda dan posisi kakek seolah berada di sisi kananku dan kakakku berada disisi kuasai hatimu hajar dia tepat di dada kanan dan bagian perutnya dengan sigap sekali pukulan. Dan begitu pendekar biru menyerangku tanpa ampun ya…langsung aku memukul bagian tempat- tempat paling mematikan dengan pukulan seribu bayangan. Pendekar jatuh tak mampu lagi berkutik dan saat ia tidak berdaya ia langsung mengambil pedangnya dan ingin menancapkan di kepala Semua orang berteriak.. Itulah serial cerita silat tentang pendekar giok hijau dan pendekar bermata biru. Cerita ini sangat menarik dan seru pertarungan dan dendam yang tidak berkesudahan apakah pendekar bermata biru akan datang membalasnya. Cerita Silat htHUc.